Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS JURNAL

PENGARUH TERAPI PIJAT KAKI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN

DARAH PAS LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI

OLEH

KELOMPOK III

AGRIL PRATAMA MOHUNE


SITI UTARI SURATINOYO
NUR ALVIA SALEH
NURAIN ARBABU
NADILA JUDUF

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS

1
2021

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tekanan darah adalah sistem sirkulasi yang amat penting bagi tubuh. Homeostatis di

dalam tubuh dipengaruhi oleh penurunan atau peningkatan tekanan darah. Salah satu

penyakit pada gangguan sirkulasi yaitu hipertensi. Hipertensi adalah keadaan dimana

terjadi suatu peningkatan tekanan darah melebihi batas normal pada sistolik lebih dari 180

mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg atau sama. Hipertensi atau penyakit tekanan

darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan

penurunan suplai oksigen dan nutrisi. (Alwi dkk, 2016).

Hipertensi dianggap masalah kesehatan serius karena kedatangannya sering kali tidak

kita sadari. Penyakit ini bisa terus bertambah parah tanpa disadari hingga mencapai

tingkat yang mengancam hidup (Carlson, 2016). Faktor yang mempengaruhi hipertensi

pada seseorang salah satunya yaitu usia sehingga hipertensi pada usia lanjut apabila tidak

memperoleh penanganan yang baik akan menimbulkan komplikasi pada usia lanjut

tersebut seperti Struke, Gagal Ginjal dan jantung Koroner (Potter dan Perry, 2015).

Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah

keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan

terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi, 2009). Lansia adalah seseorang yang telah

berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).

Bertambahnya usia manusia, terjadi proses penuaan secara degenerative yang akan

berdampak pada perubahan-perubahan pada tubuh manusia tersebut, tidak hanya


2
mengalami perubahan fisik, kognitif, perasaan, social tetapi seksual juga akan mengalami

perubahan. Perubahan fisik yang terjadi pada lansia akan mempengaruhi sistem

kekebalan tubuh terhadap beberapa penyakit.

Melihat tingginya jumlah peningkatan lansia hipertensi, berbagai pihak telah

berupaya dalam menangani permasalahan hipertensi. Intervensi yang dapat dilakukan

seperti intervensi farmakologi dan non-faramakologi. Intervensi farmakologi dapat

digunakan obat-obatan anti hipertensi, efek yang ditimbulkan dari obat-obatan tersebut

antara lain kelelahan, insomnia, dan batuk kering (Casey and Benson, 2016). Sementara,

intervensi non-farmakologi antara lain menurunkan asupan lemak dan garam,

menurunkan konsumsi alkohol, berhenti merokok, penurunan berat badan yang berlebih,

konsumsi sayur dan buah, latihan fisik serta terapi komplementer. Asuhan keperawatan

secara langsung pada lansia hipertensi yang dilakukan oleh perawat komunitas salah

satunya yaitu pemberian terapi pijat kaki atau masase kaki (Dilianti dkk, 2017).

Masase kaki ini sangat diperlukan terutama bagi lansia pendertia hipertensi karena

manfaatnya dapat menurunkan tekanan darah. Masase kaki adalah pemberian energi yang

dimasukkan ke dalam tubuh melalui pemijatan untuk memperlancar peredaran darah,

melenturkan otot-otot, meningkatkan daya tahan tubuh, relaksasi, meningkatkan kekuatan

pikiran dan tubuh, menstabilkan emosi, meningkatkan kualitas tidur, restrukturisasi

tulang, otot, serta organ, menyembuhkan cedera baru serta lama, meningkatkan

konsentrasi serta ingatan, meningkatkan rasa percaya diri serta harmoni (Irvine dan

Leslie, 2015).

Pada dasarnya masase kaki adalah metode untuk memperlancar kembali aliran darah.

Adanya pijatan-pijatan terhadap titik sentra refleks diharapkan terputusnya aliran darah,

penyempitan, penyumbatan pada pembuluh darah menjadi normal kembali.

Pemijatan/penekanan pada titik-titik sentra refleks jantung dan hypertensionpoint akan

3
merangsang impuls syaraf bekerja pada sistem syaraf autonomik cabang dari

parasimpatik. Pemijatan/penekanan dengan irama yang teratur pada kaki akan merefleksi

pada organ-organ yang bersangkutan, menstimulasi syaraf tepi lewat alur-alur

persyarafan menuju sistem syaraf pusat serta sistem syaraf belakang sehingga terjadi efek

relaksasi dan tubuh dalam keadaan homeostasis. Keadaan homeostasis pada tubuh yang

mengenai jantung dan pembuluh darah dapat mengembalikan fungsi dan mampu

mengembalikan tekanan darah pada ambang normal (LaSalle, 2016).

Menurut beberapa hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa pijat kaki

apabila dilakukan pada lansia dapat mengurangi hipertensi. Penurunan tersebut melalui

suatu mekanoreseptor tubuh yang kemudian mengatur tekanan, sentuhan dan kehangatan

menjadi mekanisme relaksasi. Mekanoreseptor merupakan sel yang menyampaikan sinyal

ke sistem saraf pusat dan menstransduksi rangsangan mekanik. Pijat kaki dilakukan

selama 10-15 menit selama 3 hari bisa mengurangi gejala tekanan darah sistolik dan

diastolik sehingga keluhan penderita hipertensi dapat dikurangi (Alikin dkk, 2014).

Di Indonesia angka kejadian pada penderita hipertensi prevelensinya terus

mengalami peningkatan. Angka kejadian hipertensi Lansia berdasarkan pengukuran

tekanan darah usia 45-54 tahun 35,6%, usia 55-64 tahun 45,9%, usia 65-74 tahun 57,6%

dan lebih dari 75 tahun adalah 63,8%. Selain itu menurut profil kesehatan Jawa Timur

pada tahun 2015 di Provinsi Jawa Timur terdapat 275.000 jiwa menderita hipertensi

lansia (Wahyuni, 2015).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat di rumuskan pernyataan “

Pengaruh Terapi Pijat Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pas Lansia Yang

Menderita Hipertensi”

1.2 Tujuan

Untuk menganalisis jurnal tentang Pengaruh Terapi Pijat Kaki Terhadap Penurunan

4
Tekanan Darah Pas Lansia Yang Menderita Hipertensi.

1.3 Manfaat

1.3.1 ManfaatPraktis

1. Bagi program Studi Ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi, teori dan

bahan bacaan tentang Terapi Pijat Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pas

Lansia Yang Menderita Hipertensi.

2. Bagi panti werdah

Dapat memberikan suatu alternative untuk dapat dijadikan sebagai bahan

intervensi yang dapat di aplikasikan kepada lansia

1.3.2 ManfaatTeoritis

Diharapkan analisis jurnal ini dapat memberikan suatu pengetahuan tentang

Terapi Pijat Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pas Lansia Yang Menderita

Hipertensi dan diharapkan bisa menjadi konstribusi yang baik bagi dunia ilmu

pengetahuan pada umumnya.

5
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 Metode Pencarian

Analisis jurnal dilakukan dengan mengumpulkan jurnal hasil publikasi ilmiah tahun

2015-2020 dengan penelusuran menggunakan data based Google Scholar dengan

alamat situs http://scholar.google.co.id. Strategi pencarian literature penelitian yang

relevan untuk analisis jurnal dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Penelusuran melalui kata kunci pada


tanggal 4 mei 2021. Pada data based
Google Scholar

Hasil :
Google Scolar : 8

Screening : jumlah jurnal yang sesuai


dengan kriteria sampel : 8

Kata Kunci :
1. Terapi pijat kaki pada pasien
hipertensi lansia

6
Metode Kata Kunci Hasil Pencarian
Terapi pijat kaki pada
Google Scholar 1.290
pasien hipertensi lansia

2.2 Konsep Dasar Teori Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan

darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu

periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg.

(Aspiani, 2017).

2.2.2 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut

(Aspiani, 2017) :

a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena

tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2017).

1) Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi

untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika

memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.

2) Jenis kelamin dan usia

Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk

mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah meningkat faktor

ini tidak dapat di kendalikan serta jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dari pada

perempuan.

7
3) Diet

Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan berkembangnya

hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi

konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk

mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya

didalam tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada

volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang

menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan

darah didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah

meningkat.

4) Berat badan

Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam keadaan

normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan

berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.

5) Gaya hidup

Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat dengan

menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan

dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan

berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien.

Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat

meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi

pasien diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas

stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh hipertensi

8
sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat stenosi arteri renalis.

Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis.stenosis arteri

renalis menurunkan aliran darah ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor

ginjal, perangsangan pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II.

9
Angiostenin II secara langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak

langsung meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat

dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena

diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2017).

2.2.3 Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung)

dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian

antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer

dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang

berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,

pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular

(Udjianti, 2015).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di

vasomotor, pada meduladiotak. Pusat vasomotor ini bermula pada saraf simpatis, yang

berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk

implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila, 2016).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat

sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi (Padila, 2016).

10
Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang

peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem

saraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium,

dan air (Syamsudin,2017).

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.

Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal

mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor

pembuluh darah (Padila, 2016).

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan

pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air

oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini

cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2016).

2.2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2017) menyebutkan gejala

umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada

setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang

dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:

1. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk


2. Sakit kepala
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasacepat
5. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera

11
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2015) klien hipertensi mengalami nyeri

kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari

vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan vasculer cerebral,

keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien hipertensi.

2.2.5 KlasifikasiHipertensi

Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik

kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang

yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan

diastolik lebih dari 90mmHg.

Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Sebagai Patokan dan

Diagnosis Hipertensi (mmHg)

Kategori Tekanan darah


Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg <80 mmHg

Prehipertensi 120-129 mmHg <80 mmHg

Hipertensi stage I 130-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi stage II ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg


(Sumber : American Heart Association, Hypertension Highlights 2018 :

Guideline For The Prevention, Detection, Evaluation And Management Of

High Blood Pressure In Adults 2013).

12
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan

hipertensi sekunder (Aspiani,2017).Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah

yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi

primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi

primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup. Hipertensi

sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada

sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi

merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara

lain: penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka

bakar dan stres (Aspiani, 2017).

2.2.6 Komplikasi

Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka

panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang mendapat

suplai darah dari arteri tersebut.

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani2017).

a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan

darah tinggi.

b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat

menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus

yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. Hipertensi

kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat

dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan

hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko

13
pembentukan bekuan.

c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita

hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor

dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak

mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan

sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut gagaljantung.

d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem

penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak

dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan

dalam tubuh.

2.2.7 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat penting

dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam cara memodifikasi

gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu : (Aspiani, 2017).

b. Pengaturan diet

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien

hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi

sistem renin- angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai anti hipertensi.

Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6

gram garam perhari.

2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum

jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang

dipercaya dimediasi oleh oksidanitat pada dinding vaskular.

14
3) Diet kaya buah sayur.

4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantungkoroner.

c. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan

mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja

jantung dan voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas

berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi,

penurunan berat badan adalah hal yangs angat efektif untuk menurunkan tekanan

darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat

badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karenan

umumnya obat penurunan penurunan berat badan yang terjual bebas

mengandung simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan

darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi

aritmia.

d. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung.. olahraga isotonik

dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan mengurangi

katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam

satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga

meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis

akibat hipertensi.

e. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok dan

tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka oanjang

hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ

dan dapat meningkatkan kerja jantung.

15
f. Penatalaksanaan Farmakologis

1) Terapi oksigen

2) Pemantauan hemodinamik

3) Pemantauan jantung

4) Obat-obatan:

Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic

bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan

mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretik

(tiazid) juga dapat menurunkan TPR. Penghambat enzim mengubah

angiostensin II atau inhibitor ACE berfungsi untuk menurunkan angiostenin II

dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiostenin I

menjadi angiostenin II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan

menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunakan sekresi

aldosterne, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium.

2.3 Pijat refleksi


2.3.1 Pengertian pijat refleksi
Pijat refleksi atau reflexiology merupakan ilmu yang mempelajari tentang
pijat pada titik-titik tertentu di tubuh yang dapat dilakukan dengan tangan atau
benda-benda seperti kayu, plastik, atau karet. (Alviani, 2015). Pijat refleksi juga
diartikan sebagai jenis pengobatan yang mengadopsi kekuatan dan ketahanan
tubuh sendiri, dengan cara memberikan sentuhan pijatan pada lokasi dan tempat
yang sudah dipetakan sesuai zona terapi (Putri, 2015).
2.3.2 Manfaat pijat refleksi
Pijat refleksi memiliki beberapa manfaat diantaranya melancarkan sirkulasi
darah, merangsang produksi hormone endorphine, memperbaiki fungsi saraf,
meningkatkan energi, relaksasi dan rekreasi, meredakan sakit kepala, stimulasi
sistem saraf, mempercepat penyembuhan luka, melepaskan racun, mengurangi
gejala pra-menstruasi dan menstruasi, dan penyembuhan penyakit (Alviani, 2015).

16
2.3.3 Teknik pijat refleksi
Menurut Putri (2015) teknik pijat umumnya berupa mengusap, meremas,
menekan, menggetar, dan memukul. Mengusap berarti meluncurkan tangan
menggunakan telapak tangan atau bantalan tangan di permukaan tubuh searah
dengan peredaran darah menuju jantung dan kelenjar-kelenjar getah bening,
dimana gerakan ini dilakukan diawal dan diakhir pemijatan dengan manfaat
merelaksasi otot dan ujung-ujung saraf. Meremas berarti memijit atau meremas
menggunakan telapak atau jari-jari telapak tangan di area tubuh yang berlemak dan
jaringan otot yang tebal sehingga terjadi pengosongan dan pengisian pembuluh
darah vena dan limfe sehingga suplai darah yang lebih banyak di bawa ke otot
yang sedang di pijit. Menekan bertujuan untuk melepaskan bagian-bagian otot
yang kejang serta menyingkirkan akumulasi dari sisa-sisa metabolisme. Teknik
menggetar bermanfaat untuk memperbaiki atau memulihkan serta
mempertahankan fungsi saraf dan otot dengan menggetarkan bagian tubuh
menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari tangan. Teknik terakhir yaitu
memukul yang bermanfaat untuk memperkuat kontraksi otot saat di stimulasi dan
selain itu berguna untuk mengurangi deposit lemak dan bagian otot yang lembek.
Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan pijat refleki berbeda antara satu dengan
yang lainnya karena kondisi tubuh pada masing-masing orang berbeda, begitu juga
dengan kemampuan untuk menahan rasa sakit. Dalam pijat refleksi, untuk kondisi
tubuh normal masing-masing titik refleksi membutuhkan waktu sekitar lima menit
setiap pemijatannya. Tubuh yang sedang sakit keras proses pemijatannya
berlangsung lebih lama yaitu sekitar sepuluh menit dan tidak lebih, berbeda dengan
seseorang yang menderita penyakit jantung, kencing manis, liver, kanker hanya
boleh dipijat selama dua menit. Jadi total waktu yang dibutuhkan untuk memijat
seluruh titik refleksi yang bersangkutan kurang lebih 30 menit atau bisa juga 45
sampai 60 menit tergantung pada penguasaan teknik serta pengalaman pemijat.
Frekuensi dalam pemberian pijat refleksi antara tiga sampai enam hari sekali untuk
mencegah penyakit dan dua sampai tiga hari sekali untuk mengatasi gangguan
penyakit yang dilakukan antara empat sampai delapan minggu untuk memperoleh
hasil yang efektif (Alviani, 2015).

17
2.3.4 Titik atau area pijat refleksi

18
Berdasarkan titik-titik diatas, ada beberapa titik yang dapat diaplikasikan untuk
tekanan darah tinggi diantaranya:
19
a. Titik Leher. Lokasi titik pijat di telapak kaki pada pangkal ibu jari. Titik ini
dapat digunakan apabila memiliki gangguan atau keluhan pada leher, batuk,
radang tenggorokan, dan juga dapat membantu mengendurkan ketegangan
leher pada kasus hipertensi.
b. Bahu. Lokasi titik terletak di telapak kaki dibawah jari kelingking. Titik ini
digunakan untuk mengatasi nyeri sendi bahu, kaku kuduk, nyeri saat
mengangkat tangan juga dapat digunakan sebagai titik bantu pada gangguan
karena hipertensi.
c. Otot trapezius. Area pijat terletak di telapak kaki di bawah pangkal jari
telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Titik ini dapat mengatasi nyeri sendi bahu,
kaku kuduk, nyeri saat mengangkat tangan juga dapat melepaskan ketegangan
otot bahu saat menderita batuk atau hipertensi.
d. Jantung. Area pijat terletak di telapak kaki, longitudinal 2-3-4, transversal 2.
Titik ini dapat mengurangi vertigo, migrain, dan tekanan darah tinggi karena
kelainan ginjal, jantung, stress, kelainan hormone, makanan atau minuman,
keturunan dan lain-lain (Hendro & Ariyani, 2015).
2.3.5 Cara melakukan pijat refleksi kaki
a. Mempersiapkan otot dan tubuh klien untuk diterapi dengan teknik peregangan
dan relaksasi otot dengan tujuan agar klien siap untuk dipijat dan mencegah
terjadinya cedera otot.
b. Memberikan hasil pijat yang maksimal dimulai dengan pemijatan pada titik
atau area yang hasilnya akan merangsang titik/area pijat refleksi sesudahnya.
c. Membiasakan diri untuk mengikuti urutan-urutan pemijatan.
d. Pijat titik yang dapat diaplikasikan untuk tekanan darah tinggi yaitu bagian
leher, bahu, otot trapezius, jantung.
e. Teknik pemijatan bisa dilakukan dengan cara gerakan memutar secara teratur
atau berirama pada titik refleksi, dan gerakan berupa putaran melingkar pada
titik refleksi menggunakan ibu jari.

20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

No Author/Penulis Tahun Metode Hasil


1. Hartutik & 2017 Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan uji
Suratih menggunakan Mann Whitney untuk pengaruh
metode Quasy terapi pijat refleksi kaki terhadap
Eskperiment dengan tekanan darah pada penderita
desain penelitian hipertensi primer sesudah
yang digunakan diberikan perlakuan (post test) p
adalah pre-postest value (0,000 < 0,05) ada
control one group perbedaan tekanan darah pada
design. kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol sesudah
diberikan perlakuan terapi pijat
refleksi kaki.
2. Arina Maliya 2018 Penelitian ini Nilai Paired Samples T-Test
dan Any Risna menggunakan diperoleh (p-value) 0,001
Andria rancangan penelitian sehingga (p-value) lebih besar
Quasy eksperiment dari 0,05. Pada kelompok pra
dengan desain pre intervensi (skor awal) sebagian
and post test with besar tekanan darah hipertensi
control. stadium 2 dan setelahnya (skor
pasca) sebagian besar merupakan
tekanan darah prehipertensi. Ada
perbedaan tingkat tekanan darah
pada kelompok sebelum dan
sesudah pijat kaki dan punggung
. di Panti Wredha Surakarta.
3. Wahyuni, Enik 2017 Quasi Experiment Hasil uji Dependent T-test pada
Suharyanti, two group pre post kelompok dengan intervensi
Sigit Periyanto test dengan 2 massage kaki didapatkan nilai
kelompok P=0,000. Terdapat perbedaan
intervensi. tekanan darah yang signifikan
Keleompok pertama antara sebelum dan sesudah
diberikan intevensi dilakukan terapi massage kaki.
relaksasi otot
progresif dan
kelompok kedua
diberikan terapi pijat
kaki.
4. Irawani & 2020 Penelitian ini quasy Hasil penelitian mengindikasikan

21
Indriani eksperiment dengan bahwa rata-rata tekanan darah
desain one group sistolik pada lansia hipertensi
pretest-posttest sebelum masase kaki sebesar
design. 176,7 mmHg serta rata-rata
tekanan darah diastolik pada
lansia hipertensi sebelum masase
kaki sebesar 102,0 mmHg. Rata-
rata tekanan darah sistolik pada
lansia hipertensi sesudah masase
kaki sebesar 148,7 mmHg dan
rata-rata tekanan darah diastolik
pada lansia hipertensi sesudah
masase kaki sebesar 85,3 mmHg.
Ada dampak masase kaki
terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia (usia 60-69 tahun)
penderita hipertensi di UPTD
Puskesmas Maja Kabupaten
Majalengka Tahun 2019 (
sistolik = 0,001 dan  diastolik
0,000).
5. Rosa Erda, 2020 Quasi Experimet Setelah dilakukan penelitian
Fitria Tamara, One Group pretest- didapatkan hasil melalui uji pired-
Trisna Yona, posttest design. t test didapatkan terjadi penurunan
Didi Yunaspi tekanan darah sistolik dan
diastolic dengan value 0,000.
Penurunan tekanan darah sistol
dari rata-rata 163,8 mmHg
sebelum intervennsi, menjadi rata-
rata 158,70 mmHg. Adapun
tekanan darah diastole dengan
rata-rata 91,41 mmHg sebelum
intervensi, menjadi 88,96 mmHg
setelah intervensi.

3.2 Pembahasan

22
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartutik & Suratih tahun 2017,

Hasil penelitian di dapatkan sebelum di berikan terapi pijat refleksi kaki, kedua kelompok

rata-rata dengan hipertensi derajat I, yaitu rata-rata tekanan darah untuk kelompok perlakuan

154,5/94,1 mmHg dan tekanan darah untuk kelompok kontrol 153,6/94,5 mmHg.Sedangkan

Sesudah diberikan terapi pijat refleksi kaki pada kelompok perlakuan 2 responden (18,2%)

dengan tekanan darah kategori normal dan 6 responden (54,5%) tekanan darah kategori pre

hipertensi dan 3 responden (27,3%) tekanan darah kategori hipertensi derajat I. Sedangkan

untuk kelompok kontrol hasil test akhir semua hipertensi derajat I. Rata-rata tekanan darah

untuk kelompok perlakuan 128,6/80,0 mmHg dan rata-rata tekanan darah untuk kelompok

kontrol 152,3/92,3 mmHg. Pada kelompok yang diberikan terapi pijat refleksi kaki

mengalami penurunan yang lebih tajam dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan

terapi. Setelah diberikan terapi pijat kaki dari hipertensi tingkat 1 rata-rata turun menjadi pre

hipertensi dan ada 2 responden yang normal. Sedangkan pada kelompok kontrol dari

hipertensi tingkat satu setelah pengukuran akhir tetap hipertensi tingkat I.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan efektivitas penurunan tekanan darah yang

cukup signifikan akibat diberikan diberikan terapi pijat kaki, karena refleksi pijat kaki cukup

efektif memberikan rangsangan relaksasi yang mampu memperlancar aliran darah dan cairan

tubuh pada bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan titik syaraf kakiyang dipijat. Pijat

melancarkan peredaran darah dan aliran getah bening. Efek langsung yang bersifat mekanis

dari tekanan secara berirama dan gerakan-gerakan yang digunakan dalam pijat secara

dramatis meningkatkan tingkat aliran darah. Rangsangan yang ditimbulkan terhadap reseptor

saraf juga mengakibatkan pembuluh darah melebar secara refleks sehingga melancarkan

aliran darah yang sangat berpengaruh bagi kesehatan.

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti Wredha Dharma

Bhakti Pajang sejumlah 85 orang, 30 orang menderita hipertensi. Lansia yang tinggal di Panti

23
Wredha Dharma Bhakti Kasih Kadipiro Banjarsari Surakarta sejumlah 83 orang, 38

diantaranya mengalami tekanan darah tinggi. Sampel yang digunakan berjumlah 30 sampel

yang terdiri dari 15 kelompok perlakuan sesuai kriteria di Panti Wredha Dharma Bhakti

Kasih Kadipiro Banjasari Surakarta dan 15 untuk kelompok kontrol di Panti Wredha Dharma

Bhakti Pajang dengan teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Distribusi

frekuensi tingkat tekanan darah tinggi menunjukkan pada pre test, pada kedua kelompok

penelitian sebagian besar responden mengalami hipertensi stadium II sebanyak 19 responden

dan stadium I sebanyak 11 responden (73,3%). Selanjutnya pada post test, tingkat hipertensi

kelompok intervensi sebagian besar adalah prehipertensi sebanyak 8 responden (53,3%) dan

7 responden kategori hipertensi stadium I (46,7%) sedangkan kelompok kontrol sebagaian

besar yaitu hipertensi stadium I, sebanyak 8 responden (53,3%), stadium II sebanyak 6

responden (40%) dan sisanya prehipertensi hanya 1 responden (6,7%).

Hasil uji independent sample t-test hipertensi pre test antara kelompok kontrol dengan

kelompok eksperimen diperoleh nilai thitung sebesar 0,600 (p-value = 0,553) sehingga

disimpulkan tidak ada perbedaan tingkat tekanan darah responden pada kelompok kontrol

dan kelompok intervensi sebelum diberikan perlakuan. Sedangkan hasil uji independent

sample t-test hipertensi post test antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi

diperoleh nilai thitung sebesar 2,761 (p-value = 0,010). Berdasarkan hasil uji independent

sample t-test dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat tekanan darah pada kelompok

kontrol dan kelompok intervensi sesudah diberikan perlakuan. Mekanisme kerja pijat

punggung dilakukan selama 10 – 15 menit untuk menurunkan tekanan darah melalui suatu

mekanoreseptor tubuh yang kemudian mengatur tekanan, sentuhan dan kehangatan menjadi

mekanisme relaksasi. Mekanoreseptor merupakan sel yang menyampaikan sinyal ke sistem

saraf pusat dan menstransduksi rangsangan mekanik yang membuat relaksasi otot meningkat

dan sirkulasi permukaan meningkat sehingga beban kerja jantung berkurang dan tekanan

24
darah mengalami penurunan. Mekanisme kerja pijat kaki diawali dengan pemijatan pada

bagian kaki depan maupun belakang dan berakhir pada telapak kaki. Pijat kaki menimbulkan

efek drainase limfatik dan mekanisme aliran darah vena mengalami percepatan. Pada area

tersebut terdapat rangsangan reseptor yang ditimbulkan oleh gerakan – gerakan pijatan. Saraf

aferen akan menghantarkan impuls tersebut ke susunan saraf pusat dan memberikan umpan

balik melalui impuls saraf eferen dengan melepaskan histamin dan asetikolin untuk

merangsang tubuh bereaksi melalui mekanisme pembuluh darah yang mengalami reflek

vasodilatasi untuk peningkatan vasodilatasi vena, arteriol dan mengurangi aktivitas saraf

simpatis sehingga terjadi penurunan resistensi vaskular perifer yang menyebabkan tekanan

darah mengalami penurunan (Alikin dkk, 2014).

Dalam artikel Wahyuni dkk (2017) yang berjudul “Efektivitas Relaksasi Otot

Progresif dan Massage Kaki dengan pemberian essential oil Kenanga Dalam Menurunkan

Tekanan Darah Tinggi pada Lansia” rata-rata tekanan darah sistolik yang dialami oleh 17

responden kelompok intervensi massage kaki yaitu sebesar 166,51 mmHg. Factor-faktor yang

mempengaruhi tekanan darah tinggi pada lansia yaitu dikarenakan terjadinya penurunan

fungsi organ tubuh dan masuknya waktu menopause khususnya pada lansia wanita. Setelah

dilakukan intervensi pemijatan pada kaki dengan 13 gerakan pemijatan yang dilakukan

selama 10 menit selama 7 hari, tekanan darah sistolik pada lansia mengalami penurunan

menjadi rata-rata 157,31 mmHg. Penurunan tekanan darah pada responden yang melalui

intervensi pijat kaki pada artikel diatas sesai dengan teori yang dikemukakan oleh Lee (2010)

yaitu adanya proses pijatan pada aki khususnya gerakan memutar secara berirama atau teratur

dapat menurunkan pengeluaran hormone kortisol, sehingga pengurangan stress dapat terjadi

disebabkan oleh adanya respon rileks. Selain itu gerakan pijat berupa putaran melingkar

menggunakan ibu jari, dapat mengurangi ketegangan otot akibat asam laktat yang berlbih.

25
Jika gerakan ini dilakukan secara berulang, produksi asam laktat akan berkurang sehingga

peredaran dalam pembulh darah dapat berjalan lancar.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawani & Indriani pada tahun

(2020) Hasil penelitian mengatakan rata-rata tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi

sebelum masase kaki sebesar 176,7 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik pada lansia

hipertensi sebelum masase kaki sebesar 102,0 mmHg. Lansia yang menderita hipertensi di

UPTD Puskesmas Maja dapat dikarenakan lansia kurang teratur dalam mengontrol tekanan

darah kepada petugas kesehatan, kurang menjaga makanannya, kurang berolahraga dan juga

masih mempunyai kebiasaan lain yang bisa memicu tekanan darah tinggi seperti kebiasaan

merokok serta minum kopi.Sedangkan hasil penelitian mengindikasikan bahwa rata-rata

tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi sesudah masase kaki sebesar 148,7 mmHg serta

rata-rata tekanan darah diastolik pada lansia hipertensi sesudah masase kaki sejumlah 85,3

mmHg. Jika dibandingkan dengan sebelum masase kaki maka tekanan darah sistolik

mengalami penurunan yaitu dari 176,7 mmHg menjadi 148,7 mmHg atau penurunan sebesar

28,0 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik mengalami penurunan yaitu dari 102,0

mmHg menjadi 85,3 mmHg atau penurunan sebesar 16,7mmHg. Dari hasil penelitian

terdapat dampak masase kaki terhadap penurunan tekanan darah pada lansia (usia 60-69

tahun) penderita hipertensi di UPTD Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2020

( sistolik = 0,001 dan  diastolik 0,000).

Masase kaki yang dilaksanakan selama 15-30 menit sebanyak 3x dalam 1 minggu

terbukti berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah, dikarenakan masase kaki ini

manfaatnya dapat menurunkan tekanan darah. Masase kaki adalah pemberian energi yang

dimasukkan ke dalam tubuh melalui pemijatan untuk memperlancar peredaran darah,

melenturkan otot-otot, meningkatkan daya tahan tubuh, relaksasi, meningkatkan kekuatan

pikiran dan tubuh, menstabilkan emosi, meningkatkan kualitas tidur, restrukturisasi tulang,

26
otot, serta organ, menyembuhkan cedera baru serta lama, meningkatkan konsentrasi serta

ingatan, meningkatkan rasa percaya diri serta harmoni (Irvine dan Leslie, 2015). Teknik

pemijatan pada titik tertentu bisa menghilangkan sumbatan dalam darah sehingga aliran darah

serta energi pada tubuh kembali lancar, Masa sepada otot-otot besar pada kaki bisa

memperlancar sirkulasi darah serta saluran getah bening serta membantu mencegah varises.

Ketika melaksanakan masase pada otot-otot kaki maka tingkatkan tekanan ke otot ini dengan

bertahap untuk meregangkan maka dapat memperlancar aliran darah ke jantung. Masase pada

kaki diselesaikan dengan masase pada telapak kaki yang akan merangsang serta menyegarkan

kembali bagian kaki sehingga memperbaiki sistem keseimbangan serta mempermudah

relaksasi.

Pada penelitian yang Erda dkk (2020) yang berjudul ” THE EFFECT OF FOOT

REFLECTION MASSAGE ON HYPERTENSION INELDERLY OF BATAM CITY”.

Sebanyak 15 lansia masuk dalam dalam kriteria penelitian ini. Dalam artikel tersebut,

peningkatan ekanan darah yang dialami pasien, selain disebabkan oleh proses penuaan alami,

juga didisebabkan oleh adanya beberapa penyakit penerta seperti penyakit diabetes mellitus,

dan kadar HDL tinggi, serta memiliki riwayat perokok aktif dan mengkonsumsi minuman

beralkohol, serta makanan dengan tinggi garam. Berdasarkan hasil penelitian diatas,

didapatkan bahwa terapi pijat reflex pada bagaian kaki dapat berkontribusi dalam penurunan

tekanan drah sistolik dan diastoli pada 15 lansia penderita hipertensi.

Kegiatan pijat refleksi dilakukan peneliti secara rutin selama 3 kali seminggu selama

3 minggu dengan durasi minimal 10 menit menunjukkan penurunan sistolik dan tekanan

darah diastolik pada hari ketiga setelah intervensi, dari 170/110 mmHg menjadi 160/90

mmHg. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Sari (2012) yang berjudul The

Effectiveness of Pijat Kaki untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di

Dusun XI, Desa Buntu Bedimbar, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

27
sebelum pengobatan tekanan darah 173 mmHg dan setelah pengobatan 148 mmHg dengan

nilai <0, 00 yang artinya hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia.

Pijat refleksi adalah metode pemijatan pada titik-titik tertentu di kaki. Pijat refleksi

memiliki teknik dasar yang sering digunakan yaitu: teknik merambatkan ibu jari, memutar

tangan dan kaki pada satu titik, dan melakukan penekanan dan teknik menahan. Rangsangan

yang diberikan berupa tekanan pada tangan dan kaki dapa engirimkan gelombang relaksasi ke

seluruh tubuh. Beberapa penelitian telah membuktikannya bahwa pengobatan non

farmakologis merupakan intervensi alternatif yang tidak menyebabkan risiko atau efek

samping yang erkepanjangan (Gunawan, 2015). Menurut teori, pijat refleksi kaki sangat

berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah pada nsia, setelah dilakukan pijatan pada

lansia, selain itu menurun tekanan darah, hampir semua responden menyatakan erasa

nyenyak saat tidur ini karena rangsangan yang diberikan mampu meningkatkan aliran darah

dan cairan tubuh. tribusi nutrisi dan oksigen ke sel tubuh menjadi mulus tanpa hambatan.

Sirkulasi darah yang lancar akan memberikan ksasi dan efek refreshing pada tubuh, sehingga

tubuh mengalami kondisi yang seimbang (Schimd, 2015.)

3.3 Implikasi Keperawatan

Lansia merupakan salah satu tahapan perkembangan hidup dimana fase lansia ini bisa

dikatakan fase yang unik, mengingat kebutuhan lansia yang khusus. Perawat sebagai salah

satu caregiver yang mempunyai peran penting dalam meningkatakan kualitas hidup para

lansia. Salah satu intervensi mandiri keperawatan yang bisa dilakukan yaitu dengan

melakukan terapi foot massage spa berupa terapi pijat pada erea kaki yang tidak hanya

menurunkan tekanan darah ada lansia yang megalami hipertensi, namun juga dapat

memberikan efek relaxasi sehingga dapat menenangkan para lansia.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

28
4.1 Kesimpulan

Berdsarkan hasi analisis jurnal yang dilakukan pengaruh terapi pijat kaki terhadap

penurunan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi, didapatkan kesimpulan

bahwa terapi pijat kaki merupakan terapi yang efektif dan bisa dilakukan untuk

menurunkan tekanan darah pada pasien yang menderita hipertensi.

4.2 Saran

Sebagai pelayanan kesehatan diharapkan dapat melakukan intervensi sesuai

dengan standar oprtasional prosedur (SOP) tentang terapi pijat kaki atau foot massage spa

yang diaplikasikan pada lansia dengan hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

29
Alwi, Idrus., Salim, Simon., Hidayat, Rudy., Kurniawan, Juferdy., dan Tahapary,

Alviani, puput. 2015. Pijat Refleksi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press) ( Putri, H. A. (2015).
Titik Titik Pijat Refleksi & Ramuan Tradisional Edisi 1. Yogyakarta: Araska.)

Alikin, A., Nuraeni, A., dan Supriyono, M. (2014). Pengaruh Back Massage dengan
Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Desa
Kedungan Kecamatan Ringinarum”. Semarang: Staff Dinas Kesehatan Kota.

Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Desa
Kedungasri Kecamatan Ringinarum. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.

Casey, A., & Benson, H. (2015). Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta : Gramedia.

Dilianti I.E., Candrawati E., dan Adi R.C. (2017). Efektivitas Hidroterapi Terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Panti Wreda Al-Islam
Malang. Nursing News. Volume 2, Nomer 3. 2017.

Dicky L. (2016). Panduan Praktik Klinis. Jakarta : Interna Publishing.

Erda, R., Tamara, F., Yona, T., & Yunaspi, D. (2020). The Effect of Foot Reflection Massage
on Hypertension in Elderly Batam City. Indonesian Journal of Global Health Research,
2(4), 343-350.

Irvine dan Leslie. (2015). Penatalaksanaan dan Pencegahan Hipertensi. Retrieved from
repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/, diakses tanggal 18 Maret 2020

Hendro, & Ariyani, Y. (2015). Bahan Ajar Kursus Dan Pelatihan Pengobatan Pijat Refleksi
Level II - Ilmu Pijat Pengobatan Refleksi relaksasi. Jakarta: Direktorat Pembinaan Kursus
dan Pelatihan, Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

Lee, Soo M. 2010. Journal of Evaluation in Clinical Practice Aromatherapy for Treatment of
Hypertention : A systematic Review ; South Corea.

Potter dan Perry. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Ratnawati, R. and Aswad, A. (2019) ‘Efektivitas Terapi Pijat Refleksi dan Terapi Benson
terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi’, Jambura Health and Sport
Journal, Volume 1(1), pp. 33–40.

Sari, L. T., Norma, N., & Wibisono, W. (2014). Pengaruh Terapi Pijat Refleksi terhadap
Hipertensi ( The Effectiveness Of Reflexology Massage In Lowering The Blood Pressure
In Elderly With Hypertension ). Jurnal Ners Dan Kebidanan.

30
Wahyuni., Suhariyanti, E., Priyanto, S. (2017). Efektivitas Relaksasi Otot Progresif dan
Massage Kaki dengan Pemberian Essential Oil Kenanga dalam Menurunkan Tekanan
Darah Tinggi Pada Lansia. University Research Colloquium

31

Anda mungkin juga menyukai