Anda di halaman 1dari 55

1

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MENGGUNAKAN PENERAPAN


PMR TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN
LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN TANJUNG
HARAPAN KEC KOTABUMI SELATAN
LAMPUNG UTARA
TAHUN 2021

LAPORAN UJIAN

STUDENT ORAL CASE ANALYSIS (SOCA)

STASE GERONTIK

Oleh :

NAMA : MAYA, S.Kep

NPM : 20350007

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg berdasarkan pada dua kali

pengukuran atau lebih dan sedang mengkonsumsi obat anti hipertensi.

Hipertensi sering terjadi pada lansia hal ini akan mengakibatkan terjadinya

stroke, infrak miokard, gagal ginjal, kerusakan otak. Bahkan bisa

menyebabkan kematian (Brunner & Suddarth, 2017). Hipertensi juga

sering kali tidak menunjukkan gejala sehingga menjadi pembunuh diam-

diam dan menjadi penyebab utama timbulnya penyakit jantung, stroke,

dan ginjal (Suirraoka, 2012).

Prevalensi hipertensi menurut catatn World Health Organization

(WHO), tahun 2011 sebesar 1 milyar orang di dunia. Dua per-tiga

diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah-

sedang salah satunya negara Indonesia. WHO juga memperkirakan

Prevalensi hipertensi akan terus meningkat , dan diprediksi pada tahun

2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi

(Mboi, 2013 dalam Astuti dan Setiyaningrum, 2016). Pada tahun 2020

terdapat sekitar 1,56 miliar orang usia dewasa menjalani hidup

dengan hipertensi. Hipertensi menjadi membunuh hampir 8 miliyar orang

setiap tahun di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di

kawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia

Timur-Selatan menderita hipertensi (WHO, 2020).


3

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018), Prevalensi

hipertensi di Indonesia Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi

berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar

34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di

Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia

sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat

hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi terjadi pada kelompok

umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun

(55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1%  diketahui bahwa

sebesar  8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang

terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum

obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi

tidak mengetahui bahwa dirinya  Hipertensi sehingga tidak mendapatkan

pengobatan (Kemenkes, RI 2019).

Sedangkan menurut prevelensi di Kabupaten Lampung Utara

jumlah hipertensi mencakup 56% dari jumlah penduduk dan pada lansia

mencapai 34% dengan hipertensi. Berdasarkan survey yang telah di

lakukan dengan beberapa pasien atau lansia penyebab dari hipertensi itu

sendri yaitu kurangnya pengetahuan lansia mengenai pola hidup sehat dan

olahraga yang cukup, serta pemantauan pola makan. Berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan secara singkat didapatkan 4 dari 5 orang yang

menderita hipertensi mengaku merasa sakit dikepala, kepala berputar-putar

bahkan menjalar sampai ke leher dan sisanya mengatakan tidak merasakan

gejala apapun. 3 dari 5 orang yang menderita hipertensi mengatakan


4

mengetahui bagaimana manajemen yang baik terhadap penyakit hipertensi

salah satunya dengan rutin meminum obat hipertensi yang diberikan dari

puskesmas, dan sisanya tidak mengetahui bagaimana manajemen yang

baik dalam mengatasi hipertensinya (Lampung Utara, 2021).

Upaya dari penanganan hipertensi ini ada 2 yaitu dengan

menggunakan penanganan farmakologis dan non farmakologis. Terapi

farmakologis menggunakan obat anti hipertensi seperti captopril 25 mg

satu kali sehari dan amlodipine 10 mg satu kali sehari. Sedangkan terapi

non farmakologis yaitu dengan relaksasi nafas dalam , pijat refleksi kaki,

hipnoterapi, dan relaksasi otot progresif atau progressive muscle

relaxation(Akhiriyah, 2019).

Terapi progressive muscle relaxation atau terapi relaksasi otot

progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan

mengidentifikasikan otot yang tegang kemudian menurunkan

ketegangannya dengan melakukan teknik relaksasi untuk bisa

mendapatkan perasaan yang relaks. Terapi progressive muscle relaxation

ini termasuk metode terapi relaksasi yang termurah dan mudah untuk

dilakukan, tidak terdapat efek samping, progressive muscle relaxation

dapat membuat pikiran tenang, dan juga tubuh menjadi rileks (Damanik,

2018).

Berdasarkan dari data tersebut maka peneliti ingin memaparkan

bagaimana gambaran analisa pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien

Hipertensi dengan “Asuhan Keperawatan Dengan Menggunakan

Penerapan PMR Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Lansia


5

Dengan Hipertensi Di Kelurahan Tanjung Harapan Kec Kotabumi Selatan

Lampung Utara Tahun 2021”

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan menggunakan penerapan PMR

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi di

Kelurahan Tanjung Harapan Kec Kotabumi Selatan Lampung Utara Tahun

2021”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan asuhan keperawatan dengan menggunakan

penerapan PMR terhadap penurunan tekanan darah pada pasien lansia

dengan hipertensi di Kelurahan Tanjung Harapan Kec Kotabumi

Selatan Lampung Utara Tahun 2021”

2. Tujuan khusus

a. Menggambarkan pengkajian asuhan keperawatan dengan

menggunakan penerapan PMR terhadap penurunan tekanan darah

pada pasien lansia dengan hipertensi Di Kelurahan Tanjung

Harapan Kec Kotabumi Selatan Lampung Utara Tahun 2021”

b. Menggambarkan diagnosis asuhan keperawatan dengan

menggunakan penerapan PMR terhadap penurunan tekanan darah

pada pasien lansia dengan hipertensi di Kelurahan Tanjung

Harapan Kec Kotabumi Selatan Lampung Utara Tahun 2021”

c. Menggambarkan intervensi asuhan keperawatan dengan

menggunakan penerapan PMR terhadap penurunan tekanan darah


6

pada pasien lansia dengan hipertensi di Kelurahan Tanjung

Harapan Kec Kotabumi Selatan Lampung Utara Tahun 2021”

d. Tindakan implemntasi keperawatan dengan menggunakan

penerapan PMR terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

lansia dengan hipertensi di Kelurahan Tanjung Harapan Kec

Kotabumi Selatan Lampung Utara Tahun 2021”

e. Menggambarkan evaluasi keperawatan dengan menggunakan

penerapan PMR terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

lansia dengan hipertensi di Kelurahan Tanjung Harapan Kec

Kotabumi Selatan Lampung Utara Tahun 2021

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan keluarga

dengan memfokuskan pada masalah keperawatan dengan menggunakan

penerapan PMR terhadap penurunan tekanan darah pada pasien lansia

dengan hipertensi di Kelurahan Tanjung Harapan Kec Kotabumi Selatan

Lampung Utara Tahun 2021”.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti selanjutnya

Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan dan evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien

dengan masalah tekanan darah tinggi dengan menggunakan

penerapan PMR terutama pada pasien lansia.


7

b. Bagi lansia

Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat dijadikan informasi dasar

untuk pasien lansia agar mampu menurunkan tekanan darah tinggi

dengan teknik non farmakologi yaitu dengan melakukan penerapan

PMR yang berguna untuk menurunkan tekanan darah pada pasien

yang menderita hipertensi terutama pada hipertensi lansia.


8

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau

diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai

tekanan darah tinggi pasien dimana tekanan sistoliknya diatas 90

mmHg. Pada populasi manula, hipertensi sebagai tekanan sistolik 160

mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg (Smeltzer, dkk., 2010;

Majid, 2019).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan

peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian /

mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase

dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukan fase

darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90

menunjukan fase darah yang kembali ke jantung (Anies, 2018).

Hipertensi dapat ditetapkan sebagai tingginya tekanan darah

secara menetap dimana tekanan sistemik diatas 140 mmHg dan tekanan

diastolic diatas 90 mmHg (Manurung, 2016). Hipertensi terjadi karena

tekanan darah melebihi dari 140/90 mmHg. Hipertensi adalah suatu

keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan

terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang

disebabkan satu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan


9

sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah (Majid,

2019).

Sedangkan orang yang mengalami hipertensi juga dibedakan

berdasarkan derajat ketinggiannya. Hipertensi derajat 1 adalah mereka

yang memiliki tekanan darah 140-159/90-99 mmHg. Hipertensi derajat

2 adalah orang-orang yang memiliki tekanan lebih dari 160/90 mmHg

(Yekti, 2020).

2. Klasifikasi Hipertensi

Terdapat dua jenis tekanan darah tinggi (Majid, 2019), yaitu :

a. Hipertensi Esensial (Primer)

Sembilan puluh persen penderita hipertensi mengalami

hipertensi esensial (primer). Penyebabnya secara pasti belum

diketahui. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi esensial, yaitu faktor genetik, stress dan psikologis,

faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan

berkurangnya asupan kalium atau kalsium).

Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi,

sekitar 95%. Penyebabnya tidak diketahui, walaupun dikaitkan

dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang gerak

(inaktivitas) dan pola makan.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi skunder lebih mudah dikendalikan dengan

menggunakan obat-obatan. Penyebab hipertensi skunder

diantaranya adalah berupa kelainan ginjal seperti obesitas, retensi


10

insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obtan, seperti

kontrasepsi oral dan kortikosteroid.

Tipe ini lebih sering terjadi hanya sekitar 5% dari seluruh kasus

tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi ini disebabkan oleh

kondisi medis lain (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi terhadap

obat-obatan tertentu.

Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata –

rata 2 kali pengukuran pada masing – masing kunjungan.

Perbandingan klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII dan JNC

VIII dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat hipertensi


Kategori Kategori
Tekanan
Tekanan Tekanan Tekanan Darah
Darah Sistolik
Darah Darah Dan/atau Sistolik (mmHg)
(mmHg)
 ( JNC VII)  ( JNC VII)
Normal Optimal < 120mmHg dan < 80 mmHg
Pre 120 – 139
_ atau 80 – 89 mmHg
Hipertensi mmHg
_ Normal < 130 mmHg dan < 85mmHg
130 – 139
_ Normal Tinggi atau 85 – 89 mmHg
mmHg
Hipertensi Hipertensi
140 – 159
Derajat I Derajat 1 atau 90 – 99 mmHg
mmHg
Derajat II _ >160 mmHg atau > 100 mmHg
160 – 179
_ Derajat 2 atau 100 – 109 mmHg
mmHg
_ Derajat 3 >180 mmHg atau > 110 mmHg
Sumber : (Saferi, 2013)

3. Etiologi Hipertensi

Hipertensi memiliki beberapa etiologi, yaitu (Anies, 2018) :

a. Usia

Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan seseorang

menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi


11

merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai

faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Hanya elastisitas jaringan

yang erterosklerosis serta pelebaran pembulu darah adalah faktor

penyebab hipertensi pada usia tua. Pada umumnya hipertensi pada pria

terjadi di atas usia 45 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah

berumur 65 tahun.

b. Keturunan

Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat besar terhadap

munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya

kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar

monozigot (berasal dari satu sel telur) dibandigkan heterozigot

(berasal dari sel telur yang berbeda). Jika seseorang termasuk orang

yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) dan tidak

melakukan penanganan atau pengobata maka ada kemungkinan

lingkungannya akan menyebabkan hipertensi berkembang dan dalam

waktu sekitar tiga puluhan tahun akan mulai muncul tanda-tanda dan

gejala hipertensi dengan berbagai komplikasinya. Beberapa mutasi

genetic pada gen-gen pengatur tekanan darah akan menyebabkan

sebuah keluarga yang rentan terhadap hipertensi daripada keluarga

yang tidak memiliki riwayat hipertensi.

c. Jenis Kelamin

Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan dengan

wanita. Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang

mendorong terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang


12

nyaman, terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan tidak

terkontrol. Biasanya wanita akan mengalami peningkatan resiko

hipertensi setelah masa menopause

d. Olahraga

Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada umumnya

cenderung mengalami kegemukan dan akan menaikan tekanan darah.

Dengan olahraga kita dapat meningkatkan kerja jantung. Sehingga

darah bisa dipompadengan baik keseluruh tubuh.

e. Pola Makan

Pola makan buruk atau tidak sehat merupakan salah satu penyebab

terkenan tekanan darah tinggi, seorang yang sering mengkonsumsi

makanan-makanan yang mempunyai lemak tinggi akan beresiko

terkena hipertensi. Makanan yang berlemak tinggi akan membuat

penyumbatan di pembuluh darah sehingga tekanan darah akan

menjadi naik.

f. Alkohol

Banyak penelitian menunjukkan adanya hubungan antara meminum

alkohol dengan kejadian hipertensi. Mengonsumsi alkohol juga dapat

membahayakan kesehatan karena dapat meningkatkan sistem

katekholamin, adanya katekholamin memicu naik tekanan darah.

g. Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika

ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat

meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks


13

maka tekanan darah akan turun kembali. Dalam keadaan stres maka

terjadi respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran

atau pengangkutan natrium. Hubungan antara stres dengan hipertensi

diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika

beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.

Stres berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi

tinggi. Hal tersebut belum terbukti secara pasti, namun pada binatang

percobaan yang diberikan stres memicu binatang tersebut menjadi

hipertensi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stress dapat

mengakibatkan kenaikan tekanan darah.

3. Manifestasi Klinis

Pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan

darah y ang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,

seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyemmpitan

pembuluh darah, dan kasus berat, edema pupil (edema pada duktus

optikus) (Majid, 2019).

Smeltzer, dkk (2010; Majid, 2019) menyatakan sebagian besar

gejala klinis yang timbul, yaitu :

a. pemeriksaan fisik mungkin tidak menunjukan kelainan selain

tekanan darah tinggi.

b. Perubahan retina dengan perdarahan, eksudat, arteriol y ang

menyempit, dan bintik kapas wol (infark kecil), dan papiledema

dapat dilihat pada hupertensi berat.


14

c. Gejala biasanya menunjukan kerusakan vaskuler yang

berhubungan dengan sistem organ yang difasilitasioleh

pembulkuh darah tersebut.

d. Penyakit arteri koroner dengan anggina atau infark miokard

adalah konsekuensi yang paling umum.

e. Hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadi, gagal jantung bisa terjadi

kemudian

f. Perubahan patologis dapat terjadi pada ginjal (nokturia, dan

peningkatan kadar blood urea BUN dan kreatinin).

Adanya keterlibatan serebrovaskular (serangan iskemik atau

transmiten iskemik (TIA) yaitu perubahan dalam pengelihatan

atau ucapan, pusing, kelemahan, pingsan tiba-tiba, atau

hemiplegia sementara atau permanen.

4. Patofisiologis

Menurut (Majid, 2019) Meningkatnya tekanan darah didalam

arteri bisa rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa

lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap

detiknya arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku

sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung

memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan

jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada

biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi

pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku

karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah


15

juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter

kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk mengarut karena

perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya

darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan

darah.

Hal ini terjadi jika terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak

mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh

meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika

aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran,

banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan

menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan

oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom

(bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh

secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan

tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat,

ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan

berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah

normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi

pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan

tekanan darah kembali normal (Majid, 2019).

5. Pelaksanaan Hipertensi

(Menurut Yekti (2020) hipertensi secara pasti tidak dapat diobati

tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya


16

komplikasi. Langkah awal biasanya adalah mengubah pola hidup

penderita hipertensi dengan cara-cara berikut :

a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan

dianjurkan untuk menurunkan berat badan sampai ideal.

b. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan

(obesitas) atay kadar kolesterol darah tinggi. Mengurangi

pemakaian garam sampai kurang daei 2-3 gram natrium atau

6 gram natrium klorida setiap harinya.

c. Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita

hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama

tekanan darah terkendali.

d. Berhenti merokok

e. Menghentikan pemakaian alkohol dan narkoba

f. Hidup dengan pola sehat

g. Istirahat dan tidur cukup

h. Mengelola stress

Menurut Saferi (2013) pengobatan hipertensi secara garis besar

dibagi menjadi 2 yaitu pengomabatan farmakologi dan non

farmakologi

a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi

a) Mempertahankan berat badan idelal

Mempertahankan berat badan idela sesuai body mass index

(BMI) 18,5-24,9 kg/m2 (Kaplan, 2006; Saferi, 2013). BMI dapat

diketahui dengan membagi badan anda dengan tinggi badan


17

anda yang telah dikuadtarkan dalam meter. Mengatasi obesitas

(kegemukan) juga dapat dilakukan dengan melakukan diet

rendah kolesterol namunkaya dengan sarat dan protein.

b) Kurang asupan natrium (sodium)

Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet

rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/ hari (kira-kira

6gr NaCl atau 2,4 gr garam/ hari (Kaplan, 20016; Saferi, 2013).

c) Batasi konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol

berlebihan dapat menbingkatkan tekanan darah. Para peminum

bedrat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih

besar daripada mereka yang tidak minum alkohol.

d) Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Pertahankan asupan diet potasium (>90mmol (3500mg/ hari)

dengan konsumsi diet tinggi buah dan diet rendah lemak dengan

cara mengurangi asupan lemak jenuh dan total (Kaplan, 2006;

Saferi, 2013).

e) Menghindari merokok

Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan

timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan resiko

komplikasi pada hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke,

maka perlu dihindari mengkonsumsi tembakau rokok karena

dapat memperberat hipertensi (Dalimartha, 2008; Saferi, 2013).


18

f) Penurunan stress

Stress memang tidak meneyabkan hipertensi yang menetap

namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan

kenaikan yang sangat tinggi (Sheps, 2005; Saferi, 2013).

g) Terapi masase (pijat)

Menurut Dalimartha (2008; Saferi, 2013) pada prinsipnya pijat

yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk

memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga gangguan

hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika semua

jalur energi terbuka dan aliran energi tidak terhalang oleh

ketegangan otot dan hambatan lain maka resiko hupertensi dapat

ditekan.

h) Penatalaksanaan Farmakologi

1) Diuretik (Hidroklorotiazit)

Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh

berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjaddi

lebih ringan.

2) Penghambat simpastetik (Metildopa, Klonidin dan Respirin)

Menghambat aktivitas saraf simpatis

3) Betablocker (metildopa, propranolol, atenolol)

a. Menurunkan daya pompa jantung

b. Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap

gangguan pernafasan seperti asam bronkial


19

c. Pada penderita diabetes mellitus : dapat menutupi gejala

hipoglikemia.

4) Vasodilator

Bekerja langsung pada pembuluhan darah dengan relaksasi otot

pembuluh darah.

5) ACE inhibitor (Captopril)

a. Menghambat pembentukan zat angiotensin II

b. Efksamping : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas

6) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)

Menghalangi penempelan zat angiotensin II pada rteseptor

sehingga memperingankan daya pompa jantung.

7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapmil)

Menghambat kontraksi jantung (Saferi, 2013).

6. Komplikasi

Beberapa komplikasi hipertensi menurut Yekti (2020) :

a. Jantung

Kompikasi berupa infark miokard, angina pectoris, gagal jantung.

b. Ginjal

Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glumerolus. Dengan

rusaknya glomerolus, darh akan mengalir ke unit-unit fungsional

ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi

hipoksin dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerolus,

protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotic


20

koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yaing sering

dijumpai pada hipertensi kronik.

c. Otak

Komplikasinya berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat

timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non-otak yang terpajan

tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila

arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan

menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi

berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis

dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya anurisma.

d. Mata

Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan

sampai dengan kebutaan.

e. Pembuluh Perifer

Penelitian meta analisis yang melibatkan lebih dari 420.000

pasien telah menunjukkan hubungan yang continue dan

independen antara tekanan darah dengan stroke dan penyakit

jantung koroner. Peningkatan tekanan diastolic >10 mmHg dalam

jangka panjang akan meningkatkan resiko stroke sebesar 56% dan

penyakit jantung koroner sebesar 37%.


21

7. Pengobatan Hipertensi

Menurut Saferi (2013) pengobatan hipertensi secara garis besar

dibagi menjadi 2 yaitu pengomabatan farmakologi dan non farmakologi

(herbal). Pengobatan non medika mentosa adalah pengobatan tanpa

obat-obatan anti hipertensi. Pengobatannya berdasarkan masukan garam

dapur dengan diet rendah garam, olahraga, penurunan berat badan, daan

perbaikan gaya hidup seperti menghindari berakohol.

a. Pengobatan tradisional

Pengobatan tradisional adalah pengobatan terhadap hipertensi

yang menggunakan bahan-bahan alami yang ada disekitar kita.

Pengobatan seperti ini tidak memiliki efek samping tetapi

pengobatannya tidak bisa secara langsung, perlu sabar,

ketelatenan, dan manfaatnya baru akan kelihatan dalam jangka

panjang. Berikut ini adalah bahan-bahan alami yang sudah

terbiasa dan terbukti ampuh untuk mengobati hipertensi. Berikut

ini adalah bahan-bahan alami yang sudah terbiasa dan terbukti

ampuh untuk mengobati hipertensi(Yanita, 2017).

b. Jeruk (Citrus)

Jeruk merupakan tumbuhan yang tumbuh pada ketiak daun yang

memiliki duri dan memiliki jenis dan varietas. Jeruk juga

memiliki arti sebagai buah yang memiliki ciri-ciri tumbuh

dibatang yang memiliki ketinggian 3-10 meter dengan ranting

berduri dan pendek berbentuk paku . Sari buah jeruk

mengandung 40-70 mg vitamin C per ml, tergantung jenis


22

jeruknya. Makin tua buah jeruk umumnya kandungan vitamin C

semakin berkurang, tetapi rasanya semakin manis (Anonim,

2011).

c. Umbi Bawang Putih (Allii Sutivi Bulbi)

Yang terkenal sebagai bumbu masak juga disebut bisa

mencegah atau mengobati tekanan darah tinggi. Ubi berwarna

putih ini mengandung zat allicin. Zat inidi duga dapat

mengganggu terbentuknya kolestrol. Karena kolestrol tidak

terbentuk, pengerasan pembuluh darah dapat dicegah. Dengan

demikian pembuluh darah tetap lentur dan tekanan darah tidak

naik. Bawang putih menjaga pembuluh darah tetap lentur.

(Muhammadun, 2011). Bawang putih (Allium sativum L.)

mempunyai sejumlah khasiat yang sangat bermanfaat bagi

tubuh.Salah satu khasiat bawang putih adalah dapat menurunkan

tekanan darah tinggi. Bawang putih merupakan obat alami

penurun tekanan darah karena bawang putih memiliki senyawa

aktif yang diketahui berpengaruh terhadap ketersediaan ion

untuk kontraksi otot polos pembuluh darah yang berasal dari

kelompok ajoene (Junaedi, dkk, 2013).

d. Herba Sambiloto (Andrographidis Herba)

Sebenarnya dikenal sebagai bahan untuk mengatasi tingginya

kadar gula dalam darah. Namun, dalam penelitian terhadap

darah tinggi ternyata membuahkan hasil positif. Dalam Chines

Medical Journal Dan Journal Of Tongji Medical University


23

diberitakan sari tanaman sambiloto mampu mengatasi

penyempitan pembuluh darah akibat tinggi nya kolestrol darah

atau manipulasi pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah

ini diduga salah satu penyebab meningkatnya tekanan darah.

Kedua jurnal juga menyebutkan, sambiloto dapat mencegah

penyempitan karena kolestrol atau penggumpalan darah atau

sebab lain. Jadi, tanaman ini baik untuk mencegah terjadinya

peningkatan tekanan darah.

e. Herba Mahkota Dewa(Phaleria)

Dengan kemampuan seledri menurunkan kadar kolestrol darah,

pengerasan pembuluh darah tidak terjadi. Kelenturan pembuluh

darah dipertahankan dan tekanan darah tidak menjadi tinggi.

Oleh karena itu, mahkota dewa lebih baik digunakan untuk

mencegah tekanan darah tinggi. buah berwarna merah ini

diketahui mengandung minyak atsiri dan senyawa flavonoid.

f. Buah Blimbing (Averrhoa Bilimbi Folium)

Buah belimbing sangat bermanfaat untuk menurunkan tekanan

darah, karena kandungan serat, kalium, fosfor dan

vitamin C berdasarkan penelitian DASH (Dietary Approaches

To Stop Hypertension) dikatakan untuk menurunkan tekanan

darah sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan yang tinggi

kalium dan serat    (Chaturvedi, 2009). Buah belimbing

memiliki efek diuretik yang dapat memperlancar air seni

sehingga dapat mengurangi beban kerja jantung.Herba Pegagan


24

(Centellae Herba)Sering digunakan terhadap gangguan kognitif,

jantung, tukak, usus, dan luka bakar. Simplisia menunjukan

khasiat kardioprotektif.

g. Rimpang Kunyit (Curcuma Domisticae Rhizoma)

Ekstrak kunyit dan senyawa yang dikandung oleh ar-tumeron

memiliki efek antiagregasiplatelet. Kurkumin yang diisolasi dari

kunyit dapat menurunkan kadar kolesterol darah.

h. Daun Salam (Syzygii Polyanthi Folium)

Secara tradisional daun salam digunakan untuk menurunkan

kadar kolesterol tinggi, kencing manis, diare dan hipertensi,

selain itu rebusan air salam dapat menurunkan jumlah koloni

bakteri Streptococus sp.

i. Akar Gingseng (Ginseng Radix) Gingseng mrah telah digunakan

sebagai obat antihipetensif di korea, gingseng mengandung ACE

inhibitor tradisional enalapril.

j. Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens)

Daun sambung nyawa dipercaya dapat mengobati wasir, namun

pada perkembangan zaman daun wungu juga dapat digunakan

untuk menurunkan hipertensi.

k. Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdarifae Calyx)

Pemberian 500 dan 100 mg/ kg dapat menurunkan kolesterol

tinggi selama 6 minggu.


25

l. Daun Alpokat (Persease Americane Folium)

Secara tradisional daun alpokat dapat digunakan untuk

mengurangi hipertensi, hiperkolesterolemia, serta berbagai anti

inflamasi, dan analgetik.

m. Buah Cabe Jawa (Longi Fructus)

Cabe jawa memiliki efek penghambat agregasi platelet, serta

menurunkan tekanan darah.

n. Akar Pule Pandak (Rauwolfiae Radix)

Akar pule dikonsumsi dalam sediaan untuk menurunkan

hipertensi.

8. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Hipertensi

Menurut Udjianti (2011), maka faktor-faktor yang berhubungan dengan

penyakit hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,

beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini Udjianti (2011),

genetic berhubungan dengan dengan suatu penyakit terpusat pada

ciri-ciri hereditas yang menonjol, dan faktor lingkungan yang

diabaikan, penyakit genetic atau kelainan genetikk adalahg sebuah

kondisi yang disebabkan oleh kelainan suatu atau lebih gen yang

menyebabkan sebuah kondisi fenotipe klinis.

b. Jenis Kelamin dan Usia

Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause

beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Faktor gender


26

berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak

dibandingkan wanita. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cendrung

dapat meningkatkan tekanan darah dibanding wanita. Namun setelah

memasuki menepouse, prevelensi hipertensi pada wanita meningkat

(Depkes, 2009). Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh hormon

estrogen yang dapat melindungi wanita dari penyakit kardiovaskuler.

Kadar hormon ini akan menurun setelah menepouse.

Wanita yang belum mengalami mennopause oleh hormon

estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). Kadar kolestrol HDL yang tinggi merupakan

faktor pelindung dalam encegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek

perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas

wanita pada usia premonopause. Pada premonopause wanita mulai

kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini

melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut

dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuia dengan

umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada umutr

45-55 tahun Udjianti (2011).

Hipertensi(tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) merupakan masalah

yang sering dihadapi oleh penderita geriatrik, dengan pravelansi

mencapai sekitar 60-80%. Di Amerika Serikat, hipertensi diamati

terdapat pada 67% penderita diatas usia 60 tahun atau lebih.


27

c. Diet

Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubunghan dengan berkembangnya hipertensi. Mengkonsumsi

asupan nutrisi dengan kaqndungan garam yang tiunggi dapat

menyebabkan beratnya tekanan sistolik Udjianti (2011). Anjuran

penggurangan garam yang terbaru adalah sampai dibawah 6gram/ hari

(sekitar 1 sendok teh) (Palmer, 2007)

d. Berat Badan atau Obesitas

Kelebihan berat badan atau obesitas berdasasrkan penelitian

memberikan 25% dikaitkan menjadi berkembangnya hipertensi.

Berkaitan dengan tekanan darah, secara umum semakin tinggi berat

badan anda, semakin tinggi pula tekanan darahnya.massa tubuh dapat

dihitung dengan indeks massa tubuh (Body Mass Index, BMI) melalui

pengukuran tinggi badan dan berat badan. Obesitas (kegemukan)

didefinisikan sebagai BMI lebih dari 30 kg/m2 (Palmer, 2007)

Berat Badan (Kg)


IMT =

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

18.4 Kebawah : Berat Badan Kurang

18.5-24.5 : Berat Badan Ideal

25-29.9 : Berat Badan Lebih

30-39.9 : Gemuk

40 Keatas : Sangat Gemuk

i. Gaya Hidup
28

Rokok mengandung nikotin yang dapat meningkatkan denyut

jantung, tekanan darah sistolik dan diastolik. Peningkatan denyut

jantung pada rokok terjadi pada menit pertama merokok dan sesudah

10 menit peningkatan mencapai 30 %. Sedangkan tekan sistolik

meningkat mencapai 10%. Diketahui pula bahwa merokok dapat

meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung melalukan

mekanisme sebagai berikut: pertama, merangsang saraf simpatis untuk

melepaskan nonepinefrin melaui staf adrenergi dan meningkatkan

catecolamin yang dikeluarkan melalui medula adrenal. Kedua,

merangsang chemoreseptor di arteri karotis dan aorta bodies dalam

meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Ketiga, secara

lansung terhadap otot jantung.

Gas co yang dihisap menurunkan kapasitas sel darah merah untuk

mengangkut oksigen. Sehingga sel-sel tubuh akan mati. Di tubuh

perokok, tempat untuk O2ditempati oleh CO , karena kemampuan

darah 200 kali lebih besar untuk mengikat CO ketimbang O2, akibat

otak, jantung dan organ vital tubuh lainnya akan kekurangan oksigen.

Jika jaringan yang kekurangan oksigen adalah otak, maka akan terjadi

stroke (kelumpuhan). Bila yang kekurangan oksigen adalah jantung,

maka akan terjadi serangan jantung. Zat kimia dalam tembakau dapat

merusak lapisan dalam dinding arteri sehingga arteri rentan terhadap

penumpukan plak (Udjianti, 2011)

Minum alkohol terlalu banyak dapat menyebabkan tekanan darah

dan resiko komplikasi kardiovaskuler. Panduan terbaru dinggris


29

menyarankan agar pria dengan tekanan darah tinggi membatasi

konsumsi alkohol tidak lebih dari 21 unit per minggu (sekitar10 pint

bir berkadar alkohol sedang atau ringan per minggu, dan wanita tidak

lebih dari 14 unit per minggu (Palmer, 2007)

B. Lansia

1. Pengertian

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia

tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-

anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan

perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi

pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap

perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses

alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang

akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa

hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang akan mengalami

kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011).

2. Batasan Lanjut Usia

Batas usia menurut WHO meliputi (Ratnawati, 2014)

a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.

b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.

c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.

d) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.


30

Batasan lanjut usia menurut pendapat beberapa ahli adalah, bahwa yang

disebut sebagai lanjut usia adalah orang yang telah berusia 60 tahun

keatas Azizah (2011).

C. Progressiv Muscle Relaxation

1. Definisi

PMR adalah salah satu dari teknik relaksasi yang paling mudah

dan sederhana yang sudah digunakan secara luas.(Syarif, Hilman;

Putra, 2014).PMR merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan

relaksasi pada otot melalui dua langkah. Langkah pertama adalah

dengan memberikan tegangan pada suatu kelompok otot, dan

kedua dengan menghentikan tegangan tersebut kemudian

memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot tersebut menjadi

relaks, merasakan sensasi relaks secara fisik dan tegangannya

menghilang.

2. Tujuan

a. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan

punggung.

b. Menurunkan tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju

metabolisme.

c. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien

sadar dan tidak memfokuskan perhatian serta relaks.

d. Meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi.


31

e. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress.

f. Menurunkan tekanan darah tinggi

g. Mengatasi insomnia

h. Membangun emosi positif dari emosi negative.

3. Indikasi

a. Cemas

b. Gangguan tidur (insomnia)

c. Meningkatkan kontrol diri (misalnya pada perilaku kekerasan)

d. Hipertensi (penurunan tekanan darah)

e. Kontrol nyeri

D. Diagnosa Keperawatan Hipertensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan Hasi


DX
1 Resiko tinggi terhadap Afterload tidak 1. Pantau TD, ukur pada Berpartisipasi dalam
penurunan curah jantung meningkat, tidak terjadi kedua tangan, gunakan aktivitas yang
berhubungan dengan vasokonstriksi, tidak manset dan tehnik yang menurunkan TD,
peningkatan afterload, terjadi iskemia miokard. tepat. mempertahankan TD
vasokonstriksi, iskemia 2. Catat keberadaan, dalam rentang yang
miokard, hipertropi kualitas denyutan dapat diterima,
ventricular. sentral dan perifer. memperlihatkan irama
3. Auskultasi tonus dan frekuensi jantung
jantung dan bunyi stabil.
napas.
4. Amati warna kulit,
kelembaban, suhu dan
masa pengisian kapiler.
5. Catat edema umum.
6. Berikan lingkungan
tenang, nyaman,
kurangi aktivitas.
32

7. Pertahankan
pembatasan aktivitas
seperti istirahat
ditemapt tidur/kursi.
8. Bantu melakukan
aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan.
9. Lakukan tindakan yang
nyaman spt pijatan
punggung dan leher.
10. Anjurkan tehnik
relaksasi, panduan
imajinasi, aktivitas
pengalihan.
11. Pantau respon terhadap
obat untuk mengontrol
tekanan darah.
12. Berikan pembatasan
cairan dan diit natrium
sesuai indikasi.
13. Kolaborasi untuk
pemberian obat-obatan
sesuai indikasi.
2 Nyeri (sakit kepala) Tekanan vaskuler 1. Pertahankan tirah Pasien mengungkapkan
berhubungan dengan serebral tidak meningkat baring, lingkungan tidak adanya sakit kepala
peningkatan tekanan yang tenang, sedikit dan tampak nyaman.
vaskuler serebral. penerangan.
2. Minimalkan gangguan
lingkungan dan
rangsangan.
3. Batasi aktivitas.
4. Hindari merokok atau
menggunkan
penggunaan nikotin.
5. Beri obat analgesia dan
sedasi sesuai pesanan.
Beri tindakan yang
menyenangkan sesuai
indikasi seperti kompres es,
posisi nyaman, tehnik
relaksasi, bimbingan
imajinasi, hindari konstipasi
3 Intoleransi aktivitas 1. Setelah diberikan 1. Kaji tingkat Menunjukkan toleransi
berhubungan dengan perawatan pasien kemampuan pasien aktivitas, yang
ketidakberdayaan fisik akan menunjukkan: untuk berpindah dari dibuktikan oleh indicator
2.  Mentoleransi tempat tidur, berdiri, sebagai berikut:
aktivitas yang bisasa ambulasi, dan a. Gangguan
dilakukan, yang melakukan ADL eksterm
dibuktikan oleh 2. Kaji respon emosi, b. Berat
toleransi aktivitas, sosial dan spiritual c. Sedang
ketahanan, terhadap aktivitas d. Ringan
penghematan 3. Evaluasi motivasi dan e. Tidak ada
energy, kebugaran keinginan pasien untuk gangguan
fisik, energy meningkatkan aktivitas
psikomotorik, dan Manajemen energy
perawatan diri, (NIC):
ADL. 4. Tentukan penyebab
33

keletihan
5. Pantau respon
kardiorespiratori
terhadap aktivitas
6.  Pantau respon oksigen
pasien terhadap
aktivitas
7. Pantau respon nutrisi
untuk memastikan
sumber-sumber energy
yang adekuat
8. Pantau dan
dokumentasikan pola
tidur pasien dan
lamanya waktu tidur
dalam jam

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

A. Data Dasar

1. Data Klien

Nama : Ny. T

Umur : 67 tahun

Jeniskelamin : Perempuan

Alamat : Lampung Utara

Suku : Jawa

Agama :Islam

Pendidikan : SD
34

Tanggal Pengkajian/Jam :

Diagnosa : Hipertensi

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan

Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh lemas sudah 3 hari

yang lalu, klien mengeluh nyeri kepala sampai kebagian leher,

nyeri di rasakan sewaktu-waktu dengan skalan yeri 7. TD : 160/

110 mmHg, N : 96x/m, RR: 22x/m, S : 36,8ºC.

b. Keluhan utama saat pengkajian

Lemas sudah 5 hari yang lalu

c. Riwayat Penyakit Saat ini

Saat di lakukan pengkajian , klien mengatakan lemas sudah 3 hari

yang lalu, klien mengatakan merasa pusing, klien mengatakan

letih dan lemas, klien mengatakan nyeri kepala, nyerinya sewaktu-

waktu, nyeri dirasakan sampai kebagian leher belakang, skala

nyeri 6. Klien mengatakan nyeri kepala membuat sulit tidur pada

malam hari, dan sering terbangun karena nyeri kepala datang,

klien merasa cemas akan penyakitnya, tidak mampu melakukan

aktivitas diruma, klien tidur hanya 4-5jam/hari, klien mengatakan

j a r a n g tidur siang, . TD : 180/ 110 mmHg, N : 98x/m, RR:

26x/m, S : 36,7º C.

d. Penyakit yang pernahdiderita

Klien mengatakan sudah lama menderita hipertensi, akan tetapi

sering melakukan pengobatan baik di Puskesmas ataupun Rumah


35

Sakit.

e. Diagnosa Medis

Hipertensi

f. Riwayat pengobatan

Klien mengatakan tidak mengonsumsi obat-obatan untuk saat ini.

g. Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan didalam keluarga ada yang menderita sakit

hipertensi yaitu ayah klien

h. Bagan Genogram :

Kerangan :

: Laki-laki : Tinggal Serumah

: Perempuan : : Garis Perkawinan


36

: Meninnggal : Garis Keturunan

: Klien

i. Alergi

Klien tidak memiliki obat-obatan, makanan ataupun alergi pada

lingkungan seperti debu, cuaca, asap, ataupun yang lainnya.

j. Riwayat Transfusi Darah

k. Klien mengatakan tidak pernah melakukan transfusi darah.

l. Riwayat Merokok

Klien mengatakan tidak pernah merokok.

m.Riwayat Minuman keras

Klien mengatakan tidak pernah minum-minuman keras.

n. Riwayat Operasi

Klien mengatakan tidak pernah menjalani tindakan operasi.

3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

GCS : 15 E: 4 V: 5 M: 6

TTV : TD : 180/ 110 mmHg

,N : 98x/m

RR : 26x/m,

S : 36,7º C

BB : 64 Kg TB: 163 Cm
37

a. B1 : Breathing : Pernapasan

I :RR: 26 x/m, pola napas sedikit cepat, pengkajian dinding dada

antara kanan dan kiri simetris. Klien tidak menggunakan otot

bantu pernapasan, tidak terpasang alatbantu pernapasan.

P : Tidak terdapat nyeri tekan.

P : Sonor diseluruh lapang paru.

A :Suara napas vesikuler, tidak terdengar suara wheezing ataupun

ronkhi.

b. B2 : Bleeding, kardiovaskuler

I : Ichis cordis tidak teraba, tidak terlihat sianosis. Pergerakandada

kanan dan kiri simetris, tidak ada oedema, tidak ada clubbing

finger. Konjungtiva ananemis.

P : Ichis cordis tidak teraba. Tidak ada nyeri tekan, tidak ada

oedema, tidak ada pembesaran vena jugularis, CRT 2 detik,

denyut nadi

P : Batas jantung kanan atas ICS II linea para nernalis dextra, batas

jantung kanan bawah ICS IV linea para skrenalis dexstra. Batas

jantung sinistra atas ICS II linea para streinalis, batas jantung

sinistra bawah ICS IV linea mid clavicularis sinistra.

A : S1/S2 Tunggal lup dup, irama jantung reguler, N : 100x/m.

c. B3 : Brain : persyarafan

o Nervus I ( Olfaktorius )

Klien masih memiliki penciuman yang baik, klien dapat

membedakan wangi makanan yang berbeda dengan mata tertutup.


38

o Nervus II ( Optikus )

Fungsi pengelihatan klien baik, klien mengatakan belum

mengalami masalah pengelihatannya.

o Nervus III ( Okulomotorius )

Reflek pupil mengecil sama besar pada saat terkena cahaya, klien

dapat menggerakkan bola mata keatas.

o Nervus IV ( Troklearis )

Klien dapat menggerakkan bola matanya ke segala arah.

o Nervus V ( Trigeminus )

Klien dapat merasakan sensasi nyeri.

o Nervus VI ( Abdusen )

Klien dapat menggerakkan matanya ke kanan dan ke kiri.

o Nervus VII ( Facial )

Klien dapat menutup kedua matanya, menggerakkan alis dan dahi,

klien dapat tersenyum, meringis menahan nyeri.

o Nervus VIII ( Verstibulokoklearis)

Fungsi pendengaran klien baik, klien dapat menjawab pertanyaan

perawat tanpa di ulang.

o Nervus IX ( Glosofaringeus )

Klien dapat membedakan sensasi rasa asam dan manis.

o Nervus X ( Vagus )

Klien tidak ada gangguan reflek menelan.

o Nervus XI ( Asesoris )
39

Leher klien dapat di gerakkan kesegala arah, seperti yang di

instruksikan oleh perawat.

o Nervus XII

Klien dapat menggerakkan dan menjulurkan lidah, tidak ada

peningkatan TIK.

o Pengelihatan ( mata ) :

Pada saat pengkajian mata pasien simetris antara kanan dan kiri,

pupil anisokor. Pengelihatan normal konjungtiva ananemis, sklera

aniterik, lingkar mata pasien terlihat hitam.

o Pendengaran ( telinga ):

Pada saat pengkajian keadaan telinga pasien bersih, bentuk telinga

simetris.Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran.

o Penciuman ( hidung ) :

Pada saat pengkajian hidung pasien simetris tidak ada masalah

gangguan penciumandan sekret.

o Pola tidur :

Pada saat pengkajian klien mengatakan pola tidur nya tidak normal

dan sering terbangun karena nyeri. Istirahat atau tidur sebelum sakit

8 jam untuk malam hari dan 1 jam untuk tidur siang. Saat sakit

pasien tidur 4-5 jam pada malam hari dan tidak tidur siang.

d. B4. Bledder : Perkemihan

Keadaan genitalia klien bersih, jumlah urin 1000 cc/ hari, berwarna

kuning jernih dan berbau khas.


40

e. B5. Bowel : Pencernaan

I : Keadaan mulut klien bersih, mukosa bibir kering, tidak ada nyeri

tekan dan tidak ada pembesaran tonsil. Nafsu makan klien normal

2-3x/hari. Tidak terdapat asites pada abdomen.

A : Bising usus 12 x/mnt.

P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada asites, tidak ada pembesaran

hepar, tidak ada pembesaran limpa.

P : Terdengar suara thympani di seluruh lapang abdomen.

f. B6 : Bone and Muskuloskeletal, Integumen

Klien tidak mengalami keterbatasan pergerakan sendi, tidak ada

fraktur, tidak terdapat dekubitus, tidak ada luka ganggren, turgor

kulit baik, warna kulit pucat, akral hangat, klien tidak

menggunakan alat bantu seperti traksi ataupun gips, klien tonus

otot klien

g. Endokrin

Klien tidak mengalami pembesaran tiroid, tidak ada napas berbau

keton, tidak ada tanda-tanda peningkatan gula darah, tidak terdapat

luka ganggren.

h. Psiko-sosial-spiritual

Klien sangat menerima proses penyakit yang dialami, klien hanya

berserah diri kepada Tuhan atas ujian yang diberikan. Klien berharap

akan segera diberi kesembuhan atas penyakitnya. Orang terdekat klien

saat ini adalah suami dan anak klien yang selalu mensupport klien

dalam keadaan apapun, hubungan klien dengan suami sangat baik.


41

i. Pemeriksaan penunjang dan terapi

Tidak ada

B. Data Fokus

1. Data Subjektif

a. Klien mengatakan nyeri kepala bagian belakang menyebar sampai ke

leher

b. Klien mengatakan nyeri hilang timbul

c. Klien mengatakan nyeri dirasakan sampai ke bagian leher

d. Klien mengatakan nyeri seperti ditekan oleh benda berat

e. Klien mengatakan nyeri kepala bertambah saat klien beraktivitas

f. Klien tidak mampu beraktivitas dengan baik

g. Klien mengatakan nyeri kepala membuat sulit tidur pada malam hari,

dan sering terbangun karena nyeri kepala datang

h. Klien mengatakan tidur hanya 4-5 jam/hari

i. Klien mengatakan tidak tidur siang

j. Klien mengatakan pusing

k. Klien mengatakan mual

l. Klien mengatakan lemas

2. Data Objektif

a. Keadaan umun klien lemah

b. Klien tampak menahan nyeri

c. Skala nyeri 6
42

d. Klien tampak gelisah

e. Klien tampak sesekali memegangi tengguk dan memukul-muukul

kepala

f. CRT 2 detik

g. Klien tampak lemah

h. lingkar mata klien tampak hitam

i. TD : 180/ 110 mmHg, N : 98x/m, RR: 26x/m, S : 36,7ºC

C. Analisa Data

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Resiko tinggi terhadap Peningkatan
- Klien mengatakan pusing penurunan curah jantung Afterload
- Klien mengatakan lemas
- Klien mengatakan nyeri
dirasakan sampai ke bagian
leher
- Klien Mengatakan baru
memeriksakan tekanan darah,
dan tekanan darah cenderung
tinggi
DO :
- Keadaan umun klien lemah
- Klien tampak menahan nyeri
- Skala nyeri 7
- CRT 2 detik
- RR: 26x/ menit
- TD : 180/110 mmHg
- Nadi : 98x/menit
- Suhu : 36,7ºC
2. DS : Peningkatan tekanan Gangguan rasa
- Klien mengatakan nyeri kepala vaskuler serebral nyaman: Nyeri
bagian belakang menyebar
sampai ke leher
- Klien mengatakan nyeri hilang
timbul
- Klien mengatakan nyeri
dirasakan sampai ke bagian
leher
- Klien mengatakan nyeri seperti
tertusuk-tusuk
- Klien mengatakan nyeri kepala
bertambah saat klien beraktivitas
seperti berjalan, berkurang saat
beristirahat dan melakukan
relaksasi napas dalam
DO :
- Keadaan umun klien lemah
43

- Klien tampak menahan nyeri


- Skala nyeri 6
- CRT 2 detik
- RR: 26x/ menit
- TD : 180/110 mmHg
- Nadi : 98x/menit
- Suhu : 36,7ºC
3. DS: Intoleransi aktivitas Ketidakberdayaan
- Klien mengatakan nyeri kepala fisik
membuat sulit tidur pada malam
hari, dan sering terbangun
karena nyeri kepala datang
- Klien mengatakan tidur hanya 5
jam/hari
- Klien mengatakan tidak tidur
siang
- Klien tidak mampu melakukan
aktivias dengan baik
- Klien tidak mampu untuk
melakukan aktivitas pribadi
DO:
- Klien tampak lemah
- Akitivitas klien dibantu oleh
keluarga (anak dan suami)
- Klien nampak berbaring dan
tidak melakukan aktivitas
- RR: 26x/ menit
- TD : 180/110 mmHg
- Nadi : 98x/menit
- Suhu : 36,7ºC

E. Prioritas Masalah Keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload.

2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik

F. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NIC NOC


1 Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan - Memantau tekanan darah
penurunan curah jantung tindakan keperawatan - Mencatat keberadaan,
berhubungan dengan selama 7 hari diharapkan kualitas denyutan sentral dan
peningkatan afterload, tekanan darah kembali perifer.
vasokonstriksi, iskemia normal kriteria hasil : - Melakukan auskultasi tonus
miokard, hipertropi - Klien mengatakan nyeri jantung dan bunyi napas.
ventricular. kepala berkurang - Mengamati warna kulit,
44

- Klien tampak nyaman kelembaban, suhu dan masa


- TTV klien dalam batas pengisian kapiler.
normal - Mencatat edema umum
- Berikan lingkungan tenang,
(TD: 130-150/80-90 nyaman, kurangi aktivitas.
mmHg, Nadi: 80-100 - Pertahankan pembatasan
x/mnt, RR: 16-24 x/mnt, aktivitas seperti istirahat
S: 36,5-37,5ºC) ditempat tidur/kursi
- Bantu melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai
kebutuhan
- Lakukan tindakan yang
nyaman spt pijatan punggung
dan leher
- Anjurkan tehnik relaksasi,
panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan.
- Pantau respon terhadap obat
untuk mengontrol tekanan
darah
- Berikan pembatasan cairan
dan diet natrium sesuai
indikasi.
2 Gangguan rasa nyaman: Setelah dilakukan - Kaji Tanda-tanda vital
nyeri berhubungan dengan tindakan keperawatan - Kaji skala nyeri
Peningkatan tekanan selama 7 hari diharapkan - Pertahankan tirah baring
vaskuler serebral tekanan askuler serebral - Batasi aktivitas
tidak meningkat dengan - Berikan posisi nyaman
kriteria hasil : - Anjurkan teknik relaksasi
- Klien mengatakan nyeri napas dalam
kepala berkurang - Berikan informasi tentang
- Klien tampak nyaman informasi nyeri seperti
- TTV klien dalam batas penyebab, berapa lama nyeri
normal akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
(TD: 130-150/80-90 prosedur
mmHg, Nadi: 80-100 - Ajarkan terapi
x/mnt, RR: 16-24 x/mnt, nonfarmakologi untuk
S: 36,5-37,5ºC) menurunkan tekanan darah
yaitu pemberian rebusan
seledri (Arie, Muntamah &
Trimawati, 2014)

3 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan - Kaji tingkat kemampuan


berhubungan dengan perawatan pasien akan pasien untuk berpindah dari
ketidakberdayaan fisik menunjukkan: tempat tidur, berdiri,
i. Mentoleransi ambulasi, dan melakukan
aktivitas yang bisasa ADL
dilakukan, yang - Kaji respon emosi, sosial
dibuktikan oleh dan spiritual terhadap
toleransi aktivitas, aktivitas
ketahanan, - Evaluasi motivasi dan
penghematan keinginan pasien untuk
energy, kebugaran meningkatkan aktivitas
fisik, energy Manajemen energy (NIC):
psikomotorik, dan - Tentukan penyebab
perawatan diri, keletihan
45

ADL. - Pantau respon


kardiorespiratori terhadap
aktivitas
-  Pantau respon oksigen
pasien terhadap aktivitas
- Pantau respon nutrisi untuk
memastikan sumber-sumber
energy yang adekuat
- Pantau dan dokumentasikan
pola tidur pasien dan
lamanya waktu tidur dalam
jam

G. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Implementasi Hari Ke-1

No Hari/ Diagnosa Implementasi Paraf Evaluasi


Tanggal
1 Resiko tinggi - Memantau tekanan S:
terhadap darah -Klien mengatakan
penurunan curah - Mencatat keberadaan, pusing, lemas dan tak
jantung kualitas denyutan berdaya
berhubungan sentral dan perifer. -Klien mengatakan nyeri
dengan - Melakukan auskultasi dibagian tengkuk keala
peningkatan tonus jantung dan bunyi hingga telinga.
afterload, napas. -Klien tidak mampu
vasokonstriksi, - Mengamati warna kulit, melakukan aktivitas
iskemia miokard, kelembaban, suhu dan sehari-hari
hipertropi masa pengisian kapiler. O:
ventricular. - Mencatat edema umum - Keadaan umun klien
- Berikan lingkungan lemah
tenang, nyaman, kurangi - Klien tampak gelisah
aktivitas. dan tidak bisa tidur
- Pertahankan - Sesekali klien mual
pembatasan aktivitas akibat nyeri kepala
seperti istirahat ditempat - CRT 2 detik
tidur/kursi - RR: 26 x/ menit
- Bantu melakukan - TD : 180/110 mmHg
aktivitas perawatan diri - Nadi : 98x/menit
sesuai kebutuhan - Suhu : 36,7ºc
- Lakukan tindakan yang A: Masalah belum
nyaman spt pijatan teratasi
punggung dan leher P : Lanjutkan Intervensi
- Anjurkan tehnik - Pertahankan tirah
relaksasi, panduan baring
imajinasi, aktivitas - Batasi aktivitas
pengalihan. - Berikan posisi
- Pantau respon terhadap nyaman
obat untuk mengontrol - Suhu : 36,5ºc
tekanan darah - Memantau tekanan
- Berikan pembatasan darah
cairan dan diet natrium - Mencatat keberadaan,
46

sesuai indikasi. kualitas denyutan


sentral dan perifer.
- Mengajarkan
pembuatan air rebusan
daun alpukat
(Arie, Muntamah &
Trimawati, 2014)

2 Gangguan rasa - Mengkaji skala nyeri S:


nyaman: nyeri - Mempertahankan tirah - Klien mengatakan
berhubungan baring nyeri kepala bagian
dengan - Membatasi aktivitas belakang menyebar
Peningkatan - Memberikan posisi sampai ke leher
tekanan vaskuler nyaman - Klien mengatakan
serebral - Menganjurkan teknik nyeri hilang timbul
relaksasi napas dalam - Klien mengatakan
- Memberikan informasi nyeri dirasakan
tentang informasi nyeri sampai ke bagian
seperti penyebab, leher
berapa lama nyeri akan - Klien mengatakan
berkurang dan nyeri seperti
antisipasi tertusuk-tusuk
ketidaknyamanan dari - Klien mengatakan
prosedur nyeri kepala
- Mengajarkan terapi bertambah saat klien
nonfarmakologi untuk beraktivitas seperti
menurunkan tekanan berjalan, berkurang
darah yaitu pemberian saat beristirahat dan
massase effluarage melakukan relaksasi
(Arie, Muntamah & napas dalam ± 20
Trimawati, 2014) menit
- Klien dibantu oleh
keluarga membuat
air rebusan daun
alpukat
O:
- Keadaan umun klien
lemah
- Klien tampak
menahan nyeri
- Klien sesekali
bergumam, dan
berdesis
- Skala nyeri 6
- CRT 2 detik
- RR: 26 x/ menit
- TD : 180/110
mmHg
- Nadi : 98x/menit
- Suhu : 36,7ºc
A: Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Kaji Tanda-tanda
vital
- Kaji skala nyeri
- Pertahankan tirah
baring
47

- Batasi aktivitas
- Berikan posisi
nyaman
- Anjurkan teknik
relaksasi napas
dalam
- Berikan informasi
tentang informasi
nyeri seperti
penyebab, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
- Ajarkan terapi
nonfarmakologi
untuk menurunkan
tekanan darah yaitu
penerapan PMR
(Arie, Muntamah &
Trimawati, 2014)

3 Intoleransi2.G.1.1.1Kaji tingkat kemampuan S:


aktivitas pasien untuk - Klien mengatakan
berhubungan berpindah dari tempat tidak dapat
dengan tidur, berdiri, melakukan kegiatan
ketidakberdayaan ambulasi, dan sehari-hari
fisik melakukan ADL - Klien tidak mampu
2.G.1.1.2Kaji respon emosi, sosial melakukan aktivitas
dan spiritual terhadap rumah
aktivitas - Klien tidak mampu
2.G.1.1.3Evaluasi motivasi dan berpindah dari
keinginan pasien tempat tidur
untuk meningkatkan - Klien hanya tidur 4
aktivitas Manajemen jam
energy (NIC):
1. Tentukan O:
penyebab - Klien tampak lemah
keletihan - lingkar mata klien
2. Pantau respon tampak hitam
kardiorespirato - kegiataan klien
ri terhadap dibantu oleh
aktivitas keluarga, seperti
3. Pantau respon mandi dan BAK
oksigen pasien - RR: 26 x/ menit
terhadap - TD : 180/110
aktivitas mmHg
4. Pantau respon - Nadi : 98x/menit
nutrisi untuk - Suhu : 36,7ºc
memastikan A : Masalah Belum
sumber-sumber teratasi
energy yang P : Lanjutkan Intervensi
adekuat - Kaji tanda-tanda
5. Pantau dan vital
dokumentasika - Kaji pola tidur
n pola tidur - Kaji masalah
pasien dan gangguan
48

lamanya waktu - Ajurnkan latihan


tidur dalam fisik seperti
jam peregangan otot.
- Catat aktivitas
sehari-hari yang n
oleh klien
Implementasi Hari Ke-2

No Hari/ Diagnosa Implementasi Paraf Evaluasi


Tanggal
1 Resiko tinggi  Memantau tekanan S:
terhadap darah  Klien
penurunan curah  Mencatat mengatakan
jantung keberadaan, kualitas pusing, lemas
berhubungan denyutan sentral dan dan tak berdaya
dengan perifer.  Klien
peningkatan  Melakukan mengatakan
afterload, auskultasi tonus nyeri dibagian
vasokonstriksi, jantung dan bunyi tengkuk keala
iskemia miokard, napas. hingga telinga.
hipertropi  Mengamati warna  Klien tidak
ventricular. kulit, kelembaban, mampu
suhu dan masa melakukan
pengisian kapiler. aktivitas sehari-
 Mencatat edema hari
umum O:
 Berikan lingkungan - Keadaan umun
tenang, nyaman, klien lemah
kurangi aktivitas. - Klien tampak
 Pertahankan gelisah dan
pembatasan aktivitas tidak bisa tidur
seperti istirahat - Klien nampak
ditempat tidur/kursi pucat
 Bantu melakukan - Sesekali klien
aktivitas perawatan mual akibat
diri sesuai nyeri kepala
kebutuhan - CRT 2 detik
 Lakukan tindakan - TD : 170/110
yang nyaman spt mmHg,
pijatan punggung - Nadi
dan leher 92x/menit,
 Anjurkan tehnik - RR : 22
relaksasi, panduan x/Menit
imajinasi, aktivitas - Suhu 36,2OC
pengalihan. A: Masalah belum
 Pantau respon teratasi
terhadap obat untuk P : Lanjutkan
mengontrol tekanan Intervensi
darah - Pertahankan tirah
 Berikan pembatasan baring
cairan dan diet - Batasi aktivitas
natrium sesuai - Berikan posisi
indikasi. nyaman
- Suhu : 36,5ºc
- Memantau tekanan
darah
- Mencatat
49

keberadaan, kualitas
denyutan sentral
dan perifer.
- Mengajarkan
melakukan teknik
PMR
(Arie, Muntamah &
Trimawati, 2014)

2 Gangguan rasa  Mengkaji skala nyeri S:


nyaman: nyeri  Mempertahankan tirah  Klien
berhubungan baring mengatakan
dengan  Membatasi aktivitas nyeri kepala
Peningkatan  Memberikan posisi bagian belakang
tekanan vaskuler nyaman menyebar
serebral  Menganjurkan teknik sampai ke leher
relaksasi napas dalam  Klien
 Memberikan informasi mengatakan
tentang informasi nyeri hilang
nyeri seperti timbul
penyebab, berapa  Klien
lama nyeri akan mengatakan
berkurang dan nyeri dirasakan
antisipasi sampai ke
ketidaknyamanan dari bagian leher
prosedur  Klien
 Mengajarkan terapi mengatakan
nonfarmakologi nyeri seperti
untuk menurunkan tertusuk-tusuk
tekanan darah yaitu  Klien
pemberian massase mengatakan
effluarage (Arie, nyeri kepala
Muntamah & bertambah saat
Trimawati, 2014) klien
beraktivitas
seperti berjalan,
berkurang saat
beristirahat dan
melakukan
relaksasi napas
dalam ± 20
menit
 Klien dibantu
oleh keluarga
melakukan
PMR
O:
 Keadaan
umun klien
lemah
 Klien tampak
menahan
nyeri.
 Klien tampak
sesekali
memgangi
tengkuk, dan
meringis
50

hingga
menagis
 Skala nyeri 6
 CRT 2 detik
- TD : 170/110
mmHg,
- Nadi
92x/menit,
- RR : 22
x/Menit
- Suhu 36,2OC
A: Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
Intervensi
 Kaji Tanda-
tanda vital
 Kaji skala nyeri
 Pertahankan
tirah baring
 Batasi aktivitas
 Berikan posisi
nyaman
 Anjurkan teknik
relaksasi napas
dalam
 Berikan
informasi
tentang
informasi nyeri
seperti
penyebab,
berapa lama
nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamana
n dari prosedur
 Ajarkan terapi
nonfarmakologi
untuk
menurunkan
tekanan darah
yaitu penerapan
PMR. (Arie,
Muntamah &
Trimawati,
2014)

3 Intoleransi - Kaji tingkat S:


aktivitas kemampuan pasien - Klien mengatakan
berhubungan untuk berpindah dari tidak dapat
dengan tempat tidur, berdiri, melakukan
ketidakberdayaan ambulasi, dan kegiatan sehari-
fisik melakukan ADL hari
- Kaji respon emosi, - Klien tidak mampu
sosial dan spiritual melakukan
terhadap aktivitas aktivitas rumah
51

- Evaluasi motivasi dan - Klien tidak mampu


keinginan pasien berpindah dari
untuk meningkatkan tempat tidur
aktivitas Manajemen - Klien hanya tidur
energy (NIC): 4-5 jam
1. Tentukan
penyebab
keletihan O:
2. Pantau respon - Klien tampak
kardiorespiratori lemah
terhadap aktivitas - lingkar mata klien
3. Pantau respon tampak hitam
oksigen pasien - kegiataan klien
terhadap aktivitas dibantu oleh
4. Pantau respon keluarga, seperti
nutrisi untuk mandi dan BAK
memastikan - TD : 170/110
sumber-sumber mmHg,
energy yang - Nadi
adekuat 92x/menit,
5. Pantau dan - RR : 22
dokumentasikan x/Menit
pola tidur pasien - Suhu 36,2OC
dan lamanya A : Masalah Belum
waktu tidur teratasi
dalam jam P : Lanjutkan
Intervensi
- Kaji tanda-tanda
vital
- Kaji pola tidur
- Kaji masalah
gangguan
- Ajurnkan latihan
fisik seperti
peregangan otot.
- Catat aktivitas
sehari-hari yang
n oleh klien
Implementasi Hari Ke-3

No Hari/ Diagnosa Implementasi Paraf Evaluasi


Tanggal
1 Resiko tinggi  Memantau S:
terhadap penurunan tekanan darah  Klien
curah jantung  Mencatat mengatakan
berhubungan keberadaan, pusing, lemas
dengan kualitas denyutan dan tak
peningkatan sentral dan perifer. berdaya
afterload,  Melakukan  Klien
vasokonstriksi, auskultasi tonus mengatakan
iskemia miokard, jantung dan bunyi nyeri dibagian
hipertropi napas. tengkuk keala
ventricular.  Mengamati warna hingga telinga.
kulit, kelembaban,  Klien tidak
suhu dan masa mampu
pengisian kapiler. melakukan
 Mencatat edema aktivitas
52

umum sehari-hari
 Berikan O:
lingkungan - Keadaan
tenang, nyaman, umun klien
kurangi aktivitas. lemah
 Pertahankan - Klien tampak
pembatasan gelisah dan
aktivitas seperti tidak bisa
istirahat ditempat tidur
tidur/kursi - Klien nampak
 Bantu melakukan pucat
aktivitas - Sesekali klien
perawatan diri mual akibat
sesuai kebutuhan nyeri kepala
 Lakukan tindakan - CRT 2 detik
yang nyaman spt - TD 160/110
pijatan punggung mmHg,
dan leher - Nadi 92
 Anjurkan tehnik x/menit
relaksasi, panduan - RR 22 x/menit
imajinasi, aktivitas - Suhu 37,2OC
pengalihan. A: Masalah belum
 Pantau respon teratasi
terhadap obat P : Lanjutkan
untuk mengontrol Intervensi
tekanan darah - Pertahankan tirah
 Berikan baring
pembatasan cairan - Batasi aktivitas
dan diet natrium - Berikan posisi
sesuai indikasi. nyaman
- Suhu : 36,5ºc
- Memantau tekanan
darah
- Mencatat
keberadaan,
kualitas denyutan
sentral dan perifer.
- Melakukan terapi
PMR
(Arie, Muntamah &
Trimawati, 2014)

2 Gangguan rasa  Mengkaji skala nyeri S:


nyaman: nyeri  Mempertahankan tirah  Klien
berhubungan baring mengatakan
dengan  Membatasi aktivitas nyeri kepala
Peningkatan  Memberikan posisi bagian
tekanan vaskuler nyaman belakang
serebral  Menganjurkan teknik menyebar
relaksasi napas sampai ke leher
dalam  Klien
 Memberikan informasi mengatakan
tentang informasi nyeri hilang
nyeri seperti timbul
penyebab, berapa  Klien
lama nyeri akan mengatakan
berkurang dan nyeri dirasakan
antisipasi sampai ke
53

ketidaknyamanan bagian leher


dari prosedur  Klien
 Mengajarkan terapi mengatakan
nonfarmakologi nyeri seperti
untuk menurunkan tertusuk-tusuk
tekanan darah yaitu  Klien
pemberian massase mengatakan
effluarage (Arie, nyeri kepala
Muntamah & bertambah saat
Trimawati, 2014) klien
beraktivitas
seperti
berjalan,
berkurang saat
beristirahat dan
melakukan
relaksasi napas
dalam ± 20
menit
 Klien dibantu
oleh keluarga
melakukan
teknik PMR
O:
 Keadaan umun
klien lemah
 Klien tampak
menahan nyeri
 Klien nampak
menahan nyeri
dan sesekali
meringis
 Skala nyeri 6
 CRT 2 detik
- TD 160/110
mmHg,
- Nadi 92
x/menit
- RR 22 x/menit
 Suhu 37,2OC
A: Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
Intervensi
 Kaji Tanda-
tanda vital
 Kaji skala
nyeri
 Pertahankan
tirah baring
 Batasi aktivitas
 Berikan posisi
nyaman
 Anjurkan
teknik
relaksasi napas
dalam
 Berikan
54

informasi
tentang
informasi nyeri
seperti
penyebab,
berapa lama
nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyaman
an dari
prosedur

3 Intoleransi aktivitas - Kaji tingkat S:


berhubungan kemampuan pasien - Klien
dengan untuk berpindah dari mengatakan
ketidakberdayaan tempat tidur, berdiri, sudah mampu
fisik ambulasi, dan berpindah dari
melakukan ADL tempat tidur
- Kaji respon emosi, untuk duduk
sosial dan spiritual ditepi tempat
terhadap aktivitas tidur
- Evaluasi motivasi - Klien sudah
dan keinginan pasien mampu untuk
untuk meningkatkan mandi dan BAK
aktivitas Manajemen secara mandiri
energy (NIC): - Klien hanya tidur
1. Tentukan 5 jam
penyebab O:
keletihan - Klien tampak
2. Pantau respon lebih sedikit
kardiorespirat bertenaga
ori terhadap - lingkar mata
aktivita klien tampak
3. Pantau respon hitam
oksigen - Klien mampu
pasien mandi dan BAK
terhadap secara mandiri
aktivita - TD 160/110
4. Pantau respon mmHg,
nutrisi untuk - Nadi 92
memastikan x/menit
sumber- - RR 22 x/menit
sumber - Suhu 37,2OC
energy yang A : Masalah Sedikit
adekuat teratasi
5. Pantau dan P : Lanjutkan
dokumentasik Intervensi
an pola tidur - Kaji tanda-tanda
pasien dan vital
lamanya - Kaji pola tidur
waktu tidur - Kaji masalah
dalam jam gangguan
- Ajurnkan
latihan fisik
seperti
peregangan otot.
- Catat aktivitas
55

sehari-hari yang
n oleh klien

Anda mungkin juga menyukai