P S D A
POLA PENGELOLAAN DAS
( DA S B R A N TA S )
1
KEDAULATAN PANGAN
Kedaulatan > Ketahanan
Kedaulatan
Pangan
4
Mengapa bukan Wil. Administrasi ?
Mengapa tidak hanya satu DAS saja ?
1. Air adalah karunia Tuhan dan menjadi sumber kehidupan;
(setiap orang mempunyai hak yg sama utk memperoleh air)
2. Air adalah sumber daya alam yang mengalir (flowing
resources), yang tidak mengenal batas wilayah
administrasi manapun.
3. Basis pengelolaan SDAir adalah hidrografis, dalam arti WS
sebagai batasannya.
4. Keberadaan air yg mengikuti siklus hidrologi (ada DAS yg
secara alami kaya air dan ada DAS yg kritis air)
5. Mencegah timbulnya konflik dan sekaligus menempatkan
air sebagai unsur pemersatu wilayah
6. Efisiensi dan efektivitas pengelolaan
5
Bagaimana wujud wilayahnya ?
DAPAT BERUPA :
Satu DAS (Catchment Area)
Penggabungan DAS satu dgn DAS lain
Satu Pulau Kecil
Penggabungan beberapa gugusan pulau kecil
Penggabungan DAS dan Pulau Kecil disekitarnya
6
W S B ra n t a s m e ru p a ka n W S t e r b e s a r
ke d u a d i P u l a u J awa , t e rl e t a k d i
P ro p i n s i J awa Ti mu r p a d a 1 1 0 ° 3 0 ' B T
s a m p a i 1 1 2 ° 5 5 ' B T d a n 7 ° 0 1 ' LS
s a m p a i 8 ° 1 5 ' LS. S u n ga i B ra n t a s
m e m p u n ya i p a n j a n g ± 3 2 0 k m d a n
m e m i l i ki l u a s w i l aya h s u n ga i ± 1 4 . 1 0 3
k m 2 ya n g m e n c a ku p ± 2 5 % l u a s
P ro p i n s i J awa Ti mu r at a u ± 9 % l u a s
P u l a u J awa . W S B ra n t a s t e rd i r i d a r i 4
( e m p at ) D a e ra h A l i ra n S u n ga i ( DA S )
ya i t u DA S B ra n t a s, DA S Te n ga h d a n
DA S R i n g i n B a n d u l a n s e r t a DA S
Ko n d a n g M e ra k .
7
Sumber daya air adalah aspek vital yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia, untuk dan demi peradaban manusia,
tanpa pengembangan sumber daya air, peradaban manusia tidak
akan mencapai tingkat yang dinikmati saat ini. Pemanfaatan
sumber daya air untuk berbagai keperluan, di satu pihak terus
meningkat dari tahun ke tahun, tetapi di lain pihak ketersedian
sumber daya air semakin terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan
air yang terus meningkat, diperlukan suatu perencanaan terpadu
yang berbasis wilayah sungai guna menentukan langkah dan
tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan
tersebut dengan mengoptimalkan potensi pengembangan sumber
daya air (SDA), melindungi, melestarikan dan meningkatkan nilai
SDA dan lahan. Mengingat pengelolaan sumber daya air secara
menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup
merupakan masalah yang kompleks dan melibatkan semua pihak,
baik sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola, maka tidak
dapat dihindari perlunya upaya bersama untuk mulai
mempergunakan pendekatan one river basin, one plan and one
integrated management. Keterpaduan dalam perencanaan,
kebersamaan dalam pelaksanaan dan kepedulian dalam 8
Maksud dan tujuan penyusunan pola
p e n ge l o l a a n S DA W S B ra n t a s a d a l a h
menyusun ke r a n g k a d a s a r / aw a l
p e n ge l o l a a n S DA y a n g a d a d i W S B ra n t a s
d e n g a n p r i n s i p ke t e r p a d u a n a n t a ra a i r
permukaan dan air tanah serta
ke s e i m b a n g a n a n t a ra u p ay a ko n s e r v a s i S DA
d a n p e n d ay a g u n a a n S DA , s e h i n g g a d a p a t
m e n j a m i n t e r s e l e n g g a r a n y a p e n ge l o l a a n
S DA s e c a ra t e r p a d u , t e r ko o r d i n a s i d a n
b e r ke s i n a m b u n g a n d a l a m k u r u n w a k t u
tertentu (sampai tahun 2030)
9
Sasaran Sasaran dari penyusunan pola
p e n ge l o l a a n S DA WS B ra n t a s a d a l a h :
10
Adapun misi untuk pola pengelolaan sumber daya air
WS Brantas adalah:
1. Melakukan konservasi sumber daya air sehingga
dapat dicapai pendayagunaan sumber daya air yang
optimal sekaligus diperoleh pengendalian daya rusak
air yang maksimal.
2. Mengembangkan potensi air yang ada beserta aspek
kelembagaan dan pembiayaannya demi tercapainya
tata kelola sumber daya air yang lebih berhasil guna.
3. Meningkatkan partisipasi seluruh pemangku
kepentingan dalam mengelola sumber daya air yang
ditopang dengan data dan informasi yang memadai.
11
12
13
Dasar Hukum Terkait
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolan Sumber Daya Air.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
8. Peraturan Menteri PU Nomor 11A Tahun 2006 tentang Kriteria dan Penetapan
Wilayah Sungai.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
11. Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1991 tentang Sungai.
12. Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1986 tentang Perlindungan Hutan.
13. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1982 tentang Rawa.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi
dan Pemeliharaan Prasarana Pengairan.
15. Keputusan Presiden No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Pembentukan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada tingkat
Provinsi, Kabupaten/Kota dan Wilayah Sungai. 14
17. Dan lain-lain aturan yg terkait.
Kebijakan Daerah
RTRW propinsi merupakan :
1. Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah propinsi.
2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan
perkembangan antar wilayah propinsi serta keserasian antar sektor.
3. Pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau
masyarakat.
4. Pengarah dalam penataan ruang wilayah kabupaten/kota yang
merupakan dasar dalam pengawasan terhadap perijinan lokasi
pembangunan.
15
16
17
18
19
20
21
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2006
tanggal 17 Juli 2006, dan kemudian diperbarui dengan Kepmen PU No.
23/2008 WS Brantas dikategorikan sebagai WS strategis nasional
(kewenangan pengelolaan oleh Pemerintah Pusat) yang didasarkan pada
penilaian:
22
Inventarisasi Data
Luas catchment area WS Brantas sebesar 14.103 km2, panjang sungai
+320 km melintasi 15 Kabupaten/Kota. Curah hujan rata-rata mencapai
2.000 mm/tahun sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air
permukaan per tahun rata-rata 13,232 milyar m3, termanfaatkan sebesar 5-
6 milyar m3/tahun.
WS Brantas terdiri dari 4 (empat) DAS yaitu :
1. - DAS Brantas seluas 11.988 km2(6 sub DAS dan 32 basin block)
2. - DAS Kali Tengah seluas 596 km2
3. - DAS Ringin Bandulan seluas 595 km 2
4. - DAS Kondang Merak seluas 924 km2
24
25
Kondisi Hidrologi
Data curah hujan yang dipakai dalam analisa berasal dari
pengukuran dan pencatatan 49 stasiun penakar hujan on line
dan off line dengan panjang pencatatan selama 15 tahun
(mulai tahun 1991 – 2005).
Temperatur tertinggi di bulan Nopember 35,6°C dan terendah
di bulan Juli 18,1oC, dengan kelembaban 32 sampai 98 persen.
Kondisi berawan (mendung) paling banyak terjadi di bulan
Pebruari dan Desember. Rata-rata lama penyinaran matahari
pada bulan Pebruari sebesar 52 persen, bulan Desember
sebesar 46,1 persen. Tekanan udara tertinggi mencapai 1.012,4
milibar yang terjadi di bulan September dan terendah 1.009,2
milibar yang 12
terjadi di bulan Pebruari. Kecepatan angin tertinggi 7,4 knot
pada bulan Juli yang berhembus ke arah Timur dan terendah
4,3 knot pada bulan Maret yang berhembus ke arah Timur.
26
27
28
29
Untuk kebutuhan air domestik dan perkotaan yang
dipenuhi oleh PDAM tergantung dari jumlah penduduk
di masing-masing Kabupaten/Kota. Jumlah PDAM yang
memanfaatkan air di WS Brantas hinga tahun 2015 adalah
12 PDAM dari total 16 PDAM.
30
Prinsip Pengendalian Banjir
1. Pengendalian banjir di WS Brantas dilakukan dengan prinsip
pengendalian secara terpadu.
2. Pengendalian dimulai dari hulu dengan mengoperasikan waduk-
waduk untuk pengendalian banjir. Waduk di WS Brantas yang
mempunyai kemampuan untuk menampung limpasan air (banjir)
adalah waduk dengan pola operasi tahunan seperti Bendungan
Karangkates, Lahor, Selorejo, Wonorejo dan Bening.
3. Pengaturan tinggi muka air dan debit yang mengalir di sungai
akibat pembendungan dilakukan dengan mengatur operasi pintu
air di bendungan atau bendung secara berantai (berurutan mulai
Bendungan Wlingi dan Lodoyo, terus ke hilir menuju Bendung
Gerak Mrican, Bendung Karet Jatimlerek hingga Bendung Karet
Menturus).
4. Di hilir, aliran banjir di sungai dilewatkan melalui sungai Kali
Porong menuju ke laut dengan pengoperasian Bendung
Lengkong Baru dan apabila debit sungai Kali Surabaya di stasiun
Perning > 150 m3
5. Di Kota Surabaya, banjir di sungai Kali Surabaya diupayakan
untuk dialirkan ke laut melalui pengoperasian Pintu Air
Wonokromo (untuk memisahkan aliran ke sungai Kali Mas) dan
Pintu Air Jagir (memisahkan aliran ke sungai Kali Wonokromo)
31
Teknik Pengendalian Banjir
32
Aspek Peran Serta Masyarakat Dan Sistem Koordinasi
Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
Dalam tahap perencanaan, masyarakat ikut berperan dalam
pengambilan keputusan, melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat
yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air. Bentuk lain
partisipasi masyarakat dalam perencanaan adalah penetapan
alokasi air untuk masing-masing pemanfaat di WS Brantas yang
terhimpun dalam wadah Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya
Air WS Brantas (TKPSDA) atau wadah koordinasi lainnya. Contoh
peran serta masyarakat dalam bidang konservasi sumber daya air
adalah penghijauan di Desa Tlekung Batu seluas 17,5 ha dan Desa
Bendosari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang seluas 16,5 Ha.
Peran serta masyarakat dalam pendayagunaan sumber daya air di
antaranya diwujudkan dalam Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA).
Dalam hal ini petani berperan serta dalam pemeliharaan saluran
tersier baik dalam bentuk tenaga maupun biaya.26
Peran serta masyarakat dalam pengendalian daya rusak air salah
satunya diwujudkan dalam pengendalian pencemaran limbah domestik
melalui pembangunan IPAL oleh masyarakat bantaran sungai Brantas di
Kelurahan Mergosono Kota Malang.
33
34
35
Kondisi Sosial Ekonomi
Proyeksi kondisi sosial ekonomi 25 tahun ke depan
mencakup proyeksi penduduk, pertumbuhan ekonomi,
pertanian, energi dan air bersih. Proyeksi jumlah
penduduk untuk 25 tahun yang akan datang
36
37
38
WS Brantas merupakan daerah yang memiliki potensi air
tanah yang tinggi. Pengisian air tanah di WS Brantas
adalah sebesar 4.038,84 x 106 m3. Secara detail mengenai
pengisian dan potensi air tanah di kabupaten dan kota di
WS Brantas dapat dilihat pada Tabel 2.10
39
40
41
Berdasarkan hasil simulasi untuk tahun 2015 hampir semua
kebutuhan air bersih dapat terpenuhi di atas 90%, kecuali PDAM
Sidoarjo (66%), Nganjuk ( 89%) serta Kabupaten Malang (76%).
Kinerja pemenuhan kebutuhan air pada tahun 2015 berdasarkan
analisis bantuan paket program Ribasim /Decision Support System
River Basin Simulation Model (DSS-RIBASIM) untuk berbagai
sektor.
Simulasi Kondisi Tahun 2020 Kondisi tahun 2020 dinyatakan
dengan meningkatnya jumlah kebutuhan air domestik
perkotaan dan industri. Pemenuhan kebutuhan air irigasi
umumnya sama dengan kondisi tahun 2015, hanya sedikit
memburuk pada beberapa Daerah Irigasi. Daerah irigasi yang
mengalami kekurangan air, yaitu dengan tingkat keberhasilan
di bawah 80% adalah: DI Paingan, Brantas Atas, Brantas Bawah,
Delta Brantas, Blader-Song, Siman, Konto dan Trenggalek.
Berdasarkan hasil simulasi pada tahun 2020 lebih banyak
kebutuhan air bersih yang tidak dapat dipenuhi diatas 90%,
selain PDAM Sidoarjo, Nganjuk dan Kabupaten Malang.
Tingkat pemenuhan di bawah 90% juga terjadi di Surabaya dan
Mojokerto. Kinerja pemenuhan kebutuhan air pada tahun 2020
berdasarkan analisis bantuan paket program Ribasim untuk
berbagai sektor seperti disajikan pada Tabel 3.8, dan Tabel 3.10.
42
KONDISI SAAT INI DI INDONESIA
• Kemampuan pertanian untuk memenuhi kebutuhan
pangan kita sendiri, relatif telah dan sedang menurun
dengan sangat besar.
• Pada waktu ini Indonesia berada dalam keadaan "Rawan
Pangan" bukan karena tidak adanya pangan, tetapi karena
pangan untuk rakyat Indonesia sudah tergantung dari
Supply Luar Negeri, dan ketergantungannya semakin
besar.
• Pasar pangan amat besar yang kita miliki diincar oleh
produsen pangan luar negri yang tidak menginginkan
Indonesia memiliki kemandirian di bidang pangan.
43
Pendekatan dari Sisi Rekayasa Keairan
Satu Sungai – Satu Rencana – Satu Pengelolaan
Bagian Hulu: pengembangan
bendungan untuk menampung
banjir, menyimpan air dan
Bagian Tengah: bendung tetap
membangkitkan energi listrik.
dan bendung gerak membagikan
Bendungan
Sengguruh
Bendungan
air melalui jaringan irigasi maupun
Wonorejo saluran terbuka ke pemanfaat.
Bendungan
Sutami
Bendungan
Bendungan Bening
Lahor
Bendungan
Wlingi
Bendung Lodoyo
Bendungan
Selorejo Bendung Mrican
Bendung Lengkong
Baru P.A. Wonokromo
Sumber pembiayaan dari kegiatan pengelolaan sumber daya air diperoleh melalui
pungutan Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air (BJPSDA) sesuai Pasal 9 PP No
46 Tahun 2010
45
PJT-I sebagai BUMN Pengelola Wilayah Sungai
Pemerintah sebagai Pemilik Modal
(100% Kepemilikan oleh Negara)
Pemerintah Daerah
Irigasi : 120.467 ha
Irigasi : 212.838 ha PLTA : 0,24 Milyar kWh Irigasi : 879.591 ha
PLTA : 0,79 Milyar kWh PLTA : 0,16 Milyar kWh
Irigasi : 36.162 ha Irigasi : 304.670 ha
PLTA : 5,20 Milyar kWh PLTA : 1,04 Milyar kWh
Bendung Gerak Lodoyo Bendungan Wlingi Bendungan Sutami Bendungan Sengguruh Bendung Karet Menturus
Bendung Karet Jatimlerek Bendungan Kedungombo Bendungan Wonogiri Bendung Colo Bendung Gerak Babat
50
Routine O&M
51
Pemeliharaan Pintu Air/Gate
52
Pengecatan Pintu Air/Gate
53
Pembuatan Trashboom Waduk
54
PENGAMATAN DAN PEMANTAUAN INSTRUMENTASI
Pengamatan:
Pemeriksaan yang menerus dari kondisi instrumentasi keamanan
bendungan dan bangunan yang berhubungan.
Meninjau prosedur operasi, pemeliharaan dan pemantauan.
Dalam rangka untuk menentukan apakah terdapat suatu kecenderungan
bahaya yang mungkin akan berkembang.
Pemantauan:
Pengukuran dan pencatatan instrumen pengukur kinerja dan
kecenderungan perilaku bendungan dan bangunan pelengkapnya.
Salah satu cara untuk mendeteksi gejala awal sebelum terjadi keadaan
kritis.
Bagian dari pengukuran jaminan keamanan dari tahap konstruksi hingga
tahap operasi bendungan termasuk inspeksi keamanan berkala.
55
PENGAMBILAN DATA DAN PELAPORAN
Pengukuran instrumentasi secara rutin dengan interval waktu:
Instrumen/Parameter Frekuensi
Peilschaal (AWLR)/Muka air waduk Setiap hari
Ambang V-notch/Debit rembesan 2 kali per bulan
Pisometer/Tekanan air pori 2 kali per bulan
Sumur pengamatan/Muka air tanah 2 kali per bulan
Patok geser/Gerakan permukaan Sekali per 3 bulan
Penyajian data:
Pencatatan data yang jelas dan lengkap dalam lembar data secara tepat
waktu
Pengolahan data di kantor:
1. Periksa kebenaran data lapangan
2. Periksa kebenaran data input di kantor
3. Pengeplotan dan penyajian data dalam grafik terhadap fungsi waktu
pengukuran, muka air waduk, dan curah hujan.
56
PEMELIHARAAN INSTRUMEN
57
Pemantau Muka Air Waduk
a) Papan duga muka air (Peilschaall ) b) Pencatat muka air otomatis
(Automatic Water Level Recorder)
58
Pemantau Debit Air Rembesan
59
Pemantau Muka Air Tanah/Sumur Pipa Pemantauan
60
Pemantau Tekanan Air Pori
a. Pisometer Terbuka Pipa Tegak
(Standpipe Piezometer)
Instalasi Pisometer
61
Pipa Tegak
Pemantau Tekanan Air Pori
b. Pisometer Hidrolik
(Hydraulic Piezometer)
63
Pemantau Gerakan dan Pergeseran Bendungan
Inklinometer
Skema Instalasi Inklinometer
66
Pemantau Klimatologi
67
PENGUKURAN
PENGUKURANPORE
POREPRESSURE
PRESSUREMETER
METER(PPM)
(PPM) PENGUKURAN SEEPAGE/ LEAKAGE WATER
UP
UP STREAM
STREAMBENDUNGAN
BENDUNGANSUTAMI
SUTAMI BENDUNGAN SUTAMI
500 0
280,00 00
475
100
277,50 100
100 450
200
425
275,00 200
200
400 300
272,50 300
300 375
400
270,00 400
400 350
500
325
Seapage/Leakage (l/menit)
267,50 500
500
Elevasi (m)
Elevasi (m)
700
250
262,50 700
Elevasi
700 800
225
260,00
260,00 800
800 200 900
257,50
257,50 900
900 175
1.000
150
255,00
255,00 1000
1000 1.100
125
252,50
252,50 1100
1100 100 1.200
250,00 1200 75
250,00 1200 1.300
50
247,50
247,50 1300
1300 1.400
25
245,00
245,00 1400
1400 0 1.500
C.
C. Hujan
Hujan (mm)
(mm) El.
El. Muka
Muka Air
Air(m)
(m) HP-1
HP-1 HP-3
HP-3 HP-5
HP-5 HP-7
HP-7 HP-9
HP-9 HP-11
HP-11 HP-13
HP-13 HP-15
HP-15 HP-17
HP-17 HP-19
HP-19 C. Hujan (mm) El. Muka Air (m) Penstock I Galery Penstock II Batu Tumpuk Total Batas Maks MA 2 MA 3
305 100
300 200
295 300
290 400
Seapage/Leakage (l/menit)
285 500
Curah Hujan (mm)
280 600
Elevasi (m)
275 700
270 800
265 900
260 1.000
255 1.100
250 1.200
245 1.300
240 1.400
C. Hujan (mm) El. Muka Air (m) W-1 (LS-I) W-3 (LS-I)
W-3B (LS-I)
W-3 (LS-III)
W-4 (LS-I)
W-4 (LS-III)
W-4B (LS-I)
W-2 (LS-X)
W-2 (LS-III)
W-1 (LS-XI) 68
W-2 (LS-XI) W-3 (LS-XI) Bts Mak Seepage (W-2)
Erosi Lahan
Perladangan terbuka pada kawasan kritis Metode pertanian tidak ramah lahan
71
Upaya Pengelolaan Sedimentasi DAS Brantas
Telah disusun Peta Rencana (Road Map) pengelolaan
sedimentasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas
sebagai pendukung dan pengingat arahan kebijakan
kegiatan pengelolaan sedimentasi waduk di DAS Brantas
secara terpadu dan berkelanjutan agar tujuan
pembangunan waduk untuk pemenuhan berbagai
kebutuhan masyarakat dapat terwujud dengan dampak
negatif seminimal mungkin.
73
Penggelontoran Sedimen di Bendungan Sengguruh and Lodoyo
74
Kegiatan Pengerukan Waduk
Volume Komulatif Pengerukan Oleh PJT-I
Tahun Volume (m3)
1995-2010 9.014.818
2011 1.259.202
2012 1.081.322
2014 1.105.000
2016 1.146.300
Total 13.606.642
75
Konservasi Teknik di hulu Waduk Eco-friendly gully plugs
79
Pemantauan Kualitas Air Off-line
80
Pemantauan Kualitas Air Sungai Brantas
CONTOH: Parameter DO
Batu Malang Kediri Sidoarjo Surabaya
81
Sumber: Perum Jasa Tirta I (2014)
Pemantauan Kualitas Air Sungai Brantas
CONTOH: Parameter BOD
Batu Malang Kediri Sidoarjo Surabaya
82
Sumber: Perum Jasa Tirta I (2014)
Melibatkan Kearifan Lokal – Brantas Hilir
Patroli Air
Kegiatan Patroli Air dilakukan berkala setiap bulan dengan tim gabungan yang terdiri dari
Badan Lingkungan Hidup, BBWS, Dinas PU Pengairan, LSM, Polisi dan Wartawan dengan
tujuan:
• Pemantauan dan pengendalian pencemaran air di Kali Surabaya.
• Untuk mencari pelaku pencemaran air di Kali Surabaya.
• Melakukan inspeksi mendadak di lokasi yang diduga sebagai sumber pencemaran di
sepanjang Kali Surabaya.
• Penegakan hukum terhadap pelanggar pencemaran air di Kali Surabaya. 83
Jaringan Komunikasi Pemantauan Kualitas Air oleh Siswa Sekolah
85
Detective Brantas River
“Children are victim of river Pollution, children must have good education of environment situation” ECOTON believe
86
that Children can make different. ECOTON give chance for student to participate for this movement
87
WATERBUGS CENSUS Incorporation of Habitat Assessment in Volunteer
River Bio-monitoring
88
WS Brantas merupakan daerah yang memiliki potensi air
tanah yang tinggi. Pengisian air tanah di WS Brantas
adalah sebesar 4.038,84 x 106 m3. Secara detail mengenai
pengisian dan potensi air tanah di kabupaten dan kota di
WS Brantas dapat dilihat pada Tabel 2.10
@alfinh214 89
@alfinh214 90
@alfinh214 91
KONDISI SAAT INI DI INDONESIA
• Kemampuan pertanian untuk memenuhi kebutuhan
pangan kita sendiri, relatif telah dan sedang menurun
dengan sangat besar.
• Pada waktu ini Indonesia berada dalam keadaan "Rawan
Pangan" bukan karena tidak adanya pangan, tetapi karena
pangan untuk rakyat Indonesia sudah tergantung dari
Supply Luar Negeri, dan ketergantungannya semakin
besar.
• Pasar pangan amat besar yang kita miliki diincar oleh
produsen pangan luar negri yang tidak menginginkan
Indonesia memiliki kemandirian di bidang pangan.
@alfinh214 92
@alfinh214 93
@alfinh214 94
Simulasi Kondisi Tahun 2030
Kondisi tahun 2030 dinyatakan dengan meningkatnya
jumlah kebutuhan air domestik perkotaan, industri
dan tambak. Daerah irigasi yang kekurangan air,
yaitu dengan tingkat keberhasilan di bawah 80%
adalah: DI Paingan; Brantas Atas; Brantas Bawah;
Delta Brantas; Blader-Song; Siman; Konto dan
Trenggalek. Kinerja pemenuhan kebutuhan air pada
tahun 2030 berdasarkan analisis bantuan paket
program Ribasim untuk berbagai sektor seperti
disajikan pada Tabel 3.11, dan Tabel 3.13.
@alfinh214 95
@alfinh214 96
@alfinh214 97
@alfinh214 98
@alfinh214 99
Skenario Pengelolaan Sumber Daya Air Berdasarkan
hasil analisis pada seluruh aspek sebagaimana
tersebut uraian sebelumnya dan memperhatikan
perubahan iklim dunia (global climate change),
Millenium Development Goals (MDG’s), ketahanan
pangan serta pelestarian lingkungan, maka dapat
disusun beberapa skenario yang bertujuan menjamin
ketersediaan sumber daya air baik dari segi kualitas,
kuantitas dan keberlangsungan infrastruktur SDA.
Dengan demikian dalam pelaksanaan pengelolaan
SDA di WS Brantas harus mengindahkan 5 (lima)
aspek, yakni : konservasi, pendayagunaan,
pengendalian daya rusak air, peran serta masyarakat
dan SISDA yang dilakukan secara terpadu dan
menyeluruh dengan harapan bisa memberi dampak
@alfinh214 100
- Masih terjadi kekurangan/defisit dalam pemenuhan
kebutuhan air di irigasi dan DMI. Diperlukan upaya-upaya
guna meningkatkan memenuhi kebutuhan air khusus
pada musim kemarau dengan penambahan prasarana
sumber daya air yang baru melalui pembangunan waduk
maupun bangunan penampungan air lainnya.
- Untuk pengembangan pertanian di WS Brantas pada
masa yang akan datang diperlukan pembangunan dan
perbaikan sarana irigasi khususnya di daerah DAS selatan
(DAS Tengah, Ringin Bandulan, Kondang Merak). Luas
lahan irigasi di WS Brantas masih cukup besar, sehinga
diperlukan alokasi air yang cukup untuk memenuhi
rencana pengembangan irigasi dan peningkatan intensitas
tanam pada areal irigasi yang sudah ada
@alfinh214 101
untuk irigasi diproyeksikan tahun 2010 : 3.610 x 106 m3/thn;
tahun 2020 : 3.765 x 106 m3/thn; tahun 2030 : 3.718 x 106 m3/thn
- Kebutuhan air domestik dan non domestik (rumah tangga dan
perkotaan) diproyeksikan berdasarkan proyeksi jumlah
penduduk dan jumlah konsumsi per orang per hari. Hasil
proyeksi kebutuhan air total untuk WS Brantas adalah 65,044
m3/dtk ada tahun 2005, sedangkan pada tahun 2020 adalah
81,336 m3/dtk dan 90,510 m3/dtk pada tahun 2030.
- Kebutuhan air industri diproyeksikan akan terus meningkat
seiring dengan semakin bertambahnya jumlah industri yang
ada di WS Brantas. Kebutuhan air industri pada tahun 2005
adalah 4,74 m3/dtk, sedangkan proyeksi pada tahun 2020 dan
2030 masing-masing adalah 6,38 m3/dtk dan 7,48 m3/dtk pada
tahun 2030.
- Kebutuhan air untuk tambak pada tahun 2020 dan 2030
diproyeksikan sebesar 19,6 m3/dtk.
@alfinh214 102
@alfinh214 103
@alfinh214 104
@alfinh214 105
@alfinh214 106
@alfinh214 107
@alfinh214 108
@alfinh214 109
@alfinh214 110
@alfinh214 111