Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PELAYANAN INFORMASI OBAT HIPERTENSI

DI APOTEK HAUR KONENG

Jl Jamanis KM 17 Tasikmalaya

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh

Uji Komprehensif Praktik Kerja Lapangan Tahun Pelajaran 2021/2022

Di susun oleh:

RISKA MEGA AULIA

NISN.10195095

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

SMK ISLAMIYAH CIAWI

Jl. Pesantren Kiarakuda Ciawi Tasikmalaya Telp. (0265) 453 174

Jawa Barat 2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatNya yang menyertai penulis dalam menajalani pembelajarannya serta
melaksanakan penelitian hingga menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
yang berjudul “Pelayanan Informasi Obat Hipertensi di Apotek Haur Koneng
“ Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi syarat menyelesaikan
Salah Satu Syarat Menempuh Uji Komprehensif Praktik Kerja Lapangan Tahun
Pelajaran 2021/2022.

Dalam menyelesaikan KTI ini, penulis banyak mendapat bantuan,


bimbingan, dan arahan baik secara lisan maupun tulisan dari berbagai
pihak-pihak, penulis juga menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Guru Pembimbing.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata
penulis mengucapkan terimakasih dan kiranya Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Ciawi, Februari 2022

Penulis
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung


jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pelayanan informasi obat merupakankegiatan pelayanan yang dilakukan oleh


apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien (PERMENKES,
2016).

Pelaksanaan pelayanan informasi obat merupakan kewajiban tenaga


kefarmasian yang didasarkan pada kepentingan pasien, yang mana salah satu
bentuk pelayanan informasi obat yang wajib diberikan oleh tenaga farmasi adalah
pelayanan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan
kepada pasien dan penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas
permintaan masyarakat (Adityawati, 2016).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis dengan prevalensi tinggi.


Pengobatan hipertensi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah
penyakit komplikasi. Kepatuhan untuk mencapai keberhasilan pengobatan dapat
ditingkatkan dengan pelayanan informasi obat untuk meningkatkan pemahaman
instruksi pengobatan.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 berdasarkan


hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18
tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 25,8%.Sedangkan pada tahun 2017,
prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah
sebesar 8,36%. Penurunan ini bisa terjadi karena ada berbagai macam faktor, seperti
alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya
penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi adalah di provinsi Sulawesi Utara 13,21%,
dan Papua yang terendah (4,39%), sedangkan NTT prevalensinya 5,36%. Dimana
kejadian penyakit hipertensi di Kabupaten Sikkaprovinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) yaitusebesar11,4% atau menduduki peringkat ke-4 dari 10 besar penyakit
terbanyak di Puskesmas (Dinkes Provinsi NTT, 2017).

Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, obat merupakan salah satu unsur


yang sangat penting. Oleh karena itu, perlu tersedianya obat-obat yang bermutu,
merata, harga terjangkau dan rasional dalam penggunaannya.

Mengingat semakin tingginya harga obat dipasaran maka untuk membantu


masyarakat memperoleh obat yang bermutu danterjangkau, pemerintah
mengeluarkan PerMenKes RI Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang
kewajiban menggunakan obat generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah dengan tujuan obat generik diharapkan harganya murah, mutu dan
kualitasnya sama dengan obat paten.

Obat generik adalah obat yang sama dengan zat aktif berkhasiat yang
dikandungnya, sesuai nama resmi International Non Propietary Names dan
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia.

Obat paten adalah obat generik dengan nama dagang yang memproduksinya
sudah dipatenkan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian


untuk mengetahui gambaran penjualan obat hipertensi generik dengan nama
patennya di Apotek.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan


penelitian sebagai berikut;

1. Bagaimanakah gambaran penjualan obat hipertensi generik dengan nama


patennya di Apotek Haur Koneng.
2. Apakah terdapat perbedaan persentase penjualan obat hipertertensi generik
dengan nama patennya di Apotek Haur Koneng.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan diatas maka tujuan penelitiannya adalah sebagai
berikut;
1. Untuk mengetahui gambaran penjualanobat hipertensi golongan Antagonis
Kalsium (Nipedipin,Amlodipin,Diltiazem) generik dibandingkan dengan nama
patennya pada Apotek Haur Koneng.
2. Untuk mengetahui persentase penjualan obat hipertensi generik dengan nama
patennya di Apotek Haur Koneng.
3. Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan tugas.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi tambahan bagi pembaca mengenai obat hipertensi golongan
antagonis kalsium.
2. Menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai penerapan PerMenKes RI
No.HK 02.02/Menkes/068/I/2010 tentang penggunaan obat generik.
1.5 Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan penulis dan agar tidak menyimpang dari tujuan


penelitian maka penulis hanya menggunakan data obat Hipertensi golongan
Antagonis Kalsium (Nipedipin,Amlodipin,Diltiazem).
BAB II
LANDSAN TEORI
2.1 Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan
hipertensi arteri, adalah suatu kondisi medis kronis dimana tekanan darah diarteri
meningkat.Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari
biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. (Trubus,2016)
Dahulu penyakit hipertensi biasa menyerang orang yang lanjut usia,tetapi
sekarang orang yang masih muda juga berisiko terserang penyakit hipertensi.
Salah satu penyebab dari penyakit hipertensi dikarenakan tingkat kehidupan yang
menjadi stress, hampir semua masyarakat baik miskin maupun kaya, baik di kota
besar maupun kecil dapat menderita penyakit hipertensi.
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit hipertensi
merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan
160mmHg dan atau tekanan darah diastolik sama atau lebih besar 95mmHg.
Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik
100-140mmHg dan diastolik 60-90mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus
menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.
Diagnosa dari penyakit hipertensi biasanya disebabkan oleh beberapa
faktor. Gejala penyakit hipertensi yang menguatkan diagnosis salah satunya
adalah adanya riwayat penyakit hipertensi pada kedua orang tua (faktor genetik),
selanjutnya pola makan yang tidak seimbang, tingkat kehidupan yang dipenuhi
kesibukan dan juga kurangnya olahraga sehingga menyebabkan kurangnya
kepedulian kesehatan seseorang tentang dirinya.
Adapun klasifikasi dari tekanan darah tinggi pada orang dewasa adalah sebagai
berikut:
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal ˂120mmHg (dan)˂ 80 mmHg

Pre-Hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-90 mmHg


Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99mmHg

Stadium 2 ˃=160mmHg (atau)˃=100mmHg5

2.1.1 Macam-macam Hipertensi


1. Hipertensi Primer

Hipertensi Primer atau hipertensi essensial, disebut juga hipertensi idiopatik,


yaitu hipertensi yang terjadi akibat dari dampak gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan. Seseorang bila makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan
kelebihan berat badan (obesitas), merupakan pencetus awal untuk teradinya
hipertensi. Begitu pula dengan sesorang yang berada dalam lingkungan atau
kondisi stress tinggi sangat mungkin terkena penyakit darah tinggi, termasuk orang-
orang yang kurang olahraga juga biasa mengalami tekanan darah tinggi.

2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi Sekunder adalah suatu kondisi dimana teradinya peningkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang menderita penyakit lainnya seperti
gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Contohnya
hipertensi yang disebabkan oleh ginjal disebut hipertensi renal,sedangkan yang
disebabkan oleh penyakit endokrin disebut hipertensi endokrin. Sedangkan obat-
obatan yang dapat menyebabkan hipertensi misalnya hormon kontrasepsi, hormon
kortikosteroid, anti depressa,dll.
2.1.2 Mekanisme Terjadinya Hipertensi
Angiotensin Converting Enzim (ACE), memegang peran fisiologis penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati,selanjutnya rennin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I, oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II, angiotensin II inilah yang memiliki peranan penting dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama yaitu meningkatkan sekresi hormon antidiuretik yang
mengakibatkan volume darah sehingga tekanan darah meningkat,aksi kedua
menstimulasi sekresi aldosteron dengan sifat retensi air dan garam akibatnya
volume dan tekanan darah meningkat.
2.1.3 Gejala Hipertensi
Gejala hipertensi biasanya tidak dirasakan, sehingga penyakit ini disebut
silence diases. Banyak orang yang menganggap tekanan darah tinggi itu pasti
menyebabkan pusing, karena kekeliruan itu, tidak semua pasien berobat, karena
memang tidak mengeluh pusing. Kadang-kadang penderita hanya merasa nyeri
kepala pada pagi hari sebelum bangun tidur, tetapi setelah bangun rasa nyeri
akan hilang. Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran tensi dan
adakalanya melalui pemeriksaan terhadap ginjal.
2.1.4 Pencegahan Hipertensi
Berhubung gejala khas hipertensi tidak ada, sedangkan hipertensi beresiko besar
maka perlu mengenal lebih awal gangguan ini, yaitu dengan mengukur tekanan
darah secara berkala (minimal sekali dalam setahun) terutama bagi yang sudah
berusia 45 tahun ke atas.
Beberapa tindakan umum yang perlu dilakukan untuk melawan Hipertensi yang
bersifat ringan antara lain:
1. Bagi yang Obesitas

Menurunkan berat badan,sebab dengan menurunkan berat badan,volume darah


akan berkurang . Penurunan berat badan 1kg akan menurunkan tensi darah ±
0,7/0,5 mmHg

2. Diet Garam

Mengurangi pemasukan garamsampai maksimal 2 gram sehari guna mengurangi


volume darah, berpantangan makanan dengan tinggi kolesterol untuk membatasi
resiko atherosclerosis dan memperbanyak konsumsi makanan nabati.

3. Tidak merokok, mengurangi minuman kopi dan alkohol

Nikotin mempunyai efek vasokontriksi dan karbondioksida dalam asap rokok


mengganggu pernafasan.Kofein dalam kopi dapat menciutkan pembuluh darah.
Demikian alkohol karena tiap 10 gram alkohol dapat meningkatkan 0,5 mmHg
tekanan darah.

4. Cukup istirahat, olah raga,dan tidur.


2.1.5 Obat Anti Hipertensi
1. Diuretika

Obat golongan ini bekerja dengan cara meningkatkan ekskresi natrium dan air
dari tubuh oleh ginal hingga volume darah dan tekanan darah menurun.

Efeksamping: hiperurikemia, hipokalemia, dan hiperglikemia.

Contoh Obat:Furosemida,Sprinolakton.

2. Alfa-recertor blockers

Menyebabkan vasodilatasi di arteriol dan venula sehingga menurunkan retensi


perifer.

Efek samping: Sakit kepala,edema,mual.

Contoh obat: Prazosin,Terazosin.

3. Beta-reseptor blockers

Obat golongan beta blockers dapat menurunkan tekanan darah dengan


cara menghambat kerja hormon epinefrin (adrenalin) dan memperlambat
pengeluaran enzim rennin yang dapat memproduksi angiotensin II yang dapat
menyebabkan pembuluh darah menyempit.

Efek samping: Rasa dingin di jari-jari kaki dan tangan,gangguan Lambung dan
usus.

Contoh obat: Bisoprolol,Propanolol.

4. Obat-obat SSP

Mekanisme obat ini adalah bekerja pada otak dengan mencegah otak
mengirimkan signal kepada sistem saraf untuk meningkatkan denyut jantung dan
menyempitkan pembuluh darah.
Efek samping: mulut kering,sukar tidur,hidung mampat,penglihatan buram.

Contoh obat: Metildopa.

5. Penghambat ACE dan AT-II-receptor blockers

Mekanisme kerja ACE adalah menghambat suatu enzim angiotensin II


yang memproduksi angiotensin II yang dapat menyempitkan pembuluh darah.
Angiotensin II ini juga merangsang pelepasan hormon aldosteron yang bersifat
menahan natrium dan air dalam tubuh, dan juga dapat mempertahankan
bradikinin yang menyebabkan pembuluh darah melebar.

Efek samping: Batuk kering,hilangnya rasa dan penciuman, demam, tidak


dianjurkan untuk wanita hamil.

Contoh obat: Kaptopril,Lisonopril.

6. Vasodilator

Obat ini berkhasiat vasodilatasi langsung terhadap arteriol sehingga


dapat menurunkan tekanan darah.

Efek samping: Sakit kepala, aritmia.

Contoh obat: Hidralazin,Minoksidil.

7. Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium


ke dalam chanel-L, Antagonis kalsium dibagi menadi 2 golongan besar, yaitu
antagonis non-dihidropiridin dan dihidropiridin. Golongan dihidropiridin terutama
bekerja pada arteri sehingga dapat berfungsi sebagai obat anti hipertensi,
sedangkan golongan non-dihidropiridin mempengaruhi sistem kondisi jantung
dan cenderung melambatkan denyut jantung, efek hipertensinya melalui
vasodilatasi perifer dan penurunan resinstensi ferifer. Antagonis kalsium
merupakan salah satu pilihan terapi untuk pasien hipertensi dengan DM, karena
tidak ditemukan
efek samping pada metabolism glukosa, lipid atau fungsi ginjal. Efek samping:
Hipotensi,pusing,nyeri kepala.

Contoh obat: Amlodipin, Nifedipin,Diltiazem,Verapamil. Keuntungan Obat


Antagonis Kalsium:

Pengobatan Hipertensi : Menurunkan tahanan tepi tanpa efek


sampingpada jantung dan relative aman bila
dikombinasi dengan Beta-blocker.

Pengobatan angina : Mengurangi serangan angina tanpa efek samping


pada jantung.

Gangguan fungsi : Lebih aman.


jantung

2.2 OBAT
Menurut PerMenKes RI No.35 Tahun 2014 yang dimaksud dengan obat
adalah bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Adapun beberapa jenis obat yang beredar dipasaran antara lain:
1. Obat Generik adalah obat dengan nama resmi International Non-propietary
Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar
lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Harga obat generik
biasanya lebih murah karena tidak dipromosikan dan kemasannya
sederhana.
2. Obat Bernama Dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang
menggunakan nama milik prodesen obat yang bersangkutan yang telah habis
masa patennya. Harga obat mahal karena dipromosikan dan kemasannya
mewah.
3. Obat Paten adalah obat generik dengan nama dagang yang
memproduksinya sudah di patenkan. Harga obat mahal karena dipromosikan
dan kemasannya mewah.
2.2.1 Penggolongan Obat
Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh PerMenKes RI
No.949/Menkes/Per/VI/2000 obat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu:
1. Obat bebas

Obat bebas adalah tanpa peringatan yang dapat diperoleh tanpa resep
dokter dan tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotrofika, obat keras,obat
bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI contoh : Antasida Doen,
Degirol, Entrostop, Paracetamol , Vitamin C , dan lain-lain.

Gambar 1. Lambang obat bebas

2. Obat bebas terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter. Contoh: Antimo, Konidin, Paramex, Stopcold, dan lain-lain.

Gambar 2. Lambang obat bebas terbatas

Lambang obat bebas terbatas Pada Obat bebas terbatas mengandung zat/ bahan
yang relatif toksik, oleh karena itu pada kemasanya dicantumkan pula tanda
peringatan kandungan zat dan tingkat bahaya yang terkandung dalam jenis obat
tersebut.
Tingkat peringatan Obat bebas terbatas terbagai kedalam enam golongan
(P1 -P6) yaitu :

3. Obat keras

Obat keras adalah yang dapat diperoleh dengan resep dokter. Contoh : Asam
Mefenamat, Cefadroxyl, Ranitidin, dan lain-lain.

Gambar 3. Lambang obat keras

4. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku. Logo obat psikotropika sama seperti pada logo obat keras. Contoh:
Alprazolam, Diazepam.

5. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bahan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (hang over)
fisik maupun psikis. Contoh : Codein dan Codipront sirup.

Gambar 4. Lambang obat narkotika

2.3 Obat Wajib Apotek (OWA)

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep
dokter oleh Apoteker Pengelola Apotik kepada pasien. Adapun persyaratan yg
harus dilakukan dalam penyerahan OWA adalah:

1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan padaanita hamil,anak


dibawah usia 2 tahun dan orangtua di atas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat yang dinaksud tidak memberikan resiko
pada kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukoleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
5. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat di
pertanggung jawab kan untuk pengobatan sendiri.
2.4 Apotek

Menurut Peraturan Menkes Nomor 9 tahun 2017 yang dimaksud dengan


Apotek adalah fasilitas pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefamasian oleh Apoteker.

Adapun Surat Izin Apotek (SIA) adalah bukti tertulis yg diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai
izin untuk menyelenggarakan Apotek. Pengelolaan Apotek sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek (APA), oleh karena itu APA dan
Tenaga Teknis Kefarmasian harus memahami prinsip-prinsip bisnis dalam
pengelolaan apotek berdasarkan kepada sistem manajemen kefarmasian di
Apotek.

Tugas dan fungsi Apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009,
adalah sebagai berikut:

 Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah


jabatan.
 Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian.
 sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaaan farmasi
antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
 Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.35


tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik,pasal 3 ayat (1)
adalah:

a. Pengelolaan sediaan farmasi,alat kesehatan,dan bahan medis habis pakai.


b. Pelayanan Farmasi Klinik.

Pada pasal 3 ayat (2) sebagai mana dimaksud pada ayat 1, dinyatakan
bahwa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai meliputi:

1. Perencanaan 5. Pemusnahan

2. Pengadaan 6. Pengendalian

3. Penerimaan 7. Pencatatan
4. Penyimpanan 8. Pelaporan

Pada pasal 3 ayat (3) disebutkan bahwa pelayanan Farmasi Klinik


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

Pengkajian Resep

A. Kegiatan pengkajian resep meliputi Administrasi,kesesuaian farmaseutik dan


pertimbangan klinis.
1) Kajian Admistrasi meliputi:
 Nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan
 Nama dokter, No.SIK, alamat, No.telepon dan paraf
 Tanggal Penulisan Resep
2) Kajian kesesuaian farmaseutik meliputi:
 Bentuk dan kekuatansediaan
 Stabilitas
 Kompatibilitas (ketercampuran obat)
3) Pertimbangan Klinis meliputi:
 Ketepatan Indikasi dan dosis Obat
 Aturan, cara dan lama penggunaan obat
 Duplikasi dan/atau polifarmasi.
B. Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan,penyerahan dan pemberian informasi


obat. Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:

1. Menyiapkan obat sesuai dengan resep


2. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.
C. Pelayanan Informasi Obat
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat dilakukan oleh Apoteker dalam
pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi
kesehatan lain, pasien atau masyarakat.Informasi mengenai obat tersebut
termasuk resep, obat bebas, dan herbal.

D. Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan


pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran,
serta kepatuhan, sehingga teradi perubahan perilaku dalam penggunaan obat
dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.

E. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)

Apoteker diharapkan dapat melekukan pelayanan kefarmasian yang


bersifat kunjungan ke rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien
dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.

F. Pemantauan Terapi Obat

Proses memastiikan bahwa pasien mendapatkan terapi obat yang efektif


dan terangkau dengan memaksimalkan efikasi efikasi dan meminimalkan efek
samping.

G. Monitoring Efek Samping Obat

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak


diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk
tujuan diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

2.5 Resep

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014 tentang


standar pelayanan kefarmasian yang dimaksud dengan resep adalah permintaan
tertulis dari seorang dokter atau dokter gigi kepada Apoteker Pengelola Apotek
baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat-obatan bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Resep disebut juga formulae medicae terdiri atas:

1. Formulae officinalis yaitu resep yang tercantum dalam buka farmakope


atau buku standar lainnya.
2. Formula megistralis yaitu resep yang ditulis oleh dokter.

Resep harus ditulis jelas dan lengkap. Apabila resep tidak dapat dibaca dengan
jelas atau tidak lengkap,apotek harus menanyakan kepada dokter penulis resep.

2.6 Penjualan /Pelayanan

Penjualan adalah salah satu kegiatan diapotek yang melayani konsumen


dalam pemberian sediaan farmasi dan alat-alat kesehatan. Kegiatan tersebut
dapat berupa pelayanan resep, obat bebas, obat bebas terbatas.(Hartono,2011)

Pelayanan merupakan kegiatan diApotek yang bertujuan melayani


konsumen dalam hal pemberian perbekalan farmasi yang meliputi obat,bahan
obat, obat tradisional, alkes, kosmetik,dan pelayanan resep tunai serta
pemberian informasi yang diperlukan pasien. Hal-hal yang perlu diperlukan
dalam pelayanan yaitu:

1. Kelengkapan obat
Kelengkapan obat merupakan hal yang sangat penting dalam melayani
konsumen karena hal tersebut sesuai dengan motto apotek “ setiap resep
yang masuk ke apotekkeluarnya harus membawa obat” dengan demikian
setiap pasien harus diusahakan untuk mendapatkan obat yang diracik
diruang peracikan dan penjualan bebas setiap harinya.
2. Harga obat
Harga obat jual disuatu apotek sangat mempengaruhi penjualan di apotek
tersebut. Untuk menekan harga jual bagian penjualan harus berusaha
mencari pemasok yang dapat memberikan kondisi yang baik kepada pihak
apotek.
3. Lingkungan
Keadaan lingkungan sangat mendukung dalam pelayanaan terhadap
konsumen seperti ; keamanan,kenyamanaan,kemudahan parkir kendaraan
yang dapat memberikan ketenangan dan kesabaran bagi konsumen saat
menunggu. Dalam hal ini juga termasuk keramahan dari karyawan yang
memberikan informasi kepada pasien.
2.7 Defenisi Operasional
1. Obatgenerik hipertensi merupakan salah satu program pemerintah yang
digunakanuntuk membantu masyarakat sesuai dengan PeraturanMenteri
KesehatanNo.HK.02.02/Menkes/068/I/2010.Dalam hal ini obat generik
yang digunakan adalah obat hipertensi golongan Antagonis Kalsium
(Nifedipin,Amlodipin,Diltiazem).
2. Obat paten adalah obat generik dengan nama dagang yang memproduksinya
telah dipatenkan. Dalam hal ini obat paten yang digunakan adalah obat
hipertensi golongan Antagonis Kalsium.
3. Penjualan yang diambil adalah penjualan obat hipertensi golongan
Antagonis Kalsium di Apotek Haur Koneng.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk dalam penelitian jenis non-eksperimental dan
merupakan penelitian deskriptif. Dalam penelitian deskriptif, kegiatannya hanya
sebatas pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, dan analisis
sederhana seperti mencari nilai tengah, variasi, rata-rata, rasio atau propordi
presentase ( Notoatmodjo, 2012).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Apotek Haur Koneng

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2022

3.3 Populasi dan Sempel Penelitian


1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian yang diteliti. Populasi


dalam penelitian ini terdiri dari objek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian
ditarik kesimpulan. Populasi terdapat dua populasi target dan populasi terjangkau.
Populasi target adalah populasi yang memenuhi sampling kriteria dan menjadi
sasaran akhir penelitian. Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi
kriteria dalam penelitian dan dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang ciri-cirinya diteliti. Dalam


penelitian ini kriteria sampel yang digunakan adalah kriteria inklusi dan ekslusi,
yang menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan dalam penelitian.
Sampling merupakan proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi
yang ada.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini dilakukan secara Studi literatur yaitu, mengumpulkan data
dengan membaca daan mempelajri teori-teori dan literature yang berkaitan dengan
penggunaan obat antihipertensi yang di diperoleh dari buku, jurnal dan internet
yang digunakan untuk sumber informasi penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data

Data yang dicatat dari kartu rekam medik pasien dianalisis penggunaan obat
antihipertensi yang meliputi golongan obat, jenis obat dan dosis obat berdasarkan
takaran maupun frekuensi dengan buku standar yang ada yaitu Joint National
Committee (JNC 7) tahun 2003.

Analisis data penelitian merupakan media untuk menarik kesimpulan dari


seperangkat data hasil pengumpulan. Analisi data dalam penelitian ini yaitu analisis
univariat. Analisis univariat bertujuan untuk mendeproposalkan ciriciri setiap
variabel yang akan diteliti. Analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari setiap variabel penelitian. (Notoatmodjo, 2012).
𝑓
X = 𝑛 x 100%

Keterangan :

X = Hasil persentase

f = Frekuensi hasil penelitian

n = Total seluruh observasi

(Ridwidikdo, 2012)

3.6 Desain Penelitian


Data dalam penelitian ini bersifat retrospektif, dengan melakukan observasi
terhadap data sekunder berupa rekam medik yang diambil dari Apotek Haur
Koneng.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai