Anda di halaman 1dari 24

Pola Kebiasaan Lokal Masyarakat

Jeneponto Terhadap Kejadian Hipertensi


Di Wilayah Kerja Puskesmas Binamu
Tahun 2015

A.Tri Rezki Amaliah Sahib


70200112099
Epidemiologi

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
(UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang dapat
menimbulkan berbagai komplikasi, misalnya stroke,gagal ginjal dan jantung.
American Society of Hypertension (ASH) mendefenisikan hipertensi sebagai suatu
sindrom kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat dari kondisi lain yang
kompleks dan saling berhubungan.
Hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius dan

cenderung

meningkat dimasa yang akan datang karena tingkat keganasannya yang tinggi
berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak. Kenaikan kasus hipertensi
di negara berkembang diperkirakan sekitar 80% pda tahun 2025 dari sejumlah 639
juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025.
Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertumbuhan
penduduk saat ini.
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2005 adalah 8.3%
(pengukuran standar WHO yaitu pada batas tekanan darah normal 140/90
mmHg). Pada tahun 2010 prevalensi penderita hipertensi di indonesia mencapai
21% (pengukuran standart Depkes yaitu pada batas tekanan darah normal 139 / 89
mmHg). Selanjutnya diestimasi akan meningkat menjadi 37 % pada tahun 2015
dan menjadi 42 % pada tahun 2025 (Zamhir, 2006dalam Eka, 2011:3)
Kasus hipertensi di beberapa Provinsi di Indonesia sudah melebihi ratarata nasional, dari 33 Provinsi di Indonesia terdapat 8 Provinsi yang kasus
penderita hipertensi melebihi rata rata nasional yaitu : Sulawesi Selatan (27%),
Sumatera Barat (27%), Jawa Barat (26%), Jawa Timur (25%), Sumatera Utara
24%, Sumatera Selatan (24%), Riau (23%), dan Kalimantan timur (22%).
Sedangkan dalam perbandingan kota di Indonesia kasus hipertensi cenderung
tinggi pada daerah urban seperti : Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan
Makassar yang mencapai 30 34%.
Berdasarkan data dari salah satu Puskesmas di Jeneponto dengan jumlah
penderita hipertensi dua bulan terkahir yaitu bulan Februari 2015 penderita

hipertensi sebanyak 92 kasus, sedangkan pada bulan maret 2015 sebanyak 85


kasus.
Menurut data diatas dapat dijadikan landasan bahwa hipertensi merupakan
penyakit yang sangat berbahaya. Salah satu daerah dengan penderita hipertensi
yang tinggi adalah Kabupaten Jeneponto. Sebagaiman kita tahu bahwa masyarakat
Jeneponto sangat identik dengan jenis makanan yang memiliki kandungan garam
tinggi selain itu adanya kebiasaan sehari-hari masyarakat Jeneponto yang dapat
memicu timbulnya penyakit Hipertensi. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian di wilayah kerja puskesmas Binamu terkait pola
kebiasaan lokal masyarakat Jeneponto terhadap kejadian Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Binamu.
B. Rumusan Masalah
Adanya beberapa perilaku dari masyarakat Jeneponto yang menjadi
pemicu terjadinya penyakit Hipertensi. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian di Kabupaten Jeneponto sehingga dapat dibuat rumusan
masalah yaitu apakah ada pengaruh kebiasaan lokal masyarakata Jeneponto
terhadap

kejadian penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas Binamu

Kabupaten Jeneponto.
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan dugaan
sementara yang akan dibuktikan dalam suatu penelitian. Jadi hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi minum minuman beralkohol,
merokok dan konsumsi garam dengan kejadian penyakit hipertensi di
Kabupaten Jeneponto
2. Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian penyakit hipertensi di
Kabupaten Jeneponto
3. Ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi di Kabupaten
Jeneponto
4. Ada hubungan antara konsumsi makanan khas Gantala masyarakat
Jeneponto dengan kejadian Hipertensi di Kabupaten Jeneponto

D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian


1. Definisi Operasional
No
1.

Variabel
Variabel
Dependen
Kejadian
Hipertensi
Kontrol

2.
Variabel
Independen
Konsumsi
Gantala

Kebiasaan
Merokok

Kebiasaan
Konsumsi
Minuman
Ballo /
Beralkohol

Riwayat
Keluarga
Aktifitas Fisik

Konsumsi
Garam

Umur

Definisi Operasional

Pengukuran

Kategori

Orang yang menderita


Hipertensi di Kabupaten
Jeneponto

Pemeriksaan
berdasarkan
gejala klinis.

1. Kasus
2.Kontrol

Orang yang tidak


menderita Hipertensi di
Kabupaten Jeneponto

1.Pengamatan
Langsung
2. Pengisian
kuesioner

1. Kasus
2.Kontrol

Yaitu makanan khas


Jeneponto yang dibuat
dari daging kuda dan
kuahnya memiliki
kandungan garam yang
sangat tinggi
Yaitu kebiasaan seharihari masyarakat
Jeneponto
Yaitu minuman khas dari
masyarakat Jeneponto
yang terbuat dari air
pohon tala yang diambil
dengan teknik tertentu
dan di diamkan minimal
selama 2 hari.
Yaitu salah satu pemcu
terjadinya hipertensi
Yaitu segala bentuk
kegiatan masyarakat
jeneponto yang dapat
memicu terjadinya
hipertensi.
Yaitu makanan yang
banyak mengandung
garam

Ordinal

Ordinal

Ordinal
1.Pengamatan
Langsung
2. Pengisisan
kuesioner

1. Ya
2. Tidak

Ordinal
1.Pengamatan
Langsung
2. Pengisisan
kuesioner

1. Ya
2. Tidak

1.Pengamatan
Langsung
2. Pengisian
kuesioner

1. Sering
2. Tidak
Sering

Ordinal

Ordinal

1.Pengamatan
Langsung
2. Pengisian
1.Pengamatan
Langsung
2. Pengisian
Kuesioner

1.Pengamatan

Skala

1. Ada
2. Tidak
Ada
1. Ya
2. Tidak

Ordinal

Ordinal
1. Sering
2. Jarang

Yaitu usia responden


yang diukur berdasarkan
dengan tahun pada
tempat penelitian

Langsung
2. Pengisian
Kuesioner
1.Pengamatan
Langsung
2. Pengisian
Kuesioner

Ordinal
Tahun

2. Ruang Lingkup
a. Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015.
b. Lingkup Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Binamu Kabupaten
Jeneponto.

E. Kajian Pustaka
No

1.

Judul

Tahun

Desain

Variabel

Penelitian

Faktor Risiko Kejadian

Riwayat keluarga,

Hipertensi Di Wilayah

perilaku merokok,

Kerja Puskesmas Bangkala

2012

Kabupaten Jeneponto

Case Control
Study

aktivitas fisik, konsumsi


kopi, dan konsumsi

Tahun 2012

garam.

Hasil Penelitian
Rriwayat keluarga, perilaku merokok,
aktivitas fisik dan konsumsi garam
merupakan faktor risiko kejadian
hipertensi. Sedangkan konsumsi kopi
merupakan faktor risiko yang tidak
bermakna terhadap kejadian hipertensi.

Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan

Ada hubungan antara riwayat keluarga

Kejadian Hipertensi Pada


2.

Pasien Rawat Jalan


Puskesmas Ratahan

2014

Case Control
Study

Kabupaten Minahasa

riwayat keluarga, tingkat


pendidikan, tingkat
pendapatan dan status
merokok

Tenggara Periode

& tingkat pendidikan dengan kejadian


hipertensi Sedangkan Tidak ada
hubungan antara tingkat pendapatan
dan status merokok dengan kejadian
hipertensi

Desember 2013- Mei 2014


3.

Faktor risiko hipertensi


pada masyarakat Di desa

2012

Case Control

usia, riwayat keluarga,

Faktor-faktor yang terbukti sebagai

Study

merokok, obesitas faktor

faktor risiko hipertensi adalah usia,

jenis kelamin, konsumsi


garam, konsumsi lemak

kabongan kidul, kabupaten

dan aktivitas bukan

rembang

merupakan faktor risiko


hipertensi.

Umur, jenis kelamin,


riwayat keluarga,

Faktor Risiko Hiepertensi

tidak terbukti sebagai faktor risiko


hipertensi adalah jenis kelamin,
konsumsi garam, konsumsi lemak dan
aktivitas
Ada hubungan antara umur dengan
kejadian hipertensi
Ada hubungan antara obesitas
dengan kejadian hipertensi.
Tidak ada hubungan antara faktor

makanan asin,makanan

risiko jenis kelamin, riwayat

lemak jenuh, obesitas,

keluarga, kebiasaan konsumsi

kebiasaan merokok,

makanan asin, makanan lemak

stress, kebiasaan

jenuh, merokok, stress dan kebiasaan

olahraga

olahraga rutin dengan angka

Cross

Umur, jenis kelamin,

kejadian hipertensi.
Faktor yang mempengaruhi kejadian

Penyakit Hipertensi Pada

Sectional

pekerjaan, riwayat

hipertensi antara laian umur,

Masyarakat Di Kecamatan

Study

keluarga, kebiasaan

pekerjaan, makan makanan asin,

Srengseng Sawah,

Cross
2012

Kecamatan Jagakarsa, Kota

Sectional
Study

Jakarta Selatan

5.

obesitas. Sedangkan faktor-faktor yang

kebiasaan konsumsi

Pada Masyarakat RW 01
4.

riwayat keluarga, merokok, dan

Analisis Faktor Risiko

2012

merokok, kebiasaan
makan/minumasin,
kebiasaan
Kemuning Kota
Palembang Tahun 2012

makan/minum manis,
aktifitas visik, berat
badan lebih, konsumsi
lemak, konsumsi
minuman beralkohol,
stress

aktifitas fisik, riwayat keluarga.

F. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
G.
Untuk mengetahui Pola kebiasaan lokal masyarakat Jeneponto
terhadap kejadian penderita hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Binamu
Kabupaten Jeneponto
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik responden meliputi umur dan Jenis Kelamin di
Wilayah Kerja Puskesams Binamu Kabupaten Jeneponto.
b. Mengetahui gambaran kejadian hipertensi akibat kebiasaan merokok,
konsumsi garam, minum ballo, makan Gantala dan aktifitas fisik.
c. Mengetahui gambaran kejadian hipertensi karena adanya riwayat
keluarga yang menderita hipertensi.
H. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah
I.Berguna bagi Dinas Kesehatan Kabupaten yang memiliki angka kejadian
Hipertensi yang tinggi dalam melaksanakan Program penurunan kasus
hipertensi.
2. Bagi Masyarakat
J. Hasil penelitian berguna bagi masyarakat yang tinggal di wilayah
Kabupaten Jeneponto untuk mengetahui lebih jelas tentang faktor apa saja
yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi.
3. Bagi Peneliti Lain
K.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan masukan lebih
dalam tentang pengetahuan penyakit hipertensi, penyebabnya, pengendalian,
serta pencegahannya.
L.

M.

N. Sistem informasi geografis adalah alat bantu yang


sangat
O. esensial
P. dalam menyimpan, memanipulasi,
Q. menganalisis dan menampilk
R. an
S. kembali kondisi alam
9

T. dengan menggabungkan data spasial (peta wilayah


U. termasuk sungai, rawa, persawahan dan lain
V. W.lain) dan non spasial / atribut
X.
Y.
Z.
AA. BAB II
AB. TINJAUAN TEORITIS
AC.
AD.

1. Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Hipertensi
AE. Hipertensi merupakan gejala penyakit yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah dalam jangka panjang yang dapat merusak organorgan target tertentu seperti otak, ginjal, retina, jantung, pembesaran ventrikel
kiri/bilik kiri, gagal jantung kronik, kerusakan retina mata/kebutaan.
(Dinkes,2004)
AF.
Hipertensi lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah penyakit
tekanan darah tinggi. Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan
untuk menetukan normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik
dan tekanan diastolik. Berdasarkan JNC VII, seorang dewasa dikatakan
mengalami hipertensi jika tekanan sistolik 140 mm/Hg atau lebih dan diastolic
90 mmHg atau lebih.
AG. Batas tekanan darah inilah yang menentukan seseorang tergolong
ke dalam kategori tekanan darah tertentu. Klasifikasi hipertensi yang dipakai
saat ini berpedoman pada Join National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure yang ke-7. Berikut adalah
tabel tentang klasifikasi hipertensi terbaru.
AH.

Tabel 1 Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa

AI. Klasifikasi
AM.

Normal

AJ.Sistolik
(mmHg)
AN.
<120

AK.
AO.

AL.

Diasto
lik (mmHg)
AP.< 80

D
AQ.

Prehipe

AR.

120
10

AS.

AT.80 89

rtensi
AU.

- 139
Tahap 1

AV.140 - 159

AW.

hipertensi

AY.Tahap 2

AZ.

Hipertensi
BC.

AX.

Klasifikasi

hipertensi

99

BA.

160

90

BB.

100

A
akan

mempermudah

dalam

menentukan rekomendasi tindak lanjut berikutnya. Selain itu, perlu dikaji


lebih

dalam

mengenai

jenis

hipertensi

untuk

menetukan

jenis

penatalaksanaan yang dibutuhkan.


B. Etiologi Hipertensi
BD. Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu
hipertensi primer (Esensial) dan hipertensi sekunder.
1. Hipertensi primer disebut juga dengan istilah hipertensi esensial atau
idiopatik. Etiologi hipertensi jenis ini adalah multifaktoral yang masingmasing akan saling berinteraksi menganggu homeostatis secara bersama,
sehingga tekanan darah baik sistolik maupun diastolic akan mengalami
peningkatan. Pada kasus ini terjadi peningkatan kerja jantung akibat
penyempitan pembuluh darah tepi. Hipertensi jenis ini mempunyai
kecendrungan genetic yang kuat dan dipengaruhi oleh faktor kontribusi,
seperti obesitas, strees, merokok dan konsumsi garam berlebih. Hipertensi
jenis ini biasanya diderita oleh 90% sampai 95% asien yang mengalami
peningkatan tekanan darah.
2. Hipertensi sekunder disebabkan oleh gangguan system lain, misalnya
system vaskuler (arterioklerosis), system renal (stenosis arteri renal),
system endokrin (hipertiroidisme) system neuron (peningkatan tekanan
intrakranial). Kehamilan juga dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
Kejadian hipertensi sekunder kurang dari 5% pada individu dewasa, tetapi
lebih dari 80% pada anak-anak. Penyebab hipertensi sekunder adalah
sebagai berikut :
a) Penyempitan congenital aorta

11

b)
c)
d)
e)
f)

Penyakit ginjal misalnya stenosis arteri ginjal


Gangguan endokrin misalnya sindrom Chusing dan hiperaldosteron
Gangguan neurologi misalnya tumor otak dan cedera kepala
Sleep apnea
Pengobatan jenis stimulant simpatetik misalnya kokain terapi
penggantian estrogen, obat kontrasepsi oral dan obat anti inflamasi non

steroid
g) Kehamilan yang menstimulasi hipertensi
BE.
BF.
C. Gejala Klinis Hipertensi
BG. Gejala yang sering dijumpai pada orang yang menderita hipertensi
adalah:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,akibat
2.
3.
4.
5.

tekanan darah intrakranium.


Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. Peninggian tekanan
darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi komplikasi pada
ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala, epistaksis,
marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata

berkunang-kunang dan pusing.


D. Faktor Risiko Hipertensi
BH. Faktor risiko adalah karakteristik, tanda dan gejala penyakit yang
terdapat pada individu dan kelompok masyarakat, yang secara statistik
berhubungan dengan peningkatan insiden dari suatu penyakit. Berikut ini
adalah gambaran secara jelas beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan
penyakit Hipertensi, sebagai berikut:
1. Keturunan/Riwayat Keluarga
BI.
Orang - orang dengan riwayat keluarga yang mempunyai
penyakit tidak menular lebih sering menderita penyakit yang sama.
Menurut Nurkhalida riwayat keluarga dekat yang mempunyai riwayat
hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar 4 kali lipat. Dari
data statistik terbukti bahwa seseorang memiliki kemungkinan lebih besar
mendapatkan penyakit tidak menular jika orang tuanya penderita PTM.

12

Jika seorang dari orang tua menderita PTM, maka dimungkinkan


sepanjang hidup keturunannya mempunyai peluang 25% terserang
penyakit tersebut. Jika kedua orang tua mempunyai penyakit tidak menular
maka kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.
BJ.
BK.
2. Jenis Kelamin
BL. Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit
tidak menular tertentu, yang banyak dicetuskan oleh hipertensi dimana
pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio
sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik. Sedangkan menurut
Arif Mansjoer (2001)., pria dan wanita menapouse berpengaruh terhadap
terjadinya hipertensi. Penelitian lain mengatakan bahwa laki-laki dan
perempuan mempunyai peluang yang relatif sama menderita hipertensi
(Mansjoer-Arif,2001).
3. Umur
BM. Faktor ini

tidak

bisa Anda

kendalikan.

Penelitian

menunjukkan bahwa seraya usia seseorang bertambah, tekanan darah pun


akan meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah
Anda saat muda akan sama ketika Anda bertambah tua. Namun Anda
dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal (Andra,
2007)Penyakit tidak menular tertentu seperti penyakit kardiovaskular,
diabetus mellitus, dan lain-lain erat kaitannya dengan umur. Semakin tua
seseorang maka semakin besar risiko terserang penyakit tersebut
(Gunawan-Lany,2005). Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko
terkena hipertensi dan penyakit DM. Dengan bertambahnya umur, risiko
terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut
cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur
60 tahun (Nurkhalida,2003) Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan
serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan
dan enam puluhan (Price,1995). Dengan bertambahnya umur, dapat
meningkatkan risiko hipertensi. Hipertensi bisa terjadi pada segala usia,

13

namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya
biasa saja bila tekanan darah kita sedikit meningkat dengan bertambahnya
umur. Ini sering disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh
darah dan hormon. Hanya saja bila perubahan ini disertai faktor-faktor lain
maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Mansjoer-Arif,2001).
4. Minum Minuman Beralkohol
BN. Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah
dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih
belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan
volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan
tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara
tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa
efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol
sekitar 2 3 gelas ukuran standar setiap harinya. Konsumsi alkohol yang
berlebihan, 2 ons atau lebih sehari, telah ditemukan berhubungan dengan
prevalens hipertensi yang tinggi.29 Pembatasan konsumsi alkohol tidak
lebih dari 2 gelas per hari untuk pria dan tidak lebih dari 1 gelas per hari
untuk wanita dan orang-orang dengan berat badan lebih ringan, dapat
menurunkan tekanan darah sebesar 2 4 mmHg
5. Olahraga/Aktifitas Fisik
BO. Olahraga banyak dihubungkan

dengan

pengelolaan

penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat


menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk
hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila
jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya
kondisi tertentu. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan
memudahkan timbulnya hipertensi. Orang yang tidak aktif juga cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot
jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras

14

dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri.
BP.
BQ.
6. Kebiasaan Merokok
BR. Selain dari lamanya merokok, risiko akibat merokok
terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang
lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan dari pada
mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan
karbon monoksida yang dihisap melalui rokok, masuk kedalam aliran
darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan
proses aterosklerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakaulah penyebab
meningkatnya tekanan darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat
kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh
darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya
dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap
nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena
tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik
tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan
darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti
mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang,
tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok
berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari. Secara
langsung setelah kontak dengan nikotin akan timbul stimulan terhadap
kelenjar adrenal yang menyebabkan lepasnya epineprin (adrenalin).
Lepasnya adrenalin merangsang tubuh melepaskan glukosa mendadak
sehingga kadar gula darah meningkat dan tekanan darah juga meningkat,
selain itu pernafasan dan detak jantung akan meningkat
7. Konsumsi Garam
BS.
Garam atau unsur natrium merupakan salah satu bahan
pangan yang harus dikurangi seseorang jika ingin terhindar dari hipertensi

15

(darah tinggi). Kendati masyarakat paham akan hal itu, konsumsi garam di
masyarakat Indonesia masih terbilang tinggi. Perhimpunan Hipertensi
Indonesia mencatat, konsumsi garam rata-rata orang Indonesia tiga kali
lebih besar dari anjuran badan kesehatan dunia (WHO,2004) yang
maksimal 5 gram atau satu sendok teh seharian. Garam merupakan faktor
penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah
ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan
garam kurang dari 3 gram/hari prevalensi hipertensinya rendah, sedangkan
asupan garam antara 5-15 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20%. Pengaruh asupan terhadap hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Garam
meyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan
diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan
tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau
kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan
garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi
garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari yang setara dengan 110
mmol natrium atau 2400 mg/hari.
8. Konsumsi Gantala
BT.
Gantala Jarang adalah makanan tradisional masyarakat
Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Makanan khas ini terbuat dari
daging kuda. Daging kuda direbus dalam wadah (panci) khusus, biasanya
dari potongan drum, dalam waktu yang lama. Daging kuda tersebut hanya
direbus dengan hanya menggunakan garam kasar, kemudian diberi bumbu
dari akar-akar kayu. Meski tidak dimasak dengan bumbu yang komplit,
makanan ini memiliki rasa dan aroma khas. Di kalangan masyarakat
Jeneponto, Gantala Jarang merupakan salah satu makanan yang harus ada

BZ.

dalam berbagai acara, misalnya pesta perkawinan.


BU.
BV.
BW.
BX.
BY.
2. Kerangka Konsep
16

CA.
CB.
CC.
CD.
CE.
CF.
CG.
CH.
CI.
CJ.
CK.
CL.
CM.

Faktor Risiko
-

Konsumsi Gantala
Konsumsi Garam
Minum Ballo
Merokok
Aktifitas Fisik
Riwayat Keluarga

KEJADIAN
HIPERTENSI

Karakteristik

DC.

CN. Umur
CO.
CP.Pekerjaan
CQ.
CR.
CS.
CT.
CU.
CV.
CW.
CX.
CY.
CZ.
DA.
DB.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

DD.
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
DE.

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu

penelitian kuantitatif yang bersifat analitik. Penelitian ini dilakukan


dengan metode wawancara dan observasi, Di mana variabel dependen dan
variabel independen diamati pada saat yang bersamaan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pola kebiasaan lokal masyarakat Jeneponto
terhadap kejadian penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Binamu Kabupaten Jeneponto.
17

2.

Lokasi penelitian
DF.
Penelitian ini dilakukan di Kabuaten Jeneponto tepatnya di

wilayah kerja Puskesmas Binamu


DG.
B. Pendekatan Penelitian
DH.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat

analitik dengan pendekatan case control penelitian ini dilakukan dengan metode
wawancara dan observasi. Di mana variabel dependen dan variabel independen
diamati pada saat yang bersamaan.
DI.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
DJ.

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau

objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini


adalah seluruh masyarakat dusun pannara yang berjenis kelamin lakilaki sebanyak 32.536 jiwa.
2. Sampel
DK.

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi


(Soekidjo Notoatmodjo, 2010). Adapun besar sampel pada penelitian
tersebut menggunakan sampel minimal dalam penelitian case control
yang terdiri dari 68 Kasus dan 68 Kontrol.
DL.
D. Metode Pengumpulan Data
DM. Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian, metode pengumpulan data ditentukan pula oleh pemecahan
masalah yang ingin dicapai. Jadi pengumpulan data merupakan salah satu faktor
yang harus diperhatikan oleh seorang peneliti. Penggunaan teknik pengumpulan
data sifatnya lebih disesuaikan dengan analisis data, kebutuhan dan kemampuan
peneliti, olehnya itu dapat dipilih sesuai kebutuhan.
DN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, antara
lain :

18

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data
primer diperoleh melalui Wawancara langsung dengan responden dan
observasi langsung ke wilayah kerja Puskesmas Binamu
2. Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung diperoleh dari
sumbernya, tetap melalui pihak kedua. Sumber data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dari data Puskesmas Binamu.
DO.
E. Instrumen Penelitian
DP.
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peniliti dalam mengumpulkan data. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu kuesioner dan kamera
DQ. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan atau pernyataan yang
tersusun secara baik yang siap diberikan kepada sampel agar diisi untuk
melengkapi data. Kamera merupakan salah satu alat untuk mendokumentasikan
proses penelitian.
DR. Kuesioner diberikan kepada sampel untuk mengumpulkan data dan
informasi yang dibutuhkan. Sedangkan, kamera merupakan alat yang digunakan
untuk mendokumentasikan segala bentuk kegiatan saat melakukan penelitian
dengan masyarakat
DS.
F. Validasi dan Reliabilitas Instrumen
DT. Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur. Ciri validitas: ketepatan ukuran:
mengukur yang akan diukur (sensivitas) dan tidak terukur hal lain selain yang
akan diukur (spesifitas). Valid artinya realibel dan tepat ukur. Validitas
mengukuran mencakup: Alat ukur, Metode ukur dan Pengukur/ peneliti. (Saryono,
2013: 191).
DU.

Untuk menguji apakah kuesioner dianggap valid, maka perlu uji

coba dan dilakukan analisis. Bila kuesioner tersebut telah memiliki validitas
konstruk, berarti semua item (pertanyaan) yang ada dalam kuesioner itu mengukur
apa yang hendak diukur, maka perlu uji korelasi antara skor tiap-tiap item dengan
skor total kuesioner. Alat uji berupa korelasi Pearson product moment ( R )
dengan rumus:

19

DV.

R=

N ( XY ) ( X . Y )
{N X 2 ( X 2 } { N Y 2 Y ) 2

DW.

Keputusan uji:
DX.

Bila r hitung lebih besar dari r tabel maka Ha diterima, artinya

variabel valid.
DY.

Bila r hitung lebih kecil dari r tabel maka Ho diterima, artinya

variabel tidak valid.

DZ.

Realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh

mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hasil
pengukuran konsisten atau tetap azas bila dilakukan pengukuran berulang
(konsistensi, akurasi dan presisi) (Saryono, 2013: 192).
EA.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
EB. Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul, adapun
langkah-langkahnya antara lain :
1. Pengolahan Data
EC.
Data primer dikumpulkan dalam penelitian ini akan diolah dengan
menggunakan fasilitas komputer SPSS melalui prosedur sebagai berikut :
a. Coding, untuk memudahkan proses analisis maka dilakukan pemberian
kode pada setiap data. yaitu memberi kode nomor jawaban yang diisi oleh
responden yang ada dalam daftar pertanyaan. Hal ini dilakukan untuk
memudahan proses tabulasi data/ entry data.
b. Editing, setelah data didapatkan dan sebelum diolah terlebih dahulu
dilakukan pengecekan ulang (edit) pada data untuk memeriksa adanya
kesalahan atau kekuranganlengkapan data yang diisi oleh responden.
c. Data entry, merupakan proses pemasukan data ke dalam sistem perangkat
lunak computer untuk pengolahan lebih lanjut.
d. Data cleaning, merupakan proses pengecekan kembali data yang telah
dimasukan (entry) untuk memastikan bahwa data tersebut telah dimasukan
dengan benar. Hal ini dilakukan untuk melihat dan menemukan apabila

20

terdapat kesalahan yang dilakukan oleh peneliti pada saat memasukan


data.
2. Analisis Data
ED. Setelah data dimasukan, data akan dianalisis menggunakan
perangkat lunak komputer. Data akan dianalisis menggunakan dua metode, yaitu
analisis univariat dan bivariat.
a. Analisis Univariat, analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi
frekuensi dan proporsi guna mendeskripsikan variabel independen dan
dependen yang diteliti.
b. Analisis Bivariat, analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen yang diteliti.
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi dengan pengujian statistik populasi (Soekidjo Notoatmodjo,
2010). Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
3. Penyajian Data
EE.
Hasil pengolahan data tersebut disajikan dalam bentuk diagram,
grafik, tabel distribusi frekuensi dan persentase serta tabulasi silang antara
variabel dependen dan independen, disertai interpretasi data.
EF.DAFTAR PUSTAKA
EG.
EH.

Mannan hasrin, dkk. Faktor risiko kejadian hipertensi di

wilayah kerja puskesmas bangkala kabupaten jeneponto tahun 2012.


EI.

Sariana, dkk. Faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi

Pada kejadian hipertensi di desa seri tanjung Kecamatan tanjung batu


Tahun 2014
EJ.

Agnesia nuarima kartikasari. faktor risiko hipertensi pada

masyarakat Di desa kabongan kidul, kabupaten rembang tahun 2012


EK.

http://www.akademik.unsri.ac.id/paper12/download/paper/

TA_10101001009.pdf
21

EL.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14464/1/09

E02696.pdf
EM.

http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CB
4QFjAA&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital
%2F20312706-S%252043162-Faktor%2520risiko-full
%2520text.pdf&ei=mWxXVZ_UL8iLuwSfv4GADg&usg=AFQjCNHMG
KjGtgFPNZUJDRgaf0VDfOJ1bw&bvm=bv.93564037,d.dGc
EN.
EO.
EP.
EQ.
ER.
ES.
ET.
EU.
EV.

DAFTAR PERTANYAAN

Pola kebiasaan lokal masyarakat Jeneponto terhadap kejadian

penderita hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Binamu Kabupaten


Jeneponto
EW.
EX.
No. Responden :
EY.Tanggal :
EZ.
FA.
A. IDENTITAS RESPONDEN
FB. 1. Umur
:
tahun
FC. 2. Jenis kelamin
: a. Laki-laki
FD.
b. Perempuan
FE. 3. Pendidikan terakhir Anda:
FF.
a. Tidak tamat SD/Sederajat

22

FG.
b. Tamat
FH.
c. SMA/MA/SMK/STM/Sederajat
FI.
d. Tamat SD/Sederajat
FJ.
e. Tamat Sarjana/Diploma
FK.
f. Tamat SMP/MTs/Sederajat
FL. 4. Pekerjaan Anda:
FM.
a. Petani/Buruh Tani
FN.
b. Pegawai Negeri
FO.
c. Sopir
FP.
d. Pegawai Swasta
FQ.
e. Tukang/buruh kayu
FR.
f. Pelajar/Mahasiswa
FS.
g. Ibu Rumah Tangga
FT.
h. Tidak bekerja
FU.
i. Wiraswasta/Dagang
FV.
j. Lainnya (tuliskan) : ...................
FW.
FX.
B. FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
1.
Pernahkah anda mendengar istilah darah tinggi ?
FY. a. Pernah
FZ. b. Tidak (langsung ke No.3)
GA. 2. Adakah keluarga dekat anda (ayah, ibu, nenek, kakek dsb) yang

menderita darah tinggi?


GB.
a. Ada
GC.
b. Tidak
GD. 3.
Pernahkah Anda merasa mudah marah, pusing, rasa berat di
tengkuk, mudah lelah, dan sukar tidur ?
GE.
a. Pernah
GF.
b. Tidak pernah
GG. 4.
GH.
GI.
GJ. 5.
GK.
GL.
GM.
GN.
GO. 6.
GP.
GQ.
GR.
GS. 7.

Apakah Anda merokok?


a. Ya
b. Tidak (langsung ke No.7)
Berapa banyak Anda merokok sehari?
a. Kurang dari bungkus
b. 2-3 bungkus sampai 1 bungkus
c. Lebih dari 3 bungkus
d. 1-2 bungkus
Sudah berapa lama anda merokok?
a. 1-2 tahun
b. 3-4 tahun
c. > 5 tahun
Apakah Anda peminum alkohol?

23

GT.
GU.
GV. 8.

a. Ya
b. Tidak (Langsung ke No.8)
Berapa kali anda minum minuman beralkohol dalam

seminggu ?
GW. a. 1- 2 x seminggu
GX. b. 3 x seminggu
GY. c. 4-5 x seminggu
GZ. d. setiap hari
HA.
9.
Melakukan aktifitas fisik
HB. a. Yamenit/hari
HC. b. Jarang
HD. c. Tidak pernah
HE.
10. Seberapa sering anda mengkonsumsi Gantala ?
HF.
a. 1x / bulan
HG. b. 2-3 x / bulan
HH. c. 4-5 x / bulan
HI.
d. 5-6 x / bulan
HJ. 11. Makan makanan asin
HK. a. < 1 x / hari
HL. b. 1 x / hari
HM. c. 2 x / hari
HN. d. 3 x / hari
HO.
HP.
C. PENGUKURAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
1. Berat badan
2. Tinggi badan
3. Tekanan Darah

:. Kg
: ... cm
: .. mmHg

HQ.
HR.
HS.
HT.
HU.

24

Anda mungkin juga menyukai