Oleh :
KUSNAWATI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan kondisi yang paling umum dijumpai dalam perawatan primer. Hipertensi menurut
World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah
tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg) yang menetap.
Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding arteri ketika darah tersebut
dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Semakin tinggi teknan darah maka semakin keras jantung bekerja
(WHO, 2013). Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah
yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin A, 2009). Pada orang yang berusia
diatas 50 tahun, tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan lebih beresiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler bila dibandingkan dengan tekanan darah diastolik, namun pada tahun 2008 terdapat sekitar
40% orang dewasa di seluruh dunia berusia 25 tahun ke atas didiagnosa mengalami hipertensi. Angka
kejadian hipertensi begitu meningkat, dari sekitar 600 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 1 milyar jiwa
pada tahun 2008 (WHO, 2013). 2 Badan penelitian kesehatan dunia WHO tahun 2012 menunjukkan,
diseluruh dunia 982 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan
26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025
(WHO, 2012). Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Riskesdas 2018
menunjukkan prevalensi Penyakit Tidak Menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan
Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, dan hipertensi.
Prevalensi hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini
berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta
konsumsi buah dan sayur (Riset Kesehatan Dasar 2018). Prevalensi hipertensi di Kalimantan Timur
2
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah 31,3%, dan hanya berdasarkan diagnosis oleh tenaga
kesehatan adalah 9,7%, sementara berdasarkan diagnosis dan atau riwayat minum obat hipertensi adalah
9,0%. Menurut Kabupaten/Kota, prevalensi hipertensi berdasarkan tekanan darah berkisar antara 25,1% -
39,7%, dan prevalensi tertinggi ditemukan di Kutai Barat, sedangkan terendah di Kutai Timur. Sementara
Prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau riwayat minum obat hipertensi
berkisar antara 6% - 18,7%. Memperhatikan angka prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis atau
minum obat dengan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah di setiap
Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur, pada umumnya nampak perbedaan prevalensi yang cukup 3 besar.
Perbedaan prevalensi paling besar ditemukan di Kutai Kartanegara. Data ini menunjukkan banyak kasus
hipertensi di Kutai Kartanegara maupun di wilayah lainnya di Kalimantan Timur belum ditanggulangi
dengan baik (Riset Kesehatan Dasar 2014). Stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivasi
sistem saraf simpatis yang mengakibatkan naiknya tekanan darah secara intermitten (tidak menentu)
(Andria, 2013). Pada saat seseorang mengalami stres, hormone adrenalin akan dilepaskan kemudian akan
meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung.
Apabila stres berlenjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami
hipertensi (South, 2014). Mengatasi hipertensi dapat dilakukan pengobatan farmakologi dan non
farmakologi (Nirmawati, 2014). Pengobatan farmakologi yang diberikan pada klien adalah dengan obat,
obat-obatan standar hipertensi adalah obat yang meliputi golongan diuretik, menekan simpatetik
(simpatolitik), vasodilator arteriol, antagonis angiotensin (ACE inhibitor), penghambat saluran kalsium
(blocker calsium antagonis) (Muttaqin, 2012). Penggunaan obat pada penderita hipertensi memiliki
beberapa kelemahan, antara lain biaya mahal, membutuhkan kepatuha karena membutuhkan waktu yan
relatif lama untuk dapat menurunkan tekanan darah serta sering timbul kebosanan mengkonsumsi obat
pada pasien hipertensi (Myrank, 2009). Penatalaksanaan hipertensi non farmakologi dapat dilakukan
dengan cara: mengurangi berat badan bila kelebihan berat badan, hindari merokok, hindari 4 minum kopi,
hindari minum alkohol, kurangi konsumsi garam berlebih, hindari makanan berlemak tinggi (gajih, usus,
3
kulit ayam), melakukan senam secara teratur dan melakukan terapi relaksasi (Maryam, 2010). Berbagai
macam bentuk relaksasi yang sudah ada adalah relaksasi nafas dalam, guided imagery, relaksasi progresif,
terapi musik, distraksi, massage, dan terapi relaksasi benson (Benson, 2000 dalam Anggraini, 2013).
Asuhan keperawatan bertujuan untuk membantu penderita hipertensi dalam mempertahankan tekanan
darah pada tingkat optimal dan meningkatkan kualitas kehidupan secara maksimal dengan cara memberi
intervensi asuhan keperawatan, sehingga dapat terjadi perbaikan kondisi kesehatan. Salah satu tindakan
yang dapat diberikan untuk menurunkan intensitas nyeri pada penderita hipertensi adalah terapi relaksasi
non farmakologi (Izzo, 2008). Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipertensi meliputi beberapa tahapan yakni, perawat akan melakukan pengkajian, menganalisa data,
menentukan diagnosa keperawatan, melakukan intervensi, implementasi serta evaluasi. Pemberian asuhan
keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Jika tidak dilakukan
asuhan keperawatan atau dalam melakukan asuhan keperawatan yang tidak tepat, akan terjadi komplikasi-
komplikasi dari hipertensi yaitu stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Prognosis baik jika kelainan
atau tanda komplikasi terdeteksi pada awal dan tata laksana asuhan keperawatan sebaiknya dimulai
sebelum terjadi komplikasi. Karena peningkatan tekanan darah yang parah (krisis hipertensi) dapat
berakibat fatal. 5 Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan
Rumusan Masalah
berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan
B. Pertanyaan Peneliti
4
Puskesmas Perak Kecamatan Perak Kabupaten Jombang Tahun 2022
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
6
7) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
3. Bagi Masyarakat
pencegahan dini.
7
4. Bagi Puskesmas Perak
dilakukan pada satu waktu untuk mengetahui gambaran gaya hidup pada
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
2004).
adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan
(mmHg) (mmHg)
Normal 90 - 119 60 – 79
9
2. Penyebab Hipertensi
adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus
insulin. Paling sedikit ada tiga faktor lingkungan yang dapat menyebabkan
dan keadaan dari sistem organ lain seperti ginjal (gagal ginjal kronik,
10
a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran
dilakukan.
d. Buang air kecil dulu sebelum diukur, karena kandung kemih yang penuh
sedikit 80% lebar manset harus dapat menutupi lingkar lengan. Pasien di
ukur dalam posisi duduk atau berbaring dengan posisi lengan hampir
bertahap sampai tekanan sistolik 20 mmHg diatas titik dimana denyut nadi
kurang lebih dua mmHg per detik, catat titik pertama pulsasi yang terdengar
(korotkoff 1) yang merupakan tekanan darah sistolik dan titik di mana bunyi
pasien istirahat selama 5 menit, dilakukan 2 kali dengan jarak 5-10 menit.
setidaknya setiap lima tahun sampai umur 80 tahun. Jika hasilnya berada
pada nilai batas normal, pengukuran perlu dilakukan setiap tiga sampai 12
bulan (Gray, 2005). Menurut Lany (2005), dalam pengukuran tekanan darah
11
detakan yang terdengar tegas pertama kali mulai dihitung. Jika hasilnya
4. Gejala Hipertensi
diamati antara lain gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, sering
berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata
Crea (2008), gejala hipertensi adalah sakit kepala bagian belakang dan kaku
kuduk, sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing, dada berdebar-
5. Patofisiologi Hipertensi
hipertensi esensial. Namun, pada sejumlah kecil pasien penyakit ginjal atau
mekanisme fisiologi turut berperan aktif pada tekanan darah normal dan
12
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
13
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
6. Komplikasi Hipertensi
2011).
1) Stroke
yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang
14
menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah,
rentan pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada
bukan penderita hipertensi. Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah
pecah karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba karena
nutrisi dan akhirnya mati. Darah yang tersembur dari pembuluh darah yang
pecah tersebut juga dapat merusak sel-sel otak yang berada disekitarnya.
2) Penyakit Jantung
oksigen oleh miokardium akan meningkat akibat hipertrofi ventrikel, hal ini
dan arteriosklerosis.
15
percabangan arteri yang ke arah aterikoronaria kiri, arteri koronaria kanan
dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah kedistal dapat
koronaria.
4) Aneurisme
bisa timbul karena dinding pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta
gejalanya adalah sakit kepala yang hebat, sakit di perut sampai ke pinggang
belakang dan di ginjal. aneurisme pada perut dan dada penyebab utamanya
7. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Penatalaksanaan Farmakologi
1) Diuretik
16
cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah (Sheps,
2005).
2) Penghambat Adrenergik
3) Vasodilator
5) Antagonis Kalsium
17
b. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
1) Berhenti Merokok
2005).
2) Diet
(Sheps, 2005).
3) Olahraga teratur
2005).
4) Penanganan Stres
(Sheps, 2005).
18
B. Gaya Hidup
memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif.
kekebalan dan semua yang mendatangkan penyakit. Hal ini juga didukung
19
hidup sedangkan gaya hidup sehat dapat disimpulkan sebagai serangkaian
melindungi diri untuk sehat secara utuh. Gaya hidup dapat memicu
(Lisnawati, 2011).
kesehatannya.
20
Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat
sehat juga harus melakuan gaya hidup sehat, ini sangat penting karna gaya
ini memicu berbagai penyakit seperti penyakit kepala, sulit tidur, maag,
kondisi ini berlarut-larut, tekanan darahnya akan tetap tinggi. Gaya hidup
konsumsi alkohol tinggi, minum kopi dan merokok. Semua prilku tersebut
21
Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mengatur pola
rokok. Adapun beberapa jenis diet, yakni diet rendah garam, diet rendah
kolestrol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet kalori. Diet yang
makanan yang tepat, tekanan darah bisa turun dengan lebih cepat (sutomo,
2009).
Tekanan darah juga di pengaruhi oleh aktifitas fisik, gaya hidup yang
terhadap kerja detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung
(Rohaendi, 2008)
a. Kebiasaan Merokok
22
Risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang
dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali
lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat
kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui
rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
dihisap dan kemudian masuk ke dalam aliran darah. Zat beracun tersebut
tekanan dalam dinding arteri meningkat. Jika merokok dimulai usia muda,
(Depkes, 2008).
2011).
darah pada dinding arteri. Hal ini dibuktikan melalui sejumlah penelitian
23
eksperimental dengan model simpanse, yang secara genetik mendekati
pada asupan NaCl yang berlebih, dan pada studi asupan NaCl tertinggi,
cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah
tekanan darah, dan pada beberapa populasi dengan tekanan darah dibawah
24
(Kotchen et al., 2006). Selain itu, konsumsi lemak jenuh meningkatkan
sistolik sebesar 3-14 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg
e. Aktivitas Fisik
lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika
25
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
kejadian stroke. Selain itu, dua meta-analisis yang telah dilakukan juga
berjalan kaki dapat menurunkan tekanan darah pada orang dewasa sekitar
2% (Kelley 2001).
apabila melakukan olahraga selama >30 menit dan 3-4 kali/minggu. Indeks
pada waktu luang. Kuesioner Aktivitas fisik ini terdiri dari 14 pertanyaan
- No.3 dan 6 dengan pilihan jawaban < 1 jam/ 1-2 jam/ 3-4 jam/ > 4 jam/
2-3 jam
- No.4 dan 7 dengan pilihan jawaban < 1 bulan/ 1-3 bulan/ 4-6 bulan/ 7-9
- No.8 dengan pilihan jawaban Jauh lebih sedikit/ Lebih sedikit/ sama/
26
Berikut tabel skor perhitungan kuesioner aktivitas fisik:
27
Pada saat melakukan intensitas latihan, tekanan darah yang
darah sistolik akan turun sebagai reaksi dari peningkatan dilatasi arteriola
di dalam otot yang aktif saat latihan. Olahraga yang dilakukan secara
2007).
f. Keadaan Stres
stress adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap
(Syaifuddin, 2006).
28
Menurut Depkes RI (2006) dan Sutanto (2010), stres atau
gula dan lemak dalam darah untuk menambah bahan bakar. Nafas menjadi
darah.
oleh anak ginjal sebagai akibat stres berat akan menyebabkan naiknya
29
C. Kerangka Teori
Penatalaksanaan:
Gejala Klinis: gejala ringan seperti 1. Farmakologi
pusing atau sakit kepala, sering - Diuretik
- Penghambat Adrenergik
gelisah, wajah merah, tengkuk terasa
- Vasodilator
pegal, mudah marah, telinga
- Antagonis Kalsium
berdengung, sukar tidur, sesak 2. Nonfarmakologi
napas, rasa berat ditengkuk, mudah - Berhenti Merokok
lelah, mata berkunang-kunan dan - Diet
mimisan (keluar darah dari hidung) - Olahraga teratur
(Sutanto, 2009). - Penanganan Stres
(Sheps, 2005).
Hipertensi
Sutanto (2009)
30
BAB III
A. Kerangka Konsep
- Kebiasaan Merokok
- Aktivitas Fisik
- Keadaan Stres
responden, usia responden, jenis kelamin responden, dan hasil ukur tekanan
minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres. Faktor usia tidak
yang berusia 26-45 tahun karasteristik ini mengikuti kriteria usia Depkes RI
(2009).
31
B. Definisi Operasional
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
ada analisis hubungan antara variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat,
siapa dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif (Morton, 2008).
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
33
Populasi adalah keseluruhan dari unit didalam pengamatan yang
akan dilakukan (Sabri, 2008). Populasi studi dalam penelitian ini adalah
tahun, karakteristik usia ini mengikuti data yang didapat dari puskesmas
2. Sampel
penelitian semuanya.
D. Instrumen Penelitian
dan diastole).
34
a. Data Demografi (nama responden, usia responden, jenis kelamin
E. Pengumpulan Data
35
1. Uji Validitas
dengan nilai mutlak pada taraf signifikan 0,05 dan 0,01 (Arikunto, 2010).
dari populasi yang bukan sampel. Jumlah responden yang digunakan yaitu
dua macam skala pengukuran yaitu skala Gutmann dan skala Likert.
Korelasi Point Biserial diaplikasikan untuk menguji valid sebuah hasil uji
coba tes (instrumen) hasil belajar dalam hal ini soal pilihan ganda. Dalam
36
Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner skala Gutman, nilai r pbis > r
tidak valid yaitu “apakah anda merasa tegang, cemas, atau kuatir” dengan
nilai 0,4324 dan “apakah anda mengalami rasa tidak enak diperut” dengan
baku.
rumus tersebut digunakan untuk jenis data ordinal atau yang mempunyai
digunakan yaitu:
keterangan :
n = jumlah responden
37
mempunyai nilai korelasi < 0,3. Pernyataan yang tidak valid yaitu “saat
waktu luang saya berolahraga” dengan nilai 0,095, “saat waktu luang saya
berkeringat” dengan nilai 0,247, “saat waktu luang saya menonton tv”
dengan nilai 0,261, dan “saat waktu luang saya berjalan” dengan nilai
Uji coba instrumen dilakukan pada bulan April 2015. Uji coba
menderita hipertensi.
2. Uji Reabilitas
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
berikut:
38
Uji reliabilitas yang digunakan pada instrumen ini untuk skala Likert
(Sugiyono, 2013):
Keterangan:
Nilai acuan untuk uji reliabilitas KR20 maupun alpha coronbach yaitu,
jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna, jika alpha antara 0,70 – 0,90
maka reliabilitas tingg, jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan hasil KR20 > 0,6 yaitu
39