OLEH:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……..…………………………………………………………….....iii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAAN .................................................................................................1
BAB II ......................................................................................................................6
PEMBAHASAN ....................................................................................................13
BAB IV ..................................................................................................................17
PENUTUP ..............................................................................................................17
4.1Kesimpulanan ................................................................................................17
Lampiran
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sungai adalah suatu jaringan alur-alur alam dari kecil ke besar pada
permukaan bumi, di mana air hujan yang jatuh di permukaan bumi setelah
sebagian menguap (ataupun diambil oleh tanaman) akan melimpas dan
mengalir membentuk alur-alur; yang kemudian menjadi alur-alur sedang
(tributaries) dan seterusnya mengumpul menjadi satu alur besar atau utama
yang sebelum masuk ke laut dapat terbagi atas beberapa alur (distributaries).
Akibat dari buangan sisa hasil aktivitas manusia ke sekitar atau ke dalam
aliran sungai menyebabkan terganggunya ekosistem aliran sungai tersebut.
1
Mulai dari tidak terpenuhinya kualitas air berstandar 3B (tidak berwarna,
berbau dan tidak beracun), berkurangnya jumlah ikan dan satwa air, timbulnya
lingkungan kumuh sampai pada munculnya masalah kesehatan dan lainnya.
2
1.2 Gambaran Umum Kabupaten Sambas
Sumber : Perda Kab. Sambas No. 17 tahun 2015 tentang RTRW Kab. Sambas
Tahun 2015 – 2035
Kabupaten Sambas terdiri dari 19 kecamatan, 193 Desa, 594 Dusun,
1.147 Rukun Warga dan 2.929 Rukun Tetangga. Luas wilayah Kabupaten
Sambas adalah 6.395,70 Km² atau sekitar 4,36 persen dari luas wilayah Provinsi
Kalimantan Barat, memiliki panjang pantai ± 198,76 km; perbatasan negara ±
97 km; dan perairan laut seluas 1.467,84 Km². Kecamatan terluas di Kabupaten
ini adalah Kecamatan Sajingan Besar dengan luas 1.391,20 Km² atau 21,75
persen sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Salatiga dengan luas sebesar
82,75 Km² atau 1,29 persen dari luas wilayah Kabupaten Sambas.
Wilayah Kabupaten Sambas terdapat 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai
(DAS) dengan luas hamparan mencapai 516.200 ha atau 80,71% dari luas
3
wilayah kabupaten yang terdiri dari DAS Paloh (64,375 ha), DAS Sambas
(245.700 ha) yang meliputi Sungai Sambas, Sambas Kecil, Sungai Kumba
Sajingan Besar serta DAS Sebangkau (193,125 ha) yang meliputi Sungai
Sebangkau dan Selakau.
4
mencapai 23 wilayah kecamatan. Adapun luas keseluruhan ke-23 wilayah
Km2 (602.045,00 Ha) dalam Kabupaten Sambas dan 3.046,93 Km2 (304.693,00
Sungai Sambas
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
(DAS). Sedangkan sistem alur sungai (gabungan antara alur badan sungai dan
alur sempadan sungai) merupakan sistem river basin yang membagi DAS
menjadi sub-DAS yang lebih kecil. Oleh karenanya segala sesuatu perubahan
yang terjadi di DAS akan berakibat pada alur sungai. Areal DAS meliputi
seluruh alur sungai ditambah areal dimana stiap hujan yang jatuh di areal
tersebut mengalir ke sungai yang bersangkutan. Alur sempadan sungai
didefinisikan sebagai alur pinggir kanan dan kiri sungai yang terdiri dari
bantaran bajir, bantara longsor, bantaran ekologi, serta bantaran keamanan.
Dari sudut pandang ekologi, secara umum wilayah sungai juga dapat
dimasukkan ke dalam bagian wilayah keairan, baik wilayah keairan diam (tidak
mengalir) dan wilayah keairan dinamis (mengalir). Wilayah keairan tidak
mengalir misalnya danau, telaga, embung, sungai mati, anak sungai yang
mengalir hanya pada musim penghujan, rawa, dan lain-lain. Adapun yang
termasuk wilayah keairan yang dinamis atau mengalir adalah sungai
permukaan, sungai bawah tanah, laut dengan arus lautnya, dan lain-lain.
7
Mengacu pada pengertian DAS dalam uraian tersebut, maka di dalam
suatu DAS, terdapat berbagai komponen sumberdaya, yaitu sumberdaya alam
(natural capital) (terdiri dari udara/atmosphere, tanah dan batuan penyusunnya,
vegetasi, satwa), sumberdaya manusia/human capital (beserta pranata institusi
formal maupun informal masyarakat/social capital)) dan sumberdaya
buatan/man made capital yang satu sama lainnya saling berinteraksi
(interaction) (Putro et al., 2003).
Dalam pengelolaannya, suatu DAS memerlukan konsep pengelolaan
yang tidak hanya terbatas pada batasan wilayah pembangunan atau
administrasi, melainkan berdasarkan pada batasan wilayah ekologi. Namun
dalam kenyataannya, kegiatan pengelolaan DAS seringkali dibatasi oleh
batasanbatasan politis atau administrasi (negara, provinsi, kabupaten) dan
kurang dimanfaatkannya batas-batas ekosistem alamiah. Asdak (2002) dalam
Pradityo (2011) menyatakan bahwa beberapa aktivitas pengelolaan DAS yang
diselenggarakan di daerah hulu seperti kegiatan pengelolaan lahan yang
mendorong terjadinya erosi, pada gilirannya akan menimbulkan dampak di
daerah hilir (dalam bentuk pendangkalan sungai atau saluran irigasi karena
pengendapan sedimen yang berasal dari erosi di daerah hulu). Peristiwa
degradasi lingkungan seperti di atas jelas akan mengabaikan penetapan
batasbatas politis sebagai batas pengelolaan sumberdaya alam.
8
manusia antara lain pertanian, perkebunan, pemukiman, pertambangan,
industri, kehutanan, pariwisata, penyangga kawasan bawahan dan lain-lain.
9
Konservasi DAS Hulu dengan cara:
Reboisasi
Daerah hulu DAS merupakan sebuah pegunungan dan biasanya
berupa hutan lindung. Daerah ini adalah daerah sumber mata air dan
sebagai penahan erosi dan air hujan. Jika daerah hulu gundul maka
saat hujan besar maka tidak akan ada lagi vegetasi yang menahan
aliran limpasan permukaan. Maka reboisasi merupakan hal yang
penting dilakukan.
Pelarangan Pembangunan
Daerah hulu mutlak tidak boleh disentuh oleh kegiatan
pembangunan industri apalagi industri kimia. Limbah yang
dihasilkan di hulu nanti akan mengalir sampai ke hilir dan
membahayakan penduduk.
Pelarangan Pertambangan
Kegiatan pertambangan di daerah hulu akan merusakan struktur
permukaan tanah disana. Akibatnya adalah erosi yang merusak dan
memicu banjir bandang. Selain itu endapan material akan sampai di
hilir dan membuat pendangkalan sungai di hilir.
Konservasi DAS Bagian Tengah dengan cara:
Memfungsikan daerah genangan atau polder alamiah di sepanjang
sempadan sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung air.
Pengembangan sistem polder untuk melindungi suatu kawasan
tertutup dari genangan.
Selanjutnya reboisasi juga mengarah ke DAS bagian tengah dan
hilir. Secara selektif membangun atau mengaktifkan situ atau
embung alamiah di DAS yang bersangkutan
Untuk pengendalian land subsidence selain dilakukan permbatasan
pemompaan air tanah, juga dilakukan recharge air tanah.
Pengembangan river front city sebagai upaya pengelolaan air tawar.
10
Konservasi DAS Bagian Hilir dengan cara:
Pengerukan sungai
Endapan lumpur sungai akan membuat kedalaman air sungai akan
berkurang. Hal ini akan membuat banjir sering terjadi saat musim
hujan karena volume air sungai berkurang. Pengerukan berkala
adalah kegiatan yang harus rutin dilakukan.
Aturan pembangunan rumah
Sempadan sungai sejauh 10 m tidak boleh dibangun rumah karena
akan mempersempit lebar sungai. Aturan ini harus dipatuhi agar
bencana tidka terjadi di kemudian hari.
Aturan buang sampah
Sungai-sungai di hilir kini banyak berfungsi sebagai tong sampah di
kota besar. Masyarakat masih banyak yang tidak peduli dengan hal
ini dan ketika banjir terjadi maka yang disalahkan pasti pemerintah
padahal yang buang sampah ke sungai adalah masyarakat.
11
bronjong kawat. Sebelah hulu bangunan akan terisis pasir, sehingga dapat
mencegah terjadinya longsor.
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
Masalah lingkungan lainnya terjadi di daerah pesisir. Salah satu fungsi
hutan mangrove adalah untuk meredam gelombang dan melindungi pantai dari
abrasi. Pembukaan hutan mangrove, kurangnya tindakan pengamanan kembali
dan kurangnya kesadaran penduduk menjaga hutan mangrove menyebabkan
proses abrasi pada masa mendatang. Selain itu juga akan mengancam
ketersediaan perikanan karena fungsi lain dari hutan mangrove merupakan
penyedia nutrient bagi biota perairan dan juga tempat pemijahan.
14
Morgan (1986) mengemukakan bahwa efektivitas tanaman penutup dalam
mengurangi erosi dan aliran permukaan dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan
kontinuitas dedaunan sebagai kanopi, kerapatan tanaman, dan kerapatan sistem
perakaran. Seperti diketahui bahwa makin tinggi tempat jatuh butiran hujan makin
tinggi kecepatannya pada saat mencapai permukaan tanah, dengan demikian makin
tinggi pula energi kinetiknya. Oleh karena itu ketinggian tanaman (kanopi) berperan
sangat penting, karena semakin tinggi tanaman akan semakin besar energi kinetik
butiran air hujan yang jatuh dari tanaman tersebut. Morgan (1986) menyatakan
bahwa butiran air yang jatuh dari ketinggian 7m dapat mencapai kecepatan 90%
kecepatan maksimumnya, sehingga tinggi tanaman yang melebihi ketinggian ini
tidak efektif sebagai tanaman konservasi. Disamping itu, butiran hujan yang
terintersepsi oleh tanaman dapat saling menyatu untuk membentuk butiran yang
lebih besar sehingga lebih erosif. Dengan demikian tanaman rendah berdaun kecil
memberi dampak lebih efektif dalam mengurangi energi kinetik butiran hujan
dibanding tanaman tinggi dan berdaun lebar. Sebab daun lebar akan berfungsi
sebagai cawan pengumpul butiran air hujan.
15
tanah. Porositas tanah merupakan faktor yang menentukan besar kecilnya laju dan
kapasitas infiltrasi, sehingga meningkatnya porositas tanah dapat mengurangi
energi perusak aliran permukaan akibat pengurangan volume aliran permukaan.
Konservasi tanah dan air secara vegetatif dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara, yaitu:
16
BAB IV
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
iv
Anonim. _II. TINJAUAN PUSTAKA_ . (daring)
(http://digilib.unila.ac.id/13400/3/BAB%20II.pdf) diakses pada 20 November
2019
Sora. 2015. _Pengertian Konservasi Dan Tujuannya Serta Manfaatnya
Terjelas_ . (daring) (http://www.pengertianku.net/2015/08/pengertian-konservasi-
dan-tujuannya-serta-manfaatnya.html) diakses pada 20 November 2019
v
LAMPIRAN
Sungai Sebangkau
Sungai Selakau
Sungai Paloh