Anda di halaman 1dari 12

HASIL WAWANCARA, INFORMASI & OBSERVASI SERTA

PEMAHAMAN MAHASISWA TERKAIT K3 DI DINAS KESEHATAN


PROVINSI GORONTALO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien & Keselamatan
Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan Yang Diampuh Oleh
Ns. Andi Mursyidah, M.Kes

Oleh

Kelompok 3

Nurhayati Ibrahim (841416027) Ziah Anisa Suneontalu (841416099)


Fariyani Rivai (841416048) Cindriyanti Ntobuo (841416127)
Cindrawati (841416034) Salma Dukalang (841416015)
Sri Meylan Haras (841416081) Susanti Saman (841416080)
Ferniyanti Bano (841416116)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2019
“ Paper Hasil Wawancara, Informasi dan Observasi Penerapan K3 di DINKES
PROVINSI “

A. Hasil Wawancara :
1. Bagaimana penerapan/pelaksanaan K3 di Dinkes ini ?
Penerapan K3 di dinkes ini sendiri sesuai dengan PERMENKES No.
48 tentang K3 perkantoran dimana komponennya antara lain masalah
ergonomic, kewaspadaan bencana, PHBS, aktivitas fisik, deteksi dini penyakit
dan pemeriksaann kesehatan berkala serta masalah lingkungan dan sanitasi.
Untuk masalah ergonomi lebih banyak pada posisi duduk pegawai saat
bekerja dimana dalam ergonomic itu sendiri adalah kesesuaian antara pekerja
alat dan bahan jadi untuk penerapannya yaitu menyediakan kursi yang
nyaman dan penyangga kaki bagi pekerja yang memiliki tinggi badannya
dibawah, dalam bekerja pegawai dianjurkan untuk bekerja sesuai dengan
posisi yang baik yaitu sudut tangan dan kaki membentuk 90 derajat serta saat
2 jam sekali akan di umumkan waktu untuk peregangan.
Untuk kewaspadaan bencana di dinkes sendiri belum dilakukan
simulasi bencana tapi ada instrument-instrumen bencana yang sudah tersedia
meskipun masih kurang contohnya jalur evakuasi tapi tidak ada titik
kumpulnya. Dan untuk PHBS kami mempunyai kamar mandi yang dilengkapi
dengan sabun cuci tangan namun tidak ada wastafel. Kami juga mempunyai
kantin sehat.
Untuk aktivitas fisik, deteksi dini penyakit dan pemeriksaann
kesehatan berkala serta kami di dinkes setiap minggunya melakukan olahraga
bersama serta setiap 3 bulan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
dan juga pernah dilakukan pengukuran kebugaran jasmani menggunakan
metode rokfot.
Untuk masalah lingkungan dan sanitasi kami melakukan inspeksi dari
dalam keluar untuk memastikan kersihan lingkungan yang ada di dinkes itu
sendiri. Di dinkes ini juga tidak terdapat suara-suara bising Karen tidak
menggunakan alat yang berbunyi bising serta pencahayaan dan suhu
ruangannya juga sudah di atur dengan baik.
2. Apa saja tugas/ peran yang dilakukan petugas K3 di Dinkes?
Tugas pokok kami itu sebagai petugas K3 yaitu melaksanakan upaya
kesehatan kerja berdasarkan PERMENPAN RB No. 47 tahun 2013 yang di
bagi menjadi tiga golongan berdasarkan fungsionalnya. Tugas kami dalam
upaya kesehatan kerja itu dimulai dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasi
terhadap potensi kecelakaan kerja agar kita bisa mengatisipasinya lebih
dahulu.
3. Apa yang menjadi kewajiban/hak tenaga kerja terkait K3?
Hak tenaga kerja K3 yaitu harus mendapatkan lingkungan kerja yang
nyaman. Untuk kewajibannya, tenaga kerja harus memelihara lingkungan
kerjanya serta harus bekerja sesuai standar prosedur operasional (SPO)
4. Apakah pernah terjadi kecelakaan kerja ? kecelakaan seperti apa ? Bagaimana
bentuk tanggung jawab dari sistem K3 yang ada diinstansi tersebut ?
Untuk kecelakaan kerja yang terjadi di dinas kesehatan khususnya bagi
pegawai itu sendiri belum ada, tapi beberapa waktu lalu hampir terjadi
kebakaran di kantor dinkes tersebut.
Untuk bentuk penanganan dan tanggungjawab tim K3 sendiri lebih
menekankan pada penanganan dengan P3K apabila terjadi kecelakaan, untuk
penanganan ketika terjadi kebakaran harus di antisipasi terlebih dahulu
dengan pemadam api ringan tetapi jika kecelakaan kerja yang terlibat
didalamnya adalah pegawai, tentu dari pihak kantor juga punya bentuk
tanggungjawab baik secara model maupun finansial
5. Apa yang menjadi penyebab utama dari kecelakaan tersebut ?
Penyebabnya adalah gangguan pada instalasi listriknya, dimana
tegangan listrik pada gedung ini sangat tinggi. Bahkan karena terlalu
tingginya tegangan listrik di kantor itu gagang pintunya sampai di balut
dengan lakban hitam karena jika tidak begitu saat membuka pintu kita bias
tersetrum walaupun sudah menggunakan alas kaki.
6. Kendala apa yang dihadapi dalam penerapan K3 dari pemegang program &
tenaga kerja?
Kendala yang dihadapi biasanya adalah anggaran. Selain itu
kesadaran, kepatuhan, dukungan dan keterlibatan pekerja baik tenaga kerja
kantor maupun cleaning service masih sangat kurang akan pentingnya
pengendalian bahaya. Disamping itu juga banyak ditemukan ketidakpatuhan
tenaga kerja dalam manajemen keselamatan kerja
7. Apa manfaat dari program K3 ? Sejak kapan program K3 dilaksanakan ?
Manfaat dari k3 itu sendiri yaitu
a. Dapat mengetahui bagaimana bertindak dalam keadaan darurat seperti
kebakaran, gempa, ataupun kecelakaan lainnya
b. Mampu memahami bahaya dari resiko dari pekerjaanya
c. Dapat memahami tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan
Program K3 sudah sejak lama diterapkan tapi lebih dikenal dengan
sebutan Kesehatan Kerja dan Olahraga sejak tahun 2008 tetapi lebih terfokus
pada pekerja industri, pekerja informal, meubel dan lain-lain dan belum
terfokus pada pekerja kantor. Akan tetapi sejak 3 tahun terakhir program K3
sudah diterapkan secara keseluruhan di lingkungan kantor. Namun sampai
saat ini SK K3 masih sementara di buat, K3 di dinkes itu sendiri masih berada
di bawah naungan bidang kesehatan masyarakat yaitu seksi kesehatan
lingkungan dan kesehatan pekerja.
8. Bagaimana cara untuk meningkatkan penerpan K3 di Dinkes?
Untuk meningkatkan K3 di dinkes ini sendiri yang kami lakukan yaitu
merekomendasikan kepada pimpinan terhadap temuan-temuan sesuai dengan
kondisi yang ada sekarang atau sesuai dengan safety inspection seperti
menambah meja dan kursi pada pegawai, merekomendasikan papan tanda
lantai licin serta penambahan jumlah alat pemadam api ringan sedangkan pada
saat ini yang baru ditindaklanjuti oleh pimpinan adalah penambahan jumlah
alat pemadam api ringan sebanyak 10 buah
9. Apa yang diharapkan dari pelaksanaan K3?
Harapannya jika sudah ada SK K3, semua potensi dan aspek-aspek K3
dapat diminimalisir agar dapat sejalan dengan tujuannya yaitu meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.
10. Apa yang ingin disampaikan terkait penerapan K3 di Dinkes?
Penerapan sistem K3 harus dilakukan oleh seluruh anggota yang ada
di instansi tersebut serta diterapkan secara berkesinambungan. Dan juga
system K3 di dinkes ini sendiri sebenarnya sudah direncanakan tetapi masih
terkendala di masalah dana, personil, dan waktu serta kesadaran dari masing-
masing tenaga kerja. Pentingnya penerapan K3 disadari pada saat sudah
terjadi masalah yang berhubungan dengan kecelakan dan keselamatan kerja.

B. Kesimpulan
Dari hasil wawancara berdasarkan teori dapat disimpulkan :
1. Dilihat dari segi upaya pencegahan kecelakaan kerja
 Identifikasi dan pengendalian bahaya ditempat kerja telah diterapkan hal
ini dibuktikan dengan pengakuan dari salah satu pemengang program K3.
“Program K3 sudah ada sejak tahun 2015 tetapi mulai di berlakukan pada
tahun 2016 karena sudah masuk dalam program tahunan dan sudah ada juga
di operasional kesehatan dan rencana kami setelah lebaran ini akan ada
program K3 yaitu pembentukan pos UKK. Dan pada tahun 2018 kemarin K3
sudah digabung dengan KesLing (Kesehatan Lingkungan) karena sasarannya
sudah sama seperti pemakaian APD pada penanganan pasien di IGD seperti
handscoon, masker, celemek, kemudian ada juga kaca mata, helm atau topi
dan sepatu boots dilaboratorium dan unit-unit lain juga tetap ada APD.”
 Pembinaan dan pengawasan di dinkes sendiri terkait pembinaan belum
dilakukan sosialisasi tentang program yang mereka jalankan tapi mereka
selalu melakukan pengawasan secara berkala untuk meminimalisir potensi
kecelakaan kerja.
2. Alat pelindung diri telah mereka terapkan berupa seperti topi dan sepatu
boots.
3. Metode pemadaman api untuk Dinkes sendiri sudah dilengkapi dengan
APAR (Alat Pemadam Api Ringan).
4. Kewajiban Tenaga Kerja untuk point ini dilihat dari hasil wawancara terkait
kewajiban dan hak pekerja sudah diterapkan seluruh pengawai dinkes
menjalankan kewajibannya dengan memelihara lingkungan kerjanya serta
sudah bekerja sesuai standar prosedur operasional (SPO)
5. Tujuh langkah menunju keselamatan pasien (patien safety) dalam hal ini
dinkes belum dilakukan atau diterapkan secara maksimal dilihat dari
penggunaan APD oleh pegawai kesehatan, melakukan tugas berdarkan SOP,
namun sosialisasi K3 belum dilakukan kepada pegawai.

C. Informasi serta Observasi


Jadi informasi yang kami dapatkan di Dinkes Provinsi yakni mereka
sudah mulai menerapkan K3 namun belum secara menyeluruh. K3 yang ada di
dinkes masih sementara dibuatkan SK jadi untuk saat ini K3 masih berada di
bawah naungan bidang kesehatan masyarakat. Untuk penerapannya antara lain
untuk menjaga keselamatan, pekerja selalu mengikuti SOP (Standar Operasional
Prosedur) demi keselamatan pekerja. Karena dengan SOP kerja lebih teratur dan
terarah. SOP yang dibuat di dinkes juga mengacu pada aturan-aturan pemerintah.
Sesuai observasi kami juga, untuk pelaksanaan K3 di Dinkes Provinsi mereka
menyediakan apar, terdapat pemberitahuan jalur evakuasi namun belum terdapat
titik kumpul jika suatu saat terjadi gempa ataupun kebakaran. Untuk ruangan-
ruangannya sendiri kurang kondusif karena untuk ukuran ruangannya sendiri
yang agak sempit terdapat banyak pekerja dalam satu ruangan tersebut sehingga
ruangannya jadi makin sempit. Namun, setiap ruangan sudah mempunyai jendela
ataupun ventilasi dan adapun yang menggunakan AC, kemudian terdapat tempat
sampah di setiap ruangan, selain juga banyak banner mengenai informasi
beberapa penyakit dan juga terdapat struktur organisasi. Kebersihan di lingkungan
Dinkes Provinsi ini pun sudah terjaga demi kenyamanan pekerjanya masing-
masing.
D. Skenario Peran
1. Prosedur keselamatan kesehatan kerja saat terjadi kebakaran di area dinkes

Pada suatu hari seorang pegawai di salah satu ruangan di


dinkes melihat ada percikan-percikan api disalah satu stop kontak di
ruangan itu kemudian dengan panic si pegawai tersebut berteriak
meminta tolong kepada teman-temannya. Saat melihat hal tersebut
usaha pemadaman pun dilakukan oleh para karyawan dengan
menggunakan APAR yang ada. Untuk mengatasi agar tidak ada korban jiwa
salah satu karyawan segera meminta para karyawan lainnya terutama yang
berada di lantai atas untuk evakuasi dengan teriakan “keluar” atau “evakuasi”,
“ada kebakaran” dan segera memimpin evakuasi karyawan tersebut melalui jalur
darurat dan segera berkumpul di lapangan. Salah satu karyawan meminta seluruh
operator untuk mematikan mesin dan semua alat-alat yang menggunakan listrik
untuk mencegah agar tidak terjadi kebakaran yang lebih besar.

2. Prosedur keselamatan kesehatan kerja terkait dengan ergonomic pekerja


Berikut hasil dokumentasi di Dinkes Provinsi
Alat Pemadam Ringan

APAR (alat pemadam api ringan) merupakan alat yang digunakan untuk
memadamkan api atau mengendalikan kebakaran kecil. APAR merupakan peralatan
wajib yang harus dilengkapi oleh setiap perusahaan dalam mencegah terjadinya
kebakaran yang dapat mengancam keselamatan pekerja.

Tempat Sampah

Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi adalah jalur yang diperuntukkan khusus menghubungkan
semua area ke area yang aman sebagai titik kumpul. Dalam keadaan darurat, jalur
evakuasi menjadi sangat penting dan mutlak untuk diletakkan sebagai penunjuk arah.

Tangga dan Banner terkait K3


Tangga yang terdapat tulisan tulisan terkait k3 dan dilengkapi dengan
pegangan tangan untuk mencegah agar tidak jtuh terutama bagi orang-orang yang
berusia tua

Ruangan di dinkes provinsi


Salah satu ruanga pelayanan yang ada di dinas kesehatan dimana di ruangan
ini system K3 belum terealisasikan dilihat dari kondisi ruangan yang sempit, dimana
harusnya setiap pekerja mempunyai minimal 2 meter luat tempat kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai