Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BENGKEL HIPERTENSI :

SOLUSI UNTUK MENURUNKAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI DI


INDONESIA

BIDANG KEGIATAN

PKM GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh :

Siti Aulia Salsabila ; 1710015011; 2017

Annisa Puteri Nuratifah ; 1710015005 ; 2017

Saphira Qayyum Bilahmar; 1810015043 ; 2018

i
ii
DAFTAR ISI

Halaman sampul.......................................................................................i

Halaman pengsahan..............................................................................ii

Daftar isi......................................................................................................iii

PENDAHULUAN...............................................................................................1

1. Latar Belakang......................................................................................1

2. Tujuan...................................................................................................2

3. Manfaat.................................................................................................2

GAGASAN...........................................................................................................3

1. Hipertensi menjadi penyakit paling yang banyak diderita masyarakat


Indonesia....................................................................................................3

2. Upaya Pemerintah dalam mengendalikan dan mengurangi jumlah


penderita hipertensi di Indonesia...............................................................4

3. Program Bengkel Hipertensi.................................................................4

4.Pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi program Bengkel


Hipertensi...................................................................................................5

5. Strategi Bengkel Hipertensi..................................................................5

KESIMPULAN...................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................8

iii
iv
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang tidak
dapat ditularkan dari satu individu ke individu yang lain, diantaranya
adalah hipertensi, stroke, penyakit jantung, dan diabetes (Kementrian
Kesehatan RI, 2015). PTM sampai saat ini masih merupakan sebuah
masalah kesehatan dan penyebab kematian yang menjadi ancaman di
Indonesia, bahkan dunia. Menurut World Health Organization (2018),
sebesar 71% penyebab kematian di dunia adalah PTM. Di Indonesia
sendiri, persentase kematian yang disebabkan oleh PTM juga terus
meningkat. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
1995, SKRT tahun 2001, dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, melaporkan bahwa persentase kematian yang disebabkan penyakit
tidak menular sebesar (41,7%), (49,9%), (59,5%), dan berdasarkan data
yang tercatat pada Sistem Registrasi Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan tahun 2014 persentasi kematian akibat PTM naik menjadi 71%.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menempati urutan teratas
beban PTM secara nasional serta menjadi penyakit paling umum dan
paling banyak diderita masyarakat, dibuktikan dengan data Riskesdas
tahun 2013 dan Riskesdas 2015 bahwa prevalensi hipertensi yang awalnya
25,8% naik menjadi 34,1 %.

Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi


berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar
34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di
Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok usia 31-44 tahun
(31,6%), usia 45-54 tahun (45,3%), usia 55-64 tahun (55,2%). Dari
prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8%
terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi
namun tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Alasan
penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita
hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke Fasyankes
(31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain
(12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%),
terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di
Fasyankes (2%) (Kemenkes RI, 2019).

Kenaikan prevalensi PTM, khususnya pada hipertensi sangat


berkaitan dengan pola hidup masyarakat, antara lain; merokok, konsumsi
gula, garam, dan lemak berlebih, kurang aktifitas fisik, obesitas, konsumsi
alkohol, serta stres. Peningkatan angka kejadian hipertensi yang saat ini
sudah menjadi perhatian para tenaga kesehatan di Indonesia, disebabkan

1
oleh pola hidup seperti yang telah dijelaskan diatas dan penanganan
hipertensi yang tidak optimal dari pemerintah. Hal tersebut akan menjadi
pintu masuk bagi penyakit jantung, stroke, obesitas, gagal ginjal, serta
komplikasi lainnya. Masalah yang juga terjadi di masyarakat adalah masih
banyak penderita hipertensi yang tidak sadar bahwa mereka menderita
hipertensi, dan mulai sadar ketika telah terjadi komplikasi.

Pemerintah telah menggalakkan beberapa upaya untuk


mengatasi permasalahan mengenai hipertensi ini, namun dapat diihat dari
data-data sebelumnya bahwa upaya pemerintah ternyata masih belum
mampu mengatasi permasalahan yang ada secara maksimal dikarenakan
pemerintah kurang mengoptimalkan program-program yang telah dibuat.
Selain itu, untuk menikmati program-program dari pemerintah,
masyarakat masih perlu mengeluarkan biaya.

Pencegahan harusnya menjadi fokus utama untuk menurunkan


angka kejadian hipertensi, perlu ada program-program yang mampu tidak
hanya mengajak, tapi menarik masyarakat untuk menyadari bahwa
hipertensi merupakan ancaman bagi kita semua, sehingga keinginan
masyarakat memperbaiki pola hidup dan melakukan deteksi dini terhadap
penyakit hipertensi menjadi meningkat, serta bagi masyarakat yang
menderita hipertensi menjadi patuh dalam menjalani pengobatannya.

Berdasarkan pada masalah-masalah diatas, yang menyebabkan


peningkatan kejadian hipertensi di Indonesia, masyarakat membutuhkan
wadah untuk mendapatkan pengetahuan mengenai hipertensi, sehingga
dapat mendeteksi dini, serta mencegah komplikasi dari hipertensi. Salah
satu solusi yang dapat dicanangkan ialah dengan mendirikan Bengkel
Hipertensi. Kemudahan yang didapatkan oleh masyarakat dengan adanya
bengkel hipertensi ini ialah edukasi dan pelayanan yang baik, lokasi yang
mudah untuk dijangkau, dan dapat dinikmati tanpa harus mengeluarkan
biaya.

2. Tujuan

Tujuan dari program bengkel hipertensi ini adalah untuk


menurunkan angka kejadian hipertensi di Indonesia, yang berfokus pada
upaya pencegahan hipertensi melalui kegiatan edukasi dan deteksi dini
hipertensi pada seluruh masyarakat di Indonesia.

3. Manfaat

Bengkel Hipertensi dapat memberikan manfaat bagi berbagai


pihak. Manfaat yang diperoleh masyarakat ialah adanya wadah untuk
mendapatkan edukasi mengenai hipertensi dan cara pencegahannya, pun

2
bagi warga yang telah mengidap hipertensi akan mendapatkan
pengobatan awal serta akan terus mendapatkan pengontrolan untuk
menurunkan tekanan darahnya sehingga komplikasi yang dapat
disebabkan oleh hipertensi dapat dicegah. Manfaat untuk negeri dapat
dirasakan dalam jangka waktu panjang, yaitu penurunan angka kejadian
hipertensi dan angka kematian akibat komplikasi hipertensi di Indonesia.

B. GAGASAN
1. Hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak diderita masyarakat.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan


darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan
komplikasi berupa kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit
jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan tidak mendapat pengobatan yang memadai.

Mirisnya, menurut data World Health Organization (WHO)


tahun 2015 menunjukkan bahwa sekitar 1,13 Miliar orang didunia
menderita hipertensi, yang berarti 1dari 3 orang di dunia terdiagnosis
menderita hipertensi dan jumlah ini terus meningkat tiap tahunnya.

Data dari Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi


berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar
34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di
Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia
sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat
hipertensi sebesar 427.218 kematian.

Uraian diatas menunjukkan bahwa jika penyakit hipertensi ini


terus dibiarkan, dalam artian tidak mendapatkan pengelolaan yang baik
dari pihak pemerintah, tenaga kesehatan, dan dari masyarakat indonesia
sendiri, akan menimbulkan dampak pada peningkatan angka kejadian
penderita hipertensi dan hipertensi dengan komplikasi. Hal ini juga
nantinya akan berdampak pada peningkatan angka kematian akibat
komplikasi hipertensi. Lalu harus berapa lagi nyawa masyarakat
indonesia yang berguguran akibat hipertensi yang seharusnya bisa kita
cegah bersama?

3
2. Upaya Pemerintah dalam mengendalikan dan mengurangi jumlah
penderita hipertensi di Indonesia.

Menyadari bahwa hipertensi merupakan ancaman bagi


Indonesia, penyakit hipertensi telah mendapat perhatian dari pemerintah
dan tenaga kesehatan. Adapun upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah adalah :

(1) Meningkatkan promosi kesehatan melalui KIE dalam


pengendalian Hipertensi dengan perilaku “CERDIK” dan “PATUH”.
(Direktorat P2PTM Kemenkes RI, 2019)

(2) Meningkatkan pencegahan dan pengendalian Hipertensi


berbasis masyarakat dengan “Self Awareness” melalui pengukuran
tekanan darah secara rutin. (Direktorat P2PTM Kemenkes RI, 2019)

(3) Penguatan pelayanan kesehatan khususnya Hipertensi,


pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti: meningkatkan akses
ke Fasilitas Kesehatah Tingkat Pertama (FKTP), optimalisasi sistem
rujukan, dan peningkatan mutu pelayanan.. (Direktorat P2PTM
Kemenkes RI, 2019)

(4) Salah satu upaya pencegahan komplikasi Hipertensi


khususnya Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di FKTP melalui
Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM. (Direktorat P2PTM Kemenkes RI,
2019)

(5) Pemberdayaan masyarakat dalam deteksi dini dan


monitoring faktor risiko hipertensi melalui Posbindu PTM yang
diselenggarakan di masyarakat, di tempat kerja dan institus. (Direktorat
P2PTM Kemenkes RI, 2019)

3. Program Bengkel Hipertensi

Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam


mengatasi permasalahan meningkatnya angka kejadian PTM terutama
hipertensi nampaknya belum berhasil sepenuhnya, buktinya masih terjadi
peningkatan angka kejadian hipertensi dan peningkatan angka kejadian
hipertensi dengan komplikasi yang ada di masyarakat. Selain menjadi
fokus pemerintah, naiknya angka kejadian hipertensi hendaknya juga perlu
mendapatkan perhatian dari kalangan tenaga kesehatan seperti dokter,
perawat, dan apoteker untuk bersama-sama dengan masyarakat di seluruh
Indonesia berkontribusi menurunkan angka kejadian penyakit PTM
terutama hipertensi di Indonesia. Untuk mendukung program pemerintah

4
dalam menurunkan angka kejadian hipertensi maka didirikan Bengkel
Hipertensi.

Bengkel Hipertensi merupakan sebuah wadah yang berfokus


pada usaha pencegahan hipertensi melalui kegiatan edukasi dan deteksi
dini hipertensi. Selain itu, bengkel hipertensi juga merupakan wadah yang
menyediakan pengobatan serta dapat melakukan pengontoralan secara
berkala pada masyarakat yang telah terdeteksi sebagai penderita hipertensi.

Nama Bengkel Hipertensi mempunyai makna yaitu wadah


atau ruang yang dapat bekerja layaknya bengkel, yang mampu melakukan
perbaikan dan pengontrolan berkala, dalam hal ini adalah memperbaiki
dan mengontrol para penderita penyakit hipertensi yang angka kejadiannya
masih cukup tinggi di Indonesia. Sasaran dari “Bengkel Hipertensi” ini
adalah seluruh masyarakat Indonesia baik yang memiliki risiko ataupun
yang tidak memiliki risiko Hipertensi. Slogan yang diangkat pada Bengkel
Hipertensi ini adalah “Reparasi tekanan darah, untuk Indonesia bebas
hipertensi”, diharapkan kehadiran Bengkel Hipertensi di seluruh Indonesia
mampu membawa Indonesia menjadi negara bebas hipertensi

4. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Implementasi Program Bengkel


Hipertensi
Pendirian Bengkel Hipertensi ini bekerja sama dengan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Bappeda, Dinas Kesehatan,
Puskesmas, serta Masyarakat di seluruh Indonesia. Adapun peran masing-
masing pihak diantaranya Pemerintah Pusat dan Daerah untuk membantu
penyediaan dana pendirian posko-posko, Bappeda untuk membantu
menentukan lokasi yang tepat bagi pembangunan Bengkel Hipertensi,
sedangkan Dinas Kesehatan, tenaga kesehatan (dokter, perawat, dan
apoteker), dan puskesmas untuk memberikan dedikasinya dalam Bengkel
Hipertensi, baik sebagai fasilitator untuk penyalur ilmu kesehatan
(pengajar), melakukan deteksi dini, melakukaan pendataan pada penderita
maupun memberikan pengobatan awal, serta pihak masyarakat Indonesia
untuk berperan aktif dalam membantu pelaksanaan kegiatan.

5. Strategi Bengkel Hipertensi

Langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan untuk


mendirikan Bengkel Hipertensi, sebagai berikut:
1) Berkoordinasi dengan Pemerintahan Daerah (Pemda) dan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) untuk ikut
berkontribusi menyediakan lokasi pembangunan Bengkel
Hipertensi. Sebagai gambaran, nantinya dapat di bangun Bengkel

5
Hipertensi pada setiap RT ataupun setiap gabungan beberapa RT
sehingga warga akan lebih mudah untuk melakukan pemeriksaan.
2) Mengajak dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk ikut
berkontribusi dalam segala aktivitas Bengkel Hipertensi baik saat
melakukaan, edukasi, deteksi dini, pendataan, ataupun pengobatan.
3) Mensosialisasikan Bengkel Hipertensi melalui berbagai platform,
social media, ataupun himbauan langsung pada warga sekitar,
sehingga masyarakat akan tahu bahwa ada wadah bagi mereka
untuk mengatasi penyakit hipertesi.
4) Melakukan deteksi dini/skrining dan pendataan rekam medis
masyarakat sekitar sehingga kedepannya akan lebih mudah untuk
melakukan pemantauan secara menyeluruh.
5) Bersama dokter dan tenaga kesehatan lainnya memberikan edukasi
kepada masyarakat sekitar melalui kelas hipertensi yang
dilaksanakan pada Bengkel Hipertensi sebagai upaya untuk
melakukan pencegahan hipertensi, edukasi yang diberikan
mengenai betapa pentingnya pola hidup sehat dan apa saja gejala-
gejala yang ditimbulkan oleh hipertensi, dan juga edukasi
mengenai penggunaan obat-obatan anti-hipertensi dan tanda-tanda
bahaya dari komplikasi akan diberikan pada keluarga dari
penderita hipertensi, sehingga keluarga akan tahu kapan harus
segera mendatangi bengkel hipertensi atau dapat langsung ke RS
terdekat.
6) Bagi warga yang telah mengidap hipertensi akan terus dikontrol
dan diberikan obat-obatan anti-hipertensi yang tersedia di Bengkel
Hipertensi, sebagai upaya untuk menurunkan tekanan darahnya
sehingga dapat terhindar dari komplikasi yang disebabkan oleh
hipertensi ini.

C. KESIMPULAN

Selain dari revitalisasi Puskesmas, pengadaan Posbindu, dan


upaya lain yang telah dilakukan pemerintah dalam mengendalikan dan
mengurangi jumlah pederita hipertensi di Indonesia. Salah satu solusi
yang kami gagaskan untuk menurunkan angka kejadian hipertensi adalah
program Bengkel Hipertensi. Bengkel Hipertensi ini dapat
diimplementasikan dengan bekerja sama membentuk sinergisme dengan
tenaga kesehatan, (dan siapapun yg nisa tuliskan).

Hasil yang diharapkan dari program Bengkel Hipertensi ini


adalah masyarakat indonesia memiliki kesadaran yang tinggi mengenai
penyakit hipertensi sehingga dapat terhindar dari penyakit tersebut
ataupun penderita tidak sampai mengalami komplikasi. Sehingga, angka
kejadian hipertensi dan angka kematian akibat komplikasi hipertensi di
Indonesia menjadi berkurang. Program Bengkel Hipertensi merupakan
wadah yang mampu memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai
hipertensi dan mampu melakukan deteksi dini masyarakat penderita

6
hipertensi sekaligus memberikan pengobatan awal bagi masyarakat yang
terdiagnosis menderita hipertensi. Program Bengkel Hipertensi ini akan
dibentuk pada tingkat RT di seluruh Indonesia yang bersifat bebas biaya
sehingga meningkatkan daya tarik masyarakat untuk berpartisipasi dalam
menurunkan angka kejadian hipertensi di Indonesia.

7
DAFTAR PUSTAKA

Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat. 2019. “Hipertensi penyakit Paling


Banyak Diidap Masyarakat”. Jakarta: Biro Komunikasi dan Layanan
Masyarakat Kemenkes RI.
https://www.depkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-penyakit-
paling-banyak-diidap-masyarakat.html.

Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI. 2019. "Hari Hipertensi Dunia


2019 : “Know Your Number, Kendalikan Tekanan Darahmu dengan
CERDIK.". Jakarta: Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI.
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/hari-hipertensi-dunia-
2019-know-your-number-kendalikan-tekanan-darahmu-dengan-cerdik
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat. 2017. “Sebagian Besar Penderita
Hipertensi tidak Menyadarinya ”. Jakarta: Biro Komunikasi dan Layanan
Masyarakat Kemenkes RI.
https://www.depkes.go.id/article/view/17051800002/sebagian-besar-
penderita-hipertensi-tidak-menyadarinya.html

Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2014." Hipertensi". Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kemenkes RI. http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-hipertensi.pdf

Pusat Komunikasi Publik. 2012. “Masalah Hipertensi Di Indonesia”. Jakarta:


Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kemenkes RI.
https://www.depkes.go.id/article/print/1909/masalah-hipertensi-di-
indonesia.html

8
9

Anda mungkin juga menyukai