Jong Java atau Tri Kor Dharmo merupakan organisasi pemuda yang didirikan oleh Satiman
Wirjosandjojo di Gedung STOVIA pada 7 Maret 1915 dengan nama awal Tri Koro Dharmo
(TKD) (Bahasa Indonesia: “Tiga Tujuan Mulia”). Ia mendirikan asosiasi pemuda ini karena
banyak orang muda berpikir bahwa Boedi Oetomo dianggap sebagai organisasi elit.
1. Menciptakan hubungan antara siswa pria di bumi di sekolah dan kursus kejuruan.
2. Tambahkan pengetahuan umum ke setiap anggota.
3. Membangkitkan dan mempertajam bahasa dan budaya Indonesia.
Pemuda-pemuda yang berasal dari daerah Sumatra, juga ikut mendirikan organisasi untuk
menyatukan para pemuda yang berasal dari daerah itu. Mengikuti Jejak murid-murid Jawa
dari sekolah menengah, murid-murid Sumatra pada tanggal 2 Desember 1917 mendirikan
Jong Sumatranen Bond di gedung STOVIA. Organisasi ini didirikan di Jakarta, dan
mempunyai cabang diluar Jawa yaitu Padang dan Bukittinggi.
Tujuan Berdirinya antara lain ialah memperkokoh hubungan ikatan diantara murid-murid
yang berasal dari Sumatra dan menanamkan keinsyafan bahwa mereka kelak akan menjadi
pemimpin, disamping itu juga ikut membangunkan perhatian dan mempelajari kebudayaan
Sumatra.
Walaupun perkumpulan pemuda tidak bersifat politik, tetapi pemerintah Hindia Belanda
mencurigai dan bersikap sinis terhadap gerakan pemuda ini, keadaan ini lebih dirasakan lagi
diluar Jakarta.
SEJARAH
Pada tahun 1918 Pemuda Bahder Djohan dilantik menjadi sekertaris Jong Sumatranen Bond
cabang Padang. Disekolahnya dia diejek oleh gurunya orang Belanda, dengan
menggambarkan seorang anak berjalan didepan memegang bendera. Guru itu berkata ini
Bahder Djohan memegang bendera bangsanya, anak-anak lain bersorak dengan riuh rendah
dan Bahder Djohan merasa sangat dihina sekali dengan ejekan itu ( Lihat 40 h.6 ). Ejekan
semacam ini juga sering dialami oleh tokoh-tokoh pemuda lainnya tetapi semangat mereka
tidak mundur. Kemudian Jong Sumatranen Bond mengadakan kongresnya yang pertama di
padang ( Juli 1921). Tetapi walaupun begitu tempat bekerja para anggota terutama dipulau
Jawa, tempat belajar anggota-anggota terbanyak tokoh-tokoh dari Jong Sumatranen Bond
adalah : Moh. Hatta, Moh Yamin, M. Tamzil, Bahder Djohan, Assat, Amir, Abu Hanifah dan
A.K Gani.
Karena kebanyakan pemimpin-pemimpin Jong Sumatranen Bong ada di Jakarta bahkan ada
diantaranya yang sekolah kenegeri Belanda, maka mereka lebih cepat menanggalkan baju
daerahnya dan menggantikannya dengan baju Indonesia.
Moh Hatta kemudian ikut memimpin Indische Vereeninging yang kemudian menjadi
Perhimpunan Indonesia ( P.I ) di negeri Belanda, Abu Hanifah kemudian ikut menjadi
anggota perkumpulan “Langen Siswo” dari Jong Java.
Jong Minahasa
Organisasi pemuda yang didirikan oleh para pemuda pelajar menengah yang berasal
dari kelompok etnis Minahasa pada tanggal 24 April 1919 di Jakarta. Jong Minahasa artinya
"Minahasa Muda" atau "Pemuda Minahasa". Maksud dan tujuannya adalah menggalang dan
mempererat persatuan dan tali persaudaraan di kalangan pemuda - pemuda (pelajar) yang
berasal dari Minahasa. Organisasi ini merupakan kelanjutan dari organisasi yang didirikan
sejak tahun 1912 di Semarang, yakni Rukun Minahasa. Di antara pemimpin JongMinahasa
yang paling dikenal adalah Ratulangi. Berdirinya organisasi ini bermula dari kebutuhan
praktis yang selalu menekan kehidupan para pemuda pelajar di perantauan. Kehidupan
terpisah dari sanak keluarga dan hubungan dengan lingkungan asing dan orang-orang yang
berasal dan latar belakang budaya berbeda-beda menyebabkan mereka mencari keserasian
hubungan dengan ternan yang berasal dari daerah yang sarna. Dengan kata lain, organisasi
pemuda ini bermula dari rasa solidaritas yang primordial itu.