Anda di halaman 1dari 20

Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan

Authoritative

PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA REMAJA AKHIR


YANG MEMPERSEPSI POLA ASUH ORANG TUA
AUTHORITARIAN, PERMISSIVE DAN AUTHORITATIVE

Winanti Siwi Respati, Aries Yulianto, Noryta Widiana


Dosen Fakultas Psikologi Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
Dosen Fakultas Psikologi Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
winanti.siwi@indonusa.ac.id

ABSTRAKSI
Konsep diri merupakan pandangan atau penilaian remaja terhadap diri sendiri. Konsep
diri yang tepat akan membantu remaja untuk mengenali dirinya dan merupakan
alat kontrol bagi perilaku remaja. Apabila konsep diri remaja positif maka perilaku yang
ditampilkan juga positif. Sebaliknya, apabila konsep diri remaja negatif maka perilaku
yang ditampilkan akan negatif. Lingkungan keluarga, khususnya pola asuh orang tua
merupakan salah satu faktor penting bagi pembentukan konsep diri remaja. Remaja
akan mempersepsikan pola asuh yang diterapkan orang tua dan persepsi pola asuh
tersebut akan menjadi dasar bagi remaja untuk menilai dirinya. Pengasuhan orang tua
terbagi menjadi tiga pola yaitu pola authoritarian, permissive dan authoritative. Yang
menjadi masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan konsep diri antara
remaja akhir yang mempersepsi pola asuh orang tua authoritarian, permissive, dan
authoritative. Penelitian ini bersifat komparatif, yaitu membandingkan konsep diri
antara remaja akhir yang mempersepsi pola asuh orang tua authoritarian, permissive,
dan authoritative. Sebagai variabel pertama adalah konsep diri dan variabel kedua yaitu
persepsi pola asuh (authoritarian, permissive, authoritative). Sampel penelitian ini
adalah remaja akhir berusia 18-22 tahun dan diasuh oleh kedua orang tua. Teknik
yang digunakan dalam penelitian adalah accidental sampling. Sedangkan
pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner konsep diri dan persepsi pola asuh.
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan teknik statistik uji-F anova satu
jalan dan uji post hoc test. Dari pengolahan data diperoleh hasil uji F=20,409 dengan
probabilitas 0,000 artinya ada perbedaan konsep diri antara remaja akhir yang
mempersepsi pola asuh orang tua authoritarian, permissive, dan authoritative. Dengan
uji post hoc tes, pada pola authoritarian dan permissive diperoleh probabilitas 0,279
yang berarti tidak ada perbedaan konsep diri satu dengan yang lain. Sedangkan pada
pola authoritative nilai probabilitas 0,000 artinya konsep diri dari pola authoritative
berbeda secara nyata dengan pola authoritarian dan permissive. Kesimpulan dari hasil
penelitian ini adalah terdapat perbedaan konsep diri antara remaja akhir yang
mempersepsi pola asuh orang tua authoritarian, permissive, dan authoritative.
Perbedaan tersebut terletak pada pola authoritative sehingga konsep diri remaja
akhir menjadi positif. Namun remaja akhir yang mempersepsi pola asuh orang tua
authoritarian atau permissive memiliki konsep diri yang negatif.

Kata Kunci: Konsep diri, pola authoritarian, permissive dan authoritative.

Pendahuluan dirinya sendiri dan dapat membentuk


Setiap pengalaman menyenangkan sebuah penilaian terhadap dirinya.
maupun tidak menyenangkan yang dialami Konsep diri menjadi penting karena
oleh individu akan menjadi bagian akan mempengaruhi remaja atau siswa
terpenting dalam kehidupannya. Penga- dalam berinteraksi dengan lingkungan.
laman-pengalaman tersebut dapat mempe- Remaja yang memiliki konsep diri positif
ngaruhi cara individu dalam memandang akan tampil lebih percaya diri dalam

Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006 119


Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
menghadapi berbagai situasi. Sebaliknya kanak hingga dewasa (Susana, dkk, 2006).
remaja yang mengembangkan konsep diri Pola asuh yang diterapkan orang
negatif, mempunyai kesulitan dalam tua dengan cara mendukung kegiatan
menerima dirinya sendiri, sering menolak remaja, menetapkan peraturan yang disertai
dirinya serta sulit bagi mereka untuk penjelasan, memberikan kepercayaan agar
melakukan penyesuaian diri yang baik. remaja bertanggung jawab, menyediakan
Melalui konsep diri yang positif akan waktu untuk berkomunikasi, membe-
membantu remaja dalam menyelesaikan rikan perkataan positif seperti : "kamu
masalah yang dihadapi dan sebaliknya pasti bisa", "kamu berharga", akan
remaja yang mempunyai konsep diri yang membuat remaja lebih dewasa, percaya
negatif akan kesulitan dalam menyele- diri dan berhasil mencapai cita-citanya.
saikan masalahnya (Montana, 2001). Hal itu terjadi karena dukungan yang
Konsep diri merupakan hal pen- diberikan orang tua kepadanya hingga ia
ting karena dengan konsep diri akan tidak putus asa mencoba di kesempatan
membantu individu untuk mengenali dirinya lain (Kurniasih, dkk, 2004). Dengan
baik itu dari sisi positif dan negatif, serta apa pengasuhan orang tua yang mendukung
yang boleh dan tidak boleh dilakukannya. kegiatan remaja akan membantu remaja
Dengan kata lain, konsep diri yang tepat dalam membentuk konsep diri yang positif.
merupakan alat kontrol positif bagi sikap Berbeda dengan pola asuh orang
dan perilaku seseorang (Harian Suara tua yang mengendalikan kegiatan remaja
Merdeka, 23 November 2002). atau pun sebaliknya memberi kebebasan
Salah satu faktor yang dapat yang berlebihan, akan dipersepsi remaja
membentuk konsep diri remaja adalah bahwa orang tua kurang menghargai kebu-
lingkungan keluarga, yaitu pola penga- tuhannya sehingga remaja menjadi seorang
suhan orang tua. Pola asuh merupakan yang tidak mandiri, penakut, kurang
cara orang tua membesarkan anak percaya diri, tidak dapat mengendalikan
dengan memenuhi kebutuhan anak, diri. Hal ini terjadi pada remaja usia 19
memberi perlindungan, mendidik anak, tahun, sejak umur 4 tahun diperlakukan
serta mempengaruhi tingkah laku anak keras oleh orang tuanya. Ia seringkali
dalam kehidupan sehari-hari (Baumrind dikatakan "bodoh", dikendalikan secara
dalam Berk, 1994). Adapun tujuan orang ketat kegiatannya, dan diberikan hukuman
tua mengasuh anaknya adalah untuk mem- fisik apabila melanggar keinginan orang
bentuk kepribadian yang matang. Dengan tua. Akibat dari perlakuan orang tua
pengasuhan orang tua tersebut maka tersebut, maka ia tidak percaya diri ketika
remaja akan belajar tentang peran-peran ada di lingkungannya karena menganggap
yang ada dalam masyarakat seperti nilai- dirinya rendah, dan saat mengalami masa-
nilai, sikap serta perilaku yang pantas dan lah, emosinya akan merugikan seperti
tidak pantas, atau baik dan buruk. Segala memukul orang lain, menghancurkan fasi-
perlakuan dari orang tua terhadap remaja litas sekitar (Trans TV, 4 Agustus 2006).
sejak masa kanak-kanak, akan memberikan Remaja demikian melihat masalah seba-
makna tertentu. Pemberian makna itulah gai sesuatu yang negatif sehingga reaksi
yang disebut sebagai persepsi remaja ter- yang ditampilkan adalah hal-hal yang
hadap pola asuh orang tua. negatif. Peristiwa tersebut terjadi akibat
Apabila sejak masa kanak-kanak pengasuhan yang diberikan orang tua,
remaja diterima, disayangi, maka remaja sehingga remaja sulit menghadapi masa-
akan mempersepsikan bahwa orang tua lah dengan cara positif dan yang terben-
sangat menghargai kehadirannya dan hal itu tuk adalah konsep diri menjadi negatif.
yang menjadi dasar bagi remaja dalam Beberapa orang tua menganggap
memandang dirinya. Sebaliknya jika remaja bahwa anak merupakan hak milik mereka,
ditolak atau diabaikan, maka terbentuklah sehingga anak diperlakukan sesuai dengan
dasar penolakan bahwa dirinya tidak ber- keinginan orang tua. Orang tua mengatur,
guna. Jadi konsep diri terbentuk melalui menguasai dan mendidik anak menurut cara
proses belajar individu sejak masa kanak- yang mereka anggap benar dengan cara
120 Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
kekerasan fisik dan perkataan negatif. Hal peranan penting terhadap perkembangan
ini didukung dengan data Komnas Anak konsep diri remaja, terutama pada usia
mengenai perlakuan buruk orang tua pada remaja akhir.
anak. Pada tahun 2004 kekerasan fisik Pada usia remaja akhir, individu
sebanyak 140 kasus; psikis 80; dan seksual mulai memandang dirinya sebagai orang
80. Pada tahun 2005 menunjukkan ada dewasa dan mulai mampu memperlihatkan
kekerasan fisik 233 kasus; psikis 170; dan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin
seksual 327 (Delik Khusus, 30 Januari dewasa. Interaksi dengan orang tua juga
2006). Salah satu contoh data dari kom- menjadi lebih bagus dan lancar karena
nas anak tersebut adalah perlakuan buruk remaja akhir sudah memiliki kebebasan
orang tua terhadap dua orang anak berusia 9 penuh serta emosinya mulai stabil. Dengan
dan 10 tahun yang diasuh dengan kontrol kebebasan itu, peran orang tua dibu-
yang kaku dan ketat. Sang ibu berambisi tuhkan untuk mengarahkan remaja dalam
agar anaknya berprestasi sehingga menuntut mengambil keputusan dengan bijaksana.
anaknya untuk belajar dengan giat. Selain Jadi walaupun masa remaja akhir
itu anak tersebut dituntut mengerjakan merupakan periode terlepasnya ketergan-
pekerjaan rumah dari pagi sampai malam. tungan dengan orang tua, namun kehadiran
Ketika mereka tidak mengerjakannya, orang tua sangat penting bagi perkem-
mereka diberi hukuman ditendang, dipukul, bangan remaja. Remaja membutuhkan
serta melontarkan perkataan-perkataan teladan orang tua sebagai dasar tingkah
negatif. Dengan perlakuan ibu demikian, lakunya di lingkungan. Tentunya teladan
kedua anak menjadi takut ketika ujian. tersebut diterima remaja melalui penga-
Mereka yakin tidak akan berhasil mes- suhan orang tua sehari-hari. Dengan
kipun sudah belajar dan jika gagal akan pengasuhan tersebut akan muncul persepsi
dihukum ibunya. Selain itu anak juga remaja terhadap pola pengasuhan yang
menjadi benci akibat perlakuan ibunya diterapkan orang tua dan akan menjadi
(Evy, 2006). dasar bagi remaja dalam menilai diri
Orang tua yang terlalu mengontrol sendiri.
anaknya dengan ketat akan mengakibatkan Dari uraian di atas terlihat bahwa
anak tidak percaya pada kemampuan persepsi remaja terhadap pola asuh orang
dirinya sendiri. Hal inilah yang mem- tua sangat penting bagi pembentukan konsep
bentuk konsep diri remaja menjadi diri remaja. Dengan konsep diri tersebut
negatif. Selain itu, perkataan negatif dari dapat membantu remaja akhir menye-
orang tua merupakan label negatif pada suaikan diri di lingkungan secara positif.
anak. Dengan label ini anak akan memper- Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk
sepsi dirinya seperti yang diberikan orang meneliti apakah terdapat perbedaan konsep
tua. Akibatnya, perilaku anak akan diri pada remaja akhir yang mempersepsi
menyesuaikan persepsi tersebut (Susana, pola asuh tertentu dari orang tua.
dkk, 2006).
Hasil penelitian mengatakan bahwa Konsep Diri
interaksi orang tua dan anak merupakan Salah satu hal terpenting dalam
salah satu faktor yang dapat membentuk mempengaruhi tingkah laku manusia adalah
konsep diri (Malik, 2003). Hubungan konsep diri. Sebelum membahas konsep
remaja dengan orang tua yang buruk akan diri, agar lebih jelas perlu diketahui
mempengaruhi hubungan remaja dengan pengertian konsep diri. Ada bermacam-
lingkungan di luar rumah (Papalia, 2004). macam pendapat mencoba menjelaskan
Sedangkan remaja yang terikat secara mengenai konsep diri. Burns (1993)
aman pada orang tua semasa kecil, lebih menyatakan konsep diri adalah pandangan
cenderung memiliki hubungan positif keseluruhan yang dimiliki individu
dengan lingkungan pergaulannya dari tentang dirinya sendiri dan terdiri dari
pada remaja yang masa kecilnya diwarnai kepercayaan, evaluasi, dan kecenderungan
konflik dengan orang tua (Santrock, 2003). berperilaku. Konsep diri juga merupakan
Oleh karena itu, orang tua mempunyai pandangan dan sikap individu terhadap
Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006 121
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
keadaan dirinya (Pudjijogyanti, 1988). diri sebagai penilai.
Chaplin (2001) mengatakan bahwa a) Identitas (identity self)
self concept adalah evaluasi individu Diri identitas adalah aspek paling
mengenai diri sendiri; penilaian atau penak- mendasar dari konsep diri. Aspek
siran mengenai diri sendiri oleh individu ini adalah ciri mempertanyakan
yang bersangkutan. Selain itu ahli lain "siapa aku?". Di dalam diri iden-
mengatakan konsep diri adalah cara titas terkumpul seluruh label dan
individu melihat gambaran diri sendiri, simbol yang digunakan seseorang
yang terbentuk berdasarkan pemikiran- untuk menggambarkan diri.
pemikiran individu dari interaksinya dengan Dengan bertambah pengalaman,
orang lain (Tanamal, 2004). label seseorang akan bertambah.
Fitts (1971:3) menyatakan konsep Semua ini menambah pengenalan
diri sebagai "the self as seen, perceived, diri dan menolong menggambarkan
and experienced by him" Dalam hal ini, arti diri dalam menjawab pertanyaan
konsep diri menurut Fitts adalah diri identitasnya. Sumber utama diri
sebagaimana dilihat dan dialami atau dira- identitas adalah diri sebagai
sakan oleh individu itu sendiri. pelaku. Diri identitas dapat mem-
Dari berbagai pendapat di atas, pengaruhi cara seseorang berinte-
dapat disimpulkan konsep diri adalah raksi dengan lingkungan dan juga
gambaran seseorang atau persepsi seseorang dengan diri sendiri. Dengan demi-
tentang dirinya sendiri yang diperoleh kian diri identitas mempunyai
melalui pengalaman berinteraksi dengan hubungan dengan diri pelaku dan
diri sendiri, orang lain dan lingkunganya. hubungan ini secara umum berlaku
Lebih jauh Tanamal (2004) mengatakan timbal balik ( Fitts, 1971).
kesuksesan dan kegagalan yang dialami b) Diri sebagai pelaku (behavioral Self)
orang dalam berbagai area kehidupan Diri sebagai pelaku merupakan
sangat berhubungan erat dengan cara orang persepsi seseorang terhadap ting-
tersebut melihat diri sendiri dan relasinya kah lakunya atau caranya bertin-
dengan sesama. dak. Dalam melakukan sesuatu
seseorang didorong oleh stimulus
Konsep Diri Menurut Fitts eksternal dan internal. Konse-
Dimensi-dimensi konsep diri. kuensi dari tingkah laku mempe-
Fitts (1971) melihat bahwa penga- ngaruhi dipertahankan atau tidak
matan seseorang terhadap dirinya dapat suatu tingkah laku. Di samping
dilihat dari dua dimensi yaitu dimensi itu juga menentukan apakah
internal dan dimensi eksternal. Pada dimensi suatu tingkah laku baru diabs-
internal, individu melihat dirinya sebagai traksikan, disimbolisasikan atau
suatu kesatuan unik dan dinamis ketika ia dimasukkan dalam diri identitas.
melakukan penga-matan dan penilaian c) Diri sebagai Penilai (judging self)
terhadap identitas dirinya, tingkah lakunya Manusia cenderung menilai sejauh
dan kepuasan dirinya. Sedangkan dimensi mana hal-hal yang dipersepsikan
eksternal adalah pengamatan dan penilaian memuaskan bagi dirinya. Interaksi
terhadap diri yang timbul ketika individu antara diri identitas, diri pelaku dan
berinteraksi dengan dunia luar, khususnya integrasi dalam keseluruhan konsep
hubungan interper-sonal. Kedua dimensi ini diri meliputi bagian diri yang ketiga
beserta bagian-bagian diri yang ada saling yaitu diri sebagai penilai. Diri
berhubungan membentuk suatu kepriba- penilai berfungsi sebagai pengamat
dian. dan pemberi nilai standar, pemban-
1. Dimensi internal ding dan terutama sebagai penilai
Berdasarkan dimensi internal, Fitts diri. Juga mediator antara dua diri
melihat ada 3 bagian dari diri yaitu berbeda. Penilaian diberikan pada
identitas diri, diri sebagai pelaku dan label-label di dalam diri identitas
atau diri pelaku secara terpisah,
122 Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
misalnya Saya pintar" atau "Saya teman dekat. Bagian ini menun-
tidak suka melakukan itu". Peni- jukkan seberapa jauh perasaan
laian belajar dan "saya pintar" seseorang terhadap dirinya seba-
berarti orang tersebut memberi label gai anggota keluarga dan terha-
pada keseluruhan diri dan bukan dap peran maupun fungsi yang
pada tingkah laku tertentu. Namun dijalankannya selaku anggota ke-
orang tersebut bisa juga menga- luarga.
takan "Saya melakukan itu tapi e) Diri Sosial (Social self)
saya bukan orang yang terbiasa Merupakan penilaian seseorang
melakukan hal demikian", hal ini terhadap dirinya dalam berinte-
berarti, orang tersebut tidak setuju raksi dengan orang lain dan lingku-
dengan tingkah laku tadi. ngan lebih luas.
2. Dimensi eksternal
Pengamatan diri dimensi eksternal Peranan Konsep Diri
timbul dalam pertemuan dengan du- Dalam kehidupan sehari-hari
nia luar, secara khusus hubungan konsep diri berperan penting pada setiap
interpersonal. Ada lima bagian diri individu sehingga menentukan perilakunya
yang tercakup dalam dimensi eks- dalam berinteraksi dengan lingkungan.
ternal yaitu diri fisik, diri etika Bagaimana individu memandang diri,
moral, diri personal, diri keluarga dan akan nampak dari seluruh perilaku.
diri sosial. Dengan kata lain, perilaku individu akan
a) Diri Fisik (physical self) sesuai dengan cara individu memandang diri
Merupakan persepsi dan perasaan sendiri. Apabila individu memandang
seseorang terhadap keadaan fisik, dirinya tidak mempunyai cukup kemam-
kesehatan, keterampilan, penam- puan untuk melakukan tugas, maka seluruh
pilan diri, seksualitas dan gerak perilakunya akan menunjukkan ketidak-
motorik. mampuan tersebut (Pudjijoyanti, 1985).
b) Diri Etika Moral (Moral Ethical self) Menurut Pudjijogyanti (1985)
Merupakan persepsi seseorang dalam karyanya tentang konsep diri
tentang dirinya ditinjau dari stan- dalam proses belajar mengajar, diungkap-
dar pertimbangan nilai-nilai etis dan kan bahwa ada tiga alasan yang dapat
moral. Selain itu juga berkaitan menjelaskan peranan penting konsep diri
dengan hubungan seseorang dalam menentukan perilaku yaitu:
dengan Tuhannya, rasa puas a. Mempertahankan keselarasan batin
seseorang pada kehidupan keaga- (inner consistency).
maannya, nilai-nilai moral yang Pada dasarnya individu berusaha
dianut berkenaan dengan apa yang mempertahankan keselarasan batin-
baik dan yang jahat dan rasa puas nya. Apabila timbul perasaan, pikiran
seseorang dalam kehidupan agama- atau persepsi tidak seimbang atau
nya. saling bertentangan satu sama lain,
c) Diri Personal (personal self) maka akan terjadi situasi psikologis
Merupakan perasaan individu ter- tidak menyenangkan. Untuk menghi-
hadap nilai-nilai pribadi terlepas langkan ketidakselarasan tersebut,
dari keadaan fisik dan hubungan individu akan mengubah perilaku.
dengan orang lain dan sejauh mana b. Membantu individu dalam menaf-
ia merasa kuat sebagai pribadi. sirkan pengalaman.
Misalnya perasaan diri sebagai Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara
orang gembira, orang tenang dan berbeda antara individu satu dengan
santai atau seorang pembenci. individu lain. Hal ini disebabkan ma-
d) Diri Keluarga (family self) sing-masing individu mempunyai sikap
Merupakan perasaan dan harga diri dan pandangan berbeda terhadap diri
seseorang sebagai anggota keluar- sendiri. Tafsiran negatif terhadap
ga dan di tengah-tengah teman- pengalaman hidup disebabkan oleh
Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006 123
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
pandangan dan sikap negatif terhadap mengenai bagaimana orang lain bereaksi
diri sendiri. Sebaliknya, tafsiran positif terhadap dirinya. Dengan demikian ia dapat
terhadap pengalaman hidup disebabkan mengantisipasi reaksi-reaksi orang lain dan
oleh pandangan dan sikap positif terha- memunculkan tingkah laku sesuai. Individu
dap diri sendiri. tersebut pada akhirnya belajar untuk
c. Menentukan harapan hidup. menginterpretasikan lingkungan seperti
McCandless, 1970 (dalam Pudji- dilakukan orang lain.
jogyanti, 1985) mengemukakan Perkembangan konsep diri terjadi
bahwa konsep diri merupakan sepe- melalui dua tahapan primer yang terbentuk
rangkat harapan serta penilaian perilaku melalui pengalaman yang diperoleh dari
atas harapan-harapan setiap individu. lingkungan keluarga dan tahapan sekunder
Jika individu memandang negatif saat anak telah memiliki hubungan luas di
dirinya maka dapat menyebabkan ia luar lingkungan keluarga (Gunarsa, 1995).
tidak mempunyai motivasi untuk men- Pada masa bayi, kedekatan antara
dapat hasil terbaik. bayi dengan orang tua menentukan rasa
Berdasarkan penjelasan Pudjijogyanti aman dan rasa cinta seorang bayi. Perasaan
(1985), konsep diri mempunyai peranan aman dan cinta ini menentukan konsep diri
penting dalam menentukan dan me- terutama berhubungan dengan anggapan
ngarahkan seluruh perilaku. Konsep orang tua terhadap dirinya (Papalia, 2004).
diri merupakan mediator atau penga- Kerenggangan hubungan antara orang tua
rah perilaku individu yang dipenga- dan bayi akan menyebabkan kecemasan
ruhi oleh interpretasi pada penga- dan ketidakpercayaan bayi terhadap
laman-pengalaman yang ditemui orang tua. Akibatnya kelak perkem-
sehingga mempengaruhi tingkah laku. bangan sosial dan kepribadian anak akan
terhambat karena anak akan cenderung
Proses Pembentukan Konsep Diri menghindari interaksi dengan orang lain.
Konsep diri terbentuk melalui Santrock, (2003) mengatakan bahwa
pengalaman dan interaksi yang dialami pengalaman kedekatan bayi menentukan
secara berulang. Konsep diri bukan bawaan derajat ketergantungannya terhadap
sejak lahir. Seorang anak, ketika lahir belum lingkungan, temperamen, tingkat emo-
menyadari dirinya dan lingkungannya sional, kemandirian dan pergaulan anak
(Tanamal, 2004). Gunarsa (1999) juga dikemudian hari.
mengatakan seorang bayi baru dilahirkan Pengalaman awal yang diterima
belum mengenali diri dan lingkungan anak di dalam keluarga akan dinilai sebagai
sekitarnya. Namun sesudah masa kelahiran, perasaan diterima atau ditolak, yang akan
bayi mulai belajar secara perlahan-lahan membentuk harapan serta tingkah laku
melalui pengalaman dengan tubuh dan yang diterima oleh orang lain. Selan-
lingkungannya, dan mulai berkembang jutnya bersama keluarga pula anak
kesadaran tentang dirinya yang timbul belajar tentang peran-peran yang akan
seiring dengan meningkatnya kemampuan dimainkan dalam masyarakat, seperti nilai-
persepsi. nilai, sikap dan perilaku pantas dan tidak
Symonds (dalam Fitts, 1971) pantas, atau baik dan buruk. Oleh karena
sependapat dengan hal tersebut dan menga- itu, pengaruh keluarga terhadap perkem-
takan bahwa konsep diri bukan merupakan bangan anak lebih besar dibandingkan
faktor bawaan, tetapi merupakan hasil inte- pengaruh sosial lain (misalnya teman
raksi individu dengan lingkungannya. sebaya). Hubungan buruk dengan keluarga
Mead (dalam Burns, 1993) merupakan hal serius karena dapat
mengatakan bahwa konsep diri individu mengurangi perasaan aman dan anak yang
berkembang sebagai hasil hubungan antara kurang hubungannya dengan orang tua
proses aktifitas sosial seperti pengalaman akan mengalami trauma emosional
dan hubungan dengan individu lain dalam hebat (Santrock, 2003) sehingga mem-
proses tersebut. Konsep diri merupakan pengaruhi konsep dirinya.
hasil perkembangan perhatian individu
124 Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
Pada akhir masa kanak-kanak (6 tahun - bulkan sikap negatif atau positif terhadap
pubertas) lingkungan sosial anak semakin diri sendiri. Misalnya anak sering dikatai
meluas dan berarti pengaruh sosial di luar bodoh oleh orang lain, ia akan memandang
keluarga pada anak semakin besar. Dalam diri bodoh. Dengan kata lain, bagaimana
berhubungan dengan lingkungan di luar orang lain memperlakukan dan menilai
rumah, anak menemukan tuntutan baru dirinya akan menentukan bagaimana cara
dan membingungkan dari kelompok anak dalam memandang dirinya sendiri.
berbeda dengan orang tua. Pengaruh Anak yang mengembangkan konsep diri
teman-teman sebaya dan reference group kurang baik pada masa kanak-kanak, di
mulai memegang peranan penting dalam masa puber ini cenderung menguatkan
pembentukan konsep diri anak. Anak konsep tersebut dengan perilakunya bukan
semakin mengidentifikasi diri dengan memperbaikinya (Santrock, 2003).
kelompok usianya dan mengadopsi tingkah Menginjak usia remaja, dalam
laku peer group-nya. Namun demikian memandang dirinya, remaja lebih spesifik
hubungan keluarga masih sangat mempe- dari pada anak-anak. Interaksi remaja
ngaruhi perkembangan kepribadian dengan lingkungannya semakin luas dan
(Santrock, 2003). Pengaruh mendalam dari membantu remaja dalam membentuk
hubungan anak dengan keluarga jelas gambaran lebih lengkap mengenai dirinya
terlihat dalam berbagai bidang kehidupan sendiri. Pada masa anak, remaja hanya
seperti berikut ini : mempunyai penerimaan atau pandangan
a. Hubungan keluarga sehat dan bahagia sempit tentang diri mereka. seperti "Sia-
menentukan sikap anak terhadap pakah saya?" atau "Apakah saya baik atau
sekolah yang positif dan menimbulkan buruk?". Sedangkan remaja memiliki
dorongan berprestasi. kepekaan lebih jauh tentang diri mereka,
b. Hubungan keluarga mempengaruhi seperti "saya baik hampir disetiap waktu",
penyesuaian diri secara sosial di luar "Saya berguna dalam keluarga". Remaja
rumah. juga memiliki kepekaan lebih mendalam
c. Cita-cita dan prestasi anak diberbagai tentang sesuatu yang unik dari diri
bidang sangat dipengaruhi oleh sikap mereka. Hal ini disebabkan remaja lebih
orang tua. meyukai gambaran dirinya berbeda dengan
d. Hubungan keluarga sangat besar orang lain. Namun dalam kenyataannya,
pengaruhnya dalam perkembangan remaja seringkali merasa tidak puas dengan
kepribadian anak. Pandangan anak keadaan dirinya, sehingga menempatkan
tentang diri sendiri merupakan cermin diri lebih rendah dari orang lain dan
langsung dari apa yang dinilai dan dari memandang diri secara negatif (Megawati,
cara anak diperlakukan oleh anggota 2004). Pada remaja laki-laki, mereka akan
keluarga. memandang konsep dirinya dengan positif
Papalia (2004) mengatakan konsep apabila memiliki fisik yang diinginkan.
diri mulai terbentuk selama masa "middle Sedangkan pada remaja perempuan
childhood" (6-12 tahun/ pertengahan masa memandang konsep diri yang lebih positif
kanak-kanak). Pada masa ini konsep diri dalam hal bertingkah laku atau berso-
berkembang lebih realistik dan anak mulai sialisasi (Crain dalam Bracken, 1996).
tahu apa yang mereka butuhkan untuk Pada usia remaja, seseorang tumbuh
hidup dan untuk masa depannya. Anak menjadi individu yang sadar akan dirinya
mulai memiliki gambaran diri positif atau sendiri dan melakukan penilaian terhadap
negatif mengenai dirinya sendiri, yang dirinya. Dari sini ia kemudian mulai
melekat untuk waktu lama setelah masa memandang dirinya dengan lebih realistik
kanak-kanak. dan spesifik. Ini menandakan bahwa pada
masa remaja, individu mulai membentuk
Konsep Diri Remaja dan memiliki konsep diri yang lebih akurat
Pada masa puber (kira-kira 11-15 dari pada masa-masa sebelumnya (Papalia,
tahun) perlakuan orang lain sangat mem- 2004).
pengaruhi konsep diri yang dapat menim-
Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006 125
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
Pudjijogyanti (1985) mengatakan, selain konsep diri selama masa remaja akhir
keluarga dan teman, konsep diri juga dapat akan berkembang dengan stabil dan
terbentuk dari interaksi guru dan murid saat meskipun dapat terjadi peningkatan,
anak memasuki masa sekolah. Di sekolah namun terjadi secara bertahap atau
anak mulai mengenal dan berinteraksi perlahan.
dengan guru serta memperoleh tugas-tugas
baru. Dapat atau tidaknya ia mengerjakan Konsep Diri Positif dan Konsep Diri
tugas-tugas itu akan memberikan penga- Negatif
ruh pada konsep diri. Kemungkinan dapat Berdasarkan proses perkembangan
terjadi seorang anak, yang masuk sekolah konsep diri yang telah dijelaskan akan
dengan konsep diri positif, ia akan mengu- terlihat konsep diri terbentuk karena hasil
bahnya ke arah negatif bila gurunya interaksi individu dengan lingkungan,
bertingkah laku negatif terhadapnya. terutama hubungan dengan orang lain.
Dengan demikian pembentukan konsep Dalam pembentukan konsep diri melalui
diri siswa tidak hanya dipengaruhi oleh interaksi sosial, hal terpenting yaitu
orang tua karena guru juga berpengaruh hubungan dengan "significant others" akan
terhadap pembentukan konsep diri positif mempengaruhi konsep diri yang dominan.
siswa. Melalui hubungan ini akan terbentuk
Pada usia remaja, konsep diri konsep diri positif atau konsep diri negatif
mempunyai fungsi penting dalam hubu- pada setiap individu.
ngannya dengan tingkah laku. Tiga alasan a. Konsep diri positif.
utama konsep diri penting pada usia remaja Dalam proses pembentukan, konsep diri
adalah: dapat berkembang ke arah positif dan
a. Dituntut dapat membuat keputusan untuk negatif pada setiap individu karena
dirinya sendiri. konsep diri diperlukan untuk berinte-
b. Perubahan fisik mempengaruhi sikap- raksi dengan orang lain.
nya terhadap diri sendiri, orang lain Montana (2001) memberikan ciri-ciri
dan kehidupan pada umumnya. tingkah laku individu yang mempunyai
c. Seringkali terjadi konflik peran dan konsep diri positif yaitu :
kebingungan peran, karena pada masa 1) Bercita-cita menjadi pemimpin
peralihan ini kadang-kadang mereka (menginginkan kepemimpinan).
dianggap sebagai anak kecil, tetapi 2) Mau menerima kritikan yang
kadang-kadang mereka dituntut untuk bersifat membangun.
menjadi dewasa. Perasaan tidak puas 3) Mau mengambil resiko lebih sering.
dengan keadaan diri sendiri, baik fisik 4) Bersifat mandiri terhadap orang
ataupun psikis menyebabkan remaja lain.
mengalami konflik dan ketegangan. 5) Yakin bahwa keberhasilan dan
Namun jika remaja merasa puas akan kegagalan tergantung pada usaha,
keadaan diri sendiri, maka ia tidak akan tindakan dan kemampuan sese-
mengalami ketegangan. Perkembangan orang.
konsep diri pada akhirnya akan mulai 6) Bertanggung jawab atas tindakan
menetap dan stabil pada usia remaja yang dilakukannya.
akhir. Pada masa remaja awal (13-17 7) Percaya ia mempunyai kontrol
tahun) walaupun tampak stabil, konsep dan pengaruh terhadap peristiwa
diri masih dapat berubah karena atau kejadian dalam kehidupannya.
pengaruh dari lingkungan. Konsep diri 8) Menerima tanggung jawab atas
mulai sulit berubah pada masa remaja tindakannya sendiri.
akhir, karena konsep mengenai diri yang 9) Sabar menghadapi kegagalan
dibentuknya sudah relatif menetap dan frustasi, tahu bagaimana
dan lebih stabil dari pada masa cara menangani kegagalan secara
remaja awal (Papalia, 2004). Dusek positif.
& Flaherty (dalam Bracken, 1996) 10) Dapat menangani pekerjaan yang
mengatakan hal yang sama bahwa
126 Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
ambisius masalah. Sebaliknya remaja yang mengem-
11) Merasa mampu menangani atau bangkan konsep diri negatif, mempunyai
mempengaruhi lingkungannya dan kesulitan dalam menerima diri sendiri,
bangga terhadap perilaku dan sering menolak diri serta sulit bagi dia untuk
tindakannya. melakukan penyesuaian diri. Remaja yang
12) Menangani persoalan dengan keya- mempunyai konsep diri positif akan mem-
kinan dan kepercayaan. bantu dalam mengerjakan tugas dan
b. Konsep diri negatif. sebaliknya remaja dengan konsep diri
Selain konsep diri positif, individu negatif akan menghambat dalam menyele-
dapat membentuk konsep diri negatif. saikan tugasnya.
Montana (2001) memberikan ciri-ciri
tingkah laku individu yang mempunyai Pengertian Pola Asuh
konsep diri negatif. Individu yang Pengasuhan merupakan bagian
mempunyai konsep diri negatif mem- terpenting dalam kehidupan setiap individu.
punyai ciri-ciri sebgai berikut : Davenport (1994) mengatakan salah satu
1) Menghindari peran-peran pemim- aspek dari orang tua yang memiliki
pin. pengaruh utama terhadap perkembangan
2) Menghindari kritikan dan tidak anak adalah "child rearing", dalam pene-
mau mengambil resiko. litian ini diartikan sebagai pola pengasuhan.
3) Tidak mempunyai atau kurang "Child rearing style refers to the general
mempunyai kemampuan untuk approach taken by the caregiver toward
bertahan terhadap tekanan. child" (Davenport, 1994).
4) Kurang memiliki motivasi belajar, Pola asuh adalah cara orang tua
bekerja dan umumnya ia mem- membesarkan anak dengan memenuhi
punyai kesehatan emosi dan psiko- kebutuhan anak, memberi perlindungan,
logis kurang baik. mendidik anak, serta mempengaruhi tingkah
5) Mudah terpengaruh dan menya- laku anak dalam kehidupan sehari-hari
lahgunakan obat-obat terlarang, (Baumrind dalam Papalia, 2004).
mengandung diluar nikah, keluar Sejalan dengan pengertian di atas,
dari sekolah atau terlibat kejahatan. Brooks (1991) mengatakan pengasuhan
6) Lebih merasa perlu untuk dicin- adalah suatu proses yang di dalamnya
tai dan diperhatikan sehingga ia terdapat unsur memelihara, melindungi, dan
lebih mudah untuk dipengaruhi mengarahkan anak selama masa perkem-
oleh orang lain. bangannya. Martin dan Colbert (1997)
7) Ia akan berbuat apa saja untuk mendefinisikan hal sama bahwa pengasu-
menyesuaikan diri dan menye- han sebagai suatu proses berkaitan dengan
nangkan orang lain. Orang dewa- orang dewasa yang melahirkan, menjaga,
sa berpikir dia adalah anak baik mengasuh dan mengarahkan anak.
karena ia adalah orang yang Sedangkan Hamner dan Turner
menyenangkan. Tetapi keperluan (1990) menyatakan pengasuhan sebagai
untuk menyenangkan orang lain hubungan timbal balik yang kompleks dan
dapat menimbulkan masalah bagi menimbulkan perubahan perkembangan
dia. bagi setiap individu yang terlibat dengan
8) Mereka mudah frustasi, menya- proses tersebut.
lahkan orang lain atas kekura- Berdasarkan penjelasan di atas,
ngannya. maka definisi pola asuh yang digunakan
9) Menghindar dari keadaan-kea- dalam penelitian ini adalah suatu proses
daan sulit untuk tidak "gagal" interaksi antara orang tua dan anak, yang
dan bergantung pada orang lain. meliputi kegiatan seperti memelihara,
Jadi remaja yang mengembangkan melindungi, dan mengarahkan tingkah
konsep diri positif akan merasa dirinya laku anak selama masa perkembangan anak
berharga sehingga lebih percaya diri tersebut.
dalam menghadapi berbagai keadaan dan
Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006 127
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
Tentu orang tua memiliki tujuan dalam pusat pada orang tua, berpusat pada
mengasuh anak. Menurut Martin dan anak atau terjalin komunikasi dua
Colbert (1997), tujuan orang tua mengasuh arah (orang tua dan anak).
anak adalah agar anak dapat bertahan d. Cara pengasuhan atau pemeliharaan
hidup, sehat secara fisik, dan mengem- orang tua terhadap anak (Parental
bangkan kemampuan agar dapat memenuhi nurturance)
kebutuhan sendiri. Selain itu orang tua Cara pengasuhan orang tua adalah
berharap supaya anak dapat memenuhi ungkapan orang tua untuk menun-
tujuan khusus sehubungan dengan prestasi, jukkan kasih sayang, perhatian
keyakinan agama, dan kepuasan pribadi terhadap anak dan bagaimana cara
(Levine dalam Martin & Colbert, 1997). memberikan dorongan kepada anak.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Ada 2 unsur dari aspek pengasuhan
setiap orang tua memiliki cara tersendiri tersebut di atas yaitu unsur kehangatan
dalam mengasuh anak. Pengasuhan orang dan keterlibatan. Kehangatan berarti
tua harus disesuaikan dengan tuntutan pencurahan cinta dan pengorbanan
budaya yang berkembang di masyarakat orang tua bagi anak yang ditun-
(Bee & Boyd, 2004). Selain itu selama jukkan dengan sentuhan fisik,
proses pengasuhan, orang tua dipengaruhi pemberian dukungan verbal terhadap
oleh karakteristik anak, keluarga, bahkan tingkah laku dan perasaan anak.
karakteristik orang tua itu sendiri. Sedangkan keterlibatan berarti kemam-
puan orang tua mengenali tingkah laku
Aspek-Aspek Pola Pengasuhan dan perasaan anak, merasa bangga dan
Menurut Diana Baumrind (Bee & senang atas keberhasilan anak, serta
Boyd, 2004), terdapat 4 aspek dalam pola memberi perhatian pada kesejahteraan
asuh yang diterapkan oleh orang tua, yaitu: anak.
a. Kendali dari orang tua (Parental
control) Dimensi-Dimensi Pola Asuh
Kendali dari orang tua adalah tingkah Menurut Diana Baumrind (dalam
laku orang tua dalam menerima dan Bee & Boyd, 2004, Papalia, 2004,
menghadapi tingkah laku anaknya Santrock, 2003), ada dua dimensi besar
yang dinilai tidak sesuai dengan pola yang menjadi dasar dari kecenderungan
tingkah laku yang diharapkan oleh jenis pola asuh orang tua, yaitu:
orang tua. Termasuk pula usaha orang a. Tanggapan atau responsiveness
tua dalam mengubah tingkah laku Dimensi ini berkenaan dengan sikap
ketergantungan anak, sikap agresif dan orang tua yang menerima, penuh kasih
kekanak-kanakan, serta menanamkan sayang, memahami, mau mende-
standar tertentu yang dimiliki orang tua ngarkan, berorientasi pada kebutuhan
terhadap anak. anak, menentramkan dan sering mem-
b. Tuntutan terhadap tingkah laku matang berikan pujian. Sikap hangat orang tua
(Parental maturity demands) kepada anak berperan penting dalam
Tuntutan terhadap tingkah laku matang proses sosialisasi antara orang tua dan
adalah tingkah laku orang tua untuk anak. Pada keluarga yang orang tua
mendorong kemandirian anak dan menerima dan tanggap dengan anak-
mendorong anak supaya memiliki anak, sering terjadi diskusi terbuka dan
rasa tanggung jawab atas segala juga sering terjadi proses memberi dan
tindakan. menerima secara verbal diantara
c. Komunikasi antara orang tua dan anak kedua belah pihak, seperti saling
(Parent-child communication) mengekspresikan kasih sayang dan
Komunikasi antara orang tua dan anak simpati. Namun pada orang tua yang
adalah usaha orang tua menciptakan menolak dan tidak tanggap terhadap
komunikasi verbal dengan anak. anak-anak, orang tua bersikap mem-
Beberapa bentuk komunikasi yang benci, menolak atau mengabaikan anak.
dapat terjadi yaitu komunikasi ber- Sikap orang tua seperti itu sering
128 Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
menjadi penyebab berbagai masalah pengasuhan ini orang tua berlaku
yang dihadapi oleh anak, mulai dari segi sangat ketat dan mengontrol anak tapi
kognitif, kesulitan akademis, ketidak- kurang memiliki kedekatan dan
seimbangan hubungan dengan orang komunikasi berpusat pada orang tua.
dewasa dan teman sebaya, gangguan Orang tua sangat jarang terlibat dalam
neurotik, sampai dengan masalah proses memberi-menerima (take &
karakteristik seperti delinkuensi give) dengan anaknya. Mereka
(Anthony dkk; Heilbrun dkk; Martin mengekang dan memaksa anak untuk
dkk; Rutter dkk; dalam Conger 1991). bertindak seperti yang mereka ingin-
b. Tuntutan atau demandingness kan. Selain itu, mereka juga selalu
Kasih sayang dari orang tua menekankan bahwa pendapat orang
tidaklah cukup untuk mengarahkan dewasa paling benar dan anak harus
perkembangan sosial anak secara menerima dengan tidak memper-
positif. Kontrol orang tua dibutuhkan tanyakan kebenaran ataupun memberi
untuk mengembangkan anak agar komentar. Pola asuh ini lebih mene-
menjadi individu kompeten, baik secara kankan pada kebutuhan orang tua,
sosial maupun intelektual. Ada orang sedangkan ekspresi diri dan keman-
tua yang membuat standar tinggi untuk dirian anak ditekan atau dihalangi.
anak dan mereka menuntut agar Orang tua yang menggunakan pola
standar tersebut dipenuhi anak asuh authoritarian sangat menekankan
(demanding). Namun ada juga orang konformitas dan ketaatan mutlak.
tua menuntut sangat sedikit dan jarang Orang tua juga sering menggunakan
sekali berusaha untuk mempengaruhi hukuman sebagai cara membentuk
tingkah laku anak (undemanding). Tun- kepatuhan anak. Anak yang dibesarkan
tutan-tuntutan orang tua yang bersifat dari pola pengasuhan seperti ini bia-
ekstrim cenderung menghambat tingkah sanya memiliki kecenderungan emosi
laku sosial, kreativitas, inisiatif dan tidak stabil (moody), murung, takut,
fleksibilitas dalam pendekatan masalah- sedih, dan tidak spontan. Selain itu
masalah pendidikan maupun praktis, anak yang dibesarkan dalam keluarga
kemudian mengkombinasikan kedua ini akan lebih pasif, tidak mandiri,
dimensi pola asuh tersebut dan meng- kurang terampil bersosialisasi, penuh
hasilkan tiga jenis pola asuh, yaitu: dengan konflik, kurang percaya diri,
pola asuh authoritarian, permissive, dan kurang memiliki rasa ingin tahu.
dan authoritative. Jika anak frustasi, maka ia cenderung
bereaksi memusuhi teman sebaya. Anak
Bentuk-Bentuk Pola Asuh laki-laki yang orang tuanya berpola
Bagi setiap orang tua, jenis pola asuh authoritarian, akan menjadi anak
asuh yang diterapkan itu sebagai jenis mudah marah dan bersikap menentang,
pola asuh paling baik untuk mengasuh sedangkan pada anak perempuan akan
anak. Baumrind (dalam Bee & Boyd, menjadi sangat tergantung dan kurang
2004) membagi pola asuh dalam 3 jenis, dalam bereksplorasi, serta menghindari
yaitu: Authoritarian, Permissive dan tugas-tugas menantang (Bee & Boyd,
Authoritative. 2004).
a. Authoritarian / otoriter b. Permissive / permisif
Pola asuh authoritarian adalah cara Pola pengasuhan ini berbeda dengan
orang tua mengasuh anak dengan pola asuh authoritarian. Pada pola
menetapkan standar perilaku bagi anak, pengasuhan permisif orang tua hanya
tetapi kurang responsif pada hak dan membuat sedikit perintah dan jarang
keinginan anak. Orang tua berusaha menggunakan kekerasan dan kuasa
membentuk, mengendalikan, serta untuk mencapai tujuan pengasuhan
mengevaluasi tingkah laku anak sesuai anak. (Bee & Boyd, 2004). Orang Tua
dengan standar tingkah laku yang bersikap responsif terhadap kebutuhan
ditetapkan orang tua. Dalam pola anak tetapi mereka menghindari segala
Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006 129
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
bentuk tuntutan ataupun kontrol untuk meminta kebebasan yang lebih
kepada anak-anak. Orang tua banyak dari orang tua (Santrock, 2003).
menerapkan sedikit sekali disiplin Baumrind (dalam Santrock, 2003)
dan sekalipun mereka menerapkan mengatakan bahwa orang tua membiar-
disiplin kepada anak, mereka bersikap kan remaja laki-laki pergi dari rumah
tidak konsisten dalam penerapan. tanpa pengawasan. Apabila orang tua
Mereka memberikan kebebasan menempatkan pengawasan yang ketat
sebanyak mungkin pada anak untuk pada remaja laki-laki, hal itu dapat
berbuat semaunya dan anak tidak mengganggu perkembangannya.
dituntut untuk belajar bertingkah laku Sedangkan yang diinginkan orang tua
baik atau belajar mengerjakan tugas- adalah agar anak remajanya bertumbuh
tugas rumah. Orang tua mem- matang secara sosial. Oleh karena
perbolehkan anak untuk mengatur dan banyak kebebasan itu peran orang tua
membuat keputusan bagi diri sendiri, penting untuk mengarahkan remaja
meskipun anak tersebut belum siap terhadap hal-hal pengaruh lingkungan
untuk itu. Selain itu orang tua juga yang negatif.
bersikap tidak menghukum dan c. Authoritative / Demokratik
menerima serta menyetujui apa saja Pola asuh Authoritative adalah cara
yang dilakukan anak. Orang tua seperti orang tua mengasuh anaknya dengan
ini tetap menyayangi anak tetapi menetapkan standar perilaku bagi anak
menghindari pemberian perintah kepada dan sekaligus juga responsif terhadap
anak. Masalahnya adalah kebebasan kebutuhan anak (Bee & Boyd,
berlebihan tidak sesuai untuk perkem- 2004). Pada bentuk pola asuh ini
bangan anak, serta dapat mengakibatkan orang tua menggunakan pendekatan
timbulnya tingkah laku lebih agresif rasional dan demokratis. Orang tua
dan impulsif (Baumrind dalam Bee & menawarkan keakraban dan menerima
Boyd, Papalia, 2004). tingkah laku asertif anak mengenai
Pada bentuk pola asuh ini, orang tua peraturan, norma dan nilai-nilai.
memberi bimbingan terlalu sedikit, Orang tua dengan pola pengasuhan
sehingga anak menjadi bingung seperti ini mau mendengarkan pendapat
mengenai apa yang seharusnya dilaku- anak, menerangkan peraturan dalam
kan, serta merasa cemas apakah ia keluarga, dan menerangkan norma dan
sudah melakukan sesuatu dengan benar nilai yang dianut. Selain itu orang tua
atau belum (Papalia, 2004). Anak juga dapat bernegosiasi dengan anak
dengan pola pengasuhan ini sangat (J.P. Hill dalam Papalia, 2004). Orang
tidak dewasa. Ia mempunyai kesu- tua mengarahkan aktivitas anak secara
litan dalam mengontrol dorongan rasional, menghargai minat anak, dan
hati, tidak patuh jika diminta mela- menghargai keputusan anak untuk
kukan sesuatu yang bertentangan mandiri.
dengan keinginan mereka. Anak Orang tua membuat aturan jelas dan
menjadi terlalu menuntut dan tergan- konsisten serta menerapkan standar
tung pada orang dewasa. Ia juga tingkah laku yang diharapkan dari anak.
kurang tekun dalam mengerjakan Peraturan yang diberikan orang tua
tugas-tugas prasekolah jika diban- disertai dengan penjelasan dan pena-
dingkan dengan anak yang orang laran kepada anak mengapa suatu
tuanya lebih menunjukkan kontrol. peraturan dibuat, dan mengapa anak
Pada anak laki-laki, kaitan antara pola diharapkan untuk bertingkah laku
asuh permissive dan tingkah laku non- tertentu. Terdapat saling memberi dan
prestasi lebih terlihat (Baumrind menerima antara orang tua dan anak,
dalam Bee & Boyd, 2004). Individu sehingga anak memperoleh kesem-
pada masa remaja banyak mengha- patan untuk mengemukakan pendapat
biskan waktu dengan rekan sebaya kepada orang tua dan mengikutsertakan
sehingga hal itu mendorong dirinya anak dalam diskusi. Standar tingkah
130 Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
laku yang mereka buat disesuaikan pilihan tersebut. Pemberian umpan
dengan kebutuhan perkembangan dan balik ini dapat mendorong anak
kemampuan anak. Dalam pola asuh ini untuk mengenali hubungan antara
yang ditekankan adalah anak mengem- keputusan, tingkah laku dan kon-
bangkan otonomi dan tanggung jawab. sekuensi yang diambil serta mere-
Hasilnya, anak yang dibesarkan dalam fleksikan kemampuan mereka
keluarga ini akan lebih kompeten sebagai pembuat keputusan. Sebalik-
dalam bersosialisasi, lebih bertanggung nya, orang tua dengan pola pengasuhan
jawab, percaya diri, adaptif, kreatif, authoritarian membatasi hal tersebut.
memiliki rasa ingin tahu besar, dan Orang tua dengan pola pengasuhan
terampil bergaul, serta sukses di seko- permissive tidak memberikan panduan
lah. Baumrind (dalam Papalia, 2004) jelas yang sesuai dengan usia dan
mengatakan bahwa anak yang memiliki pengalaman anak (Baumrind dalam
orang tua dengan pola asuh autho- Bee & Boyd, 2004).
ritative akan cenderung kompeten Keakraban dan penerimaan dalam
secara sosial, enerjik, ceria, bersahabat keluarga authoritative dapat mengha-
dan memiliki harga diri tinggi bahkan silkan perkembangan positif pada anak.
memiliki prestasi akademik tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa hubu-
Bentuk pola pengasuhan ini dianggap ngan orang tua dengan anak yang
positif bagi perkembangan anak didasari rasa saling percaya, komu-
dibandingkan pola pengasuhan lain. nikatif dan responsif emosional, berhu-
Pola pengasuhan authoritarian dan bungan dengan peningkatan keber-
permissive kurang efektif dibandingkan hasilan, dan kepuasaan hidup anak
dengan pola pengasuhan authoritative. secara umum.
Meskipun pola pengasuhan terbagi Dari bentuk-bentuk pola asuh tersebut,
dalam tiga macam, tetapi pembagian yang diyakini berakibat positif bagi
ini bukan merupakan hal definitif. perkembangan diri anak adalah bentuk
Tidak ada orang tua sempurna. Orang pola asuh authoritative. Selama usia
tua adalah manusia yang bereaksi kanak-kanak sampai usia remaja, pola
berbeda di berbagai situasi, tergantung asuh authoritative ini secara konsisten
suasana hati dan lingkungan mereka. berhubungan dengan kematangan
Pola pengasuhan disimpulkan lewat sosial anak, sikap percaya diri ting-
reaksi orang tua disebagian situasi. gi, standar moral terinternalisasi,
Pola pengasuhan menjadi penting prestasi akademik tinggi dan tanggung
karena akan menjadi dasar bagi jawab pada tugas.
perkembangan anak dikemudian hari
(Berns, 1997). Pengasuhan Remaja
Orang tua dengan pola pengasuhan Mengasuh anak merupakan suatu
authoritative memberikan model pekerjaan yang membutuhkan fleksibilitas
bertanggung jawab secara sosial. tinggi. Orang tua mengalami kesulitan
Sedangkan orang tua dengan pola dan bahkan memiliki tugas yang saling
pengasuhan authoritarian dan bertolak belakang. Di satu sisi orang tua
permissive lebih menunjukkan tingkah harus mendorong anak untuk menjadi
laku memaksa atau kurang menya- pribadi independen, namun di sisi lain
yangi anak dan hal ini bukan contoh orang tua memiliki tanggung jawab untuk
baik pada anak. Dengan demikian, mengawasi anak remaja.
orang tua dengan pola pengasuhan Menurut Ballensky dan Cook
authoritative memberikan kesempatan (dalam Martin & Colbert, 1997), sebagian
lebih efektif bagi anak untuk besar orang tua menyatakan bahwa
bertanggung jawab dengan meminta mereka merasa kurang memiliki kemam-
anak untuk membuat pilihan sendiri, puan dan kurang efisien dalam mengasuh
disertai dengan bimbingan jelas dan anak remaja. Bagian paling sulit bagi
memberikan umpan balik terhadap orang tua dalam mengasuh anak remaja
Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006 131
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
adalah memprediksi atau meramalkan masa (Steinberg, dalam Bee & Boyd, 2004).
depan anak dan bagaimana mempersiapkan Akan tetapi, dalam hubungan antara orang
anak untuk dapat berperan sebagai orang tua dan anak juga timbul berbagai macam
dewasa (Hamburg, dkk; dalam Martin & konflik. Kehidupan sosial remaja dan
Colbert, 1997). kebiasaan yang ditiru remaja menim-
Orang tua dari remaja berada dalam bulkan banyak konflik, seperti memilih
tahapan pengasuhan interdependent stage teman atau pacar, seberapa sering remaja
(saling tergantung). Selama masa ini, tugas diperbolehkan keluar rumah dan lainnya.
utama orang tua adalah membentuk Apabila dilihat dari bentuk pengasuhan
hubungan baru dengan anak sambil beru- yang telah dibahas di awal, dapat dikatakan
saha menemukan pemecahan masalah remaja yang orang tuanya authoritarian
antara orang tua dan anak yang ada pada akan kurang dapat menyesuaikan diri
saat itu, yaitu mengenai masalah otoritas dengan baik. Meskipun demikian, remaja
dan komunikasi (Galinsky dalam Martin & dengan orang tua yang berpola asuh ini
Colbert, 1997). mempunyai sikap dan prestasi lebih baik di
Masalah utama yang dihadapi oleh sekolah dan keterlibatan dalam tindakan-
orang tua dalam tahapan ini adalah mem- tindakan anti sosialnya pun lebih rendah
berikan batasan dan bimbingan. Sebagai dibandingkan dengan remaja yang orang
penyedia informasi bagi anak, orang tua tuanya tidak menuntut (Baumrind;
harus dapat membimbing perkembangan Lamborn dkk; dalam Bee & Boyd, 2004).
identitas diri anak dengan cara memberikan Orang tua dari keluarga besar akan
dorongan dan memperbolehkan anak untuk cenderung lebih authoritarian diban-
melakukan eksplorasi. Mereka juga harus dingkan dengan keluarga kecil (Berns,
dapat menerima bahwa anak mempunyai 1997). Namun bila dilihat dari urutan
identitas dirinya sendiri. kelahiran, Santrock (2003) mengatakan
Dalam mengasuh anak remaja, hal bahwa urutan kelahiran tidak dapat
paling penting adalah monitor dari orang dijadikan tolok ukur dalam memper-
tua terhadap aktivitas remaja, kirakan perilaku remaja, meskipun hubu-
keberadaannya, teman-teman bergaulnya ngan antara orang tua dan anak dapat
(Small & Eastman, Holmbeck dkk; dalam dipengaruhi jumlah anak dalam keluarga.
Martin & Colbert, 1997). Menurut Remaja yang diasuh dengan pola
penelitian, remaja dengan orang tua asuh permissive, memiliki kontrol diri lebih
memonitor kehidupannya akan menun- rendah, kurang terlibat dalam proses
jukkan rasa percaya diri lebih tinggi dan belajar di sekolah dan lebih banyak
juga menunjukkan perilaku delinkuen lebih terlibat kasus penggunaan obat-obatan
rendah dibandingkan dengan remaja yang daripada remaja yang orang tuanya
orang tuanya tidak memonitor mengkomunikasikan standar tingkah laku
aktivitasnya (Patterson dkk; dalam Martin secara jelas (Baumrind; Lamborn dkk,
& Colbert, 1997). dalam Bee & Boyd, 2004). Berbeda
Ada satu anggapan di kalangan dengan kedua pola asuh di atas, remaja
masyarakat, yaitu hubungan antara orang yang diasuh dengan pola asuh authoritative
tua dan remaja selalu lebih dipenuhi oleh memiliki rasa percaya diri tinggi, kema-
konflik dan pertengkaran daripada hubu- tangan sosial dan moral, serta menunjukkan
ngan harmonis, dinilai tidak sepenuhnya prestasi akademis di sekolah. Dengan pola
benar oleh Steinberg (dalam Martin & authoritative ini, orang tua mempunyai
Colbert, 1997). Sebagian besar remaja tetap tujuan membantu remaja untuk menjadi
meminta nasihat dan dukungan orang tua orang dewasa yang bertanggung jawab dan
mereka, dan secara emosional remaja juga bahagia.
tetap dekat dengan orang tua (Maccoby &
Martin; Lamb dkk; dalam Martin &
Colbert, 1997). Bahkan penelitian
menunjukkan antara orang tua dan anak
biasanya terdapat hubungan harmonis
132 Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
Persepsi Pola Asuh Sebagai Faktor (Sugiyono, 2002).
yang Membentuk Konsep Diri
Remaja Instrumen Penelitian
Anak merupakan cerminan orang Alat ukur konsep diri dalam
tua dan segala hal yang diberikan orang tua penelitian ini berdasarkan teori konsep diri
akan tercermin dari sikap anak. Seorang dari Fitts (1971) mengacu pada dimensi
anak yang dibesarkan oleh orang tua atau internal dan dimensi eksternal konsep diri.
lingkungan sekitar yang mendukung, Pada dimensi internal terdiri dari identity
cenderung mempunyai konsep diri positif. self, behavioral self, judging self dan
Sebaliknya, orang tua yang suka dimensi eksternal terdiri dari physical self,
memukul, mengabaikan, kurang memper- moral ethical self, personal self , family self,
hatikan, melecehkan, menghina, dan social self. Alat ukur yang digunakan
sebagainya, membuat anak cenderung yaitu Tennessee Self Concept Scale
mempunyai konsep diri negatif. (TSCS) dalam bentuk kuesioner.
Pengukuran pola asuh dilakukan
Metode Penelitian dengan menggunakan kuesioner yang
Penelitian ini termasuk ke dalam ditujukan pada remaja akhir dan bukan
jenis penelitian komparasi yang bersifat ex pada orang tua. Jawaban yang diberikan
post facto, artinya data dikumpulkan merupakan hasil persepsi remaja akhir
setelah semua kejadian yang dipersoalkan terhadap pola asuh yang diterapkan orang
berlangsung. Adapun tujuan penelitian tua di dalam keluarga, oleh karena itu hasil
komparasi adalah untuk membandingkan persepsi ini dapat disebut dengan istilah
dua atau tiga kejadian dengan melihat persepsi pola asuh.
penyebab-penyebabnya (Arikunto, 2002). Alat ukur persepsi pola asuh ini
disusun berdasarkan aspek-aspek pola asuh
dari Baumrind (dalam Bee & Boyd, 2004).
Sampel Penelitian
Aspek tersebut meliputi aspek kendali dari
Karakteristik sampel dalam pene-
orang tua, tuntutan terhadap tingkah laku
litian ini adalah remaja usia 18-22 tahun
yang matang, komunikasi antara orang tua
atau dapat digolongkan sebagai remaja
dan anak, dan aspek cara penga-
akhir. Pada remaja akhir konsep diri
suhan/pemeliharaan dari orang tua terhadap
seseorang sudah relatif menetap dan stabil
anak. Setiap aspek tersebut berada pada
(Papalia, 2004). Selain itu sampel dalam
masing-masing pola, yaitu pola autho-
penelitian merupakan remaja akhir yang
ritarian, permissive dan authoritative.
tinggal dan diasuh oleh orang tua (ayah &
Untuk menentukan persepsi pola asuh yang
ibu). Kriteria ini ditetapkan untuk
dominan tidak dapat dilihat dari skor
mengontrol bahwa pola asuh yang dite-
masing-masing persepsi pola asuh karena
rima remaja adalah dari orang tuanya.
masing-masing persepsi pola asuh
Lalu yang menjadi sampel adalah mereka
memiliki jumlah item yang berbeda dan
yang berada pada tingkat pendidikan
distribusi skor juga berbeda. Oleh sebab itu
SMU sampai ke perguruan tinggi. Hal ini
digunakan penghitungan z-skor untuk
ditetapkan dengan asumsi bahwa mereka
mengubah ke dalam satuan nilai yang sama.
memiliki pengetahuan bahasa yang cukup
baik untuk memahami pernyataan-
pernyataan dalam kuesioner. Hasil Penelitian
Pengambilan sampel dalam pene- Deskriptif anova
litian ini menggunakan teknik accidental Pengelompokan ketiga persepsi pola asuh
sampling, yaitu teknik penentuan sampel telah diketahui pada perhitungan z-skor
berdasarkan kebetulan, siapa saja yang sebelumnya. Dari hasil perhitungan z-skor
secara kebetulan bertemu dan dapat digu- terhadap 100 sampel penelitian, diperoleh
nakan sebagai sumber data sesuai dengan pengelompokan persepsi pola asuh orang
karakteristik sampel yang telah dite- tua sebagai berikut: 22 subyek dengan
tapkan sebelumnya oleh peneliti persepsi pola asuh authoritarian, 32

Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006 133


Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
subyek dengan persepsi pola asuh permis- akan terlihat letak perbedaan dari persepsi
sive dan 46 subyek dengan persepsi pola pola asuh tersebut. Berdasarkan analisis
asuh authoritative. Data yang terkumpul post hoc test, pada persepsi pola asuh
dianalisis dengan program SPSS for authoritarian dan permissive diperoleh
Windows release 11 uji-f satu jalan. Pada probabilitas 0,279. Oleh karena probabilitas
persepsi pola asuh authoritarian diperoleh > 0,05 berarti tidak ada perbedaan konsep
rata-rata konsep diri 140,91. Sedangkan diri pada persepsi pola asuh authoritarian
pada persepsi pola asuh permissive dan permissive. Namun probabilitas pada
diperoleh rata-rata konsep diri 146,72 dan persepsi pola asuh authoritative yaitu
rata-rata konsep diri tertinggi yaitu 0,000. Dengan p<0,05 berarti konsep diri
persepsi pola asuh authoritative sebesar pada persepsi pola asuh authoritative
160,54. Setelah diketahui data deskriptif, berbeda secara nyata dengan persepsi pola
maka analisis selanjutnya adalah uji asuh authoritarian dan permissive. Dari
homogenitas. Uji homogenitas dilakukan hasil ini dapat dikatakan bahwa persepsi
dengan menggunakan SPSS for Windows pola asuh authoritative yang memberikan
release 11 one way Anova, untuk pengaruh positif bagi konsep diri remaja
mengetahui apakah data tersebar secara akhir karena skor konsep diri persepsi pola
rata atau sama. Apabila varians data yang asuh authoritative lebih tinggi dari pada
dianalisis homogen, maka perhitungan persepsi pola asuh authoritarian dan
Anova dapat dilanjutkan. Jika penyim- permissive. Kesimpulan dari hasil analisis
pangan tidak signifikan (p>0,05) maka di atas adalah persepsi pola asuh
sebarannya dinyatakan homogen. authoritative yang menyebabkan perbe-
Sebaliknya jika p<0,05 sebaran dinyatakan daan konsep diri. Sedangkan pada persepsi
tidak homogen (Sugiyono, 2002). Hasil uji pola asuh authoritarian dan permissive
homogenitas diperoleh nilai probabilitas tidak mempunyai perbedaan yang
0,568 (p>0,05). Oleh karena itu hasil seba- signifikan satu dengan yang lain.
ran data dinyatakan homogen.
Pembahasan
Uji-f satu jalan Anova Hasil dari analisis statistik uji-F
Untuk menjawab hipotesis pene- anova satu jalan menyatakan bahwa
litian, maka dianalisis dengan uji-f satu hipotesis penelitian ini diterima. Artinya
jalan sehingga diketahui apakah terdapat terdapat perbedaan konsep diri antara
perbedaan konsep diri dengan ketiga remaja akhir yang mempersepsi pola asuh
bentuk persepsi pola asuh. Berdasarkan orang tua authoritarian, permissive dan
hasil analisis didapatkan f hitung sebesar authoritative. Dengan kata lain perbedaan
20,409 dengan probabilitas 0,000. Oleh konsep diri remaja akhir dikarenakan
karena probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak. faktor pola pengasuhan orang tua.
Dengan kata lain, rata-rata konsep diri Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa
ketiga persepsi pola asuh tersebut berbeda pola asuh authoritative yang menyebabkan
nyata atau signifikan. Jadi hipotesis dalam perbedaan pada konsep diri, sedangkan
penelitian ini diterima yaitu terdapat pada pola asuh permissive dan autho-
perbedaan konsep diri antara remaja akhir ritarian tidak mempunyai perbedaan
yang mempersepsi pola asuh orang tua konsep diri yang signifikan. Pola asuh
authoritarian, permissive dan authoritative. authoritative menghasilkan rata-rata
Post Hoct Test konsep diri paling besar diantara kedua
Setelah diketahui bahwa ada pola asuh lainnya. Dari hasil itu dapat
perbedaan konsep diri antara ketiga pola dikatakan bahwa pola asuh authoritative
asuh, maka peneliti akan melakukan memberikan sumbangan besar bagi pem-
analisis post hoc test dengan rumus bentukan konsep diri yang positif sedang-
scheffe test. Tujuan dari analisis ini adalah kan pada pola asuh permissive dan autho-
untuk mengetahui lebih spesifik kelompok ritarian menghasilkan remaja dengan
persepsi pola asuh yang membuat perbe- konsep diri yang negatif. Hal tersebut
daan pada konsep diri. Dengan demikian terjadi karena remaja mempersepsikan pola
134 Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
asuh orang tua yang authoritative. Dengan perilaku remaja dan lebih menuruti
persepsi remaja terhadap pola asuh autho- kehendak remaja sehingga tingkah laku
ritative ini, remaja akan merasakan bahwa yang dilakukan remaja berdasarkan apa
orang tuanya mempercayakan remaja yang diinginkan seperti bebas pulang ke
untuk melakukan sesuatu dengan caranya rumah dengan waktu yang diinginkan,
sendiri agar remaja mandiri. Misalnya orang bebas menghabiskan uang saku, memaksa
tua mengijinkan remaja menentukan tempat orang tua untuk memenuhi keinginannya,
kursus sendiri, menggunakan kendaraan dan lainnya.
pribadi, remaja boleh memiliki hubungan Persepsi terhadap pola asuh orang
dekat dengan teman lawan jenis, dan tua permissive ini tentunya membuat
lainnya. Namun orang tua tetap mem- remaja menjadi tidak patuh dan tidak
berikan bimbingan agar remaja bertang- dewasa karena remaja tidak belajar untuk
gung jawab terhadap keputusannya. Jadi bertanggung jawab terhadap tindakan yang
dengan persepsi remaja bahwa pola asuh dilakukannya. Selain itu remaja menjadi
orang tuanya authoritative, maka konsep tidak mandiri karena segala sesuatu yang
diri remaja menjadi positif seperti mandiri, diinginkan dipenuhi oleh orang tua
yakin dengan kemampuannya, bertanggung sehingga apabila remaja mengalami
jawab terhadap tindakan yang dilakukan. masalah cenderung kurang dapat bertahan
Walaupun remaja diberi kesem- terhadap tekanan. Hal itu terjadi karena
patan untuk melakukan sesuatu dengan kurangnya komunikasi antara remaja
cara sendiri, orang tua tetap mempunyai dengan orang tua dan remaja kurang men-
aturan atau larangan bagi remaja. Tujuan dapat dukungan dari orang tua. Komu-
dari aturan yang dibuat adalah untuk nikasi pada pola asuh ini lebih berpusat
mengarahkan remaja agar memiliki kepri- pada remaja dan orang tua cenderung pasif
badian yang matang. Dalam membuat menurut saja dengan semua saran yang
aturan orang tua menciptakan komunikasi diajukan oleh remaja. Peraturan di rumah
dua arah dengan remaja. Komunikasi itu tidak dibicarakan dengan jelas oleh orang
ditunjukkan dengan cara berdiskusi tua sehingga perilaku remaja tidak terarah.
dengan remaja dan memberi penjelasan Jadi persepsi remaja terhadap
mengenai aturan yang dibuat. Dengan pola asuh orang tua yang permissive
demikian remaja menjadi mengerti akan akan kurang mendukung untuk pemben-
aturan tersebut dan orang tua juga dapat tukan konsep diri remaja yang positif atau
mengarahkan tingkah laku remaja. Melalui dapat dikatakan membentuk konsep diri
komunikasi dengan orang tua maka remaja remaja menjadi negatif. Dengan konsep diri
juga mudah menceritakan masalahnya dan remaja yang negatif, remaja cenderung
merasakan dukungan orang tua sehingga menolak kritikan terhadap dirinya karena ia
menghasilkan konsep diri positif. Dengan merasa tingkah laku yang dilakukan itu
dukungan orang tua tersebut akan membuat sudah benar, tidak patuh pada orang tua dan
remaja merasa berharga dan mampu kurang mampu bertahan ketika menghadapi
menghadapi setiap tantangan. Remaja masalah. Bila pada persepsi pola asuh
dengan konsep diri yang positif akan permissive orang tua tidak memberikan
berhasil mencapai cita-citanya dan jika disiplin atau banyak memberikan kebe-
remaja mengalami masalah, maka ia dapat basan, maka sebaliknya dengan persepsi
menghadapinya dengan cara positif. Jadi pola asuh orang tua authoritarian remaja
konsep diri yang positif akan berdampak merasakan orang tua sangat mengontrol
baik bagi lingkungan sekitar remaja. perilakunya. Orang tua menetapkan kegia-
Berbeda dengan persepsi remaja tan yang harus diikuti remaja seperti waktu
terhadap pola asuh orang tua yang tidur, makan, belajar, bahkan orang tua
permissive, remaja akan merasakan bahwa menetapkan teman-teman dalam bergaul.
orang tuanya memberikan kebebasan Jadi orang tua dengan pola ini membatasi
berlebihan dan tidak menuntut remaja setiap kegiatan dengan disiplin yang
menampilkan perilaku tertentu. Orang tua ketat. Dalam mengontrol perilaku remaja,
tidak memberikan larangan terhadap orang tua menggunakan disiplin yang ketat,
Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006 135
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
bahkan menggunakan hukuman apabila maka dapat terjadi kemungkinan yang lain
tingkah laku remaja tidak sesuai dengan yaitu remaja akan menjadi pemarah,
keinginan orang tua. bersikap menentang terhadap lingku-
Dengan persepsi remaja terhadap ngannya karena selama dalam pengasuhan
pola asuh authoritarian, tentunya komu- orang tuanya, remaja banyak dikontrol
nikasi antara remaja dengan orang tua dengan ketat.
menjadi kurang baik karena komunikasi Hasil penelitian ini sesuai yang
berpusat pada orang tua sehingga remaja dikatakan Baumrind (dalam Bee & Boyd,
menjadi takut untuk mengungkapkan 2004) bahwa pola asuh authoritative
perasaannya. Peraturan yang dibuat oleh dianggap positif bagi perkembangan
orang tua tidak dikomunikasikan dengan remaja dibandingkan dengan pola yang
jelas dan remaja tidak mempunyai lainnya. Lalu Santrock (2003) mengatakan
kesempatan untuk berdiskusi dengan orang bahwa pola authoritarian dan permissive
tua karena kontrol yang sangat kuat. kurang efektif bagi perkembangan remaja
Sebagai contoh adalah orang tua hanya dibandingkan dengan orang tua yang
berbicara dengan anaknya apabila ada bersifat authoritative. Remaja yang
keperluan dan keinginan-keinginan remaja mempersepsikan pola asuh orang tua yang
cenderung diabaikan oleh orang tua. Oleh authoritative akan lebih kompeten dalam
karena itu, orang tua akan cenderung kurang bersosialisasi, lebih bertanggung jawab,
responsif pada kebutuhan remaja karena percaya diri (Papalia, 2004). Dengan
berfokus kepada kontrol terhadap perilaku persepsi pola asuh authoritative tersebut,
remaja dan pemberian disiplin yang akan mengarahkan remaja kepada konsep
berlebihan. diri yang positif karena orang tua
Dengan demikian remaja yang membesarkan remaja dengan pendekatan
memper-sepsikan pola asuh orang tua yang rasional dan demokratis. Orang tua
authoritarian akan mudah cemas saat memberikan peraturan dengan disertai
menampilkan perilakunya karena ia penjelasan dan orang tua mengikut sertakan
cenderung takut melakukan kesalahan dan remaja dalam diskusi. Selain itu orang tua
akan diberikan hukuman akan pelanggaran memberi kesempatan remaja untuk mem-
tersebut. Remaja mudah frustasi karena buat pilihan sendiri atau mengambil
tidak bebas melakukan kegiatan. Remaja keputusan sendiri namun disertai dengan
menjadi mudah curiga pada orang lain bimbingan yang jelas dari orang tua.
karena penekanan aturan dengan paksaan. Berbeda dengan pola asuh
Perilaku remaja di atas akan mengarahkan authoritative di atas, pada pola asuh
remaja kepada konsep diri yang negatif authoritarian dan permissive konsep diri
karena remaja akan cenderung menjadi remaja cenderung lebih rendah dalam
pribadi yang gagal dan tidak berguna. penelitian ini. Remaja yang memper-
Dengan kontrol dan disiplin yang ketat dari sepsikan pola asuh orang tua yang autho-
orang tua, tidak disertai dengan komunikasi ritarian akan lebih pasif, tidak mandiri,
dua arah, maka remaja akan sulit melihat kurang terampil bersosialisasi, kurang
gambaran yang positif ada pada dirinya percaya diri. Hal ini terjadi karena
karena orang tua menuntut remaja pengaruh dari pola yang diterapkan orang
berperilaku sesuai dengan keinginannya. tua yang kurang kelekatan dengan anak dan
Ketika remaja berperilaku tidak sesuai komunikasi hanya berpusat pada orang tua.
keinginan orang tua, maka ia akan berpikir Orang tua berusaha mengendalikan dengan
bahwa dirinya buruk dan tidak berguna. ketat tingkah laku remaja, bahkan
Pada akhirnya ketika berada dalam ling- menggunakan hukuman sebagai cara mem-
kungan pergaulan, remaja akan sulit untuk bentuk kepatuhan.
menyesuaikan diri dan lebih cenderung Kemudian dengan persepsi remaja
menarik diri karena merasa dirinya buruk terhadap pola asuh orang tua permissive
sehingga konsep diri remaja akan negatif. akan membuat remaja menjadi impulsif-
Namun apabila remaja tidak menarik diri agresif, tidak patuh pada orang tua, kurang
atau menjadi penakut di lingkungannya, mandiri, dan kurang mampu mengontrol
136 Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006
Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
diri. Dari persepsi pola asuh authoritarian Bracken, B. A, Handbook of Self Concept
dan permissive di atas akan mengarahkan Development, Social and Clinical
remaja kepada konsep diri yang negatif. Consideration, (1st ed), John
Dalam penelitian ini, remaja yang mengem- Wiley & Sons, Inc, New York,
bangkan konsep diri positif merasa dirinya 1996.
berharga sehingga lebih percaya diri
dalam menghadapi pengalaman dan situasi Brooks, Jane B, The Process of
serta membantu dalam menyelesaikan tugas. Parenting, Mayfield Publishing
Remaja yang mengembangkan konsep diri Company, California, 1991.
negatif mempunyai kesulitan dalam
menerima dirinya sendiri, sering menolak Burns, R, Konsep Diri : Teori, Pengukuran,
dirinya serta sulit untuk melakukan Perkembangan, & Perilaku,
penyesuaian diri dengan baik, sehingga (penerj : Eddy), Arcan, Jakarta,
dapat menghambat menyelesaikan tugas. 1993.

Kesimpulan Cerita sore. 2006, 4 Agustus. Trans TV.


Berdasarkan hasil analisis data
yang telah diuraikan sebelumnya, dapat Chaplin, J.p, Kamus Lengkap Psikologi,.
disimpulkan bahwa ada perbedaan konsep PT. Raja Grafindo Persada.
diri antara remaja akhir yang mempersepsi Penerjemah : Dr. Kartini Kartono,
pola asuh orang tua authoritarian, 2001.
permissive dan authoritative. Namun yang
memberikan perbedaan pada konsep diri Conger, J.J, Adolescence and Youth:
secara signifikan adalah persepsi pola asuh Psychological Development in a
authoritative. Dari ketiga persepsi pola Changing World, (4th ed.), Harper
asuh, skor tertinggi adalah persepsi pola Collins Publishers, New York, 1991.
asuh authoritative, kemudian persepsi pola
asuh permissive, dan yang paling rendah Evy, Kekerasan Pada Anak Dipicu
adalah persepsi pola asuh authoritarian. Hal Multifaktor, 18 Januari 2006,
ini dapat dikatakan bahwa dengan persepsi Kompas, hal 14.
pola asuh authoritative akan menghasilkan
konsep diri yang positif. Sebaliknya pada Fitts, W.H, The Self Concept and Self
persepsi pola asuh permissive dan Actualization, (1st ed), Western
authoritarian menghasilkan konsep diri Psychological Service, Los
negatif pada subyek penelitian. Angeles, 1971.

Daftar Pustaka Gunarsa, Y. Singgih., & Gunarsa, S.D,


Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian- Psikologi Perkembangan Anak dan
Suatu pendekatan Praktek, Edisi remaja, BPK Gunung Mulia, 1995.
Revisi V, Penerbit Rineka Cipta,
2002. Gunarsa, Y. Singgih., & Gunarsa, S.D,
Psikologi Praktis : Anak, remaja
Bee, Helen & Denise Boyd, The dan keluarga, BPK Gunung Mulia,
Developing Child, 10th ed, Pearson 1999.
Education, 2004.
Hamner, T.J. & Turner, P.H, Parenting in
Berns, Roberta M, Child, Family, School, Contemporary Society, (2nd ed.),
Community : Socialization & Prentice-Hall, New Jersey, 1990.
Support,. (4th ed), Holt, Rinehart &
Winston Inc, USA, 1997. Konsep diri sebagai alat kontrol perilaku. 23
November 2002, Harian Suara
Merdeka.

Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006 137


Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan
Authoritative
Kurniasih, dkk. Perjalanan Panjang
Indonesian Idol. 2004, 12 Santrock, J.W, Perkembangan Remaja,
September, Nova, hal. 8-9. (edisi keenam), Terjemahan:
Penerbit Erlangga, 2003.
Malik, Muhammad Anas, Pengaruh
Kualitas Interaksi Orang tua-Anak Siswa SLTA gagal dalam ujian. 2006, 23
dan Konsep Diri Terhadap Juni. Jakarta Post, hal. 1.
Kecerdasan Emosional Pada Siswa
SMU di Makasar, Jurnal Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian,
Psikologi. No.1, 51-63. Fakultas CV. Alfabeta, Bandung, 2002.
Psikologi Universitas Negeri
Makasar, 2003. Susana, dkk, Konsep Diri Positif
Menentukan Prestasi Anak,
Martin, Carole A. & Colbert, Karen, K, Kanisius, Jakarta, 2006.
Parenting; A Life Span
Perspective, Mc Graw-Hill, USA, Tanamal, Debby, Tinjauan Teori dan
1997. Evaluasi Dalam Pembentukan
KarakterPeserta Didik, Journal
Megawati, Christofora T, Cara Character Building I, Universitas
Mengembangkan Konsep Diri,. Bina Nusantara, Jakarta, 2004.
Journal Character Building I,
Universitas Bina Nusantara, Jakarta,
2004.

Montana, Positive & Negative Self


Concept, www.montana.edu (www
4h/Self. Html-8k), 2001.

Morgan, C.T., et al, Introduction to


Psycholog, (7th ed.), Mc Graw-Hill
book, co, Singapore, 1986.

Papalia, D. E, A Child World : Infancy


Through Adolescence, (6th ed), Mc
Graw-Hill, Inc, New York, 1993.

Papalia, D.E, Human Development, (9th


ed), Mc Graw Hill, New York,
2004.

Pudjijogyanti, C.R, Konsep Diri dalam


Proses Belajar Mengajar, Pusat
Penelitian Unika Atmajaya, Jakarta,
1985.

Pudjijogyanti, C.R, Konsep Diri dalam


Pendidikan, Arcan, Jakarta, 1988.

Rice, F.P, The Adolescent, (6th ed), Allyn


& Bacon, Inc, Boston, 1990.

138 Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2, Desember 2006

Anda mungkin juga menyukai