Anda di halaman 1dari 32

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN

DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

DI KECAMATAN KEMILING

KOTA BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2023

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

1. M Panca Bio Utama (20310063)

2. Mayla Fikhansa Barinda (20310065)

3. Meisy Monica (20310066)

4. Morena Ailsa Parahita (20310071)

5. Muhammad Rivanza Burdani (20310075)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 2023


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan


darah secara menetap. Hipertensi adalah satu tantangan besar tidak hanya di
Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Kasus Hipertensi di seluruh dunia
diperkirakan sebesar 22% dari seluruh populasi manusia di dunia. Bahkan
diperkirakan total penderita hipertensi di seluruh dunia akan terus bertambah setiap
tahunnya, dan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang menderita hipertensi
(Kemenkes RI, 2019).

Berdasarkan data dari World Health Organization menunjukkan prevalensi


hipertensi bervariasi di seluruh wilayah dan kelompok pendapatan negara. Wilayah
Afrika memiliki prevalensi hipertensi yang tertinggi (27%) sedangkan Wilayah
Amerika memiliki prevalensi hipertensi yang terendah (18%). Jumlah orang dewasa
dengan hipertensi terus meningkat dari 594 juta pada tahun 1975 menjadi lebih dari
1,13 miliar pada tahun 2015, dengan peningkatan yang terlihat terutama di negara
berpenghasilan rendah hingga menengah. Peningkatan ini disebabkan oleh
peningkatan faktor risiko hipertensi pada populasi tersebut (WHO, 2023).

Menurut Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun


sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44,1%) dan terendah di Papua
(22,2%). Hipertensi mempengaruhi orang antara usia 31-44 tahun (31,6%), 45-54
tahun (45,3%), dan 55-64 tahun (55,2%). Diketahui bahwa 8,8% dari 34,1%
prevalensi hipertensi didiagnosis menderita hipertensi, 13,3% yang didiagnosis
hipertensi tidak minum obat, dan 32,3% tidak minum obat secara teratur. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas penderita hipertensi tidak menyadari kondisi mereka
dan karenanya tidak mencari pengobatan (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi


Lampung pada tahun 2019, prevalensi hipertensi pada
penduduk Provinsi Lampung usia ≥15 tahun yaitu sebesar
15,10% dengan capaian pelayanan kesehatan pada penderita
hipertensi sebesar 31,79%; sedangkan di Kota Bandar Lampung
memiliki prevalensi penyakit hipertensi pada penduduk
dengan usia ≥15 tahun sebesar 16,71% dengan capaian
pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi sebesar 36,77%
. Dari data tersebut memperlihatkan bahwa masih sangat jauh
untuk mencapai target capaian pelayanan kesehatan pada
pasien hipertensi sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal
(SPM),di Kota Bandar Lampung maupun di Provinsi Lampung
secara menyeluruh (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2021).

Salah satu tanda tekanan darah tinggi adalah sakit kepala yang datang tiba-tiba
dan meningkat seiring waktu. Selain sakit kepala penderita hipertensi juga mengalami
gejala yang berbeda-beda. Gejala lain yang sering dirasakan oleh penderita hipertensi
yaitu jantung berdebar, dada sakit, gelisah dan mudah lelah. Selain itu gangguan tidur
juga sering muncul sebagai gejala yang dialami oleh penderita hipertensi. Pusing,
nyeri dada, dan sakit kepala sering menyebabkan kualitas tidur yang buruk pada
penderita hipertensi. Tidur adalah kondisi alami dan merupakan kebutuhan fisiologis
dari kehidupan manusia yang sangat berdampak pada pemeliharaan kesehatan dan
kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu sangat penting bagi seseorang untuk bisa
mendapatkan kualitas tidur yang baik.

Tidur memiliki efek yang beragam pada tubuh seseorang, tidur dapat
meningkatkan pemulihan energi di otak, berpengaruh pada konsolidasi memori di
otak, mengurangi konsumsi dari energi, dan mengatur respons imun adaptif maupun
bawaan. Gangguan tidur sering dikaitkan dengan muncul dan berkembangnya
penyakit hipertensi. Durasi tidur yang sehat bagi manusia berkurang seiring dengan
bertambahnya usia: bayi yang baru lahir membutuhkan setidaknya 14-17 jam tidur
per hari, sementara orang yang sudah dewasa membutuhkan tidur 7-9 jam, dan orang
tua tidur selama 7-8 jam per hari. Tidur kurang dari 7 jam per hari sering dikaitkan
dengan kesehatan yang lebih buruk. Selain itu, orang dengan kurang tidur memiliki
risiko level tekanan darah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang yang
tidur dalam jumlah jam yang cukup (7–8 jam) per hari. Orang yang kurang tidur
memperlihatkan gambaran berupa perasaan lelah, sering gelisah, tampak lesu,
kehitaman di sekitar mata, kelopak mata membengkak, konjungtiva merah, mata
terasa perih, sulit fokus, sakit kepala dan mudah merasa kantuk.

Medulla Adrenal Sympathetic System dan Hypothalamic Pituitary Adrenal-


axis (HPA-axis) adalah dua sumbu yang akan diaktifkan oleh hipotalamus pada
seseorang dengan kesulitan tidur. Medula adrenal akan mengeluarkan hormon
norepinefrin dan epinefrin sebagai respons terhadap stres yang disebabkan oleh
gangguan tidur, dan pengaktifannya akan berdampak langsung pada beberapa organ,
termasuk jantung dan pembuluh darah. Kedua hormon ini segera menyebabkan
vasokonstriksi di setiap pembuluh darah jaringan, yang meningkatkan resistensi
perifer dan akhirnya meningkatkan tekanan darah. HPA-Axis berfungsi sebagai
sistem umpan balik antara kelenjar pituitari, kelenjar adrenal, dan hipotalamus.
Kelenjar hipofisis akan melepaskan Arginin Vasopressin (AVP) dan Corticotropin
Releasing Hormone (CRH) pada seseorang dengan masalah tidur . Kelenjar hipofisis
anterior kemudian akan menerima CRH yang dikeluarkan oleh hipotalamus dan
menginduksi pelepasan kortikotropin sehingga meningkatkan hormon kortisol.
Kortisol terutama mempengaruhi metabolisme glukosa tubuh.Akibatnya, kadar
glukosa tubuh meningkat.membantu pankreas melepaskan glukagon dan
meningkatkan metabolisme sintesis glukosa dari zat non karbohidrat (lemak dan
protein). Individu yang menderita gangguan tidur seringkali memiliki tingkat
metabolisme yang tinggi, yang berarti banyak glukosa yang dibutuhkan sebagai
bahan bakar untuk menghasilkan energi. Fungsi utama hormon vasopresin, yang juga
disekresikan oleh hipotalamus, adalah untuk meningkatkan reabsorpsi air di tubulus
distal dan tubulus pengumpul ginjal, yang membantu mengontrol volume cairan
tubuh. Ketika hipotalamus merangsang kenaikan vasopresin, akan terjadi peningkatan
reabsorpsi H2O, yang akan menyebabkan kenaikan volume plasma, yang kemudian
akan meningkatkan curah jantung sehingga tekanan darah naik.

Terdapat hubungan yang sangat jelas antara kurang tidur, masalah jantung,
dan awal peradangan dalam tubuh. Mereka yang tidur kurang dari 5 jam sehari
memiliki resiko tertinggi terkena penyakit kardiovaskular. Gangguan dalam fungsi
sistem ini menempatkan mereka yang tidur kurang dari tujuh jam pada peningkatan
risiko penyakit kardiovaskular dan kematian. Jadi, minimal 7 jam harus dihabiskan
untuk tidur.

1.2 Rumusan Masalah


Adakah Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi di Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis
hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di
Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Menilai Kualitas Tidur pada penderita Hipertensi di Kecamatan Kemiling
Kota Bandar Lampung.
2. Mengidentifikasi Tekanan Darah pada penderita Hipertensi di Kecamatan
Kemiling Kota Bandar Lampung
3. Menganalisis Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada penderita
Hipertensi di Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai syarat pemenuhan tugas akhir guna untuk mendapatkan gelar sarjana
kedokteran (S.Ked) serta menambah pengetahuan tentang hubungan kualitas
tidur dengan tekanan darah pada penderita Hipertensi.
2. Manfaat Bagi Perkembangan Ilmu Kedokteran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan,
serta pengembangan ilmu kedokteran terutama berhubungan dengan penyakit
hipertensi.
3. Bagi Perkembangan Riset
Hasil penelitian ini akan menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya mengingat
hipertensi menjadi penyakit cukup tinggi di Indonesia dan juga dunia.

1.5. Ruang Lingkup

1. Lingkup Judul
Judul penelitian adalah Hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun
2023.
2. Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2023
3. Lingkup Tempat
Penelitian ini di lakukan di Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung
4. Lingkup Masalah
Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di
Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung tahun 2023.
5. Lingkup Sasaran
Sasaran penelitian adalah para penderita penyakit hipertensi di Kecamatan
Kemiling Kota Bandar Lampung.
.
.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Tidur

2.1.1 Definisi Kualitas Tidur

Tidur merupakan kebutuhan dasar setiap orang. Pada kondisi istirahat dan
tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh
hingga berada dalam kondisi yang optimal. Perubahan pola tidur umumnya
disebabkan oleh tuntutan aktivitas sehari-hari yang berakibat pada berkurangnya
kebutuhan untuk tidur, sehingga sering mengantuk yang berlebihan di siang harinya.
Kebutuhan tidur yang cukup tidak hanya ditentukan oleh faktor jam tidur (kuantitas
tidur), tetapi juga oleh kedalaman tidur (kualitas tidur). Kualitas tidur meliputi aspek
kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk
bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan
kepulasan tidur. Kualitas tidur dikatakan baik jika tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidur. Kondisi kurang tidur
banyak ditemui di kalangan dewasa muda terutama mahasiswa yang nantinya bisa
menimbulkan banyak efek, seperti berkurangnya konsentrasi belajar dan gangguan
kesehatan.

2.2 Fisiologi Tidur

Sistem yang mengontrol siklus tidur adalah sistem aktivasi retikuler (RAS)
dan bulbar synchronizing regional (BSR) terletak di batang otak RAS adalah sistem
yang mengontrol semua tingkat aktivitas sistem saraf pusat. RAS berlangsung di
mesensefalon bagian atas pons. RAS juga dapat memberikan rangsangan visual,
pendengaran, nyeri dan taktil. Itu juga dapat didukung oleh korteks serebral, dengan
stimulasi emosional. Dalam keadaan sadar, neuron RAS melepaskan. Katekolamin
seperti norepinefrin. Begitu juga saat tidur Serotonin dilepaskan dari sel-sel khusus di
Pons dan batang otak tengah adalah BSR (Ratih, 2017).

Keadaan jaga atau bangun sangatlah dipengaruhi oleh (ARAS) sistem


Ascending Reticulary Activity System . Bila aktivitas ARAS ini meningkat maka
orang itu dalam keadaan sadar. Aktivitas ARAS menurun, orang itu akan dalam
keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas neurotransmitter
seperti sistem serotonergik, noradrenergic, dan kolinergik ( Magfirah, 2016)
Tidur diklasifikasikan dari kriteria perilaku dan fisiologis terbagi dua keadaan
yaitu (NREM) tidur non rapid eye movement yang dibagi lagi menjadi tiga tahap
(N1, N2, dan N3),(REM) dan rapid eye movement yang ditandai dengan gerakan
mata cepat. Tidur merupakan biologis yang bekerja 24 jam yang bertujuan buat
mengembalikan stamina untuk beraktivitas kembali. Tidur dan terbangun diatur oleh
batang otak, thalamus, hypothalamus serta beberapa neurohormon serta
neurotransmitter dihubungkan menggunakan tidur. akibat yang diproduksi prosedur
serebral dalam batang otak yaitu serotonin. Serotonin ini adalah neurotransmitter
yang perannya sangat krusial dalam menginduksi rasa kantuk, pula menjadi medulla
kerja otak ( Reza,2019)

2.1.3 Tahapan Tidur

Tahapan Tidur dibagi menjadi dua tahap secara garis besarnya yaitu tidur non
rapid eye movement (NREM) yang dibagi menjadi tiga tahap (N1, N2, N3) dan rapid
eye movement (REM) yang ditandai dengan gerakan mata cepat (Rezita Rahma Reza,
Khairunnisa Berawi, Nisa Karima,dan Arief Budiarto, 2019 )

1. Fase non rapid eye movement (NREM) di sebut juga quiet sleep

Tahap pertama NREM merupakan tahap yang paling ringan dalam tidur.
Selama tahap ini, mata akan menutup tahap tersebut sebagai awal periode transisi
antara terjaga dan terlelap. Otot kaki dan lainnya akan mengalami gerakan tersentak
tiba-tiba merasakan sensasi seakan terjatuh, hal ini dikenal sebagai myoclonic hypnic.
Tahap ini sekitar 10 hingga 15 menit dapat berlangsung.

Tahap dua NREM sekitar 20 menit berlangsung. Selama tahap ini gerakan
pada mata berhenti juga gelombang otak (aktivitas otak) mulai menjadi lebih lambat.
Pada tahap ini suhu tubuh akan menurun dan denyut jantung mulai melambat. Tahap
dua NREM tidur juga dikaitkan dengan penurunan relatif fisiologis tubuh. Tekanan
darah, metabolisme otak, sekresi gastrointestinal, dan aktivitas jantung berkurang.
Pasien akan memasuki fase lebih dalam serta semakin progresif dari tidur dan
menjadi semakin jauh dari dunia luar. Pada tahap ini, seseorang lebih sulit untuk
dibangunkan

Tahapan tiga dan empat ditandai sebagai tahap tidur yang dalam dan
seringkali paling sulit untuk dibangunkan. Tahap ini sering dikelompokkan karena
tidak terdapat perbedaan klinis yang signifikan diantaranya yaitu slow wave sleep
(SWS) atau tidur gelombang lambat

2. Fase rapid eye movement (REM) disebut juga active sleep

Tidur REM adalah bentuk tidur aktif yang biasanya disertai mimpi dan
aktivitas otak menjadi aktif. Seseorang lebih sukar dibangunkan oleh suatu
rangsangan sensorik selama tidur NREM, episode tidur REM membuat seseorang
terbangun secara spontan di pagi hari

Fase REM umumnya dapat dicapai dalam waktu 90-110 menit kemudian akan mulai
kembali ke fase awal fase 2 sampai ke fase 4 sekitar 75-90 menit. Setelah itu akan
muncul kembali fase REM kedua yang biasanya berlangsung lebih lama dari eye
movement (EM) dan lebih banyak dari REM pertama. Keadaan ini akan berulang
kembali setiap 75 – 90 menit tetapi pada siklus yang ketiga dan keempat , fase 2
menjadi lebih panjang fase 3 dan fase 4 menjadi lebih pendek. Siklus ini terjadi 4 – 5
kali setiap malam dengan irama teratur sehingga orang normal dengan lama tidur 7 –
8 jam setiap hari terdapat 4-5 siklus dengan lama tiap siklus 75 – 90 menit

2.1.4 Manfaat Tidur bagi Tubuh

Manfaat dari tidur yang cukup yaitu, meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Manfaat selanjutnya yaitu meningkatkan suasana hati, jika Anda tidur dengan cukup
maka ketika beraktivitas Anda merasa suasana hati yang baik. Lalu tidur cukup juga
sangat berpengaruh agar Anda terhindar dari kecelakaan, mempertajam ingatan, dan
memperpanjang usia. Manfaat dari tidur yang lainnya untuk mengistirahatkan
tubuh,sehingga setiap orang pasti membutuhkannya. Tidur memiliki beberapa
dampak positif yaitu memperbaiki sel rusak,meningkatkan daya ingat, mencegah
penyakit, meningkatkan energi, dan mencegah stress. Oleh karena itu setiap manusia
harus mendapatkan hasil istirahat yang maksimal agar mendapatkan kualitas tidur
yang baik (American Pillo, 2015).

2.1.5 Kebutuhan Tidur Normal Berdasarkan Usia

Kebutuhan tidur setiap orang tidak selaras tergantung usia. Semakin


bertambah usia, maka kebutuhan tidurnya menjadi berkurang. Tidur normal yang
diperlukan yaitu: (Kemenkes RI, 2018)

1. Usia 0 sampai 1 bulan : bayi baru lahir hingga usianya 2 bulan membutuhkan
waktu tidur yaitu 14-18 jam dalam sehari.
2. Usia 1 sampai 18 bulan : bayi dengan usia tersebut membutuhkan waktu tidur
12 sampai 14 jam dalam sehari yang termasuk waktu tidur siang.
3. Usia 3 sampai 6 tahun : pada usia tersebut mempunyai kebutuhan tidur yang
sehat karena pada usia ini anak menjelang masuk sekolah dan membutuhkan
waktu untuk istirahat atau tidur 11 sampai 13 jam dalam sehari ini termasuk
waktu tidur siang.
4. Usia 6 sampai 12 tahun : pada usia ini mereka membutuhkan waktu tidur
sebanyak 10 jam dalam sehari
5. Usia 12 sampai 18 tahun : pada usia menjelang remaja sampai dengan remaja
kebutuhan tidur yang dibutuhkan ialah 8-9 jam dalam sehari.
6. Usia 18-40 tahun : pada usia ini atau pada orang dewasa kebutuhan tidur yang
dibutuhkan ialah 7-8 jam dalam sehari.

2.1.6 Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan kebutuhan pokok seseorang yang menjadi suatu


kepuasan tersendiri terhadap tidurnya, sehingga seseorang dapat memulihkan energi
tanpa perlu mengalami rasa lelah, mudah marah dan gelisah, lesu dan acuh,
kehitaman di sekitar mata, kelopak mata sembab, mata merah, mata perih, kurang
fokus, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Yudhanti, 2014). Kualitas
tidur adalah suatu keadaan dimana kemampuan individu untuk menjaga atau
menyesuaikan tidur dengan kebutuhannya, Kualitas tidur yang kurang dapat
menyebabkan tekanan darah menjadi tidak stabil dan aktivitas rutin terganggu dapat
menimbulkan awal dari berbagai penyakit lainnya, Orang yang mendapatkan tidur
yang cukup akan merasa segar kembali dan bersemangat untuk menjalani aktivitas.

2.1.7 Komponen Kualitas Tidur

Kualitas tidur dapat dilihat dari beberapa komponen atau aspek : (Wulan,
2020)

1) Kualitas Tidur

Kualitas tidur subjektif merupakan penilaian subjektif diri sendiri terhadap


kualitas tidur yang dimiliki, adanya perasaan terganggu dan tidak nyaman
pada diri sendiri terhadap penilaian kualitas tidur.

2) Latensi Tidur

Latensi tidur merupakan periode waktu antara persiapan untuk tidur dan awal
tidur yang sebenarnya. Latensi tidur ini sendiri merupakan indikator utama
untuk menentukan kualitas tidur seseorang.

3) Durasi Tidur

Durasi tidur adalah lamanya tidur yang didapat pada malam hari. Durasi tidur
tersebut akan dipengaruhi oleh masa perkembangan seseorang.

4) Efisiensi Kebiasaan Tidur

Efisiensi tidur yaitu rasio antara waktu sebenarnya yang digunakan untuk
tidur dengan waktu yang dihabiskan di tempat tidur.
5) Gangguan Tidur

Gangguan tidur yaitu seperti adanya mengorok, gangguan pergerakan sering


terbangun dan mimpi buruk dapat mempengaruhi proses tidur seseorang.

6) Penggunaan Obat

Penggunaan obat tidur berfungsi untuk membantu seseorang agar mudah


untuk tertidur. Namun efek samping yang ditimbulkan dari obat tidur dapat
mempengaruhi kesehatan kronis, depresi, hingga kematian

7) Disfungsi di Siang Hari

Disfungsi di siang hari merupakan sebagian masalah yang ditimbulkan akibat


tidur yang kurang maupun yang tidak baik.

2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur diantaranya suatu


penyakit, kondisi lingkungan fisik, aktivitas fisik, stress psikologi, obat-obatan dan
zat kimia serta diet dan kalori (Ardiani,2021). Kualitas tidur yang buruk dapat
mengakibatkan kesehatan fisiologis dan psikologis menurun. Beberapa penelitian
telah mengaitkan berkurangnya durasi tidur dan kualitas tidur dengan perubahan gaya
hidup, peningkatan pekerjaan, dan tuntutan sosial dan juga penggunaan teknologi
yang berlebih. Kurang tidur juga menyebabkan kelelahan, gangguan perhatian dan
konsentrasi. (Haryati,2020)

2.1.9 Indikator Kualitas Tidur yang Baik

Kualitas tidur dapat dikatakan baik jika tidak menunjukkan tanda-tanda


kekurangan dalam tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidur, berbagai faktor
baik dapat dipengaruhi dari dalam maupun dari luar diri seseorang. Kualitas tidur
yang baik dapat memberikan suatu perasaan tenang di pagi hari, perasaan menjadi
lebih bersemangat, dan tidak mengeluh masalah tidur. Dengan kata lain, sangat
penting untuk hidup sehat memiliki kualitas tidur yang baik untuk semua orang
(Djamalilleil, 2021) beberapa indikator kualitas tidur yang baik pada seseorang agar
dapat meningkatkan kualitas tidur. Menurut National Sleep Foundation (2017),
indikator kualitas tidur yang baik antara lain :

1. Tidak terjaga lebih dari sekali per malam ,


2. Tidur lebih banyak (setidaknya 85% dari total waktu),
3. Tertidur dalam waktu 30 menit atau kurang
4. Tidak terbangun dan terjaga selama 20 menit
2.1.10 Indikator Kualitas Tidur Yang Buruk

Kualitas tidur yang buruk dapat mengganggu konsentrasi dan mempengaruhi


suasana hati seseorang, bahkan bisa menyebabkan penyakit alzheimer. Berikut
beberapa indikator kualitas tidur seseorang dinyatakan buruk menurut National Sleep
Foundation (2021) :

1. Membutuhkan lebih dari 30 menit untuk tertidur nyenyak


2. Terbangun lebih dari 1 kali per malam
3. Terjaga selama 20 menit ketika bangun pada malam hari
4. Menghabiskan kurang dari 85% waktu di tempat tidur
5. Merasa lelah dan susah berkonsentrasi di siang hari
6. Mata bengkak, merah dan kantung mata hitam
7. Sering merasa lapar
8. Merasa stres berlebihan, kelelahan secara emosional, mudah marah
9. Memiliki insomnia

2.1.11 Pengukuran Kualitas Tidur

Parameter kualitas tidur artinya kenyataan yang kompleks terdiri atas


komponen kuantitatif, mirip durasi tidur serta latensi tidur, maupun elemen yg
bersifat kualitatif yang dapat majemuk antar individu. Meskipun kualitas tidur dapat
dipahami secara klinis, namun kualitas tidur memiliki komponen yang subyektif
sebagai akibatnya sulit untuk didefinisikan serta diukur secara objektif. Pittsburgh
Sleep Quality Index (PSQI) dikembangkan di tahun 1988 sang Buysse yang bertujuan
buat menyediakan indeks yang tinggi dan mudah digunakan sang klinisi
(Sukmawati,2019).PSQI merupakan instrument efektif untuk mengukur kualitas tidur
dan pola tidur orang dewasa. PSQI dikembangkan untuk mengukur dan membedakan
individu dengan kualitas tidur yang baik dan kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur
merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa dimensi yang
seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. (Sukmawati,2019)

Alat ukur tersebut sudah dibakukan oleh University of Pittsburgh. Dimensi kualitas
tidur antara lain : sleep latensi, durasi tidur, gangguan tidur, efisiensi kebiasaan tidur,
penggunaan obat tidur , dan disfungsi tidur pada siang hari. Dimensi tersebut dinilai
dalam bentuk pertanyaan dan memiliki bobot penilaian masing-masing sesuai dengan
standar baku. Validitas penelitian PSQI sudah teruji. Instrumen ini menghasilkan 7
skor yang sesuai dengan domain atau area yang disebutkan sebelumnya. Tiap domain
nilainya berkisar antara 0 (tidak ada masalah) sampai 3 (masalah berat). Nilai setiap
komponen kemudian dijumlahkan menjadi skor global antara 0-21. Skor global ˃ 5
dianggap memiliki gangguan tidur yang signifikan. PSQI memiliki konsistensi
internal dan koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) 0,83 untuk 7 komponen
tersebut (Magfirah, 2016). Skor dari 7 komponen tersebut dijumlahkan menjadi satu
dengan kriteria penilaian : sangat baik = 0, cukup baik = 1-7, cukup buruk = 8- 14,
dan sangat buruk = 15-21. Adapun cara skoring kuesioner PSQI per item sebagai
berikut :

1) Latensi tidur

Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 1a dalam PSQI,
yang berbunyi: “Berapa lama (dalam menit) anda biasanya baru bisa tertidur tiap
malam?”, dan pertanyaan nomor 1b, yang berbunyi: “Selama sebulan terakhir,
seberapa sering Anda mengalami kesulitan tidur karena Anda tidak dapat tertidur
dalam waktu 30 menit sejak berbaring?”. Jumlah skor tersebut disesuaikan dengan
kriteria penilaian sebagai berikut :

Pertanyaan nomor 1a :

 ≤ 15 menit = 0
 16-30 menit = 1
 31-60 menit = 2
 60 menit = 3

Pertanyaan nomor 1b :

 Tidak pernah = 0
 Sekali seminggu = 1
 2 kali seminggu = 2
 3 kali seminggu = 3

Jumlahkan skor pertanyaan nomor 1a dan 1b, lalu akan diperoleh skor latensi tidur
sebagai berikut :

 Skor 0 = 0
 Skor 1-2 = 1
 Skor 3-4 = 2
 Skor 5-6 = 3

2) Durasi tidur
Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 2 dalam PSQI,
yang berbunyi: “Berapa lama anda tidur di malam hari?” Jawaban responden
dikelompokkan dalam 4 kategori dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

 Durasi tidur >7 jam = 0


 Durasi tidur 6-7 jam = 1
 Durasi tidur 5-6 jam =2
 Durasi tidur <5 jam = 3

3) Efisiensi tidur sehari-hari

Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 3 yang dibagi
menjadi 3 item yaitu nomor 3a, 3b dan 3c. Pertanyaan nomor 3a berbunyi “Berapa
lama anda tidur dimalam hari?”. Pertanyaan nomor 3b “Pukul berapa anda biasanya
mulai tidur malam ?”. pertanyaan nomor 3c “Pukul berapa anda biasanya bangun
pagi?”. Penghitungan efisiensi tidur adalah sebagai berikut

Jika didapat hasil sebagai berikut, maka skor efisiensi tidur :

 Efisiensi tidur >85% = 0


 Efisiensi tidur 75-84% = 1
 Efisiensi tidur 65-74% = 2
 Efisiensi tidur <65% = 3

4) Gangguan tidur

Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 4a – 4i dalam
PSQI, yang terdiri dari hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan tidur.
Kemudian jumlahkan skor pertanyaan nomor 4a – 4i tersebut, sehingga diperoleh
penilaian skor gangguan tidur sebagai berikut :

 Skor gangguan tidur 0 = 0


 Skor gangguan tidur 1-9 = 1
 Skor gangguan tidur 10-18 = 2
 Skor gangguan tidur 19-27 = 3

5) Penggunaan obat tidur

Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 5 dalam PSQI,
yang berbunyi: “Selama sebulan terakhir, seberapa sering Anda menggunakan obat
tidur ?” Kriteria penilaian disesuaikan dengan pilihan jawaban responden sebagai
berikut :

 Tidak pernah = 0
 Sekali seminggu = 1
 2 kali seminggu = 2
 >3 kali seminggu = 3

6) Disfungsi di siang hari

Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 6a dan 6b dalam
PSQI, pertanyaan nomor 6a berbunyi: “Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda
sering mengantuk ketika beraktivitas di siang hari ?”, dan pertanyaan nomor 6b, yang
berbunyi: “Selama sebulan terakhir, berapa banyak masalah yang anda dapatkan dan
seberapa antusias anda menyelesaikan permasalahan tersebut ?” Skor untuk
pertanyaan nomor 6a yaitu :

 Tidak pernah = 0
 Sekali seminggu = 1
 2 kali seminggu = 2
 >3 kali seminggu = 3

Skor untuk pertanyaan nomor 6b yaitu :

 Besar = 0
 Sedang = 1
 Kecil = 2
 Tidak antusias = 3

Jumlahkan skor pertanyaan nomor 6a dan 6b, lalu skor disesuaikan dengan kriteria
penilaian sebagai berikut :

 Skor disfungsi aktivitas siang hari 0 = 0


 Skor disfungsi aktivitas siang hari 1-2 = 1
 Skor disfungsi aktivitas siang hari 3-4 = 2
 Skor disfungsi aktivitas siang hari 5-6 = 3

7) Kualitas tidur subyektif

Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 7 dalam PSQI,
yang berbunyi: “Selama sebulan terakhir, bagaimana anda menilai kepuasan tidur
anda?” Kriteria penilaian disesuaikan dengan pilihan jawaban responden sebagai
berikut :

 Sangat baik = 0
 Cukup baik = 1
 Cukup buruk = 2
 Sangat buruk = 3

Maka Skor akhir dari penjumlahan semua skor mulai dari komponen 1 sampai 7 dan
diklasifikasikan berdasarkan sebagai berikut :

 0 = sangat baik
 1-7 = cukup baik
 8-14 = cukup buruk
 15-21 = sangat buruk

2.2 Tekanan Darah

2.2.1 Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan suatu dorongan yang diberikan oleh darah pada
dinding pembuluh darah dan desakan darah ditimbulkan oleh dinding arteri ketika
darah tersebut dipompa dari jantung ke seluruh jaringan tubuh. pada pembuluh darah
dan denyut jantung bergantung pada peningkatan tekanan secara bervariasi.
Peningkatan tekanan darah terjadi sewaktu ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik)
darah dipompa dari jantung ke seluruh tubuh dan darah dipompa oleh ventrikel untuk
masuk ke atrium sewaktu jantung berelaksasi atau beristirahat (tekanan diastolik)
(Yoel P. Abaa, 2017)

2.2.2 Fisiologi Tekanan Darah

Tekanan darah, gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding


pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dan
daya regang, atau distensibilitas, dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh
tersebut diregangkan). Jika volume darah yang masuk ke arteri sama dengan volume
yang keluar dari arteri selama periode yang sama, tekanan darah arteri akan konstan.
Namun, pada kenyataannya tidaklah demikian. Sewaktu sistol ventrikel, satu isi
sekuncup darah masuk ke arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga dari
jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol. Selama diastol,
tidak ada darah yang masuk ke arteri, sementara darah terus keluar dari arteri,
didorong oleh rekoil elastik. Tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri sewaktu
darah disemprotkan ke dalam pembuluh tersebut selama sistol, tekanan sistol, rerata
adalah 120 mm Hg. Tekanan minimal di dalam arteri ketika darah mengalir keluar
menuju ke pembuluh yang lebih kecil di hilir sewaktu diastol, tekanan diastol, rerata
adalah 80 mm Hg. Meskipun tekanan ventrikel turun ke 0 mm Hg sewaktu diastol,
tekanan arteri tidak turun hingga 0 mm Hg karena terjadi kontraksi jantung
berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar dari sistem arteri.
Secara klinis, tekanan darah arteri digambarkan sebagai tekanan sistolik per tekanan
diastolik, dengan tekanan darah yang diinginkan adalah 120/80 (dibaca "120 per 80")
mm Hg atau sedikit dibawahnya. Ketika Anda melakukan palpasi (merasakan dengan
jari) sebuahteri yang terletak di permukaan kulit. kulit (seperti pergelangan tangan
atau leher), Anda dapat merasakan arteri melebar seiring sehingga dapat terdengar.
Karena itu, tekanan dengan peningkatan tekanan selama sistolik ketika darah
diejeksikan manset tertinggi saat bunyi pertama dapat menuju sistem arteri oleh
ventrikel kiri. Apa yang Anda rasakan ketika didengar menunjukkan tekanan sistolik
( titik "Anda memegang denyut nadi" adalah perbedaan antara tekanan. Sewaktu
tekanan manset terus turun, darah secara intermiten darah sistolik dan diastolik; Anda
tidak merasakan apa apa selama menyembur melewati arteri dan menghasilkan suara
seiring dengan diastolik, tetapi Anda merasakan lonjakan tekanan selama sistolik.
siklus jantung setiap kali tekanan arteri melebihi tekanan manset Perbedaan tekanan
ini dikenal sebagai tekanan nadi. Ketika tekanan (titik 3 ). darah 120/80, tekanan nadi
adalah 40 mmHg (120-80 mmHg). Ketika tekanan manset akhirnya turun di bawah
tekanan karena denyut dapat dirasakan setiap kali ventrikel memompakan diastolik,
arteri brakialis tidak lagi tertekan di sepanjang siklus darah ke arteri, denyut nadi
adalah ukuran laju jantung.

2.2.3 Regulasi Tekanan Darah

Pengaturan tekanan darah secara umum dibagi menjadi dua yaitu:

1. Pengaturan tekanan darah jangka pendek

Terdiri dari sistem saraf dan kontrol kimia: Sistem saraf merupakan suatu sistem yang
mengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi pembuluh darah.Tujuannya yaitu
untuk mengetahui distribusi darah untuk suatu respon peningkatan kebutuhan tubuh
yang spesifik dan mempertahankan arteri rata rata yang bagus. (Mayuni, 2013; Ratih,
2017). Kontol kimia: kadar oksigen dan karbondioksida membantu proses pengaturan
tekanan darah melalui refleks kemoreseptor. Beberapa kimia darah juga
mempengaruhi tekanan darah melalui kerja pada otot polos dan pusat vasomotor.

2. Pengaturan tekanan darah jangka panjang

Organ ginjal memiliki kiprah penting pada pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Organ ginjal mempertahankan keseimbangan tekanan darah secara langsung serta
secara tidak langsung.

2.2.4 Klasifikasi Tekanan Darah

American Heart Association (AHA) tahun 2017 mengklasifikasikan


tekanan darah pada orang dewasa menjadi kategori tekanan darah normal,
prehipertensi, dan dua stadium hipertensi dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Gambar 2.1
Sumber : (American Heart Association, 2017)

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah adalah faktor


keturunan, usia, jenis kelamin, stres fisik dan psikis, kegemukan (obesitas), pola
makan tidak sehat, konsumsi garam yang tinggi, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi
alkohol, konsumsi kafein, penyakit lain, dan merokok. Selain itu, faktor- faktor yang
mempengaruhi perubahan tekanan darah adalah faktor keturunan, usia, jenis kelamin,
stres fisik dan psikis, kegemukan (obesitas), pola makan tidak sehat, konsumsi garam
yang tinggi, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol, konsumsi kafein, penyakit
lain, dan merokok. Agar perubahan tekanan darah tidak mempengaruhi fungsi organ
tubuh, apalagi mengakibatkan kelumpuhan dan kematian, perlu diteliti faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi perubahan tekanan darah pasien. Dengan mengetahui
faktor-faktor tersebut, resiko berlanjutnya pada gangguan fungsi organ tubuh dapat
berkurang. Sehingga, secara tidak langsung hal ini, juga dapat mengurangi resiko
kematian dan kelumpuhan akibat hipertensi dan hipotensi.

2.2.6 Cara Mengukur Tekanan Darah

Tekanan darah dapat diukur di klinik maupun diluar klinik. Pengukuran


tekanan darah harus dilakukan dengan hati-hati dengan menggunakan alat ukur yang
sudah tervalidasi. Adapun yang harus dilakukan dalam mengukur tekanan darah
menurut INASH (Indonesian Society of Hypertension) tahun 2019 meliputi persiapan
pasien, sphygmomanometer, posisi, prosedur dan catatan (Lukito & Harmeiwaty,
2019).

Prosedur pengukuran darah yaitu : a. Meletakkan sphygmomanometer, skala


sejajar dengan mata pemeriksa, dan tidak dapat dilihat oleh pasien. b. Menggunakan
ukuran manset yang sesuai. c. Memasang manset di sekitar 2,5 cm di atas fossa
antecubital. d. Menghindari pemasangan manset di atas pakaian.e. Meletakkan bagian
bell stetoskop di atas arteri brakialis yang terletak tepat di batas bawah manset.
Bagian diafragma stetoskop juga dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah
sebagai alternatif bell stetoskop. f. Memompa manset sampai 180 mmHg atau 30
mmmHg setelah suara nadi menghilang. Lepaskan udara dari manset dengan
kecepatan sedang (3 mmHg/detik). Pengukuran tekanan darah 3 kali dengan selang
waktu 1-2 menit. Lakukan pengukuran tambahan bila hasil pengukuran pertama dan
kedua berbeda >10 mmHg. Catat rerata tekanan darah, minimal dua dari hasil
pengukuran terakhir.

2.3 Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah

Kualitas tidur seseorang yang buruk atau memiliki kebiasaan durasi tidur yang
pendek juga memiliki hubungan terhadap terjadinya peningkatan tekanan darah
seseorang. Kualitas dan kuantitas tidur yang buruk tidak hanya menyebabkan
gangguan secara fisik saja, tetapi juga dapat mengakibatkan rusaknya memori serta
kemampuan kognitif seseorang. Tidur yang kurang dapat merujuk kepada kondisi
kualitas tidur yang buruk. Kurangnya waktu tidur dapat mengakibatkan terjadinya
hipertensi pada seseorang. Gangguan kualitas tidur memiliki berbagai dampak buruk
yang dapat terjadi dalam jangka waktu yang singkat maupun panjang. Lu, Chen, Wu,
Chen, & Hu (2015) mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki gangguan
kualitas tidur cenderung memiliki tekanan darah yang tinggi. Kualitas tidur yang
buruk dalam jangka panjang dapat meningkatkan indeks massa tubuh dan depresi
pada orang dewasa (Shittu et al., 2014). Chen et al (2015) menemukan bahwa durasi
tidur yang terlalu lama atau terlalu singkat merupakan faktor risiko tekanan darah
tinggi. Risiko ini diketahui lebih mungkin terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Tidur memiliki peran yang penting dalam menjaga sistem imunitas tubuh, sistem
metabolisme, daya ingat, pembelajaran, serta fungsi penting lainnya. Seseorang
dengan waktu tidur cukup serta memiliki kualitas yang optimal, akan mempengaruhi
aktivitas orang tersebut. Orang dengan waktu tidur yang kurang akan menjadi kurang
fokus ketika melakukan aktivitas, merasa mudah lelah, serta memiliki mood yang
buruk. Kurang tidur yang berlangsung dalam jangka waktu lama akan berdampak
pada meningkatnya tekanan darah. Aktivitas saraf simpatik akan meningkat jika
seseorang memiliki durasi tidur yang pendek sehingga orang tersebut mudah stres
yang dapat berakibat pada naiknya tekanan darah.
2.4 Kerangka Teori

Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat digambarkan dalam bentuk gambar


kerangka teori faktor yang mempengaruhi kualitas tidur dengan tekanan darah pada
hipertensi. Kerangka teori :

Gambar 2.2

Berdasarkan gambar kerangka teori tersebut dapat disimpulkan bahwa salah


satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada hipertensi yaitu dari kualitas tidur
yang buruk sehingga siklus tidur terganggu maka tubuh tidak dapat memenuhi
kebutuhan harian dengan baik, homeostasis terganggu dan akan melepaskan hormon
katekolamin yang akan menghasilkan epinefrin dari kelenjar adrenal saat situasi
tubuh mengalami stres dan meningkatnya kontraksi otot jantung oleh norepinefrin,
rangsangan dari hormon kortisol saat peningkatan metabolisme dengan cara
membantu menyediakan kebutuhan glukosa dalam tubuh yang nantinya akan memicu
peningkatan tekanan darah dan dapat mengalami hipertensi, juga menjadi faktor
resiko terjadinya berbagai penyakit

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mengetahui sesuatu,


menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran secara sistematik, logis dan
empiris menggunakan metode ilmiah. Secara singkat dikatakan metode penelitian
merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang metode (cara) penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan


menggunakan korelasional pendekatan cross sectional. Metode Penelitian
Korelasional adalah penelitian suatu tingkat hubungan variabel satu dengan variabel
lainnya yang sedang diteliti berdasarkan koefisien korelasi dan bersifat meneliti.
(Winarno, 2018). Sedangkan Dalam penelitian cross-sectional yaitu peneliti
melakukan pengukuran variabel subjek pada saat pemeriksaan dengan menekankan
waktu pengukuran atau observasi variabel pada satu saat tertentu yang artinya bahwa
tiap subjek hanyalah diobservasi dalam satu kali saja dan peneliti tidak melakukan
tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan (Adiputra, 2021). Dalam
penelitian ini teknik yang digunakan yaitu pengambilan sampel yang dilakukan
dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik dengan
menggunakan penilaian sendiri untuk memilih sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu.(Adiputra, 2021). Data yang didapat adalah data primer dengan
kuesioner di Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada tahun 2023 dan penelitian ini dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung

3.3 Rancangan Penelitian


Jenis rancangan penelitian yang dilakukan yaitu penelitian dengan desain
korelasional. Penelitian Korelasional merupakan penelitian suatu tingkat hubungan
variabel satu dengan variabel lainnya yang sedang diteliti berdasarkan koefisien atau
nilai penentu seberapa kuat relasi antara dua variabel pada korelasi dan bersifat
meneliti (Winarno, 2018).

3.4 Subyek Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi merupakan suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau
objek keseluruhan penelitian yang memiliki kualitas serta karakteristik tertentu yang
ditetapkan peneliti untuk dipelajari kemudian di ambil suatu kesimpulan (Sugiyono,
2017).

Populasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah masyarakat yang menderita
hipertensi yang berjumlah 4.839 orang.

3.4.2 Sampel

Sampel harus mewakili populasi dengan karakteristik yang unik


(representatif). Keputusan mengenai responden harus dilakukan oleh peneliti untuk
memaksimalkan kemampuan generalisasi penelitian (Sugiono, 2014). Dalam hal ini
penelitian tidak mungkin semua populasi diteliti, disebabkan oleh keterbatasan tenaga
dan waktu yang tersedia. Populasi dari penelitian ini adalah 4.839 orang, maka untuk
menentukan suatu ukuran sampel penelitian dari populasi tersebut maka dapat
menggunakan rumus :

Keterangan:

 n : besar sampel
 N : besar Populasi
 d : derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan 10% (0,1).
Dalam rumus Slovin, tingkat kesalahan 10% masih dapat digunakan.
Berdasarkan perhitungan diatas dengan menggunakan rumus slovin dan tingkat
signifikansi 10 %, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak
98 orang. Sampel yang didapatkan tersebut kemudian dibagi berdasarkan jumlah desa
yang ada di wilayah kerja Kecamatan Kemiling yang berjumlah 12 desa. setiap desa
didapatkan dari proporsi setiap desa dengan cara jumlah penderita hipertensi setiap
desa dibagi jumlah populasi, selanjutnya dikali dengan jumlah sampel. Berikut adalah
jumlah sampel dari tiap desa menggunakan rumus Sugiyono (2007):

Keterangan :

n : Jumlah sampel yang diinginkan tiap wilayah

X : Jumlah populasi setiap wilayah

N : Jumlah Populasi Kecamatan

n i : Sampel

Tabel 3.1 Jumlah Sampel tiap Wilayah di Kecamatan Kemiling


Sumber : data primer, 2022

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini


menggunakan teknik purposive sampling, yaitu mengacu pada kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi :

1) Bersedia menjadi responden

2) Tinggal di wilayah Bandar Lampung

3) Penderita hipertensi yang memiliki riwayat hipertensi 6 bulan terakhir

b. Kriteria Eksklusi :

1) Responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi

2) Responden yang tidak bersedia menandatangani informed consent

3.5 Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan


variabel dependen.

3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab


perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2017:39) . Variabel
independen pada penelitian ini adalah kualitas tidur (X).

3.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen atau yang disebut variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017: 39). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah tekanan darah (Y).
3.6 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional menguraikan variabel dependen maupun variabel


independen, alat ukur, hasil ukur, dan skala ukur pada penelitian ini

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel


3.7 Pengumpulan Data Teknik

Prosedur pengumpulan data yaitu suatu cara atau langkah-langkah yang


ditempuh oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Arikunto, 2013: 265). Prosedur
pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara :

1. Peneliti menentukan waktu dan tempat untuk penelitian.


2. Menentukan kriteria responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
3. Menjelaskan maksud dan tujuan kepada responden
4. Responden diminta untuk menandatangani lembar inform consent penelitian.
5. Menanyakan karakteristik responden yang mencakup nama, usia, pekerjaan,
domisili dan riwayat hipertensi.
6. Memberikan lembar kuesioner PSQI kepada responden untuk diisi dengan
alokasi waktu 3-5 menit
7. Setelah responden selesai mengisi lembar kuesioner, selanjutnya pengukuran
tekanan darah menggunakan tensimeter digital.
8. Kemudian peneliti melakukan pengecekan ulang lembar kuesioner apabila ada
jawaban yang belum terisi atau terlewati.
9. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data dan analisis
statistik.

3.8 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 102) instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang telah tersedia dan teknik
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan kuesioner
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan pengukuran tekanan darah menggunakan
tensimeter digital dengan merek dagang Omicron

3.9 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan :

Pertama dengan editing Bertujuan untuk mengoreksi kelengkapan isian


lembar observasi, kedua coding Pemberian kode pada atribut variabel penelitian
untuk memudahkan dalam analisis data, ketiga processing memproses agar data dapat
dianalisis menggunakan entry data yang telah terkumpul ke dalam komputer, setelah
itu cleaning Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry apaka ada
kesalahan atau tidak.

3.10 Analisis Data

3.10.1 Analisis Univariat


Analisis univariat disajikan untuk mendeskripsikan variabel bebas atau
variabel terikat maupun keduanya dengan menggunakan tabel distribusi yang
konfirmasinya dalam bentuk persentase. Analisis univariat berfungsi untuk meringkas
data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah
menjadi informasi yang berguna. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
software statistik komputer

3.10.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojo, 2012). Karena data penelitian
seluruhnya berskala ordinal maka uji statistik yang digunakan adalah uji spearman
rank dan menggunakan software SPSS. Uji korelasi spearman rank merupakan uji
yang digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen (Sugiyono, 2013).

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Laporan Riskesdas 2018. Jakarta: Badan


Litbangkes, Kemenkes

World Health Organization. (2023). High Blood Pressure: Global and Regional
Overview.

Dinas kesehatan Provinsi. (2020). Profil Dinas kesehatan Provinsi Lampung.


Lampung : Dinas kesehatan Provinsi Lampung.

Sejbuk, M. a. M.-C. I. a. W. A., 2022. Sleep Quality: A Narrative Review on


Nutrition, Stimulants, and Physical Activity as Important Factors. Nutrients.
Nutrients, Volume 14, p. 19-12.
Magfirah I. (2016). Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Mahasiswi
Program Studi S1 Fisioterapi Angkatan 2013 dan 2014 di Universitas Hasanuddin.
Makassar: Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.

Chen J, C. X. M. R. F. Y. C. Q. Z. C. Z. K., 2023. Hypertension, sleep quality,


depression, and cognitive function in elderly: A cross-sectional study. Front Aging
Neuroscience, 7(15).

Ratih. (2017). Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa
Semester VIII Program Studi Keperawatan STIKES BHM Madiun. Madiun :
Program Studi S1 Keperawatan, STIKES Bhakti Husada Mulia

Ardian, N. K. N. d. I. M. S., 2021. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KUALITAS TIDUR MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI KOPI
DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA. jurnal kedokteran
udayana, 8(2), pp. 372-387.

Sukmawati, N. M. H. d. I. G. S. W. P., 2019. RELIABILITAS KUESIONER


PITTSBURGH SLEEP QUALITY INDEX (PSQI) VERSI BAHASA INDONESIA
DALAM MENGUKUR KUALITAS TIDUR LANSIA. Jurnal Lingkungan &
Pembangunan, 3(2), pp. 30-38.

Yunaningsi, H. d. S. P., 2020. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS


TIDUR MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU
OLEO. Jurnal Medika Hutama, 1(3), pp. 146-155.

Reza, R. R., Berawi, K., Karima, N. & Budiarto, A., 2019. Fungsi Tidur dalam
Manajemen Kesehatan. jurnal kedokteran unila, 8(2), pp. 247-253.

National Sleep Foundation. (2017). National Sleep Foundation's sleep quality


recommendations: first report. Sleep health, 3(1), pp. 6–19.
https://doi.org/10.1016/j.sleh.2016.11.006

Djamalilleil, R. d. (2021). Hubungan Kualitas Tidur Terhadap Konsentrasi Belajar


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah Padang Angkatan 2018.
Health & Medical Journal, 3 (1), pp. 43-50.

Hidayat, A.A. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data. Jakarta
: Salemba Medika

Yoel P. Abaa, H. P. (2017). Gambaran Tekanan Darah, Indeks Massa Tubuh, dan
Aktivitas Fisik pada Mahasiswa Kedokteran Umum Angkatan Tahun 2014. Jurnal e-
Biomedik (eBm), 5(2)
American Heart Association. (2017). Highlights from the 2017 Guideline for the
Prevention, Detection, Evaluation and Management of High Blood Pressure in
Adults. Available from :
https://professional.heart.org/en/science-news/-/media/f8334ecde4e8437d9a9420620f
dbeb01.ashx

Sasmalinda, L., Syafriandi, & Helma. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Perubahan Tekanan Darah Pasien di Puskesmas Malalo Batipuh Selatan dengan
Menggunakan Regresi Liner Berganda. 36-42.

Nilifda, H. a. N. N. a. D. H., 2016. Hubungan Kualitas Tidur dengan Prestasi


Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2010 FK
Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(1).

Winarno, M.E. (2018). Buku Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Jasmani. Buku
Metodologi Penelitian. Buku Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Jasmani.
Available from : (PDF) Buku Metodologi Penelitian (researchgate.net)

I Made Sudarma Adiputra, N. W. T. N. P. W. O. S. A. M. T. H. I. B. A. F. R. R. J. F.


P. O. A. T. F. R. S. A. L., (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan. Denpasar:
Yayasan Kita Menulis.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta:


Alfabeta

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : PT Rineka Cipta

Sugiyono, (2013), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. (Bandung:


ALFABETA)

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Soekidjo Notoatmodjo, 1940-. (2010.). Metodologi penelitian kesehatan / Soekidjo


Notoatmodjo. Jakarta :: Rineka Cipta,

Sherwood, I. 2018. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed 9. Jakarta EGC

Dita. 2022. Bahaya Begadang Terhadap Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmu


Kesehatan Masyarakat Berkala [JIKeMB]. Vol 4 (1). Hal 7-12
Lusi Sasmalinda dkk. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tekanan Darah
Pasien di Puskesmas Malalo Batipuh Selatan dengan Menggunakan Regresi Linier
Berganda. Student of Mathematics Department State University of Padang,
Indonesia. ejournal.unp.ac.id

Wahid Nur Alfi dkk. 2018. HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN


TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI. Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Malang, JURNAL BERKALA EPIDEMIOLOGI Volume 6 Nomor 1 (2018) 18-26

Yudhanti, M. D. (2014). Hubungan Kualitas Tidur dengan Kejadian Dismenore


Primer Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Indonesian
Journal of Applied Statistics

Anda mungkin juga menyukai