Anda di halaman 1dari 9

Jong Minahasa

Nama : Riksanda Yunandar

Kelas : XI IPA 4

SMA Neger 5 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2015/2016


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pegerakan nasional adalah perjuangan yang mengikutsertakan seluruh rakyat

Indonesia. Latar belakang timbulnya pergerakan nasional adalah rasa senasib dan

sepenanggungan, penderitaan rakyat akibat penjajahan, rakyat yang tidak mempunyai

tempat untuk mengadu nasib, adanya golongan terpelajar yang sadar akan

perjuangan, dan kemenangan jepang melawan sekutu pada tahun 1905.

Nasionalisme Indonesia dimulai sebenarnya dengan nasionalisme . Katanya

lagi, Sesuatu gerakan yang penting di Indonesia mulanya adalah gerakan orang-

orang Islam. Mereka yang bergerak di bawah panji-panji yang bukan Islam

kebanyakannya terdiri dari mereka yang telah meninggalkan tempat buaian mereka

semula, tempat mereka mula-mula sekali mengecap asam garam pergerakan.

Hal ini dapat kita buktikan. Beberapa tokoh pergerakan nasional terkemuka

dari berbagai aliran berasal dari gerakan Islam. Untuk aliran nasionalisme radikal Ki

Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) tadinya berasal dari Sarekat Islam

(SI). Soekarno sendiri pernah menjadi guru Muhammadiyah dan pernah nyantri di

bawah bimbingan Tjokroaminoto. Bahkan beberapa tokoh-tokoh PKI zaman

pergerakan nasional berasal dan terinspirasi oleh perjuangan SI. Tan Malaka sendiri,

yang menurut Kahin, adalah seorang Komunis Nasionalis dan pendiri partai Murba,

berasal dari SI Jakarta dan Semarang. Ia dibesarkan dalam suasana semangatnya

gerakan modernis Islam Kaoem Moeda di Sumatera Barat (Poeze: 1988). Umat Islam

menduduki peran utama dalam gerakan politik dan militer. Semua perang yang terjadi

bersukma dari seruan jihad, perang suci. Sewaktu Pangeran Diponegoropemimpin

Perang Jawamemanggil sukarelawan, maka kebanyakan mereka yang tergugah


adalah para ulama dan ustadz dari pelosok desa. Pemberontakan petani menentang

penindasan yang berlangsung terus-menerus sepanjang abad ke-19 selalu di bawah

bendera Islam. Tindakan ini menyebabkan ia lebih dicintai dan dihormati rakyatnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Jong Minahasa ?

2. Bagaimana perkembangan Jong Minahasa pasca di dirikannya organisasi tersebut ?

3. Bagaimana peranan Jong Minahasa sebagai organisasi islam terhadap pergerakan

nasional Indaonesia ?

4.

1.3 Tujuan

1.Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Jong Minahasa.

2.Untuk mengetahui perkembangan Jong Minahasa.

3.Untuk mengetahui peranan Jong Minahasa sebagai bagian dari organisasi pemuda

Islam di kancah pergerakan nasional Indonesia.

1.4 Manfaat

1. Sebagai sumber informasi dan pengetahuan atas pegerakan pemuda Islam

khususnya Jong Minahasa dalam pergerakan nasional Indonesia.

2.Sebagai motivasi untuk melanjutkan perjuangan bangsa di masa sekarang dan

selanjutnya dalam bentuk yang berbeda.

3.Sebagai suatu pengalaman bangsa atas persatuan dan kesatuan RI pada masa

penjajahan dan pergerakan nasional.


1.5 Metode

Adapun metode yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan buku-buku sumber

yang berkaitan dengan Pergerakan Nasional Indonesia khususnya Jong Minahasa,

kemudian mencari informasi dari media cetak maupun media elektronik, semisal

koran, televisi, internet dll.


BAB II

PEMBAHASAN

Meningkatnya radikalisme Pergerakan Nasional mempengaruhi Bergsma

ditangkap dan diasingkan. Tan Malaka memilih Jong Java untuk tak bergerak di

bidang politik. Dalam kongres ke-7, akibat pengaruh Sarekat Islam, usul ketua Jong

Java Syamsuridjal agar anggota yang sudah berusia 18 tahun diberi kebebasan

berpolitik dan memasukan program memajukan agama islam, mendapat tantangan

dari anggota. Adanya program memajukan agama Islam didorong oleh H. Agus

Salim, seorang tokoh Sarekat Islam dengan alasan peranan agama sangat besar dalam

mencapai cita-cita Indonesia. Usul ini di tolak dan yang menyetujui berpolitik,

mendirikan Jong Minahasa (JIB) dengan agama sebagai dasar perjuangan.

Jong Minahasa didirikan pada tanggal 1 Januari 1925 atas prakarsa

Sjamsoeridjal dan didukung H. Agus Salim. Pergerakan Jong Minahasa didasarkan

pada Islam dan nasionalisme Indonesia. Jong Minahasa berkembang menjadi suatu

wadah untuk mendidik kaum muda Islam hingga menjadi kader-kader yang

mempunyai dasar keislaman yang kokoh dan Jong Minahasa menjadi suatu organisasi

yang secara politik sangat penting dalam pergerakan pemuda Islam dalam usaha

untuk menumbangkan kekuasaan bangsa Belanda di Indonesia. Peranan Jong

Minahasa sebagai bagian dari organisasi pemuda Islam di kancah pergerakan nasional

Indonesia tahun 1925-1942 antara lain (a) menggagas nasionalisme Indonesia, (b)

mendirikan Nationale Indonesische Padvinderij (NATIPIJ) dan (c) meningkatkan

derajat pendidikan.

Anggotanya kebanyakan adalah golongan elit yang berpendidikan Barat yang

masih ingin memegang teguh keislaman. Dengan berdirinya Jong Minahasa. S.M.

Kartosuwiryo terjun ke dalam politik ketika memasuki perhimpunan Jong Java di

Jakarta, dimana karena ketekunan dan keaktifannya ia pernah menjadi ketuanya.

Ketika anggota-anggota Jong Java yang lebih mengutamakan ke-Islam-annya keluar


dari Jong Java dan mendirikan Jong Minahasa pada tahun 1925. Kartosuwiryo pindah

organisasi ini, dan tidak lama kemudian menjadi ketua cabang Jong Minahasa di

Surabaya.

Sejak tahun 1915 telah berdiri sejumlah besar organisasi kepemudaan bersifat

kedaerahan, seperti Tri Koro Darmo yang kemudian menjadi Jong Java (1915), Jong

Sumatranen Bond (1917), Jong Minahasa (1924), Jong Batak, Jong Minahasa, Jong

Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun dan Pemuda Kaum Betawi. Namun semua

organisasi tersebut bersifat kedaerahan dan kelompok khusus. Yang mungkin sedikit

berbeda adalah Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang berdiri setelah

selesai Kongres Pemuda I pada tahun 1926. PPPI merupakan wadah pemuda

nasionalis radikal non kedaerahan. Tokoh-tokohnya adalah Sigit, Soegondo

Djojopoespito, Suwirjo, S. Reksodipoetro, Muhammad Yamin, A. K Gani, Tamzil,

Soenarko, Soemanang, dan Amir Sjarifudin. Atas prakarsa PPPI kongres ke II

diadakan.

Dalam penerbitan P.I (koran Pemoeda Indonesia) no 8 tahun 1928, terdapat

artikel dengan judul KERAPATAN PEMOEDA-PEMOEDA INDONESIA. Disitu

dijelaskan :

Sebagaimana yang telah diwartakan dalam P.I no.6 dan 7, di Jacatra telah

diadakan kerapatan besar Pemoeda-pemoeda Indonesia pada tanggal 27 dan 28

Oktober. Pimpinan kerapatan ialah terdiri dari wakil-wakil, Perhimpunan Pelajar-

pelajar Indonesia, Pemoeda Indonesia, Pemoeda Soematera, Jong Java, Jong Celebes,

Jong Batak Pemoeda Kaum Betawi, Jong Minahasa (JIB) dan Sekar Roekoen.

Selanjutnya juga diberitakan bahwa kerapatan dikunjungi beratus-ratus orang, dimana

bagi siapa yang menyaksikan sendiri akan berbesar hati karena pemoeda-pemoeda

kita bukan baru mencita-citakan saja, tapi telah tegak berdiri dipusat persatuan dan

kebangsaan . Dalam kesempatan inipun telah diperdengarkan untuk pertama kali

kepada umum oleh Pemoeda W.R.Soepratman, lagu INDONESIA RAJA.


Dalam POETOESAN CONGRES PEMOEDA-PEMOEDI INDONESIA,

tercatat bahwa Poetra dan Poetri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah

Indonesia. Poetra dan Poetri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.

Poetra dan Poetri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sebagai

realisasi penyatuan ini, pada tanggal 31 Desember 1930 jam 12 malam, Jong Java,

Perhimpunan Pemoeda Indonesia, Jong Celebes, Pemoeda Soematra (awalnya

bernama Jong Sumatranen Bond) telah berfusi menjadi satu dan membentuk

Perkoempoelan INDONESIA MOEDA.

Para anggota panitia Kongres Pemuda ke II, terdiri dari pemuda-pemudi

Indonesia yang dikemudian hari amat berperan dalam gerakan pemuda yang

memperjuangkan kebangsaan dan kemerdekaan. Diantaranya terdapat nama,

Soegondo Djojopoespito dari PPPI (ketua), Djoko Marsaid dari Jong Java (wakil

ketua), Muhammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond (Sekretaris), Amir Sjarifudin

dari Jong Sumatranen Bond (bendahara), Djohan Mu.Tjai dari Jong Minahasa.

Kontjosoengkoeno dari P.I, Senduk dari Jong Celebes, J.Lemeina dari Jong Ambon

dan Rohyani dari Pemoeda Kaum Betawi. Panitia didukung tokoh-tokoh senior

seperti Mr.Sartono, Mr.Muh Nazif, A.I.Z Mononutu, Mr.Soenario. Dalam kongres

ikut berbicara tokoh-tokoh besar kebangsaan lainnya seperti S. Mangoensarkoro, Ki

Hadjar Dewantoro dan Djokosarwono. Hadir sebagai undangan sekitar 750 orang

dimana terdapat nama-nama yang kemudian terkenal seperti Kartakusumah (PNI

Bandung), Abdulrachman (B.O Jakarta), Karto Soewirjo (P.B Sarekat Islam), Muh.

Roem, Soewirjo, Sumanang, Masdani, Anwari, Tamzil, AK Gani, Kasman

Singodimedjo, Saerun (wartawan Keng Po), WR Supratman. Dari Volksraad yang

hadir adalah Soerjono dan Soekawati dan dari pihak Pemerintah Hindia Belanda yang

hadir adalah Dr.Pyper dan Van der Plas.

Jelas bahwa kongres pemuda ke II dimana diikrarkan Sumpah Pemuda bukan

pekerjaan dalam sedikit waktu saja, dan terang juga bukan hasil usaha dari beberapa
gelintir orang saja. Hal ini merupakan perjuangan panjang sejak Kebangkitan

Nasional 20 Mei 1908. Bahkan ada sebuah peristiwa lainnya yaitu ketika tahun 1904

Dr A,Rivai lulus ujian dokter sebagai Nederland Arts di Utrecht Belanda, pupus

sudahlah anggapan jelek bahwa bangsa Indonesia itu Laksheid. Kata ini amat sakit

didengar karena berarti pemalas, tidak punya kemauan bekerja atau berbuat sesuatu.

Setelah Indonesia muda terbentuk, berarti pemuda Indonesia memiliki

organisasi kepemudaan nasional yang solid, kuat dan bercita-cita menuju

kemerdekaan yang lebih pasti. Anggota IM terdiri dari semua pemuda seperti anak-

anak SLP, SLA, sekolah khusus, kejuruan sederajat dan mahasiswa. Sejak tahun 1931

kongres demi kongres diadakan sehingga lebih menampakkan eksistensinya.

Nyatanya memang IM tidak berafiliasi dengan partai politik.

Sejarah kemudian membuktikan bahwa modal kejuangan diatas amat penting

artinya pasca penjajahan Jepang (1942-1945), dimana api Revolusi Kemerdekaan

mulai dinyalakan dengan kesadaran adanya kesatuan dan persatuan kebangsaan yang

bermotifkan pantang untuk dijajah kembali oleh kekuatan asing apapun bentuknya.

Proklamasi Kemerdekaan mengawali "Revolusi Pemoeda", dan berahir ketika

penjajah terahir di Indonesia yaitu Imperium Belanda menyatakan pengakuannya

pada Kemerdekaan Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember 1949.

Tidak sampai 1 tahun kemudian, RIS bubar dan Negara Kesatuan Republik Indonesia

terbentuk kembali pada tanggal 17 Agustus 1950.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi, pergerakan nasional Indonesia terjadi di dalam berbagai aspek kehidupan

baik itu ekonomi, politik, social, budaya maupun agama. Terutama factor agama

yang sangat berperan besar dalam pergerakan nasional terutama dalam meningkatkan

rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan berdirinya oraganisasi berlandaskan

Islam seperti Jong Minahasa sendiri merupakan hasil gerakan pemuda dalam

menciptakan suatu perkumpulan pemuda muslim yang kelak akan tercetuslah

Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 sebagai hasil dari persatuan dan

kesatuan dari berbagai organisasi di Nusantara ini, yang akhirnya mengantarkan

Indonesia ke depan pintu kemerdekaan Indonesia.

3.2 Saran

Mungkin dalam pembuatan makalah yang kami buat banyak kekurangan dan

kesalahan, maka dari itu penulis bersedia menerima saran maupun kritik demi

perbaikan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai