Anda di halaman 1dari 111

M AT E R I 0 3 .

P S D A
POLA PENGELOLAAN DAS
( DA S B R A N TA S )

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FA K U LTA S T E K N I K
U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H M A L A N G

1
KEDAULATAN PANGAN
Kedaulatan > Ketahanan

Kedaulatan
Pangan

Paradigma Pembangunan Nasional


2
3
“Bahaya kelaparan?...
Di pulau Jawa yang subur dan kaya itu, bahaya
kelaparan? Ya, saudara pembaca. Beberapa tahun
yang lalu ada distrik-distrik yang seluruh
penduduknya mati kelaparan,…ibu-ibu menjual
anak-anak untuk makan,…ibu-ibu memakan
anaknya sendiri”
(Multatuli, Max Havelaar, 1972 (asli 1860): 64)

4
Mengapa bukan Wil. Administrasi ?
Mengapa tidak hanya satu DAS saja ?
1. Air adalah karunia Tuhan dan menjadi sumber kehidupan;
(setiap orang mempunyai hak yg sama utk memperoleh air)
2. Air adalah sumber daya alam yang mengalir (flowing
resources), yang tidak mengenal batas wilayah
administrasi manapun.
3. Basis pengelolaan SDAir adalah hidrografis, dalam arti WS
sebagai batasannya.
4. Keberadaan air yg mengikuti siklus hidrologi (ada DAS yg
secara alami kaya air dan ada DAS yg kritis air)
5. Mencegah timbulnya konflik dan sekaligus menempatkan
air sebagai unsur pemersatu wilayah
6. Efisiensi dan efektivitas pengelolaan
5
Bagaimana wujud wilayahnya ?

DAPAT BERUPA :
Satu DAS (Catchment Area)
Penggabungan DAS satu dgn DAS lain
Satu Pulau Kecil
Penggabungan beberapa gugusan pulau kecil
Penggabungan DAS dan Pulau Kecil disekitarnya

6
W S B ra n t a s m e ru p a ka n W S t e r b e s a r
ke d u a d i P u l a u J awa , t e rl e t a k d i
P ro p i n s i J awa Ti mu r p a d a 1 1 0 ° 3 0 ' B T
s a m p a i 1 1 2 ° 5 5 ' B T d a n 7 ° 0 1 ' LS
s a m p a i 8 ° 1 5 ' LS. S u n ga i B ra n t a s
m e m p u n ya i p a n j a n g ± 3 2 0 k m d a n
m e m i l i ki l u a s w i l aya h s u n ga i ± 1 4 . 1 0 3
k m 2 ya n g m e n c a ku p ± 2 5 % l u a s
P ro p i n s i J awa Ti mu r at a u ± 9 % l u a s
P u l a u J awa . W S B ra n t a s t e rd i r i d a r i 4
( e m p at ) D a e ra h A l i ra n S u n ga i ( DA S )
ya i t u DA S B ra n t a s, DA S Te n ga h d a n
DA S R i n g i n B a n d u l a n s e r t a DA S
Ko n d a n g M e ra k .
7
 Sumber daya air adalah aspek vital yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia, untuk dan demi peradaban manusia,
tanpa pengembangan sumber daya air, peradaban manusia tidak
akan mencapai tingkat yang dinikmati saat ini. Pemanfaatan
sumber daya air untuk berbagai keperluan, di satu pihak terus
meningkat dari tahun ke tahun, tetapi di lain pihak ketersedian
sumber daya air semakin terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan
air yang terus meningkat, diperlukan suatu perencanaan terpadu
yang berbasis wilayah sungai guna menentukan langkah dan
tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan
tersebut dengan mengoptimalkan potensi pengembangan sumber
daya air (SDA), melindungi, melestarikan dan meningkatkan nilai
SDA dan lahan. Mengingat pengelolaan sumber daya air secara
menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup
merupakan masalah yang kompleks dan melibatkan semua pihak,
baik sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola, maka tidak
dapat dihindari perlunya upaya bersama untuk mulai
mempergunakan pendekatan one river basin, one plan and one
integrated management. Keterpaduan dalam perencanaan,
kebersamaan dalam pelaksanaan dan kepedulian dalam 8
 Maksud dan tujuan penyusunan pola
p e n ge l o l a a n S DA W S B ra n t a s a d a l a h
menyusun ke r a n g k a d a s a r / aw a l
p e n ge l o l a a n S DA y a n g a d a d i W S B ra n t a s
d e n g a n p r i n s i p ke t e r p a d u a n a n t a ra a i r
permukaan dan air tanah serta
ke s e i m b a n g a n a n t a ra u p ay a ko n s e r v a s i S DA
d a n p e n d ay a g u n a a n S DA , s e h i n g g a d a p a t
m e n j a m i n t e r s e l e n g g a r a n y a p e n ge l o l a a n
S DA s e c a ra t e r p a d u , t e r ko o r d i n a s i d a n
b e r ke s i n a m b u n g a n d a l a m k u r u n w a k t u
tertentu (sampai tahun 2030)

9
 Sasaran Sasaran dari penyusunan pola
p e n ge l o l a a n S DA WS B ra n t a s a d a l a h :

1. Memberikan arahan kebijakan yang menyangkut


t a t a g u n a a i r, t a t a g u n a s u m b e r d a y a a l a m , t a t a
guna tanah serta kebijakan penataan ruang.
2. Memberikan arahan terjaminnya ketersediaan
air untuk kepentingan masa kini dan masa yang
akan datang
3. Memberikan arahan pengembangan kawasan
pe m b a n gu n a n ya n g b e rk a i t a n d e n ga n S DA
antara lain kawasan budidaya, pusat-pusat
perkembangan pemukiman, sistem sarana dan
prasarana wilayah.

 Visi pola pengelolaan sumber daya air di WS


B ra n t a s i n i a d a l a h ” Pe n ge l ol a a n s u m be r d aya a i r
berkelanjutan sebagai landasan kesejahteraan
masyarakat”

10
 Adapun misi untuk pola pengelolaan sumber daya air
WS Brantas adalah:
1. Melakukan konservasi sumber daya air sehingga
dapat dicapai pendayagunaan sumber daya air yang
optimal sekaligus diperoleh pengendalian daya rusak
air yang maksimal.
2. Mengembangkan potensi air yang ada beserta aspek
kelembagaan dan pembiayaannya demi tercapainya
tata kelola sumber daya air yang lebih berhasil guna.
3. Meningkatkan partisipasi seluruh pemangku
kepentingan dalam mengelola sumber daya air yang
ditopang dengan data dan informasi yang memadai.

11
12
13
Dasar Hukum Terkait
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolan Sumber Daya Air.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
8. Peraturan Menteri PU Nomor 11A Tahun 2006 tentang Kriteria dan Penetapan
Wilayah Sungai.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
11. Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1991 tentang Sungai.
12. Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1986 tentang Perlindungan Hutan.
13. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1982 tentang Rawa.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi
dan Pemeliharaan Prasarana Pengairan.
15. Keputusan Presiden No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Pembentukan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada tingkat
Provinsi, Kabupaten/Kota dan Wilayah Sungai. 14
17. Dan lain-lain aturan yg terkait.
Kebijakan Daerah
RTRW propinsi merupakan :
1. Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah propinsi.
2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan
perkembangan antar wilayah propinsi serta keserasian antar sektor.
3. Pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau
masyarakat.
4. Pengarah dalam penataan ruang wilayah kabupaten/kota yang
merupakan dasar dalam pengawasan terhadap perijinan lokasi
pembangunan.

RTRW propinsi mempunyai fungsi sebagai pengendali pemanfaatan


ruang wilayah kabupaten/kota dan menyelaraskan keseimbangan
perkembangan antar wilayah, sehingga pertumbuhan wilayah di propinsi
Jawa Timur bisa tumbuh bersama-sama antar wilayah sesuai dengan
potensi sumber daya yang dimilikinya.
Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air WS Brantas, aspek tata ruang
merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan yaitu dari segi
pengembangan pemanfaatan ruang untuk pemanfaatan sumber daya air
bagi masyarakat perkotaan dan pedesaan.

15
16
17
18
19
20
21
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2006
tanggal 17 Juli 2006, dan kemudian diperbarui dengan Kepmen PU No.
23/2008 WS Brantas dikategorikan sebagai WS strategis nasional
(kewenangan pengelolaan oleh Pemerintah Pusat) yang didasarkan pada
penilaian:

1. Ukuran dan besarnya potensi sumber daya air yang tersedia, di


mana jumlah air permukaan yang dikelola melalui waduk-waduk yang
ada mencapai 2,43 miliar m³/tahun, di samping potensi limpasan
permukaan yang mencapai 6 miliar m³;
2. Banyaknya sektor dan jumlah penduduk, di mana penduduk
mencapai 15,2 juta (tahun 2002), jumlah pemanfaatan air sungai
Brantas untuk irigasi melampaui 10.000 hektar dan pemakaian air
oleh industri melampaui 200 juta m³;
3. Besaran dampak sosial, lingkungan dan ekonomi terhadap
pembangunan nasional;
4. Besaran dampak negatif akibat daya rusak air terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional dan regional.

22
 Inventarisasi Data
 Luas catchment area WS Brantas sebesar 14.103 km2, panjang sungai
+320 km melintasi 15 Kabupaten/Kota. Curah hujan rata-rata mencapai
2.000 mm/tahun sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air
permukaan per tahun rata-rata 13,232 milyar m3, termanfaatkan sebesar 5-
6 milyar m3/tahun.
 WS Brantas terdiri dari 4 (empat) DAS yaitu :
1. - DAS Brantas seluas 11.988 km2(6 sub DAS dan 32 basin block)
2. - DAS Kali Tengah seluas 596 km2
3. - DAS Ringin Bandulan seluas 595 km 2
4. - DAS Kondang Merak seluas 924 km2

 Penduduk di wilayah sungai Brantas mencapai 15,90 juta orang (2005)


atau 42,89% dari penduduk Jawa Timur dan mempunyai kepadatan rata-
rata 1.272 orang/km2atau 1,6 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata Jawa
Timur.
23
 Data Umum
 Kondisi Sosial Ekonomi
 WS Brantas didefinisikan sebagai gabungan dari wilayah 9
(sembilan) Kabupaten dan 6 (enam) Kota sebagai berikut :
 Kabupaten : Sidoarjo, Mojokerto, Malang, Blitar, Kediri,
Nganjuk, Jombang, Tulungagung dan Trenggalek
 Kota : Surabaya, Mojokerto, Malang, Kediri, Blitar dan Batu
 Tahun 1995, penduduk kabupaten/kota di WS Brantas
berjumlah 13.668.662 jiwa, meningkat menjadi sekitar
15.901.645 jiwa pada tahun 2005 (pertumbuhan rata-rata
sebesar 0,99 % per tahun). Jumlah penduduk pada tahun 2005
tersebut merupakan 42,89% penduduk Propinsi Jawa Timur
atau 7,2% penduduk Indonesia (data disajikan pada Tabel
2.2).

24
25
 Kondisi Hidrologi
 Data curah hujan yang dipakai dalam analisa berasal dari
pengukuran dan pencatatan 49 stasiun penakar hujan on line
dan off line dengan panjang pencatatan selama 15 tahun
(mulai tahun 1991 – 2005).
 Temperatur tertinggi di bulan Nopember 35,6°C dan terendah
di bulan Juli 18,1oC, dengan kelembaban 32 sampai 98 persen.
Kondisi berawan (mendung) paling banyak terjadi di bulan
Pebruari dan Desember. Rata-rata lama penyinaran matahari
pada bulan Pebruari sebesar 52 persen, bulan Desember
sebesar 46,1 persen. Tekanan udara tertinggi mencapai 1.012,4
milibar yang terjadi di bulan September dan terendah 1.009,2
milibar yang 12
 terjadi di bulan Pebruari. Kecepatan angin tertinggi 7,4 knot
pada bulan Juli yang berhembus ke arah Timur dan terendah
4,3 knot pada bulan Maret yang berhembus ke arah Timur.
26
27
28
29
 Untuk kebutuhan air domestik dan perkotaan yang
dipenuhi oleh PDAM tergantung dari jumlah penduduk
di masing-masing Kabupaten/Kota. Jumlah PDAM yang
memanfaatkan air di WS Brantas hinga tahun 2015 adalah
12 PDAM dari total 16 PDAM.

30
Prinsip Pengendalian Banjir
1. Pengendalian banjir di WS Brantas dilakukan dengan prinsip
pengendalian secara terpadu.
2. Pengendalian dimulai dari hulu dengan mengoperasikan waduk-
waduk untuk pengendalian banjir. Waduk di WS Brantas yang
mempunyai kemampuan untuk menampung limpasan air (banjir)
adalah waduk dengan pola operasi tahunan seperti Bendungan
Karangkates, Lahor, Selorejo, Wonorejo dan Bening.
3. Pengaturan tinggi muka air dan debit yang mengalir di sungai
akibat pembendungan dilakukan dengan mengatur operasi pintu
air di bendungan atau bendung secara berantai (berurutan mulai
Bendungan Wlingi dan Lodoyo, terus ke hilir menuju Bendung
Gerak Mrican, Bendung Karet Jatimlerek hingga Bendung Karet
Menturus).
4. Di hilir, aliran banjir di sungai dilewatkan melalui sungai Kali
Porong menuju ke laut dengan pengoperasian Bendung
Lengkong Baru dan apabila debit sungai Kali Surabaya di stasiun
Perning > 150 m3
5. Di Kota Surabaya, banjir di sungai Kali Surabaya diupayakan
untuk dialirkan ke laut melalui pengoperasian Pintu Air
Wonokromo (untuk memisahkan aliran ke sungai Kali Mas) dan
Pintu Air Jagir (memisahkan aliran ke sungai Kali Wonokromo)

31
 Teknik Pengendalian Banjir

Pengendalian banjir melibatkan upaya langsung maupun tidak langsung.


Pengendalian secara langsung dilaksanakan dengan memanfaatkan prasarana
pengairan, baik melalui pengoperasian waduk, pemanfaatan penampang sungai
maupun pelepasan debit melalui saluran pengelak banjir. Sedangkan pengendalian
dengan upaya tidak langsung lebih ditekankan kepada pengelolaan resiko
(management of risk). Selama 5 tahun terakhir terjadi banjir yang menimbulkan
dampak negatif (bencana) di beberapa daerah di WS Brantas, di antaranya yaitu :
1. Banjir setinggi 0,7 m di Kabupaten Tulungagung tahun 2000, tepatnya di
Kecamatan Kalidawir.
2. Pada tahun 2001, banjir setinggi 2,5 m terjadi di Kecamatan Kalidawir Kabupaten
Tulungagung,
3. Di tahun 2002 banjir terjadi di Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
4. Pada tanggal 31 Januari 2003 terjadi banjir di Kecamatan Gondang, Kabupaten
Tulungagung.
5. Pada tahun 2004 terjadi banjir dengan genangan tertinggi 3 m di Kecamatan
Sutojayan Kabupaten Blitar.
6. Pada tahun 2005 terjadi banjir di Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung.
7. Pada tanggal 4 Januari 2006 terjadi banjir dengan tinggi genangan banjir 0,6 m di
Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.

32
 Aspek Peran Serta Masyarakat Dan Sistem Koordinasi
 Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
Dalam tahap perencanaan, masyarakat ikut berperan dalam
pengambilan keputusan, melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat
yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air. Bentuk lain
partisipasi masyarakat dalam perencanaan adalah penetapan
alokasi air untuk masing-masing pemanfaat di WS Brantas yang
terhimpun dalam wadah Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya
Air WS Brantas (TKPSDA) atau wadah koordinasi lainnya. Contoh
peran serta masyarakat dalam bidang konservasi sumber daya air
adalah penghijauan di Desa Tlekung Batu seluas 17,5 ha dan Desa
Bendosari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang seluas 16,5 Ha.
Peran serta masyarakat dalam pendayagunaan sumber daya air di
antaranya diwujudkan dalam Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA).
Dalam hal ini petani berperan serta dalam pemeliharaan saluran
tersier baik dalam bentuk tenaga maupun biaya.26
Peran serta masyarakat dalam pengendalian daya rusak air salah
satunya diwujudkan dalam pengendalian pencemaran limbah domestik
melalui pembangunan IPAL oleh masyarakat bantaran sungai Brantas di
Kelurahan Mergosono Kota Malang.

33
34
35
 Kondisi Sosial Ekonomi
 Proyeksi kondisi sosial ekonomi 25 tahun ke depan
mencakup proyeksi penduduk, pertumbuhan ekonomi,
pertanian, energi dan air bersih. Proyeksi jumlah
penduduk untuk 25 tahun yang akan datang

36
37
38
 WS Brantas merupakan daerah yang memiliki potensi air
tanah yang tinggi. Pengisian air tanah di WS Brantas
adalah sebesar 4.038,84 x 106 m3. Secara detail mengenai
pengisian dan potensi air tanah di kabupaten dan kota di
WS Brantas dapat dilihat pada Tabel 2.10

39
40
41
 Berdasarkan hasil simulasi untuk tahun 2015 hampir semua
kebutuhan air bersih dapat terpenuhi di atas 90%, kecuali PDAM
Sidoarjo (66%), Nganjuk ( 89%) serta Kabupaten Malang (76%).
Kinerja pemenuhan kebutuhan air pada tahun 2015 berdasarkan
analisis bantuan paket program Ribasim /Decision Support System
River Basin Simulation Model (DSS-RIBASIM) untuk berbagai
sektor.
 Simulasi Kondisi Tahun 2020 Kondisi tahun 2020 dinyatakan
dengan meningkatnya jumlah kebutuhan air domestik
perkotaan dan industri. Pemenuhan kebutuhan air irigasi
umumnya sama dengan kondisi tahun 2015, hanya sedikit
memburuk pada beberapa Daerah Irigasi. Daerah irigasi yang
mengalami kekurangan air, yaitu dengan tingkat keberhasilan
di bawah 80% adalah: DI Paingan, Brantas Atas, Brantas Bawah,
Delta Brantas, Blader-Song, Siman, Konto dan Trenggalek.
Berdasarkan hasil simulasi pada tahun 2020 lebih banyak
kebutuhan air bersih yang tidak dapat dipenuhi diatas 90%,
selain PDAM Sidoarjo, Nganjuk dan Kabupaten Malang.
Tingkat pemenuhan di bawah 90% juga terjadi di Surabaya dan
Mojokerto. Kinerja pemenuhan kebutuhan air pada tahun 2020
berdasarkan analisis bantuan paket program Ribasim untuk
berbagai sektor seperti disajikan pada Tabel 3.8, dan Tabel 3.10.
42
KONDISI SAAT INI DI INDONESIA
• Kemampuan pertanian untuk memenuhi kebutuhan
pangan kita sendiri, relatif telah dan sedang menurun
dengan sangat besar.
• Pada waktu ini Indonesia berada dalam keadaan "Rawan
Pangan" bukan karena tidak adanya pangan, tetapi karena
pangan untuk rakyat Indonesia sudah tergantung dari
Supply Luar Negeri, dan ketergantungannya semakin
besar.
• Pasar pangan amat besar yang kita miliki diincar oleh
produsen pangan luar negri yang tidak menginginkan
Indonesia memiliki kemandirian di bidang pangan.

43
Pendekatan dari Sisi Rekayasa Keairan
Satu Sungai – Satu Rencana – Satu Pengelolaan
Bagian Hulu: pengembangan
bendungan untuk menampung
banjir, menyimpan air dan
Bagian Tengah: bendung tetap
membangkitkan energi listrik.
dan bendung gerak membagikan
Bendungan
Sengguruh
Bendungan
air melalui jaringan irigasi maupun
Wonorejo saluran terbuka ke pemanfaat.
Bendungan
Sutami
Bendungan
Bendungan Bening
Lahor

Bendungan
Wlingi

Bendung Lodoyo
Bendungan
Selorejo Bendung Mrican

Bendung Menturus Bendung


P.A. Mlirip Bendung Gubeng
Gunungsari
Kali Surabaya

Bendung Lengkong
Baru P.A. Wonokromo

Bagian Hilir: bendung karet dan


pintu air mengendalikan elevasi
air sungai dan menahan intrusi air
laut.
44
PJT-I Sebagai Badan Pengelola Wilayah Sungai
Amanat Badan Pengelola Layanan dari PJT-I
 Perum Jasa Tirta I (PJT-I) adalah  Sesuai PP No 46 Tahun 2010 dan
BUMN yang diberi sebagian Keppres No 2 Tahun 2014:
kewenangan Pemerintah dalam  5 Wilayah Sungai
 7 divisi
pengelolaan sumber daya air di
 749 pegawai
WS Brantas dan Bengawan Solo.  7430 GWh energi dibangkitkan
 Tugas diatur dalam PP No 46  1.553.728 ha lahan irigasi
Tahun 2010 yang mencakup:  400 juta m³ air baku domestic
antara lain operasi & (Brantas dan Bengawan Solo)
pemeliharaan preventif dari  250 juta m³ air baku industri
prasarana pengairan dan (Brantas dan Bengawan Solo)
pengusahaan jasa air.

Sumber pembiayaan dari kegiatan pengelolaan sumber daya air diperoleh melalui
pungutan Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air (BJPSDA) sesuai Pasal 9 PP No
46 Tahun 2010
45
PJT-I sebagai BUMN Pengelola Wilayah Sungai
Pemerintah sebagai Pemilik Modal
(100% Kepemilikan oleh Negara)

PUPR BUMN Regulator


Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Badan Usaha Milik Negara

Pemerintah Daerah

Organisasi Non Pemerintah

Pengguna dan Pemanfaat Air

Pengelolaan Infrastuktur SDA Pemilik Kepentingan

Layanan Pengusahaan Jasa Air Layanan


Umum Pemanfaat Jumlah Pemanfaat
Pengusahaan Non Jasa Air Air Baku
221 WS Brantas
• Pengendalian banjir • Air baku
• Pelayanan air untuk irigasi • Air pembangkitan energi
• Pemeliharaan debit sungai WS B. Solo
33
46
Wilayah Kerja PJT-I
(sesuai PP No. 46 Tahun 2010 dan Keppres No. 2 Tahun 2014)
WS Jratunseluna
WS Serayu Bogowonto WS Bengawan Solo
WS Toba Asahan WS Brantas

Irigasi : 120.467 ha
Irigasi : 212.838 ha PLTA : 0,24 Milyar kWh Irigasi : 879.591 ha
PLTA : 0,79 Milyar kWh PLTA : 0,16 Milyar kWh
Irigasi : 36.162 ha Irigasi : 304.670 ha
PLTA : 5,20 Milyar kWh PLTA : 1,04 Milyar kWh

PP No. 46 Tahun 2010 : WS Brantas dan Bengawan Solo


47
KEPPRES No. 2 Tahun 2014 : WS Toba Asahan, Jratunseluna dan Serayu Bogowonto
Bendungan Bening Bendung Gerak Mrican Bendungan Selorejo Bendungan Wonorejo Bendung Lengkong Baru

Bendung Gerak Lodoyo Bendungan Wlingi Bendungan Sutami Bendungan Sengguruh Bendung Karet Menturus

Bendung Karet Jatimlerek Bendungan Kedungombo Bendungan Wonogiri Bendung Colo Bendung Gerak Babat

Bendungan Jatibarang Bendungan Sempor Bendungan Siruar Bendungan Wadaslintang 48


Bendung Gerak Serayu
49
Kegiatan Pengelolaan Sumberdaya Air oleh PJT-I
Aspek Operasi Aspek Pemeliharaan
 Pemberian air dari waduk  Infrastruktur (pelimpah,
sesuai alokasi intake, pintu air, dsb)
 Pemantauan hidrologi  Tubuh bendungan (timbunan
 Instrumentasi keamanan atau beton).
bendungan (pore pressure,  Hidro-mekanikal
groundwater level, settlement  Sarana pendukung (jalan
, dsb) puncak, sistem pematusan,
 Kalibrasi dan pemantauan- dsb).
pengukuran  Konservasi daerah tangkapan
air
 Waduk dan sungai

50
Routine O&M

Pemeliharaan Peralatan Elektromekanis

51
Pemeliharaan Pintu Air/Gate

52
Pengecatan Pintu Air/Gate

53
Pembuatan Trashboom Waduk

54
PENGAMATAN DAN PEMANTAUAN INSTRUMENTASI
Pengamatan:
 Pemeriksaan yang menerus dari kondisi instrumentasi keamanan
bendungan dan bangunan yang berhubungan.
 Meninjau prosedur operasi, pemeliharaan dan pemantauan.
 Dalam rangka untuk menentukan apakah terdapat suatu kecenderungan
bahaya yang mungkin akan berkembang.

Pemantauan:
 Pengukuran dan pencatatan instrumen pengukur kinerja dan
kecenderungan perilaku bendungan dan bangunan pelengkapnya.
 Salah satu cara untuk mendeteksi gejala awal sebelum terjadi keadaan
kritis.
 Bagian dari pengukuran jaminan keamanan dari tahap konstruksi hingga
tahap operasi bendungan termasuk inspeksi keamanan berkala.

55
PENGAMBILAN DATA DAN PELAPORAN
 Pengukuran instrumentasi secara rutin dengan interval waktu:
Instrumen/Parameter Frekuensi
 Peilschaal (AWLR)/Muka air waduk Setiap hari
 Ambang V-notch/Debit rembesan 2 kali per bulan
 Pisometer/Tekanan air pori 2 kali per bulan
 Sumur pengamatan/Muka air tanah 2 kali per bulan
 Patok geser/Gerakan permukaan Sekali per 3 bulan

 Penyajian data:
 Pencatatan data yang jelas dan lengkap dalam lembar data secara tepat
waktu
 Pengolahan data di kantor:
1. Periksa kebenaran data lapangan
2. Periksa kebenaran data input di kantor
3. Pengeplotan dan penyajian data dalam grafik terhadap fungsi waktu
pengukuran, muka air waduk, dan curah hujan.
56
PEMELIHARAAN INSTRUMEN

Pemeliharaan instrumen keamanan bendungan mencakup kegiatan:


1) Kalibrasi :
kegiatan pengujian untuk mencocokkan kinerja instrumen dan alat
baca untuk ketepatan pembacaan yang dibandingkan dengan alat
standar
Terdiri atas: Kalibrasi Pabrik, Kalibrasi Lapangan dan Kalibrasi
Operasional
2) Pemeliharaan
Perawatan seluruh peralatan instrumen yang terpasang di tubuh
bendungan dan bangunan pelengkap.
Terdiri atas: Pemeliharaan Umum dan Pemeliharaan Berkala

57
Pemantau Muka Air Waduk
a) Papan duga muka air (Peilschaall ) b) Pencatat muka air otomatis
(Automatic Water Level Recorder)

58
Pemantau Debit Air Rembesan

a) Gelas ukur/wadah dan pencatat waktu b) Ambang tajam V-notch


Untuk rembesan kecil, debit < 1 lt/det Ambang 45°, debit < 5 lt/ det;
Ambang 90°, debit > 5 ~10 lt/det

c) Ambang tajam Cipoletti, debit > 10 lt/det

59
Pemantau Muka Air Tanah/Sumur Pipa Pemantauan

Dipmeter: alat ukur muka air

Instalasi Sumur Pipa Pemantauan

60
Pemantau Tekanan Air Pori
a. Pisometer Terbuka Pipa Tegak
(Standpipe Piezometer)

Kotak Beton Pelindung Pisometer Tip dan


Pisometer Dipmeter

Instalasi Pisometer
61
Pipa Tegak
Pemantau Tekanan Air Pori
b. Pisometer Hidrolik
(Hydraulic Piezometer)

Drum Pemanas Air dan Alat


Pembebas Udara (Deairing)

Pisometer Tip Terminal Panel Pisometer Hidrolik


62
Pemantau Tekanan Air Pori

c. Pisometer Kawat Getar


(Vibrating Wire Piezometer)

Pisometer Tip Panel Box Kabel Alat Baca Digital


Pisometer Portable

63
Pemantau Gerakan dan Pergeseran Bendungan

a. Pemantau Geseran Permukaan/Patok Geser Permukaan


Patok-patok beton pengukuran yang dipasang di puncak bendungan , lereng
bendungan, dan
bukit tumpuan, disurvei setiap selang waktu tertentu terhadap koordinat dan
elevasinya
koordinat x : geseran as bendungan,
y : geseran /defleksi sudut kearah hulu-hilir,
elevasi z : gerakan vertikal

Patok Geser Terpasang


Alat Ukur Survei - Theodolite Bak Ukur Survei
64
Pemantau Gerakan dan Pergeseran Bendungan

b. Pemantau Gerakan Dalam (Internal)


Inklinometer: mengukur gerakan horizontal, contoh: pada Bend. Wonogiri

Inklinometer
Skema Instalasi Inklinometer

Pipa Selongsong Inklinometer


Sonde, Kabel, Alat Baca Inklinometer
65
Pemantau Gerakan dan Pergeseran Bendungan

c. Pemantau Getaran Seismik Bendungan


Seismograf /Strong Motion Accelerograph, contoh: Bend. Sutami (kerjasama BMKG)

66
Pemantau Klimatologi

67
PENGUKURAN
PENGUKURANPORE
POREPRESSURE
PRESSUREMETER
METER(PPM)
(PPM) PENGUKURAN SEEPAGE/ LEAKAGE WATER
UP
UP STREAM
STREAMBENDUNGAN
BENDUNGANSUTAMI
SUTAMI BENDUNGAN SUTAMI
500 0
280,00 00
475
100
277,50 100
100 450
200
425
275,00 200
200
400 300
272,50 300
300 375
400
270,00 400
400 350
500
325

Seapage/Leakage (l/menit)
267,50 500
500

Curah Hujan (mm)


300 600

Curah Hujan (mm)


Curah Hujan (mm)
265,00 600
600 275
(m)

Elevasi (m)
Elevasi (m)

700
250
262,50 700
Elevasi

700 800
225
260,00
260,00 800
800 200 900
257,50
257,50 900
900 175
1.000
150
255,00
255,00 1000
1000 1.100
125
252,50
252,50 1100
1100 100 1.200

250,00 1200 75
250,00 1200 1.300
50
247,50
247,50 1300
1300 1.400
25
245,00
245,00 1400
1400 0 1.500

C.
C. Hujan
Hujan (mm)
(mm) El.
El. Muka
Muka Air
Air(m)
(m) HP-1
HP-1 HP-3
HP-3 HP-5
HP-5 HP-7
HP-7 HP-9
HP-9 HP-11
HP-11 HP-13
HP-13 HP-15
HP-15 HP-17
HP-17 HP-19
HP-19 C. Hujan (mm) El. Muka Air (m) Penstock I Galery Penstock II Batu Tumpuk Total Batas Maks MA 2 MA 3

GROUND WATER LEVEL (GWL, SWT, OH)


BENDUNGAN SUTAMI
310 0

305 100

300 200

295 300

290 400
Seapage/Leakage (l/menit)

285 500
Curah Hujan (mm)

280 600
Elevasi (m)

275 700

270 800

265 900

260 1.000

255 1.100

250 1.200

245 1.300

240 1.400

C. Hujan (mm) El. Muka Air (m) W-1 (LS-I) W-3 (LS-I)
W-3B (LS-I)
W-3 (LS-III)
W-4 (LS-I)
W-4 (LS-III)
W-4B (LS-I)
W-2 (LS-X)
W-2 (LS-III)
W-1 (LS-XI) 68
W-2 (LS-XI) W-3 (LS-XI) Bts Mak Seepage (W-2)
Erosi Lahan

Perladangan terbuka pada kawasan kritis Metode pertanian tidak ramah lahan

Pengolahan yang percepat degradasi Degradasi lahan pada hutan lindung69


Persoalan Sedimentasi pada DAS
Erosi Meningkat Beban Sedimen Naik
Angkutan sedimen Sungai Brantas di Gadang Angkutan sedimen Sungai Brantas di Tawangrejeni

Kelajuan Endapan Sedimen di Bendungan Sutami (selesai konstruksi 1972)


Year of Gross Storage Effective Storage Sedimentation
Survey Rate
million m³ % million m³ % juta m³/tahun
1972 343.00 100 253.00 100
1977 261.68 76 194.48 77 16.26
1982 221.29 65 167.20 66 8.08
1987 192.41 56 152.87 60 5.78
1992 189.97 55 154.81 61 0.49 Trapping
1994 185.27 54 148.41 59 2.35 efficiency
1995 184.59 54 148.62 59 0.68 pada waduk
1997 183.42 53 146.63 58 0.59 menurun
1999 180.45 53 144.13 57 1.49
2003 174.57 51 145.15 57 1.47
2006 171.16 50 143.40 57 1.14
2012 168.28 49 133.90 53 0.56
70
Source: PJT-1 (calculated)
Sedimentasi di Waduk
Sungai Keduang

Bendungan Serbaguna Wonogiri,


Jawa Tengah, Indonesia

Analisis dengan diagram


Bassons & Rosenboom
menunjukkan sebagian besar
waduk di Indonesia berada pada
Kwadran I = penanganan

71
Upaya Pengelolaan Sedimentasi DAS Brantas
Telah disusun Peta Rencana (Road Map) pengelolaan
sedimentasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas
sebagai pendukung dan pengingat arahan kebijakan
kegiatan pengelolaan sedimentasi waduk di DAS Brantas
secara terpadu dan berkelanjutan agar tujuan
pembangunan waduk untuk pemenuhan berbagai
kebutuhan masyarakat dapat terwujud dengan dampak
negatif seminimal mungkin.

Skenario Kegiatan Pengelolaan Sedimentasi Pada Waduk dan Daerah Tangkapan

Pengelolaan alur sungai meliputi


Pengelolaan daerah tangkapan
pembangunan check dam/sabo dam,
meliputi konservasi vegetatif
pengerukan sedimen pada check
(penghijauan) dan konservasi teknis
dam/sabo dam dan rehabilitasi check
(dam penahan, gully plug, dsb)
dam

Pengelolaan sedimentasi waduk


meliputi pengerukan sedimen
(dengan metode buang hilir maupun
buang ke spoilbank) serta
penggelontoran pada waduk harian
72
Prediksi Kapasitas Tampungan Waduk
(Berdasarkan Road Map Pengelolaan Sedimentasi Waduk di DAS Brantas 2015-2019)

Waduk Sengguruh Waduk Sutami

Waduk Wlingi Waduk Lodoyo

73
Penggelontoran Sedimen di Bendungan Sengguruh and Lodoyo

74
Kegiatan Pengerukan Waduk
Volume Komulatif Pengerukan Oleh PJT-I
Tahun Volume (m3)
1995-2010 9.014.818
2011 1.259.202
2012 1.081.322
2014 1.105.000
2016 1.146.300
Total 13.606.642

75
Konservasi Teknik di hulu Waduk Eco-friendly gully plugs

Konservasi PJT I di WS Brantas dan


Bengawan Solo
Tahun Check-dam Pohon
2008 38 229.660
2009 42 224.410
2010 60 769.820
2011 53 1.310.530
2012 66 1.983.970
2013 77 1.945.382
2014 99 1.227.000
Total 435 7.690.872
Penghijauan 76
77
78
Hydrology Information System

Pemantauan Kualitas Air On-line

79
Pemantauan Kualitas Air Off-line

80
Pemantauan Kualitas Air Sungai Brantas
CONTOH: Parameter DO
Batu Malang Kediri Sidoarjo Surabaya

81
Sumber: Perum Jasa Tirta I (2014)
Pemantauan Kualitas Air Sungai Brantas
CONTOH: Parameter BOD
Batu Malang Kediri Sidoarjo Surabaya

82
Sumber: Perum Jasa Tirta I (2014)
Melibatkan Kearifan Lokal – Brantas Hilir
Patroli Air

Kegiatan Patroli Air dilakukan berkala setiap bulan dengan tim gabungan yang terdiri dari
Badan Lingkungan Hidup, BBWS, Dinas PU Pengairan, LSM, Polisi dan Wartawan dengan
tujuan:
• Pemantauan dan pengendalian pencemaran air di Kali Surabaya.
• Untuk mencari pelaku pencemaran air di Kali Surabaya.
• Melakukan inspeksi mendadak di lokasi yang diduga sebagai sumber pencemaran di
sepanjang Kali Surabaya.
• Penegakan hukum terhadap pelanggar pencemaran air di Kali Surabaya. 83
Jaringan Komunikasi Pemantauan Kualitas Air oleh Siswa Sekolah

Melibatkan Pemangku Kepentingan

Bersih-Bersih Kali Brantas (Agenda Tahunan)


Kerjasama antara PJT-I, Pemerintah Kota, Militer, Polisi, Universitas, Sekolah & Masyarakat 84
Kerjasama dengan Komunitas Masyarakat

85
Detective Brantas River
“Children are victim of river Pollution, children must have good education of environment situation” ECOTON believe
86
that Children can make different. ECOTON give chance for student to participate for this movement
87
WATERBUGS CENSUS Incorporation of Habitat Assessment in Volunteer
River Bio-monitoring

88
 WS Brantas merupakan daerah yang memiliki potensi air
tanah yang tinggi. Pengisian air tanah di WS Brantas
adalah sebesar 4.038,84 x 106 m3. Secara detail mengenai
pengisian dan potensi air tanah di kabupaten dan kota di
WS Brantas dapat dilihat pada Tabel 2.10

@alfinh214 89
@alfinh214 90
@alfinh214 91
KONDISI SAAT INI DI INDONESIA
• Kemampuan pertanian untuk memenuhi kebutuhan
pangan kita sendiri, relatif telah dan sedang menurun
dengan sangat besar.
• Pada waktu ini Indonesia berada dalam keadaan "Rawan
Pangan" bukan karena tidak adanya pangan, tetapi karena
pangan untuk rakyat Indonesia sudah tergantung dari
Supply Luar Negeri, dan ketergantungannya semakin
besar.
• Pasar pangan amat besar yang kita miliki diincar oleh
produsen pangan luar negri yang tidak menginginkan
Indonesia memiliki kemandirian di bidang pangan.

@alfinh214 92
@alfinh214 93
@alfinh214 94
 Simulasi Kondisi Tahun 2030
 Kondisi tahun 2030 dinyatakan dengan meningkatnya
jumlah kebutuhan air domestik perkotaan, industri
dan tambak. Daerah irigasi yang kekurangan air,
yaitu dengan tingkat keberhasilan di bawah 80%
adalah: DI Paingan; Brantas Atas; Brantas Bawah;
Delta Brantas; Blader-Song; Siman; Konto dan
Trenggalek. Kinerja pemenuhan kebutuhan air pada
tahun 2030 berdasarkan analisis bantuan paket
program Ribasim untuk berbagai sektor seperti
disajikan pada Tabel 3.11, dan Tabel 3.13.

@alfinh214 95
@alfinh214 96
@alfinh214 97
@alfinh214 98
@alfinh214 99
 Skenario Pengelolaan Sumber Daya Air Berdasarkan
hasil analisis pada seluruh aspek sebagaimana
tersebut uraian sebelumnya dan memperhatikan
perubahan iklim dunia (global climate change),
Millenium Development Goals (MDG’s), ketahanan
pangan serta pelestarian lingkungan, maka dapat
disusun beberapa skenario yang bertujuan menjamin
ketersediaan sumber daya air baik dari segi kualitas,
kuantitas dan keberlangsungan infrastruktur SDA.
Dengan demikian dalam pelaksanaan pengelolaan
SDA di WS Brantas harus mengindahkan 5 (lima)
aspek, yakni : konservasi, pendayagunaan,
pengendalian daya rusak air, peran serta masyarakat
dan SISDA yang dilakukan secara terpadu dan
menyeluruh dengan harapan bisa memberi dampak
@alfinh214 100
 - Masih terjadi kekurangan/defisit dalam pemenuhan
kebutuhan air di irigasi dan DMI. Diperlukan upaya-upaya
guna meningkatkan memenuhi kebutuhan air khusus
pada musim kemarau dengan penambahan prasarana
sumber daya air yang baru melalui pembangunan waduk
maupun bangunan penampungan air lainnya.
 - Untuk pengembangan pertanian di WS Brantas pada
masa yang akan datang diperlukan pembangunan dan
perbaikan sarana irigasi khususnya di daerah DAS selatan
(DAS Tengah, Ringin Bandulan, Kondang Merak). Luas
lahan irigasi di WS Brantas masih cukup besar, sehinga
diperlukan alokasi air yang cukup untuk memenuhi
rencana pengembangan irigasi dan peningkatan intensitas
tanam pada areal irigasi yang sudah ada

@alfinh214 101
 untuk irigasi diproyeksikan tahun 2010 : 3.610 x 106 m3/thn;
tahun 2020 : 3.765 x 106 m3/thn; tahun 2030 : 3.718 x 106 m3/thn
 - Kebutuhan air domestik dan non domestik (rumah tangga dan
perkotaan) diproyeksikan berdasarkan proyeksi jumlah
penduduk dan jumlah konsumsi per orang per hari. Hasil
proyeksi kebutuhan air total untuk WS Brantas adalah 65,044
m3/dtk ada tahun 2005, sedangkan pada tahun 2020 adalah
81,336 m3/dtk dan 90,510 m3/dtk pada tahun 2030.
 - Kebutuhan air industri diproyeksikan akan terus meningkat
seiring dengan semakin bertambahnya jumlah industri yang
ada di WS Brantas. Kebutuhan air industri pada tahun 2005
adalah 4,74 m3/dtk, sedangkan proyeksi pada tahun 2020 dan
2030 masing-masing adalah 6,38 m3/dtk dan 7,48 m3/dtk pada
tahun 2030.
 - Kebutuhan air untuk tambak pada tahun 2020 dan 2030
diproyeksikan sebesar 19,6 m3/dtk.
@alfinh214 102
@alfinh214 103
@alfinh214 104
@alfinh214 105
@alfinh214 106
@alfinh214 107
@alfinh214 108
@alfinh214 109
@alfinh214 110
@alfinh214 111

Anda mungkin juga menyukai