Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat
600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap
tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara
adekuat. (Rahajeng,2009)

Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki


sebagai silent kille, karena penderita sering tidak merasakan adanya gejala dan baru
mengetahui ketika memeriksa tekanan darah atau sesudah kondisinya parah sebagai
timbulnya kerusakan organ. Penyakit ini dekenal juga sebagai heterogeneous group of
disease karena dapat menyerang siapa saja, tidak memandang umur dan social-ekonomi
( Martuti, 2009)
Tekanan darah termasuk kategori tinggi jika tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg, dan
diastolik di atas 99 mmHg, dalam tiga kali pemeriksaan berturut-turut selama selang waktu
2-8 minggu ( Martuti, 2009 )
Hipertensi dikelompokkan menjadi dua, yaitu Hipertensi esensial atau idiopatik, dan
hipertensi sekunder. Hipertensi essensial merupakan 95% dari semua kasus hipertensi dan
masih dicari etiologinya. Beberapa faktor dikemukakan relevan terhadap mekanisme
penyebab hipertensi, yaitu Genetik, Jenis kelamin, Usia, Natrium, Obesitas, Perokok,
Aktivitas Fisik, dan Stress. Hipertensi sekunder sekitar 5% telah diketahui penyebabnya dan
dapat dikelompokkan menjadi: penyakit parenkim ginjal 3%, penyakit renovaskuler 1%,
Endokrin 1%. ( Gray,2005)

Olahraga yang teratur berkaitan dengan penurunan penyakit jantung koroner sebesar
20-40%. (Gray,2005)
Melakukan aktivitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari sekian banyak hal
yang dikategorikan dalam pengobatan farmakologis bagi penderita hipertensi. Aktivitas fisik
yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu dapat
memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung,
maka semakin sedikit tekanan darah pada pembuluh darah arteri sehingga tekanan darah
akan menurun. Aktifitas fisik yang dianjurkan bagi penderita hipertensi adalah aktivitas
yang sedang dilakukan selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang terbakar sedikitnya 150
kalori per hari. Salah satu yang bias dilirik adalah aerobic. Suatu aktivitas baik itu kegiatan
sehari-hari ataupun olahraga, karena aerobic dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung,
paru-paru dan otot-otot. ( Marliani dan Tantan,2007)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat disusun
rumusan masalah sebagai berikut
1. Apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi para lanjut usia ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi para lanjut usia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi aktivitas fisik para lanjut usia
2. Mengidentifikasi kejadian hipertensi para lanjut usia
3. Menganalisis hubungan aktivitas fisik para lanjut usia dan kejadian hipertensi para
lanjut usia

1.4 Manfaat Penelitian

. 1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang
Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia
2. Bagi lahan atau tempat penelitian.
Sebagai bahan dan data tentang hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang
hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya masalah
aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi.
4. Bagi Penderita Hipertensi
Sebaiknya penderita hipertensi meningkatkan aktivitas fisik terutama durasi dan
frekuensinya. Upaya yang dapat dilakukan dengan membuat jadwal olah raga setiap
harinya.
5. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai dasar atau kajian awal bagi peneliti lain yang ingin meneliti permasalahan yang
sama sehingga mereka memiliki landasan dan alur yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai