Anda di halaman 1dari 25

KONSERVASI SUMBER DAYA AIR DASAR

ALIRAN SUNGAI SAMBAS

Mata Kuliah DAS dan Pengelolaan Sungai

OLEH:

DIAN FIRDAUS (D1091181001)

ELISA OKTAVIANI (D1091181002)

MUTIA ISLAMI LISMANA (D1091181003)

SITI KAMARIA (D1091181004)

SYARIF MUHAMAD RIZAL (D1091181005)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
DAS dan Pengelolaan Sungai dengan judul “KONSERVASI SUMBER DAYA
AIR DASAR ALIRAN SUNGAI SAMBAS”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen mata DAS dan Pengelolaan Sungai yaitu Eko Yulianto S.T., M.T.
kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pontianak, 28 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI……..…………………………………………………………….....iii

BAB I .......................................................................................................................1

PENDAHULUAAN .................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................3

1.2 Gambaran Umum Kabupaten Sambas ...........................................................4

1.3 Gambaran Umum Wilayah Sungai Samba..……………………………..….5

BAB II ......................................................................................................................6

KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................6

2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Sungai .......................................6

2.2 BAgian-Bagian Sungai ……………………………………………………..7

2.3 Fungsi Sungai………………………………………………… ...…………..8

2.4 Jenis Konservasi DAS……………………………………………… .......….9

2.5 Pengendalian Erosi dan Sedimentasi…… ....…………................................11

BAB III .................................................................................................................13

PEMBAHASAN ....................................................................................................13

3.1 Permasalahan Wilayah Sungai Sambas ........................................................13

3.2 Metode Konservasi Wilayah Sungai Sambas ..............................................14

BAB IV ..................................................................................................................17

PENUTUP ..............................................................................................................17

4.1Kesimpulanan ................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iv

Lampiran

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sungai adalah suatu jaringan alur-alur alam dari kecil ke besar pada
permukaan bumi, di mana air hujan yang jatuh di permukaan bumi setelah
sebagian menguap (ataupun diambil oleh tanaman) akan melimpas dan
mengalir membentuk alur-alur; yang kemudian menjadi alur-alur sedang
(tributaries) dan seterusnya mengumpul menjadi satu alur besar atau utama
yang sebelum masuk ke laut dapat terbagi atas beberapa alur (distributaries).

Kedinamisan aliran sungai sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca,


karakteristik aliran sungai dan pola hidup masyarakat yang bertempat tinggal
di sekitar tepian sungai. Kondisi ini menyebabkan kualitas dan kuantitas sungai
sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim sesuai dengan
perkembangan lingkungan yang terjadi dan pola hidup masyarakat sekitar
sungai. Faktor-faktor tesebut memunculkan saling keterkaitan interaksi satu
dan yang lainnya. Bila interaksi beberapa komponen tersebut mengalami
gangguan maka akan terjadi perubahan kondisi yang menyebabkan ekosistem
menjadi tidak seimbang.

Bertambahnya jumlah penduduk, kurangnya daerah serapan air dan


makin bertambahnya pemukiman disekitar aliran sungai, menyebabkan kondisi
sungai mengalami banyak penurunan dalam hal kualitas mutu air. Penurunan
kualitas mutu air sungai juga diakibatkan oleh pola aktivitas masyarakat sekitar
aliran sungai. Kerusakan dan pencemaran air diantaranya terjadi akibat dari
penggunaan lahan serapan air yang dijadikan tempat tinggal sampai pada
pembuangan sisa aktivitas rumah tangga dan limbah sisa hasil industri ke
sekitar atau kedalam aliran sungai serta penambangan emas dan intan tanpa
izin (PETI).

Akibat dari buangan sisa hasil aktivitas manusia ke sekitar atau ke dalam
aliran sungai menyebabkan terganggunya ekosistem aliran sungai tersebut.

1
Mulai dari tidak terpenuhinya kualitas air berstandar 3B (tidak berwarna,
berbau dan tidak beracun), berkurangnya jumlah ikan dan satwa air, timbulnya
lingkungan kumuh sampai pada munculnya masalah kesehatan dan lainnya.

Salah satunya Sungai Sambas yang berada di Kabupaten Sambas,


Kalimantan Barat, Indonesia. Sungai ini berasal dari Kabupaten Bengkayang,
melewati Kota Sambas, mengalir terus sampai ke Pemangkat dan bermuara ke
Laut Cina Selatan.

2
1.2 Gambaran Umum Kabupaten Sambas

Kabupaten Sambas merupakan daerah bagian paling utara Provinsi


Kalimantan Barat atau di antara 2°08' Lintang Utara serta 0°33' Lintang Utara
dan 108°39' Bujur Timur serta 110°04' Bujur Timur.

Sumber : Perda Kab. Sambas No. 17 tahun 2015 tentang RTRW Kab. Sambas
Tahun 2015 – 2035
Kabupaten Sambas terdiri dari 19 kecamatan, 193 Desa, 594 Dusun,
1.147 Rukun Warga dan 2.929 Rukun Tetangga. Luas wilayah Kabupaten
Sambas adalah 6.395,70 Km² atau sekitar 4,36 persen dari luas wilayah Provinsi
Kalimantan Barat, memiliki panjang pantai ± 198,76 km; perbatasan negara ±
97 km; dan perairan laut seluas 1.467,84 Km². Kecamatan terluas di Kabupaten
ini adalah Kecamatan Sajingan Besar dengan luas 1.391,20 Km² atau 21,75
persen sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Salatiga dengan luas sebesar
82,75 Km² atau 1,29 persen dari luas wilayah Kabupaten Sambas.
Wilayah Kabupaten Sambas terdapat 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai
(DAS) dengan luas hamparan mencapai 516.200 ha atau 80,71% dari luas

3
wilayah kabupaten yang terdiri dari DAS Paloh (64,375 ha), DAS Sambas
(245.700 ha) yang meliputi Sungai Sambas, Sambas Kecil, Sungai Kumba
Sajingan Besar serta DAS Sebangkau (193,125 ha) yang meliputi Sungai
Sebangkau dan Selakau.

1.3 Gambaran Umum Wilayah Sungai Sambas

Wilayah Sungai Sambas secara administrasi berada di dalam wilayah


Kabupaten Sambas dan kabupaten Bengkayang, sehingga dalam rangka
kemudahan perolehan data dan analisisnya, maka secara makro akan
mempergunakan data kewilayahan Kabupaten Sambas dan Kabupaten
Bengkayang. Pada tahun 2002, jumlah kecamatan yang berada di dalam
Kabupaten Sambas adalah 16 (enam belas) wilayah kecamatan, dan pada tahun
2008 berkembang menjadi 19 (sembilan belas) wilayah kecamatan. Dengan
demikian selama periode tersebut telah terjadi pemekaran wilayah kecamatan
yang menghasilkan 3 (tiga) wilayah kecamatan pemekaran baru. Di antara ke-
19 kecamatan tersebut, 16 kecamatan berada pada koridor Wilayah Sungai
Sambas.Sedangkan jumlah kecamatan yang masuk dalam Kabupaten
Bengkayang berjumlah 17 wilayah kecamatan, dan 7 (tujuh) wilayah kecamatan
di antaranya termasuk ke dalam koridor Wilayah Sungai Sambas yang ada di
Kabupaten Bengkayang.

Jumlah wilayah kecamatan di kedua wilayah kabupaten tersebut yang


bersinggungan dan/atau dialiri oleh Sungai Sambas dengan anak-anak sungainya

4
mencapai 23 wilayah kecamatan. Adapun luas keseluruhan ke-23 wilayah

kecamatan tersebut mencapai 9.067,38 Km2 (906.738,00 Ha), meliputi 6.020,45

Km2 (602.045,00 Ha) dalam Kabupaten Sambas dan 3.046,93 Km2 (304.693,00

Ha) dalam Kabupaten Bengkayang.


Wilayah Sungai Sambas yang mempunyai 4 (empat) sungai besar
(Sungai Sambas Besar, Bantanan, Sambas dan Kumba) dan menjadikan sungai
sebagai alat transportasi utama, berdampak pada dipilihnya daerah bantaran
sungai sebagai lokasi permukiman penduduk dan aktivitas perekonomian.
Wilayah Sungai Sambas, 19 kecamatan di antaranya merupakan wilayah
yang pemanfaatan sungai sebagai prasarana dan sarana tarnsportasi cukup besar.
Keberadaan dermaga di dalam ke-19 kecamatan tersebut sebagai indikasi masih
kuatnya pemanfaatan sungai dalam mendukung pergerakan orang, barang, jasa
dan informasi bagi pembangunan wilayahnya. Secara keseluruhan terdapat 73
unit dermaga tersebar di ke-16 wilayah kecamatan tersebut, baik dermaga
perseorangan maupun dermaga yang berada dalam pengelolan dinas
perhubungan setempat. Pada umumnya dermaga yang ada berfungsi sebagai
pangkalan dengan kondisi umum baik, walaupun ada beberapa berkondisi rusak.

Sungai Sambas

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Sungai

Daerah Aliran Sungai (Watershed) didefinisikan sebagai suatu wilayah


daratan yang menerima air hujan, menampung dan mengalirkannya melalui
satu sungai utama ke laut dan atau ke danau. Satu DAS, biasanya dipisahkan
dari wilayah lain di sekitarnya (DAS-DAS lain) oleh pemisah alam topografi
(seperti punggung bukit dan gunung. Suatu DAS terbagi lagi ke dalam sub
DAS yang merupakan bagian DAS yang menerima air hujan dan
mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utamanya (Dirjen Reboisasi &
Rehabilitasi Lahan, 1998).
Asdak (2002) dan Arini (2005) menyatakan pengertian DAS sebagai
suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-
punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian
menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut
dinamakan Daerah Tangkapan Air (DTA) atau Water Catchment Area yang
merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber daya
alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai pemanfaat
sumber daya alam.
DAS merupakan suatu wilayah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya
merupakan satu kesatuan ekosistem, termasuk didalamnya hidrologi dengan
sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi sebagai penerima, penampung
dan penyimpan air yang berasal dari hujan dan sumber lainnya. Sungai atau
aliran sungai sebagai komponen utama DAS didefinisikan sebagai suatu
jumlah air yang mengalir sepanjang lintasan di darat menuju ke laut sehingga
sungai merupakan suatu lintasan dimana air yang berasal dari hulu bergabung
menuju ke satu arah yaitu hilir (muara). Sungai merupakan bagian dari siklus
hidrologi yang terdiri dari beberapa proses yaitu evaporasi atau penguapan air,
kondensasi dan presipitasi (Haslam 1992 dalam Arini 2005).
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya
Air, wilayah sungai merupakan gabungan dari beberapa Daerah Aliran Sungai

6
(DAS). Sedangkan sistem alur sungai (gabungan antara alur badan sungai dan
alur sempadan sungai) merupakan sistem river basin yang membagi DAS
menjadi sub-DAS yang lebih kecil. Oleh karenanya segala sesuatu perubahan
yang terjadi di DAS akan berakibat pada alur sungai. Areal DAS meliputi
seluruh alur sungai ditambah areal dimana stiap hujan yang jatuh di areal
tersebut mengalir ke sungai yang bersangkutan. Alur sempadan sungai
didefinisikan sebagai alur pinggir kanan dan kiri sungai yang terdiri dari
bantaran bajir, bantara longsor, bantaran ekologi, serta bantaran keamanan.
Dari sudut pandang ekologi, secara umum wilayah sungai juga dapat
dimasukkan ke dalam bagian wilayah keairan, baik wilayah keairan diam (tidak
mengalir) dan wilayah keairan dinamis (mengalir). Wilayah keairan tidak
mengalir misalnya danau, telaga, embung, sungai mati, anak sungai yang
mengalir hanya pada musim penghujan, rawa, dan lain-lain. Adapun yang
termasuk wilayah keairan yang dinamis atau mengalir adalah sungai
permukaan, sungai bawah tanah, laut dengan arus lautnya, dan lain-lain.

2.2 Bagian-Bagian Sungai

Dalam mempelajari ekosistem DAS, biasanya terbagi atas daerah hulu,


tengah dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu, tengah dan hilir dicirikan oleh
halhal sebagai berikut (Asdak 2002 dalam Arini 2005):
1) Daerah hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, memiliki kerapatan
drainase tinggi, kemiringan lereng besar (> 15%), bukan merupakan
daerah banjir, pemakaian air ditentukan oleh pola drainase dan jenis
vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan.
2) Daerah hilir dicirikan sebagai daerah pemanfaatan, memiliki kerapatan
drainase kecil, kemiringan lereng sangat kecil (< 8%), di beberapa tempat
merupakan daerah banjir (genangan), pemakaian air ditentukan oleh
bangunan irigasi, jenis vegetasi didominasi oleh tanaman pertanian kecuali
daerah estuaria yang didominasi oleh hutan bakau atau gambut.
3) Daerah tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik
biogeofisik DAS yang berbeda antara hulu dan hilir.

7
Mengacu pada pengertian DAS dalam uraian tersebut, maka di dalam
suatu DAS, terdapat berbagai komponen sumberdaya, yaitu sumberdaya alam
(natural capital) (terdiri dari udara/atmosphere, tanah dan batuan penyusunnya,
vegetasi, satwa), sumberdaya manusia/human capital (beserta pranata institusi
formal maupun informal masyarakat/social capital)) dan sumberdaya
buatan/man made capital yang satu sama lainnya saling berinteraksi
(interaction) (Putro et al., 2003).
Dalam pengelolaannya, suatu DAS memerlukan konsep pengelolaan
yang tidak hanya terbatas pada batasan wilayah pembangunan atau
administrasi, melainkan berdasarkan pada batasan wilayah ekologi. Namun
dalam kenyataannya, kegiatan pengelolaan DAS seringkali dibatasi oleh
batasanbatasan politis atau administrasi (negara, provinsi, kabupaten) dan
kurang dimanfaatkannya batas-batas ekosistem alamiah. Asdak (2002) dalam
Pradityo (2011) menyatakan bahwa beberapa aktivitas pengelolaan DAS yang
diselenggarakan di daerah hulu seperti kegiatan pengelolaan lahan yang
mendorong terjadinya erosi, pada gilirannya akan menimbulkan dampak di
daerah hilir (dalam bentuk pendangkalan sungai atau saluran irigasi karena
pengendapan sedimen yang berasal dari erosi di daerah hulu). Peristiwa
degradasi lingkungan seperti di atas jelas akan mengabaikan penetapan
batasbatas politis sebagai batas pengelolaan sumberdaya alam.

2.3 Fungsi Sungai

Menurut Perda Provinsi Kalbar No. 2 Tahun 2018 Tengtang Pengelolaan


Daerah Aliran Sungai Terpadu. Fungsi DAS adalah: (a) sebagai pemasok air
dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir,
(b) sebagai pengatur tata air (hidrologis) di mana sangat dipengaruhi jumlah
curah hujan yang diterima, geologi yang mendasari dan bentuk lahan di mana
fungsi hidrologis yang dimaksud termasuk kapasitas DAS untuk mengalirkan
air, penyangga kejadian puncak hujan, melepas air secara bertahap,
memelihara kualitas air dan mengurangi pembuangan massa (seperti tanah
longsor). Sedangkan manfaat DAS adalah sebagai tempat berbagai aktivitas

8
manusia antara lain pertanian, perkebunan, pemukiman, pertambangan,
industri, kehutanan, pariwisata, penyangga kawasan bawahan dan lain-lain.

2.4 Jenis Konservasi DAS

Secara garis besar metode konservasi tanah dapat dikelompokkan


menjadi tiga golongan utama, yaitu (1) secara agronomis, (2) secara mekanis,
dan (3) secara kimia. Metode agronomis atau biologi adalah memanfaatkan
vegetasi untuk membantu menurunkan erosi lahan. Metode mekanis atau fisik
adalah konservasi yang berkonsentrasi pada penyiapan tanah supaya dapat
ditumbuhi vegetasi yang lebat, dan cara memanipulasi topografi mikro untuk
mengendalikan aliran air dan angin. Sedangkan metode kimia adalah usaha
konservasi yang ditujukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga lebih
tahan terhadap erosi. Atau secara singkat dapat dikatakan metode agronomis
ini merupakan usaha untuk melindungi tanah, mekanis untuk mengendalikan
energi aliran permukaan yang erosif, dan metode kimia untuk meningkatkan
daya tahan tanah.

Dalam kegiatan konservasi DAS juga ada yang namanya pemberdayaan


masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ini menempatkan manusia sebagai
subjek yang mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut
kehendaknya. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa masyarakat lokal dengan
pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan peranannya
dalam perlindungan sumber daya air di sekitarnya. Karena itu, salah satu upaya
untuk meningkatkan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya
air termasuk pengelolaan sumber daya air adalah dengan meningkatkan
pengetahuan keterampilan dan kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu
demi melindungi sumber daya air. Pengetahuan dan keterampilan tersebut
tidak harus berkaitan langsung dengan upaya-upaya penanggulangan
masalah kerusakan sumber daya air tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan
usaha ekonomi, terutama dalam rangka membekali masyarakat dengan usaha
ekonomi alternatif sehingga tidak merusak lingungan.

Adapun konservasi yang dilakukan berdasarkan bagian sungai yaitu

9
Konservasi DAS Hulu dengan cara:

 Reboisasi
Daerah hulu DAS merupakan sebuah pegunungan dan biasanya
berupa hutan lindung. Daerah ini adalah daerah sumber mata air dan
sebagai penahan erosi dan air hujan. Jika daerah hulu gundul maka
saat hujan besar maka tidak akan ada lagi vegetasi yang menahan
aliran limpasan permukaan. Maka reboisasi merupakan hal yang
penting dilakukan.
 Pelarangan Pembangunan
Daerah hulu mutlak tidak boleh disentuh oleh kegiatan
pembangunan industri apalagi industri kimia. Limbah yang
dihasilkan di hulu nanti akan mengalir sampai ke hilir dan
membahayakan penduduk.
 Pelarangan Pertambangan
Kegiatan pertambangan di daerah hulu akan merusakan struktur
permukaan tanah disana. Akibatnya adalah erosi yang merusak dan
memicu banjir bandang. Selain itu endapan material akan sampai di
hilir dan membuat pendangkalan sungai di hilir.
Konservasi DAS Bagian Tengah dengan cara:
 Memfungsikan daerah genangan atau polder alamiah di sepanjang
sempadan sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung air.
 Pengembangan sistem polder untuk melindungi suatu kawasan
tertutup dari genangan.
 Selanjutnya reboisasi juga mengarah ke DAS bagian tengah dan
hilir. Secara selektif membangun atau mengaktifkan situ atau
embung alamiah di DAS yang bersangkutan
 Untuk pengendalian land subsidence selain dilakukan permbatasan
pemompaan air tanah, juga dilakukan recharge air tanah.
 Pengembangan river front city sebagai upaya pengelolaan air tawar.

10
Konservasi DAS Bagian Hilir dengan cara:
 Pengerukan sungai
Endapan lumpur sungai akan membuat kedalaman air sungai akan
berkurang. Hal ini akan membuat banjir sering terjadi saat musim
hujan karena volume air sungai berkurang. Pengerukan berkala
adalah kegiatan yang harus rutin dilakukan.
 Aturan pembangunan rumah
Sempadan sungai sejauh 10 m tidak boleh dibangun rumah karena
akan mempersempit lebar sungai. Aturan ini harus dipatuhi agar
bencana tidka terjadi di kemudian hari.
 Aturan buang sampah
Sungai-sungai di hilir kini banyak berfungsi sebagai tong sampah di
kota besar. Masyarakat masih banyak yang tidak peduli dengan hal
ini dan ketika banjir terjadi maka yang disalahkan pasti pemerintah
padahal yang buang sampah ke sungai adalah masyarakat.

2.5 Pengendalian Erosi dan Sedimentasi


Pengendalian erosi tebing sungai memerlukan pengetahuan tentang
kondisi fisik baik DAS maupun alur sungai. Disamping pendalaman tentang
karakteristik penampang sungai dan aliran. Pemilihan metode perlindungan
tebing sungai memerlukan pertimbangan yang hati-hati menyangkut kondisi
hidraulik pada lokasi, perencanaan dan pemasangannnya stuktur yang
dipakai. Pengendalian erosi dan sedimentasi meliputi: pencegahan erosi alur,
dan membangun bangunan pengatur sungai.
1. Pencegahan Erosi Alur
Pada dasarnya air hujan yang mengalir di alur yang terdapat di
lereng-lereng akan menggerus dasar dan tebing alur tersebut. Jika
dibiarkan begitu saja, maka aluralur itu akan semakin dalam menjadi
jurang-jurang yang dalam dan melebar membentuk suatu lembah-lembah
yang besar. Untuk mencegak berkembangnya alur menjadi lembah, maka
dibangun bendung pengatur dari konstrksi pasangan batu kali, beton atau

11
bronjong kawat. Sebelah hulu bangunan akan terisis pasir, sehingga dapat
mencegah terjadinya longsor.

2. Bangunan Pengatur Sungai


Secara umum bangunan pengatur sungai dapat dikelompokkan
menjadi: (1) perkuatan tebing, (2) konsolidasi pondasi, (3). Krib, dan (4)
ambang.

• Perkuatan tebing (revetment) adalah bangunan yang


ditempatkan pada permukaan suatu tebing/lereng guna
melindungi suatu tebing alur sungai atau permukaan lereng
tanggul sehingga secara keseluruhan stabilitas alur sungai dan
tubuh bendung meningkat. Berdasarkan lokasinya, perkuatan
tebing dapat dikelompokkan menjadi: - Perkuatan lereng
tanggul
- Perkuatan tebing sungai, dan - Perkuatan lereng menerus.

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan Wilayah Sungai Sambas

Wilayah Sungai Sambas yang mempunyai 4 (empat) sungai besar


(Sungai Sambas Besar, Bantanan, Sambas dan Kumba) dan menjadikan sungai
sebagai alat transportasi utama, berdampak pada dipilihnya daerah bantaran
sungai sebagai lokasi permukiman penduduk dan aktivitas perekonomian. Hal
tersebut telah menyebabkan kerusakan lingkungan khususnya pencemaran air
karena sebagian besar dari permukiman tersebut tidak mempunyai fasilitas
jamban, sehingga mereka membuang langsung air buangan dan kotorannya ke
sungai.

Selain itu, aktivitas peternak tambak pun telah menambah beban


pencemaran pada air sungai tersebut. Hal tersebut ditandai dengan terjadinya
eutrofikasi (penyuburan badan air) yang disebabkan melimpahnya kadar organik
dalam air sungai tersebut.

Karena masih kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya menjaga


kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, juga karena tindakan sewenang-
wenang dari beberapa perusahaan, menyebabkan terjadinya penurunan daya
dukung lingkungan dan menipisnya ketersediaan alam tersebut. Hal tersebut
menyebabkan berkurangnya kawasan hutan lindung akibat illegal logging.
Selain itu juga terjadi kerusakan lingkungan karena masih adanya kegiatan PETI
(pertambangan tanpa ijin) yang menyebabkan terjadinya sedimentasi dan
pencemaran air. Survey lapangan yang dilakukan di kedua kabupaten dalam
Wilayah Sungai Sambas serta informasi dari penduduk dan instansi terkait,
kegiatan PETI (penduduk setempat menyebutnya sebagai ”dompeng”) pada
umumnya terjadi di Sungai Sambas yang masuk Kabupaten Sambas. Kegiatan
PETI tidak terjadi di sepanjang Sungai Sambas yang masuk Kabupaten
Bengkayang.

13
Masalah lingkungan lainnya terjadi di daerah pesisir. Salah satu fungsi
hutan mangrove adalah untuk meredam gelombang dan melindungi pantai dari
abrasi. Pembukaan hutan mangrove, kurangnya tindakan pengamanan kembali
dan kurangnya kesadaran penduduk menjaga hutan mangrove menyebabkan
proses abrasi pada masa mendatang. Selain itu juga akan mengancam
ketersediaan perikanan karena fungsi lain dari hutan mangrove merupakan
penyedia nutrient bagi biota perairan dan juga tempat pemijahan.

Dengan kondisi wilayah sungai sambas yang tercemar di himbau kepada


masyarakat dan pemerintah untuk lebih memerhatikan dan menjaga ekosistem dan
keseimbangan sungai agar tetap terjaga, untuk tidak melakukan penambangan
illegal (PETI) dan membuang sampah ke sungai dan kegiatan-kegiatan yang
merugikan dan merusak lingkungan khususnya sungai.

3.2 Metode Konservasi Wilayah Sungai sambas

Konservasi Secara Agronomis : Konservasi tanah dan air secara vegetatif


adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa tanaman dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi
daya rusak hujan yang jatuh dan jumlah daya rusak aliran permukaan. Konservasi
tanah dan air secara vegetatif ini menjalankan fungsinya melalui:
• Pengurangan daya perusak butiran hujan yang jatuh akibat intersepsi butiran
hujan oleh dedaunan tanaman atau tajuk tanaman.
• Pengurangan volume aliran permukaan akibat meningkatkan kapasitas
infiltrasi oleh aktivitas perakaran tanaman dan penambahan bahan organik.
• Peningkatan kehilangan air tanah akibat meningkatnya evapotranspirasi,
sehingga tanah cepat lapar air.
• Memperlambat aliran permukaan akibat meningkatnya panjang lintasan
aliran permukaan oleh keberadaan batang-batang tanaman.
• Pengurangan daya rusak aliran permukaan sebagai akibat pengurangan
volume aliran permukaan, dan kecepatan aliran permukaan akibat
meningkatnya panjang lintasan dan kekasaran permukaan.

14
Morgan (1986) mengemukakan bahwa efektivitas tanaman penutup dalam
mengurangi erosi dan aliran permukaan dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan
kontinuitas dedaunan sebagai kanopi, kerapatan tanaman, dan kerapatan sistem
perakaran. Seperti diketahui bahwa makin tinggi tempat jatuh butiran hujan makin
tinggi kecepatannya pada saat mencapai permukaan tanah, dengan demikian makin
tinggi pula energi kinetiknya. Oleh karena itu ketinggian tanaman (kanopi) berperan
sangat penting, karena semakin tinggi tanaman akan semakin besar energi kinetik
butiran air hujan yang jatuh dari tanaman tersebut. Morgan (1986) menyatakan
bahwa butiran air yang jatuh dari ketinggian 7m dapat mencapai kecepatan 90%
kecepatan maksimumnya, sehingga tinggi tanaman yang melebihi ketinggian ini
tidak efektif sebagai tanaman konservasi. Disamping itu, butiran hujan yang
terintersepsi oleh tanaman dapat saling menyatu untuk membentuk butiran yang
lebih besar sehingga lebih erosif. Dengan demikian tanaman rendah berdaun kecil
memberi dampak lebih efektif dalam mengurangi energi kinetik butiran hujan
dibanding tanaman tinggi dan berdaun lebar. Sebab daun lebar akan berfungsi
sebagai cawan pengumpul butiran air hujan.

Kerapatan tanaman akan mempengaruhi panjang lintasan aliran permukaan


dan luasan lahan yang tertutup. Pada tanah gundul, aliran permukaan akan melintas
relatif lurus kearah kemiringan lahan, sementara pada lahan bertanaman, khususnya
pada Pertanaman acak, maka lintasan aliran permukaan akan berbentuk zig-zag,
sehingga lintasan lebih panjang. Dengan beda tinggi yang sama, akan dihasilkan
kemiringan yang lebih landai sehingga kecepatan aliran permukaan lebih kecil, dan
energi perusaknya juga makin kecil.

Kerapatan tanaman juga mempengaruhi luasan lahan yang tertutup


tanaman, semakin rapat tanaman yang ada di permukaan lahan semakin kecil energi
hujan yang sampai ke tanah, sehingga semakin kecil kemungkinan terjadinya erosi.
Penelitian yang dilakukan Fournier (1972) menunjukkan bahwa untuk memberikan
perlindungan yang cukup terhadap erosi paling sedikit 70% dari permukaan tanah
harus tertutup tanaman.

Kerapatan sistem perakaran tanaman menentukan efektivitas tanaman


dalam membantu pemantapan agregat, yang berarti pula meningkatkan porositas

15
tanah. Porositas tanah merupakan faktor yang menentukan besar kecilnya laju dan
kapasitas infiltrasi, sehingga meningkatnya porositas tanah dapat mengurangi
energi perusak aliran permukaan akibat pengurangan volume aliran permukaan.

Konservasi tanah dan air secara vegetatif dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara, yaitu:

• Pertanaman tanaman atau tumbuhan penutup tanah secara terus-menerus


(permanent plant cover)
• Pertanaman dalam strip (strip cropping)
• Pertanaman berganda (multiple cropping)

• Pertanaman bergilir (rotation cropping)

• Pemanfaatan mulsa (residue management)

• sistem pertanian hutan (agroforestry)

Adapun alternatif untuk mengatasi permasalahan DAS Wilayah Sungai


Sambas sebagai berikut:

16
BAB IV

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

DAS merupakan sumber kehidupan manusia untuk melakukan kegiatan


sehari-hari dan merupakan salah satu sumber air dari masyarakat. Oleh karena itu,
perlu adanya konservasi yang bertujuan untuk menjaga alam serta kualitas dari air
yang akan digunakan sehari-hari. Salah satu konservasi yang dilakukan yaitu
dengan menjaga kelestarian hutan yang ada di sekitaran sungai dan mencegah
adanya pembangunan yang terlalu dekat dengan sungai sendiri. Ada tiga jenis
metode konservasi DAS yaitu Agronomis, mekanis, dan kimia. Dan dengan kondisi
Wilayah Sungai Sambas yang tercemar akibat penambangan illegal (PETI) dan
membuang sampah ke sungai dan kegiatan-kegiatan yang merugikan dan merusak
lingkungan khususnya sungai. Selain itu, permasalahan lainnya yaitu erosi,
sedimentasi, dan banjir.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alim. 2015. Menelusuri Wilayah Sungai Sambas.


http://alimursalmalinsati.com/2015/07/menelusuri-wilayah-sungai-sambas.html
diakses tanggal 20 November 2019.

Sabahan.2016. Potensi Wisata Sungai Sambas.


http://sabahanpolteksbs.com/p/potensi-wisata-sungai-sambas.html diakses tanggal
20 November 2019.

Anonim.2015. Das dan Pengelolaannya. https://bebasbanjir2025.com/04-


konsep-konsep-dasar/mimpi-tentang-das-ciliwung/ diakses tanggal 20 November
2019.

Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2013. Pengelolaan Sumber daya Air Terpadu.


Andy, Yogyakarta.

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 2 Tahun 2018


Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sambas


2016-2021
Candra, Dudi. 2015. _Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)_ . (daring)
(http://elang.or.id/2015/12/pengertian-daerah-aliran-sungai-das/) diakses pada 20
November 2019
Admin. 2013. _Wilayah Sungai dan Alur Sungai_ . (daring)
(http://www.galeripustaka.com/2013/03/wilayah-sungai-dan-alur-
sungai.html?m=1) diakses pada 20 November 2019
Admin. 2016. _Daerah Aliran Sungai_ . (daring)
(https://konservasidas.fkt.ugm.ac.id/2016/09/10/daerah-aliran-sungai/) diakses
pada 20 November 2019

iv
Anonim. _II. TINJAUAN PUSTAKA_ . (daring)
(http://digilib.unila.ac.id/13400/3/BAB%20II.pdf) diakses pada 20 November
2019
Sora. 2015. _Pengertian Konservasi Dan Tujuannya Serta Manfaatnya
Terjelas_ . (daring) (http://www.pengertianku.net/2015/08/pengertian-konservasi-
dan-tujuannya-serta-manfaatnya.html) diakses pada 20 November 2019

v
LAMPIRAN

Pertanyaan dan Jawaban

1. Apa yang dimaksud konservasi secara vegetatif ? (M. Kahfi


Jawaban : Konservasi vegetative atau agronomis adalah penggunaan tanaman
atau tumbuhan atau sisa tumbuhan dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat
mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh dan
jumlah daya rusak aliran permukaan. Konservasi ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu: Penanaman tanaman tumbuhan penutup tanah secara terus
menerus (permanent plant cover), Penanaman dalam strip (strip cropping ), dan
lain-lain.
2. Apa yg di maksud konservasi secara kimia? Dan Bagimana tahapanmnya? (M.
Fathul)
Jawaban : Konservasi kimia adalah usaha konservasi yang ditujukan untuk
memperbaiki struktur tanah sehingga lebih tahan terhadap erosi atau lebih
singkat untuk meningkatkan daya tahan tanah.

Caranya adalah dengan mengaplikasikan bahan kimia yang digunakan dengan


tanah yang akan di konservasi
MCS
- Campuran dimethyldichlorosilane dan methyl-trichlorosilane (Van
Bavel, 1950)
- Berupa cairan yang mudah menguap, gas yang terbentuk bercampur
dengan air tanah. Senyawa yang terbentuk membuat agregat tanah stabil.
3. Apakah elevasi pasang surut air mempengaruhi konservasi? Dan bagaimana
penanganannya?(Yoga)
Jawaban : Mempengaruhi, dikarenakan pasang surut air tu (dalam tabel
alternatif) Jadi penanganannya tergantung kondisinya, karena beda kondisi beda
cara penanganannya
4. Kenapa peternak tambak bisa menyebabkan pencemaran? (Tania)
Jawaban : Dalam kegiatan pertambakan bahan makanan yang digunakan sebagai
pakan mengandung bahan kimia yang dapat mempengaruhi kualitas air
Sungai Sambas Kecil

Sungai Sebangkau
Sungai Selakau

Sungai Paloh

Anda mungkin juga menyukai