2 September 2021
ABSTRAK
Manifestasi klinis yang kerap dialami penderita hipertensi dapat mengganggu pola tidur
yang menyebabkan terjadinya peningkatan hormon kortisol sehingga tekanan darah
menjadi tidak stabil dan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi, serta dapat
mengganggu kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
intervensi-intervensi non farmakologis yang dapat dilakukan pada penderita hipertensi
untuk mengatasi gangguan pola tidur. Metode penelitian yang dilakukan yaitu literature
review dengan pendekatan scoping review. Setelah melakukan penyortiran sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi, dan dilakukan penilaian menggunakan instrumen The Joanna Briggs
Institute Critical Appraisal Tools, didapatkan 7 artikel dan 6 intervensi mengenai intervensi
non farmakologis untuk mengatasi gangguan pola tidur pada pasien hipertensi antara lain
acupoint massage, hijamah, relaksasi otot progresif, senam hipertensi, spiritual emotional
freedom technique, dan foot massage and back massage.
ABSTRACT
Clinical manifestations that are often experienced by people with hypertension can
interfere with the sleep pattern that causes an increase in the hormone cortisol so that
blood pressure becomes unstable and increases the risk of complications, and can interfere
with the patient's quality of life. This study aims to identify non-pharmacological
interventions to overcome disturb sleep pattern in people with hypertension. The method
of research is literature review with scoping review approach. After sorting according to
the criteria of inclusion and exclusion, and conducted an assessment using the instrument
The Joanna Briggs Institute Critical Appraisal Tools, obtained 7 articles and 6
interventions on non-pharmacological interventions to overcome disturb sleep pattern in
hypertensive patients including acupoint massage, hijamah, progressive muscle relaxation,
senam hipertensi, spiritual emotional freedom technique, and foot massage and back
massage.
sampling, dan 1 artikel menggunakan fungsi jantung, limpa, dan otak pasien,
random sampling. Artikel yang sebagai hasilnya untuk meningkatkan
digunakan pada penelitian ini memiliki kualitas tidur pada pasien dengan
persamaan yaitu menggunakan hipertensi primer (Benito, 2015).
instrumen penelitian Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI). Hasil penelitian Relaksasi Otot Progresif
pada semua artikel yang digunakan ini Teknik relaksasi otot progresif adalah
mengatakan bahwa setiap intervensi memusatkan perhatian pada suatu
memiliki pengaruh yang signifikan aktifitas otot, dengan mengidentifikasi
terhadap kualitas dan kuantitas tidur otot yang tegang kemudian menurunkan
pasien hipertensi. ketegangan dengan melakukan teknik
relaksasi untuk mendapakan perasaan
Acupoint Massage relaks (Ramdhani & Putra, 2008).
Acupoint massage didasarkan pada Intervensi relaksasi otot progresif
meridians dan acupoints yang dapat dilakukan selama satu bulan dalam
mencegah juga menyembuhkan penyakit delapan kali sesi. Intervensi ini dapat
(Wang, 2011). Kontraindikasi dilakukan pada lansia dengan hipertensi.
dilakukannya pijat kaki dan punggung Pada intervensi ini membutuhkan
adalah luka terbuka, luka bakar, patah bantuan orang lain untuk
tulang, pasien hemofilia, dan pasien mengaplikasikannya. Relaksasi otot
dengan tumor. Intervensi dilakukan oleh progresif dilakukan pada area kepala,
pasien dengan bimbingan perawat. leher, lengan, dan punggung.
Intervensi ini dapat di aplikasikan pada Kontraindikasi pada relaksasi otot
pasien hipertensi maupun lansia dengan progresif yaitu pasien yang mengalami
hipertensi. Pertama, perawat keterbatasan gerak dan pasien yang
mengajarkan, mengoreksi, dan memandu menglami tirah baring. Sebelum
metode pijat acupoint pada pasien. Saat intervensi terdapat 12 dari 20 responden
penelitian dimulai, terdapat orang untuk memiliki kualitas tidur yang buruk,
membimbing pasien. Para pasien diminta sedangakan setelah intervensi 17 dari 20
untuk melakukan pijat acupoint di atas, responden memiliki kualitas tidur yang
dan mengulangi masing-masing baik. Pada penelitian lain yang
setidaknya 40 hingga 50 kali. Lokasi dan membandingkan relaksasi otot progresif
intensitas kekuatan acupoint perlu tepat dengan spiritual emotional freedom
dan sesuai untuk mendapatkan sensasi technique (SEFT) menunjukan terdapat
rasa sakit, distensi, mati rasa yang sama. perbandingan antara keduanya,
Selama perawatan, perawat harus walaupun keduanya dapat meningkatkan
mengamati dan bertanya apakah pasien kualitas tidur pada pasien hipertensi.
memiliki reaksi yang merugikan. Pijatan Kelompok SEFT menunjukan persentase
dilakukan selama 1-2 detik pada setiap kualitas tidur yang lebih tinggi
titik dan diulangi sebanyak 40-50 kali. dibandingkan dengan kelompok relaksasi
Dilakukan 4 kali dalam sehari yaitu pada otot progresif. Relaksasi otot progresif
pukul 8:00, 12:00, 18:00 dan waktu dapat melatih otot kepala,leher, lengan,
sebelum tidur. Intervensi berlangsung dan punggung terkontrol, cara kerjanya
selama sebulan. Hasil sebelum intervensi berlawanan dengan sistem syaraf
didapatkan rata-rata skor PSQI sebesar simpatis sehingga tercapai keadaan rileks
9.0 dan setelah intervensi rata-rata skor dan tenang. Secara fisiologis,
PSQI sebesar 7.35. Pijat acupoint terpenuhinya kebutuhan tidur ini
massage yang berada di Taiyang (EX-HN merupakan akibat dari penurunan
5), Neiguan (PC 6), Anmian (Extra) dan aktifitas RAS (Reticular Activating
Sanyinjiao (SP 6) memiliki efek System) dan noreepineprine sebagai
menguatkankan limpa, menyehatkan penurunan aktifitas system batang otak.
jantung, mengatur organ Zang-fu, dan Respon relaksasi terjadi karena
menyeimbangkan yin dan yang, yang terangsangnya aktifitas sistem syaraf
dapat membantu secara efektif mengatur otonom parasimpatis nuclei rafe
ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 228
https://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan/index
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 9 No. 2 September 2021
BIODATA PENULIS
Penulis I: Rahayu Merdekawati
merupakan Mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran