Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Pohuwato sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten

Boalemo. Kemudian, melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2003, Pohuwato

dimekarkan menjadi sebuah kabupaten yang otonom.

Kabupaten Pohuwato merupakan Kabupaten yang terletak di ujung barat

berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong, sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Boalemo, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buol dan

sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini.

Kabupaten Pohuwato merupakan Kabupaten terluas jika dibandingkan

dengan Kabupaten lain, dengan luas wilayah 4.359,52 km2 atau sekitar 35,83

persen dari total luas Provinsi Gorontalo.

Sejak berdirinya, Kabupaten Pohuwato telah terjadi perkembangan yang

cukup signifikan dalam bidang pemerintahan, dimana pada awalnya terdiri dari 5

(lima) Kecamatan dan sekarang telah berkembang menjadi 13 kecamatan dengan

ibukota Kabupaten yaitu Kabupaten Pohuwato dengan rincian sebagai berikut.

29
Tabel 4.1 Jumlah Desa, Kelurahan dan UPT Menurut Kecamatan
di Kabupaten Pohuwato

No Kecamatan Desa Kelurahan UPT

1 Popayato 10
2 Popayato Barat 7
3 Popayato Timur 7
4 Lemito 8
5 Wanggarasi 7
6 Marisa 8
7 Patilanggio 6
8 Buntulia 7
9 Duhiadaa 8
10 Randangan 13
11 Taluditi 7 1
12 Paguat 8 3
13 Dengilo 5
Jumlah 101 3 1
Sumber : BPS Kabupaten Pohuwato 2019

Penelitian ini lebih spesifik dilaksanakan di Kabupaten Pohuwato dengan

studi kasus di Desa Bumbulan Kecamatan Paguat.

Hal ini dikarenakan di Desa Bumbulan sebagian besar mata pencaharian

masyarakatnya di sektor perikanan dan berprofesi sebagai nelayan sehingga lebih

tepat dijadikan objek dalam penelitian ini untuk menganalisis program

pemberdayaan masyarakat pesisir (PEMP) dalam mengukur tingkat kesejahteraan.

4.2 Hasil Analisis

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan terdapat beberapa hal

yang bisa menjadi tolak ukur mengenai perkembangan program pemberdayaan

ekonomi masyarakat pesisir di kecamatan paguat kabupaten pohuwato.

30
4.2.1 Keberadaan Masyarakat Pesisir melalui Program Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Tabel 4.2 Jumlah Rumah Tangga Perikanan Budidaya dan Jenis Budidaya

Menurut Kecamatan di Kabupaten Pohuwato Tahun 2019

Jumlah Rumah Tangga Perikanan Budidaya Menurut Kecamatan


Kecamatan Dan Jenis Budidaya Di Kabupaten Pohuwato Tahun 2019
Dan Budidaya Jaring
Tambak Kolam Keramba Jumlah
Kabupaten laut Apung
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Popayato 30 189 0 0 0 219
Popayato
barat 10 183 0 0 0 193
Popayato
timur 40 30 0 0 0 70
Lemito 5 110 10 0 0 125
Wanggarasi 0 87 10 0 0 97
Marisa 1 0 0 0 51 52
Patilanggio 0 40 10 0 20 70
Buntulia 0 0 0 0 0 0
Duhiadaa 0 72 28 0 10 110
Randangan 0 362 0 0 0 362
Taluditi 0 0 30 0 0 30
Paguat 35 96 10 0 0 141
Dengilo 0 0 30 0 0 30
Pohuwato 121 0 128 0 51 0
Sumber : BPS Kabupaten Pohuwato Tahun 2019

Berdasarkan hasil data Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato bahwa

pada tahun 2019 jumlah rumah tangga perikanan budidaya yang paling banyak

berada di Kecamatan Randangan sebanyak 362 rumah tangga dengan jenis

budidaya tambak. Selanjutnya sebanyak 219 rumah tangga budidaya perikanan

berada di Kecamatan Popayato dengan jenis budidaya laut sebanyak 30 rumah

tangga dan jenis budidaya tambak sebanyak 189 rumah tangga. Selanjutnya

sebanyak 193 rumah tangga budidaya perikanan berada di Kecamatan Popayato

31
Barat dengan jenis budidaya laut sebanyak 10 rumah tangga dan jenis budidaya

tambak sebanyak 183 rumah tangga.

Kemudian sebanyak 141 rumah tangga budidaya perikanan berada di

Kecamatan Paguat dengan budidaya laut sebanyak 35 rumah tangga, jenis

budidaya tambak sebanyak 96 rumah tangga dan jenis budidaya kolam sebanyak

10 rumah tangga, kemudian disusul oleh Kecamatan Lemito sebanyak 125 rumah

tangga, Kecamatan Duhiadaa sebanyak 110 rumah tangga, Kecamatan

Wanggarasi sebanyak 97 rumah tangga, Kecamatan Popayato Timur dan

Patilanggio sebanyak 70 rumah, Kecamatan Marisa sebanyak 52 rumah tangga

serta Kecamatan Taluditi dan Kecamatan Dengilo sebanyak 30 rumah tangga.

Dari jumlah rumah tangga budidaya perikanan yang berada di Kecamatan

Paguat sebanyak 141 rumah tanggadi diatas, menunjukkan bahwa di Kecamatan

paguat rumah tangga budidaya perikanannya banyak melakukan jenis budidaya

tambak

Jumlah Nelayan di Kecamatan Paguat


Tahun 2019
296

64
29 33 27 17 7 4 1 2

la
n
ah
u du eo hu uo an iri yo yo
bu ta al Bu Lib du m pa nu
m am Pe
n M S i Ke Si B u
Bu ol
M

32
Sumber : DKP Kab. Pohuwato 2019
Gambar 4.1 Grafik Jumlah Nelayan Di Kecamatan Paguat

Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pohuwato,

bahwa pada tahun 2019 jumlah nelayan di Kecamatan Paguat sebanyak 480

nelayan. Dari total 480 nelayan tersebut, sebanyak 296 nelayan berada di Desa

Bumbulan, dan sebanyak 29 nelayan berada di Desa Molamahu serta sebanyak 64

nelayan berada di Desa Pentadu.

Selanjutnya sebanyak 33 nelayan berada di Desa Maleo, dan sebanyak 27

nelayan berada di Buhu, serta sebanyak 7 nelayan berada di Desa Siduan.

Kemudian sebanyak 4 nelayan berada di Desa Kemiri dan sebanyak 1 nelayan

berada di Desa Sipayo serta sebanyak 2 nelayan berada di Desa Bunuyo. Hal ini

menunjukkan bahwa jumlah nelayan yang paling banyak terdapat di Desa

Bumbulan Kecamatan Paguat.

33
Persentasi Jumlah Rumah Tangga Perikanan Budidaya Menurut Jenis
Budidaya di Kecamatan Paguat Tahun 2019

7%
25%

68%

Budidaya Laut Tambak Kolam Keramba Jaring Apung

Sumber : BPS Kabupaten Pohuwato 2019


Gambar 4.2 Persentase Jumlah Rumah Tangga Perikanan Budidaya

Menurut Jenis Budidaya Kecamatan Paguat

34
Selain itu jika dilihat dari hasil data diatas, bahwa persentasi jumlah rumah

tangga budidaya perikanan di Kecamatan Paguat tahun 2019 mencapai 68 persen

dengan jenis budidaya tambak, dan sebesar 25 persen dengan jenis budidaya laut

serta sebanyak 7 persen dengan jenis budidaya kolam.

Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga budidaya perikanan di

Kecamatan paguat paling banyak mengusahakan budidaya ikan dengan jenis

budidaya tambak. Sementara untuk jenis budidaya keramba dan jaring apung di

Kecamatan Paguat tidak ada. Berikut ini hasil produksi perikanan budidaya di

Kabupaten Pohuwato menurut jenis kegiatan tahun 2019.

Produksi Perikanan Budidaya


Menurut Jenis Kegiatan Tahun 2019 (Ton)

Dengilo 0.00
0.00
Paguat 730.59
240.44
Taluditi 0.00
0.00
Randangan 199.16
66.04
Duhiadaa 180.58
58.82
0.00
Buntulia 0.00
Patilanggio 150.66
49.53
725.44
Marisa 239.40
Wanggarasi 170.27
55.72
Lemito 293.06
97.00
158.91
Popayato Timur 52.63
Popayato Barat 289.97
95.97
Popayato 368.39
121.77

Pembesaran Pembenihan (1000 ekor)

Sumber : BPS Kabupaten Pohuwato tahun 2019

Gambar 4.3 Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Kegiatan Di Kabupaten

Pohuwato

35
Berdasarkan data hasil produksi perikanan budidaya menurut jenis kegiatan

tahun 2019 di kabupaten Pohuwato menunjukkan bahwa lima Kecamatan dengan

hasil produksi perikanan budidaya menurut jenis kegiatan paling banyak terdapat

di Kecamatan Paguat dengan jenis kegiatan pembenihan mencapai 730.590 (ekor)

dan menurut jenis kegiatan pembesaran mencapai 240,44 ton.

Selanjutnya di Kecamatan Marisa sebanyak 725.440 (ekor) dengan jenis

kegiatan pembenihan dan sebanyak 239,40 ton dengan jenis kegiatan

pembesaran.Kemudian di Kecamatan Popayato dengan jenis kegiatan pembesaran

sebanyak 368.390 (ekor) dan sebanyak 121,77 ton dengan jenis kegiatan

pembesaran.

Selanjutnya di Kecamatan Lemito sebanyak 293.060 (ekor) menurut jenis

kegiatan pembesaran dan sebanyak 97,00 ton dengan jenis kegiatan pembesaran.

Kemudian di Kecamatan Popayato Barat sebanyak 289.970 (ekor) dan sebanyak

95,97 ton dengan jenis kegiatan pembesaran.

Berdasarkan hasil wawancara bapak G berpendapat, bahwa “penjualan dari

program hasil budidaya ikan kerapu ini dijual sampai di ke luar daerah seperti

Manado, Sulawesi Tengah dan Makassar. Hasil penjualan dalam sekali panen

bisa mencapai sampai 30 juta rupiah”.

Hal ini menunjukkan bahwa produksi paling banyak di Kecamatan Paguat.

Oleh karena itu, manfaat dari pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat

Ekonomi Pesisir (PEMP) ini dapat dirasakan oleh masyarakatnya sehingga

membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat ekonomi pesisir atau nelayan.

36
4.2.2 Program Pemberdayaan dan Bantuan dari Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Pohuwato

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bumbulan Kecamatan

Paguat Kabupaten Pohuwato didapatkan hasil wawancara dari salah satu

responden, bahwa Menurut responden yang menjabat sebagai staf badan

penyuluhan tentang “Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat yang

dirancang oleh pemerintah telah dilaksanakan sejak tahun 2011”. Program yang

dibentuk di Kabupaten Pohuwato khususnya Desa Bumbulan Kecamatan Paguat

yaitu Program Budidaya Ikan Kerapu.

Dalam hasil wawancara dengan bapak D, beliau menyampaikan tentang

“Program pemberdayaan untuk nelayan sudah dimulai dari tahun 2002 yang

terdiri dari beberapa program contohnya seperti budidaya ikan kerapu dan

program bantuan khusus nelayan tangkap. Dinas kelautan dan perikanan tiap

tahunnya lebih berfokus pada pengembangan produktivitas nelayan dalam

mengelola sumber daya laut agar sektor ini bisa menjadi salah satu pendongkrak

perekonomian daerah”.

Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa Program Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) telah dilaksanakan sejak tahun 2002.

Dimana pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) merupakan salah satu

program unggulan dari departemen perikanan dan kelautan dalam rangka

mengembangkan masyarakat pesisir yang mata pencarian bersumber dari

ekplorasi dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan kelautan.

37
Dalam hasil wawancara dengan bapak D, beliau mengatakan “ dalam

melaksanakan program pemberdayaan sudah terstruktur dengan baik dan

dipastikan sesuai dengan tempat dan kebutuhan masyarakat itu sendiri”.

Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa mekanisme dalam pelaksanaan

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir yaitu melalui perencanaan

yang kegiatannya dari masyarakat dan untuk masyarakat. Selain itu, responden

juga menambahkan bahwa program ini sudah sesuai dengan kebutuhan

masyarakat pesisir.

Dalam hasil wawancara dengan bapak A selaku aparat Desa Bumbulan,

beliau mengatakan “saat program dilaksanakan khusus dari segi bantuan

sebelumnya sudah ditetapkan perkelompok karena jumlah bantuan terbatas jika

dibagian secara perorangan. Rata – rata per kelompok terdiri dari 5 sampai 10

orang”.

Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa pelaksanaan program ini

pengolahannya berbasis kelompok. Kelompok yang dibentuk tentunya sudah

berdasarkan kebutuhan masyarakat pesisir, salah satu responden yang menjabat

sebagai aparat Desa Bumbulan juga menambahkan bahwa setiap kelompok yang

dibentuk terdiri dari 5 sampai 10 orang nelayan. Berikut table data penyaluran

bantuan bagi nelayan tangkap di kecamatan paguat.

38
Tabel 4.3 Penyaluran Bantuan Perahu Fiber Menurut
Desa Di Kecamatan Paguat Tahun 2016 - 2020

Bantuan Perahu per Unit


No Desa/Kelurahan Jumlah
2016 2017 2018 2019 2020
1 Molamahu - - - - - 0
2 Bunuyo - - - - - 0
3 Bumbulan 7 4 6 5 4 26
4 Pentadu 1 1 2 1 0 5
5 Siduan - - - - - 0
6 Sipayo - - - - - 0
7 Libuo - - - 1 - 1
8 Maleo 1 - - 1 5 7
9 Buhu - - - - - 0
10 Kamiri - - - - - 0
11 Soginti - - - - - 0
Jumlah 9 5 8 8 9 39
Sumber : DKP Kabupaten Pohuwato 2019

Dalam hasil wawancara dengan bapak D, beliau mengatakan “mekanisme

pemberian program dari Dinas Kelautan dan Perikanan dilakukan dengan

melalui aparat desa kemudian langsung disalurkan kepada masyarakat

pesisir/kelompok nelayan yang terdaftar dalam basis data terpadu (BDT). Namun

dalam proses pengawasan tidak melibatkan masyarakat melaikan sudah ada

badan pengawas khusus yang bekerja sama dengan DKP”.

Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa setiap program yang diterapkan

oleh dinas Kelautan dan perikanan bekerja sama dengan staf kantor desa

bumbulan disesuaikan juga dengan data penduduk agar tidak terjad kekeliruan.

Dalam hal pengawasan program ini masyarakat tidak dilibatkan dalam hal

39
tersebut, tetapi ada badan lembaga pengawasan khusus yang mengawasi program

ini.

Pada saat meneliti didapati hasil wawancara dari salah satu responden

nelayan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Dimana hasil wawancara

didapatkan bahwa Menurut bapak H tersebut “iya tentunya ada sosialisasi dari

Dinas Kelautan dan Perikanan yang bekerja sama dengan aparat desa setempat”.

Dalam hasil wawancara dengan bapak S, beliau mengatakan “bahwa

bantuan program yang didapatkan dalam satu kelompok mereka kadang

mendapatkan sesuai namun terkadang juga kurang. Hasil wawancara ini

didapatkan dari salah satu responden nelayan yang berada di tempat penelitian.

Dalam hasil wawancara dengan bapak G, beliau mengatakan bahwa

“dengan adanya program ini seharusnya membantu dalam memenuhi kebutuhan

ekonomi masyarakat pesisir. Namun, terkadang bantuan program yang kami

dapatkan seperti bantuan bibit dan pakan kurang dari yang seharusnya. Jadi

harapannya kedepan agar program yang dibawa oleh pemerintah khususnya

dalam bentuk bantuan agar diperhatikan lagi dari segi jumlahnya”.

Dari pernyataan di atas menunjukan jika tiap kali bantuan yang disalurkan

dirasa kurang sehingga masyarakat harus menggunakan biaya sendiri guna

mengisi kekurangan tersebut. Maka dari itu program yang diterapkan sering dirasa

masih kurang membantu untuk menunjang produktivitas nelayan. Hal ini jelas

masih jauh dari tujuan utama dalam memberdayakan masyarakat jika dilihat dari

keputusan Menteri kelautan dan Perikanan.

40
Berdasarkan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 18 Tahun 2004

tentang pedoman umum pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

(PEMP), oleh pemerintah dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat pesisir

melalui pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas sumber daya

manusia, dan penguatan kelembagaan sosial ekonomi dengan mendayagunakan

sumber daya kelautan dan perikanan secara optimal dan berkelanjutan.

Permasalahan yang muncul berkaitan dengan kondisi potensi sumber daya,

penguasaaan teknologi serta kemampuan berusaha termasuk di dalamnya

dukungan moral dalam rangka meningkatkan kondisi sosial dan pendapatan

masyarakat di kawasan pesisir, merupakan permasalahan umum yang sering

dihadapi oleh masyarakat pesisir (Fedriansyah, 2008).

Program PEMP dalam pelaksanaannya melalui beberapa tahapan, yaitu

tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengendalian program dan tahap

pelestarian kegiatan. Langkah awal yang dilakukan dalam mempersiapkan

pelaksanaan PEMP adalah mensosialisasikan tentang adanya program PEMP ke

seluruh lapisan masyarakat. Sosialisasi ini merupakan suatu kegiatan yang cukup

penting untuk memperoleh informasi yang lengkap tentang program PEMP itu

sendiri.

Dengan sosialisasi yang dilakukan secara baik dan maksimal akan

memberikan pemahaman yang baik pula kepada masyarakat khususnya

masyarakat pesisir sebagai sasaran program ini yang pada akhirnya mereka dapat

mensukseskan kegiatan ini dalam artian mereka dalam melaksanakan program ini

tidak terjadi penyimpangan. (Junaidin, 2017).

41
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden diatas

diantaranya dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pohuwato, aparat desa

Bumbulan dan nelayan bahwa Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pesisir ini sudah ada sejak dulu yang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Pohuwato. Setiap tahun terdapat program khusus untuk

memberdayakan masyarakat pesisir dalam hal peningkatan ekonomi khususnya

dibidang produksi.

Bentuk pemberdayaan masyarakat pesisir yang dilakukan oleh pemerintah

Kabupaten Pohuwato yaitu pemberdayaan yang bertujuan untuk menggerakkan

ekonomi nelayan tradisional atau nelayan skala kecil. Hal ini dilakukan dengan

membantu penyediaan peralatan dan perlengkapan untuk kegiatan melaut seperti

mesin, perahu fiber, jaring dan alat tangkap melalui program Peningkatan Sarana

Prasarana Perikanan Tangkap dan Budidaya untuk mereka masyarakat pesisir

yang berprofesi sebagai nelayan.

Pada tahun 2019 dibentuk program Budidaya Ikan Kerapu untuk nelayan

budidaya yang diterapkan di Desa Bumbulan Kecamatan Paguat. Dalam

pembentukan program ini tentunya melalui pengkajian terlebih dahulu sebelum

diterapkan. Proses pelaksanaan program ini pengelolaannya dengan cara dibentuk

kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-10 orang nelayan. Berikut tabel data

penerima bantuan.

42
Tabel 4.4 Penyaluran Bantuan Nelayan Budidaya
Menurut Desa Di Kecamatan Paguat

Nama
No Penerima Alamat Jenis Bantuan Tahun
Kelopok

Bantuan Paket
Desa Percontohan
Berkah
1 Latif Jafar Molamahu, Nila Di
Vaname
Kec Paguat Kolam/Tambak
(DAK)
Mus Yahya 2019
Erwin
Mantulangi
Tamrin Luawo Bantuan
Darwin Paku Desa
Mina Pengadaan
2 Dedri Yusuf Bumbulan,
Bahari Bibit Ikan
Amin Abay Kec. Paguat
Kerapu
Maskun Adryan
Yandi Towaka
Isa Hasan
Desa Pengadaan
Berkah
3 Yunus Gani Bunuyo, Nila Salin 2020
Vaname
Kec. Paguat (DAK)
Percontohan
Desa
Berkah Hairuddin Budidaya Ikan
4 Bunuyo,
Vaname Fattah Air Payau
Kec. Paguat
(DAK)
Sumber : DKP Kabupaten Pohuwato 2019

Menurut responden, penentuan masyarakat pesisir atau nelayan yang

mendapatkan program ini melalui basis data terpadu (BDT). Artinya masyarakat

pesisir atau nelayan yang mendapatkan bantuan program ini yaitu mereka yang

terdaftar dalam basis data terpadu (BDT).

Bantuan program yang diberikan yaitu berupa bibit dan pakan untuk usaha

budidaya ikan kerapu tersebut. Selain itu, pemerintah Dinas Kelautan dan

43
Perikanan juga memberikan bantuan jaminan kesehatan kepada mereka para

nelayan.

Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat pesisir, khususnya nelayan yang

tergolong dalam skala mikro kecil yang mau bekerja keras dan memiliki mata

pencaharian di bidang penangkapan atau budidaya ikan tetapi tidak berkecukupan

modal untuk mengembangkan usahanya. Melalui bantuan sarana dan prasarana

atau peralatan perikanan tangkap dan budidaya yang diberikan diharapkan nelayan

dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Perubahan yang Dirasakan dari Program PEMP

Dilihat dari hasil penelitian terdapat beberapa perubahan yang dibawa oleh

program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP). Beberapa

perubahan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan Dan Kemampuan Nelayan


Hasil wawancara dengan bapak T, beliau mengatakan “nelayan saat

ini sudah handal jika untuk urusan menangkap ikan namun tetap masih

butuh bantuan dari pemerintah agar bisa mengembangkan usaha

mereka”.

Dari pernyataan diatas menunjukan bahwa masyarakat yang

berprofesi sebagai nelayan semakin cakap dalam melaut. Responden

menyatakan bahwa program pembedayaan bisa saja meningkatkan

kemampuan para nelayan lewat hasil penyuluhan atau sosialisasi yang

diberikan saat program pemberdayaan dilaksanakan.

44
Hasil wawancara dengan bapak I, beliau mengatakan “tiap kali ada

sosialisasi program di desa kadang kurang jelas maksudnya apa.

Kebanyakan kami nelayan lebih sering menanyakan kejelasan program

kepada staf kantor desa sesudah sosialisasi berlangsung”.

Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa sosialisasi maupun

penyuluhan yang diberikan terkadang kurang dapat dipahami oleh

masyarakat terutama dalam membahas soal metode yang tepat untuk

digunakan saat melaut.

Hasil wawancara dengan bapak S, beliau mengatakan “kalau bisa ada

sosialisasi program yang masuk ke desa supaya di tambah dengan

pelatihan keterampilan di laut dan bukan hanya sekedar memberikan

bantuan apalagi jika melihat kondisi kami yang rata – rata putus sekolah”

Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa kebutuhan masyarakat

pada setiap program yang diluncurkan di daerah harus lebih mengarah ke

pelatihan dan pengembangan kemampuan (skill) dikarenakan pemahaman

masyarakat yang terbatas akibat dari rata-rata nelayan hanya

berpendidikan rendah atau putus sekolah.

b. Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan

Hasil wawancara dengan bapak T mengatakan “kalau soal

pendapatan itu tidak menentu karena kami turun melaut itu tidak tiap

harinya dan juga tergantung cuaca jika memungkinkan utnuk melaut

walaupun saya hanya nelayan pinggiran. Dari mulai tangkapan sampai

hasil jual berbeda dengan nelayan laut dalam”.

45
“kalau nelayan pinggiran hanya bisa menangkap jenis ikan yang

lebih kecil dan jika di jual paling sedikit hasilnya hanya 150ribu sampai

200ribu dari satu kali turun saat cuaca tidak bagus namun jika beruntung

bisa dapat 800ribu sampai 900ribu saat cuaca bagus.

Dari pernyataan di atas menunjukan pendapatan para nelayan tidak

dapat diprediksi dikarenakan hasil tangkapan bergantung pada cuaca dan

kondisi laut. Hasil tangkapan juga dipengaruhi dari seberapa jauh nelayan

melaut. Dari hasil wawancara responden menyatakan bahwa nelayan

terbagi menjadi dua yakni nelayan pinggiran dan nelayan laut dalam.

Untuk nelayan pinggiran hasil tangkapan yang dijual jika disesuaikan

dengan keadaan cuaca paling sedikit hanya bisa sampai 150-200 ribu

dalam sekali melaut. Jika sedang beruntung hasil tangkapan yang dijual

bisa sampai 800-900 ribu dalam sekali melaut.

Hasil wawancara dengan bapak I mengatakan jika “saya kebanyakan

menangkap ikan – ikan besar di tngah laut seperti tuna karena kisaran

harganya bisa sampai 3jt per ekor. Jadi jika beruntung bisa dapat banyak

hasil tangkapan bisa sampai 10jt untuk ukuran paling besarnya. Kadang

saya juga dapat tangkapan ikan – ikan kecil dan sebagian tangkapan itu

di bawa pulang untuk dikonsumsi”.

Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa untuk nelayan laut dalam

yang lebih spesifik menangkap ikan besar seperti tuna jika disesuaikan

dengan cuaca paling sedikit hanya sampai 2jt - 3jt dalam sekali melaut.

Jika sedang beruntung hasil tangkapan yang dijual bisa sampai 10jt.

46
Nelayan turun melaut dalam seminggu hanya 2 – 3 kali. Hasil

tangkapan juga tidak menetap pada setiap kali nelayan turun. Hasil

tangkapan juga sebagian dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari.

Hasil wawancara dengan bapak E mengatakan “saya baru – baru ini

mendapat bantuan perahu fiber dengan mesin dari DKP tapi belum bisa

langsung di pakai karena ada beberapa bagian perahu yang masih harus

ditambah dan karena itu saya harus keluarkan uang pribadi untuk

membeli perlengkapan perahu.

Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa program pemberdayaan

dalam bentuk bantuan alat dirasa belum cukup dalam menunjang kinerja

nelayan dikarenakan alat bantu yang disediakan tidak siap pakai. Hal ini

bisa dilihat dari responden yang mengatakan bahwa alat bantu yang

diberikan berupa perahu belum layak pakai karena masih ada beberapa

bagian yang harus ditambah agar bisa digunakan.

Hasil wawancara dengan responden menunjukan bahwa bantuan yang

diberikan namun belum siap pakai membuat nelayan harus mengeluarkan

biaya tambahan untuk melengkapi kekurangan komponen pada alat yang

diberikan. Biaya tersebut berasal dari modal pribadi milik nelayan tanpa

bantuan dari pihak lain.

Hasil wawancara dengan bapak G mengatakan “untuk hasil panen

biasanya kami jual ke pemilik – pemilik rumah makan dan restoran

langganan jadi tidak sembarang di jual. Jadi kalau jumlah bibit dan

pakan kurang otomatis pesanan yang masuk tidak bisa di penuhi.

47
Terkadang ada beberapa ikan yang mati disebabkan cuaca yang

mengurangi jumlah hasil panen. Makanya kami berharap untuk

kedepannya lebih diperhatikan lagi dalam menyediakan bantuan bibit dan

pangan supaya lebih ditingkatkan jumlahnya”.

Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa pada nelayan budidaya lebih

sering menjual hasil panen di rumah makan dan restoran langganan. Namun

sering terjadi kendala saat budidaya misalkan pengadaan pakan dan bibit yang

kurang dan cuaca yang tidak bersahabat sehingga terdapat beberapa ikan yang

mati tiba - tiba.

4.3.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pelaksanaan Program

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Dalam proses implementasi tidak terlepas dari faktor-faktor yang

memberikan pengaruh dalam menentukan keberhasilan ataupun kegagalan.

Sejalan dengan pendapat Mazmanian dan Sabatier bahwa: Makna implementasi

memahami apa yang nyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku

atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni

kejadian-kejadian, dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkan pedoman-

pedoman kebijakan negara yang menyangkut baik usaha-usaha untuk

mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada

masyarakat atau kejadian-kejadian. ( Junaidin, 2017).

Keberhasilan dari berjalannya suatu program tentunya tidak luput dari

dukungan berbagai pihak. Menurut keterangan dari responden bahwa

keberhasilan program Budidaya Ikan Kerapu yang diterapkan di Desa Bumbulan

48
Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato yaitu dengan adanya dukungan dari

berbagai pihak pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai fasilitator,

pemerintah desa yang sebagai perantara untuk menyalurkan bantuan program ini

dan tentunya nelayan itu sendiri yang memiliki tanggung besar jawab dalam

mengelola atau menjalankan program tersebut.

Untuk mencapai keberhasilan dalam menjalankan program ini tentunya

berbagai upaya dilakukan seperti mengadakan sosialisasi kepada masyarakat

pesisir sebagai sasaran dari program ini, melakukan koordinasi dan komunikasi

antara pihak-pihak yang terkait untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian

baik pemerintah maupun masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab atas

pelaksanaan, pengawasan, dan keberlangsungan program ini.

Dari keberhasilan program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

(PEMP) diatas, tentunya terdapat hambatan atau kendala yang dialami dalam

menjalankan program ini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak S yaitu salah satu responden

nelayan yang berada di tempat penelitian, mengatakan bahwa “kendala yang

sering mereka hadapi yaitu terkadang bantuan bibit atau pakan yang didiberikan

kurang dari yang seharusnya ketika dibagikan kepada kelompok nelayan”.

Dalam pernyataan diatas bisa lihat jika berkali – kali keluhan yang di

utarakan hampir semua sama dan berfokus pada jumlah bantuan yang dirasa

kurang banyak sehingga terkadang diantara para penerima bantuan berinisiatif

untuk mengajukan proposal bantuan hasil rancangan sendiri untuk mendapatkan

bagian mereka.

49
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak S, E dan G menyatakan

pendapat yang hampir mirip bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terdiri dari

beberapa hal yaitu :

1) penyesuaian daerah atau wilayah dengan program pemberdayaan yang

akan dilaksanakan harus lebih diperhatikan kembali agar program

tersebut sesuai dan tepat guna,

2) dalam sosialisasi/penyuluhan atau pengenalan program pemberdayaan

harus lebih diperhatikan lagi agar masyarakat paham dengan tujuan

utama dilaksanakannya program ini,

3) pegawasan program harus lebih ditingkatkan lagi agar keberlangsungan

program sesuai dengan hasil yang diinginkan,

4) dalam pemberdayaan yang melibatkan masyarakat langsung harus

diperhatikan lagi dari mulai pengetahuan sampai kemampuan yang

mereka miliki,

5) dalam pemberdayaan yang bersifat bantuan maupun penguatan modal

haruslah disesuaikan dengan kebutuhan utama masyarakat,

Adapun faktor lain yang mempengaruhi terlaksananya program, yakni:

a. Faktor internal

Dalam hal ini terkadang yang menyebabkan terhambatnya proses

pelaksanaan program yang diberikan oleh pemerintah tidak lain karena ulah

masyarakat sendiri yang salah paham dengan tujuan program dan akhirnya

menyalahgunakan beberapa bantuan yang didapat, diantaranya dengan

50
menjual kembali barang-barang yang didapatkan dari hasil bantuan program

yang dikiranya hak milik pribadi.

b. Faktor Eksternal

Iklim maupun cuaca juga sangat mempengaruhi tujuan terlaksananya

program yang akan diterapkan dalam suatu daerah yang akan diberdayakan,

misalnya untuk daerah pesisir yang akan dijadikan area budidaya biota laut

terkadang cuaca yang tiba-tiba memburuk berpengaruh besar dalam proses

pengembangbiakan dan akhirnya menyebabkan hasil panen menurun

drastic.

51

Anda mungkin juga menyukai