OLEH
KELOMPOK III
1
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Tekanan darah adalah sistem sirkulasi yang amat penting bagi tubuh. Homeostatis di
dalam tubuh dipengaruhi oleh penurunan atau peningkatan tekanan darah. Salah satu
penyakit pada gangguan sirkulasi yaitu hipertensi. Hipertensi adalah keadaan dimana
terjadi suatu peningkatan tekanan darah melebihi batas normal pada sistolik lebih dari 180
mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg atau sama. Hipertensi atau penyakit tekanan
darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
Hipertensi dianggap masalah kesehatan serius karena kedatangannya sering kali tidak
kita sadari. Penyakit ini bisa terus bertambah parah tanpa disadari hingga mencapai
tingkat yang mengancam hidup (Carlson, 2016). Faktor yang mempengaruhi hipertensi
pada seseorang salah satunya yaitu usia sehingga hipertensi pada usia lanjut apabila tidak
memperoleh penanganan yang baik akan menimbulkan komplikasi pada usia lanjut
tersebut seperti Struke, Gagal Ginjal dan jantung Koroner (Potter dan Perry, 2015).
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah
terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi, 2009). Lansia adalah seseorang yang telah
berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan
Bertambahnya usia manusia, terjadi proses penuaan secara degenerative yang akan
perubahan. Perubahan fisik yang terjadi pada lansia akan mempengaruhi sistem
digunakan obat-obatan anti hipertensi, efek yang ditimbulkan dari obat-obatan tersebut
antara lain kelelahan, insomnia, dan batuk kering (Casey and Benson, 2016). Sementara,
menurunkan konsumsi alkohol, berhenti merokok, penurunan berat badan yang berlebih,
konsumsi sayur dan buah, latihan fisik serta terapi komplementer. Asuhan keperawatan
secara langsung pada lansia hipertensi yang dilakukan oleh perawat komunitas salah
satunya yaitu pemberian terapi pijat kaki atau masase kaki (Dilianti dkk, 2017).
Masase kaki ini sangat diperlukan terutama bagi lansia pendertia hipertensi karena
manfaatnya dapat menurunkan tekanan darah. Masase kaki adalah pemberian energi yang
tulang, otot, serta organ, menyembuhkan cedera baru serta lama, meningkatkan
konsentrasi serta ingatan, meningkatkan rasa percaya diri serta harmoni (Irvine dan
Leslie, 2015).
Pada dasarnya masase kaki adalah metode untuk memperlancar kembali aliran darah.
Adanya pijatan-pijatan terhadap titik sentra refleks diharapkan terputusnya aliran darah,
3
merangsang impuls syaraf bekerja pada sistem syaraf autonomik cabang dari
parasimpatik. Pemijatan/penekanan dengan irama yang teratur pada kaki akan merefleksi
persyarafan menuju sistem syaraf pusat serta sistem syaraf belakang sehingga terjadi efek
relaksasi dan tubuh dalam keadaan homeostasis. Keadaan homeostasis pada tubuh yang
mengenai jantung dan pembuluh darah dapat mengembalikan fungsi dan mampu
apabila dilakukan pada lansia dapat mengurangi hipertensi. Penurunan tersebut melalui
suatu mekanoreseptor tubuh yang kemudian mengatur tekanan, sentuhan dan kehangatan
ke sistem saraf pusat dan menstransduksi rangsangan mekanik. Pijat kaki dilakukan
selama 10-15 menit selama 3 hari bisa mengurangi gejala tekanan darah sistolik dan
diastolik sehingga keluhan penderita hipertensi dapat dikurangi (Alikin dkk, 2014).
tekanan darah usia 45-54 tahun 35,6%, usia 55-64 tahun 45,9%, usia 65-74 tahun 57,6%
dan lebih dari 75 tahun adalah 63,8%. Selain itu menurut profil kesehatan Jawa Timur
pada tahun 2015 di Provinsi Jawa Timur terdapat 275.000 jiwa menderita hipertensi
Pengaruh Terapi Pijat Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pas Lansia Yang
Menderita Hipertensi”
1.2 Tujuan
Untuk menganalisis jurnal tentang Pengaruh Terapi Pijat Kaki Terhadap Penurunan
4
Tekanan Darah Pas Lansia Yang Menderita Hipertensi.
1.3 Manfaat
1.3.1 ManfaatPraktis
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi, teori dan
bahan bacaan tentang Terapi Pijat Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pas
1.3.2 ManfaatTeoritis
Terapi Pijat Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pas Lansia Yang Menderita
Hipertensi dan diharapkan bisa menjadi konstribusi yang baik bagi dunia ilmu
5
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS
Analisis jurnal dilakukan dengan mengumpulkan jurnal hasil publikasi ilmiah tahun
relevan untuk analisis jurnal dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Hasil :
Google Scolar : 8
Kata Kunci :
1. Terapi pijat kaki pada pasien
hipertensi lansia
6
Metode Kata Kunci Hasil Pencarian
Terapi pijat kaki pada
Google Scholar 1.290
pasien hipertensi lansia
darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu
periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg.
(Aspiani, 2017).
(Aspiani, 2017) :
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena
1) Genetik
untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk
mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah meningkat faktor
ini tidak dapat di kendalikan serta jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
7
3) Diet
konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk
mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya
volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang
meningkat.
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam keadaan
5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat dengan
dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan
berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien.
Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat
meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi
pasien diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas
stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi.
b. Hipertensi sekunder
8
sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat stenosi arteri renalis.
9
Angiostenin II secara langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak
2.2.3 Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung)
dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian
antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer
dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang
berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,
pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular
(Udjianti, 2015).
vasomotor, pada meduladiotak. Pusat vasomotor ini bermula pada saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
10
Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang
peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2017) menyebutkan gejala
umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada
setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang
11
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2015) klien hipertensi mengalami nyeri
kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari
keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien hipertensi.
2.2.5 KlasifikasiHipertensi
Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik
kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang
yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
12
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan
yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi
primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup. Hipertensi
sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada
sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi
2.2.6 Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang mendapat
a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
darah tinggi.
b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan
13
pembentukan bekuan.
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor
mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan
d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem
penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan
dalam tubuh.
2.2.7 Penatalaksanaan
dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat
b. Pengaturan diet
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien
Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6
2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum
14
3) Diet kaya buah sayur.
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan
jantung dan voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas
penurunan berat badan adalah hal yangs angat efektif untuk menurunkan tekanan
darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi
aritmia.
katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam
akibat hipertensi.
e. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok dan
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ
15
f. Penatalaksanaan Farmakologis
1) Terapi oksigen
2) Pemantauan hemodinamik
3) Pemantauan jantung
4) Obat-obatan:
menjadi angiostenin II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan
16
2.3.3 Teknik pijat refleksi
Menurut Putri (2015) teknik pijat umumnya berupa mengusap, meremas,
menekan, menggetar, dan memukul. Mengusap berarti meluncurkan tangan
menggunakan telapak tangan atau bantalan tangan di permukaan tubuh searah
dengan peredaran darah menuju jantung dan kelenjar-kelenjar getah bening,
dimana gerakan ini dilakukan diawal dan diakhir pemijatan dengan manfaat
merelaksasi otot dan ujung-ujung saraf. Meremas berarti memijit atau meremas
menggunakan telapak atau jari-jari telapak tangan di area tubuh yang berlemak dan
jaringan otot yang tebal sehingga terjadi pengosongan dan pengisian pembuluh
darah vena dan limfe sehingga suplai darah yang lebih banyak di bawa ke otot
yang sedang di pijit. Menekan bertujuan untuk melepaskan bagian-bagian otot
yang kejang serta menyingkirkan akumulasi dari sisa-sisa metabolisme. Teknik
menggetar bermanfaat untuk memperbaiki atau memulihkan serta
mempertahankan fungsi saraf dan otot dengan menggetarkan bagian tubuh
menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari tangan. Teknik terakhir yaitu
memukul yang bermanfaat untuk memperkuat kontraksi otot saat di stimulasi dan
selain itu berguna untuk mengurangi deposit lemak dan bagian otot yang lembek.
Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan pijat refleki berbeda antara satu dengan
yang lainnya karena kondisi tubuh pada masing-masing orang berbeda, begitu juga
dengan kemampuan untuk menahan rasa sakit. Dalam pijat refleksi, untuk kondisi
tubuh normal masing-masing titik refleksi membutuhkan waktu sekitar lima menit
setiap pemijatannya. Tubuh yang sedang sakit keras proses pemijatannya
berlangsung lebih lama yaitu sekitar sepuluh menit dan tidak lebih, berbeda dengan
seseorang yang menderita penyakit jantung, kencing manis, liver, kanker hanya
boleh dipijat selama dua menit. Jadi total waktu yang dibutuhkan untuk memijat
seluruh titik refleksi yang bersangkutan kurang lebih 30 menit atau bisa juga 45
sampai 60 menit tergantung pada penguasaan teknik serta pengalaman pemijat.
Frekuensi dalam pemberian pijat refleksi antara tiga sampai enam hari sekali untuk
mencegah penyakit dan dua sampai tiga hari sekali untuk mengatasi gangguan
penyakit yang dilakukan antara empat sampai delapan minggu untuk memperoleh
hasil yang efektif (Alviani, 2015).
17
2.3.4 Titik atau area pijat refleksi
18
Berdasarkan titik-titik diatas, ada beberapa titik yang dapat diaplikasikan untuk
tekanan darah tinggi diantaranya:
19
a. Titik Leher. Lokasi titik pijat di telapak kaki pada pangkal ibu jari. Titik ini
dapat digunakan apabila memiliki gangguan atau keluhan pada leher, batuk,
radang tenggorokan, dan juga dapat membantu mengendurkan ketegangan
leher pada kasus hipertensi.
b. Bahu. Lokasi titik terletak di telapak kaki dibawah jari kelingking. Titik ini
digunakan untuk mengatasi nyeri sendi bahu, kaku kuduk, nyeri saat
mengangkat tangan juga dapat digunakan sebagai titik bantu pada gangguan
karena hipertensi.
c. Otot trapezius. Area pijat terletak di telapak kaki di bawah pangkal jari
telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Titik ini dapat mengatasi nyeri sendi bahu,
kaku kuduk, nyeri saat mengangkat tangan juga dapat melepaskan ketegangan
otot bahu saat menderita batuk atau hipertensi.
d. Jantung. Area pijat terletak di telapak kaki, longitudinal 2-3-4, transversal 2.
Titik ini dapat mengurangi vertigo, migrain, dan tekanan darah tinggi karena
kelainan ginjal, jantung, stress, kelainan hormone, makanan atau minuman,
keturunan dan lain-lain (Hendro & Ariyani, 2015).
2.3.5 Cara melakukan pijat refleksi kaki
a. Mempersiapkan otot dan tubuh klien untuk diterapi dengan teknik peregangan
dan relaksasi otot dengan tujuan agar klien siap untuk dipijat dan mencegah
terjadinya cedera otot.
b. Memberikan hasil pijat yang maksimal dimulai dengan pemijatan pada titik
atau area yang hasilnya akan merangsang titik/area pijat refleksi sesudahnya.
c. Membiasakan diri untuk mengikuti urutan-urutan pemijatan.
d. Pijat titik yang dapat diaplikasikan untuk tekanan darah tinggi yaitu bagian
leher, bahu, otot trapezius, jantung.
e. Teknik pemijatan bisa dilakukan dengan cara gerakan memutar secara teratur
atau berirama pada titik refleksi, dan gerakan berupa putaran melingkar pada
titik refleksi menggunakan ibu jari.
20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
21
Indriani eksperiment dengan bahwa rata-rata tekanan darah
desain one group sistolik pada lansia hipertensi
pretest-posttest sebelum masase kaki sebesar
design. 176,7 mmHg serta rata-rata
tekanan darah diastolik pada
lansia hipertensi sebelum masase
kaki sebesar 102,0 mmHg. Rata-
rata tekanan darah sistolik pada
lansia hipertensi sesudah masase
kaki sebesar 148,7 mmHg dan
rata-rata tekanan darah diastolik
pada lansia hipertensi sesudah
masase kaki sebesar 85,3 mmHg.
Ada dampak masase kaki
terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia (usia 60-69 tahun)
penderita hipertensi di UPTD
Puskesmas Maja Kabupaten
Majalengka Tahun 2019 (
sistolik = 0,001 dan diastolik
0,000).
5. Rosa Erda, 2020 Quasi Experimet Setelah dilakukan penelitian
Fitria Tamara, One Group pretest- didapatkan hasil melalui uji pired-
Trisna Yona, posttest design. t test didapatkan terjadi penurunan
Didi Yunaspi tekanan darah sistolik dan
diastolic dengan value 0,000.
Penurunan tekanan darah sistol
dari rata-rata 163,8 mmHg
sebelum intervennsi, menjadi rata-
rata 158,70 mmHg. Adapun
tekanan darah diastole dengan
rata-rata 91,41 mmHg sebelum
intervensi, menjadi 88,96 mmHg
setelah intervensi.
3.2 Pembahasan
22
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartutik & Suratih tahun 2017,
Hasil penelitian di dapatkan sebelum di berikan terapi pijat refleksi kaki, kedua kelompok
rata-rata dengan hipertensi derajat I, yaitu rata-rata tekanan darah untuk kelompok perlakuan
154,5/94,1 mmHg dan tekanan darah untuk kelompok kontrol 153,6/94,5 mmHg.Sedangkan
Sesudah diberikan terapi pijat refleksi kaki pada kelompok perlakuan 2 responden (18,2%)
dengan tekanan darah kategori normal dan 6 responden (54,5%) tekanan darah kategori pre
hipertensi dan 3 responden (27,3%) tekanan darah kategori hipertensi derajat I. Sedangkan
untuk kelompok kontrol hasil test akhir semua hipertensi derajat I. Rata-rata tekanan darah
untuk kelompok perlakuan 128,6/80,0 mmHg dan rata-rata tekanan darah untuk kelompok
kontrol 152,3/92,3 mmHg. Pada kelompok yang diberikan terapi pijat refleksi kaki
mengalami penurunan yang lebih tajam dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan
terapi. Setelah diberikan terapi pijat kaki dari hipertensi tingkat 1 rata-rata turun menjadi pre
hipertensi dan ada 2 responden yang normal. Sedangkan pada kelompok kontrol dari
cukup signifikan akibat diberikan diberikan terapi pijat kaki, karena refleksi pijat kaki cukup
efektif memberikan rangsangan relaksasi yang mampu memperlancar aliran darah dan cairan
tubuh pada bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan titik syaraf kakiyang dipijat. Pijat
melancarkan peredaran darah dan aliran getah bening. Efek langsung yang bersifat mekanis
dari tekanan secara berirama dan gerakan-gerakan yang digunakan dalam pijat secara
dramatis meningkatkan tingkat aliran darah. Rangsangan yang ditimbulkan terhadap reseptor
saraf juga mengakibatkan pembuluh darah melebar secara refleks sehingga melancarkan
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti Wredha Dharma
Bhakti Pajang sejumlah 85 orang, 30 orang menderita hipertensi. Lansia yang tinggal di Panti
23
Wredha Dharma Bhakti Kasih Kadipiro Banjarsari Surakarta sejumlah 83 orang, 38
diantaranya mengalami tekanan darah tinggi. Sampel yang digunakan berjumlah 30 sampel
yang terdiri dari 15 kelompok perlakuan sesuai kriteria di Panti Wredha Dharma Bhakti
Kasih Kadipiro Banjasari Surakarta dan 15 untuk kelompok kontrol di Panti Wredha Dharma
Bhakti Pajang dengan teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Distribusi
frekuensi tingkat tekanan darah tinggi menunjukkan pada pre test, pada kedua kelompok
dan stadium I sebanyak 11 responden (73,3%). Selanjutnya pada post test, tingkat hipertensi
kelompok intervensi sebagian besar adalah prehipertensi sebanyak 8 responden (53,3%) dan
Hasil uji independent sample t-test hipertensi pre test antara kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen diperoleh nilai thitung sebesar 0,600 (p-value = 0,553) sehingga
disimpulkan tidak ada perbedaan tingkat tekanan darah responden pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi sebelum diberikan perlakuan. Sedangkan hasil uji independent
sample t-test hipertensi post test antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi
diperoleh nilai thitung sebesar 2,761 (p-value = 0,010). Berdasarkan hasil uji independent
sample t-test dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat tekanan darah pada kelompok
kontrol dan kelompok intervensi sesudah diberikan perlakuan. Mekanisme kerja pijat
punggung dilakukan selama 10 – 15 menit untuk menurunkan tekanan darah melalui suatu
mekanoreseptor tubuh yang kemudian mengatur tekanan, sentuhan dan kehangatan menjadi
saraf pusat dan menstransduksi rangsangan mekanik yang membuat relaksasi otot meningkat
dan sirkulasi permukaan meningkat sehingga beban kerja jantung berkurang dan tekanan
24
darah mengalami penurunan. Mekanisme kerja pijat kaki diawali dengan pemijatan pada
bagian kaki depan maupun belakang dan berakhir pada telapak kaki. Pijat kaki menimbulkan
efek drainase limfatik dan mekanisme aliran darah vena mengalami percepatan. Pada area
tersebut terdapat rangsangan reseptor yang ditimbulkan oleh gerakan – gerakan pijatan. Saraf
aferen akan menghantarkan impuls tersebut ke susunan saraf pusat dan memberikan umpan
balik melalui impuls saraf eferen dengan melepaskan histamin dan asetikolin untuk
merangsang tubuh bereaksi melalui mekanisme pembuluh darah yang mengalami reflek
vasodilatasi untuk peningkatan vasodilatasi vena, arteriol dan mengurangi aktivitas saraf
simpatis sehingga terjadi penurunan resistensi vaskular perifer yang menyebabkan tekanan
Dalam artikel Wahyuni dkk (2017) yang berjudul “Efektivitas Relaksasi Otot
Progresif dan Massage Kaki dengan pemberian essential oil Kenanga Dalam Menurunkan
Tekanan Darah Tinggi pada Lansia” rata-rata tekanan darah sistolik yang dialami oleh 17
responden kelompok intervensi massage kaki yaitu sebesar 166,51 mmHg. Factor-faktor yang
mempengaruhi tekanan darah tinggi pada lansia yaitu dikarenakan terjadinya penurunan
fungsi organ tubuh dan masuknya waktu menopause khususnya pada lansia wanita. Setelah
dilakukan intervensi pemijatan pada kaki dengan 13 gerakan pemijatan yang dilakukan
selama 10 menit selama 7 hari, tekanan darah sistolik pada lansia mengalami penurunan
menjadi rata-rata 157,31 mmHg. Penurunan tekanan darah pada responden yang melalui
intervensi pijat kaki pada artikel diatas sesai dengan teori yang dikemukakan oleh Lee (2010)
yaitu adanya proses pijatan pada aki khususnya gerakan memutar secara berirama atau teratur
dapat menurunkan pengeluaran hormone kortisol, sehingga pengurangan stress dapat terjadi
disebabkan oleh adanya respon rileks. Selain itu gerakan pijat berupa putaran melingkar
menggunakan ibu jari, dapat mengurangi ketegangan otot akibat asam laktat yang berlbih.
25
Jika gerakan ini dilakukan secara berulang, produksi asam laktat akan berkurang sehingga
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawani & Indriani pada tahun
(2020) Hasil penelitian mengatakan rata-rata tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi
sebelum masase kaki sebesar 176,7 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik pada lansia
hipertensi sebelum masase kaki sebesar 102,0 mmHg. Lansia yang menderita hipertensi di
UPTD Puskesmas Maja dapat dikarenakan lansia kurang teratur dalam mengontrol tekanan
darah kepada petugas kesehatan, kurang menjaga makanannya, kurang berolahraga dan juga
masih mempunyai kebiasaan lain yang bisa memicu tekanan darah tinggi seperti kebiasaan
tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi sesudah masase kaki sebesar 148,7 mmHg serta
rata-rata tekanan darah diastolik pada lansia hipertensi sesudah masase kaki sejumlah 85,3
mmHg. Jika dibandingkan dengan sebelum masase kaki maka tekanan darah sistolik
mengalami penurunan yaitu dari 176,7 mmHg menjadi 148,7 mmHg atau penurunan sebesar
28,0 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik mengalami penurunan yaitu dari 102,0
mmHg menjadi 85,3 mmHg atau penurunan sebesar 16,7mmHg. Dari hasil penelitian
terdapat dampak masase kaki terhadap penurunan tekanan darah pada lansia (usia 60-69
tahun) penderita hipertensi di UPTD Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2020
Masase kaki yang dilaksanakan selama 15-30 menit sebanyak 3x dalam 1 minggu
terbukti berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah, dikarenakan masase kaki ini
manfaatnya dapat menurunkan tekanan darah. Masase kaki adalah pemberian energi yang
pikiran dan tubuh, menstabilkan emosi, meningkatkan kualitas tidur, restrukturisasi tulang,
26
otot, serta organ, menyembuhkan cedera baru serta lama, meningkatkan konsentrasi serta
ingatan, meningkatkan rasa percaya diri serta harmoni (Irvine dan Leslie, 2015). Teknik
pemijatan pada titik tertentu bisa menghilangkan sumbatan dalam darah sehingga aliran darah
serta energi pada tubuh kembali lancar, Masa sepada otot-otot besar pada kaki bisa
memperlancar sirkulasi darah serta saluran getah bening serta membantu mencegah varises.
Ketika melaksanakan masase pada otot-otot kaki maka tingkatkan tekanan ke otot ini dengan
bertahap untuk meregangkan maka dapat memperlancar aliran darah ke jantung. Masase pada
kaki diselesaikan dengan masase pada telapak kaki yang akan merangsang serta menyegarkan
relaksasi.
Pada penelitian yang Erda dkk (2020) yang berjudul ” THE EFFECT OF FOOT
Sebanyak 15 lansia masuk dalam dalam kriteria penelitian ini. Dalam artikel tersebut,
peningkatan ekanan darah yang dialami pasien, selain disebabkan oleh proses penuaan alami,
juga didisebabkan oleh adanya beberapa penyakit penerta seperti penyakit diabetes mellitus,
dan kadar HDL tinggi, serta memiliki riwayat perokok aktif dan mengkonsumsi minuman
beralkohol, serta makanan dengan tinggi garam. Berdasarkan hasil penelitian diatas,
didapatkan bahwa terapi pijat reflex pada bagaian kaki dapat berkontribusi dalam penurunan
Kegiatan pijat refleksi dilakukan peneliti secara rutin selama 3 kali seminggu selama
3 minggu dengan durasi minimal 10 menit menunjukkan penurunan sistolik dan tekanan
darah diastolik pada hari ketiga setelah intervensi, dari 170/110 mmHg menjadi 160/90
mmHg. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Sari (2012) yang berjudul The
Effectiveness of Pijat Kaki untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di
Dusun XI, Desa Buntu Bedimbar, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang
27
sebelum pengobatan tekanan darah 173 mmHg dan setelah pengobatan 148 mmHg dengan
nilai <0, 00 yang artinya hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
Pijat refleksi adalah metode pemijatan pada titik-titik tertentu di kaki. Pijat refleksi
memiliki teknik dasar yang sering digunakan yaitu: teknik merambatkan ibu jari, memutar
tangan dan kaki pada satu titik, dan melakukan penekanan dan teknik menahan. Rangsangan
yang diberikan berupa tekanan pada tangan dan kaki dapa engirimkan gelombang relaksasi ke
farmakologis merupakan intervensi alternatif yang tidak menyebabkan risiko atau efek
samping yang erkepanjangan (Gunawan, 2015). Menurut teori, pijat refleksi kaki sangat
berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah pada nsia, setelah dilakukan pijatan pada
lansia, selain itu menurun tekanan darah, hampir semua responden menyatakan erasa
nyenyak saat tidur ini karena rangsangan yang diberikan mampu meningkatkan aliran darah
dan cairan tubuh. tribusi nutrisi dan oksigen ke sel tubuh menjadi mulus tanpa hambatan.
Sirkulasi darah yang lancar akan memberikan ksasi dan efek refreshing pada tubuh, sehingga
Lansia merupakan salah satu tahapan perkembangan hidup dimana fase lansia ini bisa
dikatakan fase yang unik, mengingat kebutuhan lansia yang khusus. Perawat sebagai salah
satu caregiver yang mempunyai peran penting dalam meningkatakan kualitas hidup para
lansia. Salah satu intervensi mandiri keperawatan yang bisa dilakukan yaitu dengan
melakukan terapi foot massage spa berupa terapi pijat pada erea kaki yang tidak hanya
menurunkan tekanan darah ada lansia yang megalami hipertensi, namun juga dapat
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
28
4.1 Kesimpulan
Berdsarkan hasi analisis jurnal yang dilakukan pengaruh terapi pijat kaki terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi, didapatkan kesimpulan
bahwa terapi pijat kaki merupakan terapi yang efektif dan bisa dilakukan untuk
4.2 Saran
dengan standar oprtasional prosedur (SOP) tentang terapi pijat kaki atau foot massage spa
DAFTAR PUSTAKA
29
Alwi, Idrus., Salim, Simon., Hidayat, Rudy., Kurniawan, Juferdy., dan Tahapary,
Alviani, puput. 2015. Pijat Refleksi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press) ( Putri, H. A. (2015).
Titik Titik Pijat Refleksi & Ramuan Tradisional Edisi 1. Yogyakarta: Araska.)
Alikin, A., Nuraeni, A., dan Supriyono, M. (2014). Pengaruh Back Massage dengan
Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Desa
Kedungan Kecamatan Ringinarum”. Semarang: Staff Dinas Kesehatan Kota.
Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Desa
Kedungasri Kecamatan Ringinarum. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.
Casey, A., & Benson, H. (2015). Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta : Gramedia.
Dilianti I.E., Candrawati E., dan Adi R.C. (2017). Efektivitas Hidroterapi Terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Panti Wreda Al-Islam
Malang. Nursing News. Volume 2, Nomer 3. 2017.
Erda, R., Tamara, F., Yona, T., & Yunaspi, D. (2020). The Effect of Foot Reflection Massage
on Hypertension in Elderly Batam City. Indonesian Journal of Global Health Research,
2(4), 343-350.
Irvine dan Leslie. (2015). Penatalaksanaan dan Pencegahan Hipertensi. Retrieved from
repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/, diakses tanggal 18 Maret 2020
Hendro, & Ariyani, Y. (2015). Bahan Ajar Kursus Dan Pelatihan Pengobatan Pijat Refleksi
Level II - Ilmu Pijat Pengobatan Refleksi relaksasi. Jakarta: Direktorat Pembinaan Kursus
dan Pelatihan, Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
Lee, Soo M. 2010. Journal of Evaluation in Clinical Practice Aromatherapy for Treatment of
Hypertention : A systematic Review ; South Corea.
Potter dan Perry. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Ratnawati, R. and Aswad, A. (2019) ‘Efektivitas Terapi Pijat Refleksi dan Terapi Benson
terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi’, Jambura Health and Sport
Journal, Volume 1(1), pp. 33–40.
Sari, L. T., Norma, N., & Wibisono, W. (2014). Pengaruh Terapi Pijat Refleksi terhadap
Hipertensi ( The Effectiveness Of Reflexology Massage In Lowering The Blood Pressure
In Elderly With Hypertension ). Jurnal Ners Dan Kebidanan.
30
Wahyuni., Suhariyanti, E., Priyanto, S. (2017). Efektivitas Relaksasi Otot Progresif dan
Massage Kaki dengan Pemberian Essential Oil Kenanga dalam Menurunkan Tekanan
Darah Tinggi Pada Lansia. University Research Colloquium
31