Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi teknologi

di dunia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari

penyakit infeksi ke penyakit tidak menular yang merupakan faktor utama

masalah morbiditas dan mortalitas. Pada abad ke-21 ini diperkirakan terjadi

peningkatan insiden dan prevalensi penyakit tidak menular secara cepat, yang

merupakan tantangan utama masalah kesehatan dimasa yang akan datang.

WHO memperkirakan, pada tahun 2020 penyakit tidak menular akan

menyebabkan 73% mortalitas dan 60% seluruh morbiditas di dunia (Rahajeng,

2009).

Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan

yang sangat serius saat ini adalah hipertensi. Hipertensi dikatakan sebagai

pembunuh diam-diam atau the silent killer karena pada umumnya terjadi tanpa

gejala, sebagian besar orang tidak merasakan apa pun, walau tekanan darahnya

sudah jauh di atas normal. Hal ini dapat berlangsung bertahun-tahun, sampai

akhirnya penderita (yang tidak merasa menderita) jatuh ke dalam kondisi

darurat, dan bahkan terkena penyakit jantung, stroke atau mengalami

kerusakan ginjal. Komplikasi yang kemudian banyak berujung pada kematian

(Hartono, 2011).

1
2

Hipertensi adalah faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular

yang merupakan penyebab kematian nomor tiga terbanyak didunia dan

merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Kejadian hipertensi

masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat. Setiap tahun 7 juta

orang di seluruh dunia meninggal akibat hipertensi. Pada tahun 2000 terdapat

hampir satu milyar penduduk dunia yang menderita hipertensi, dan jumlah ini

diperkirakan akan melonjak menjadi 1,5 milyar pada tahun 2025. Prevalensi

hipertensi di negara Singapura adalah 27,3%, Thailand 22,7%, dan Malaysia

20% (Yahya, 2011).

Prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 31,7% yang berarti hampir 1

dari 3 penduduk usia 18 tahun ke atas mengidap hipertensi. Berbagai faktor

terkait dengan genetik dan pola hidup seperti aktivitas fisik yang kurang,

asupan makanan asin dan kaya lemak serta kebiasaan merokok dan minum

alkohol berperan dalam melonjaknya angka hipertensi. Kebanyakan penderita

hipertensi tidak merasakan keluhan apa pun. Hal inilah yang membuat banyak

penderita mengabaikan lonjakan tekanan darah tersebut (Yahya, 2011).

Berdasarkan data dari rekam medik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

terjadi peningkatan jumlah pasien hipertensi rawat inap pada tahun 2009

sampai dengan tahun 2011. Dari data diperoleh bahwa pada tahun 2009 pasien

hipertensi rawat inap berjumlah 187 orang terdiri dari 93 pasien laki-laki dan

94 pasien perempuan, pada tahun 2010 meningkat menjadi 198 orang terdiri
3

dari 86 pasien laki-laki dan 112 pasien perempuan, dan pada tahun 2011

kembali mengalami peningkatan dengan jumlah pasien 321 orang terdiri dari

142 pasien laki-laki dan 179 pasien perempuan.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal. Menurut WHO tekanan darah

dianggap normal bila sistoliknya 120-140 mmHg dan diastoliknya 80-90

mmHg sedangkan dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg.

Hipertensi tidak bisa disembuhkan hanya dapat dikendalikan. Oleh karena itu

pengendalian terhadap penyakit hipertensi harus selalu dilakukan (Suhardjono,

2012).

Kemampuan pasien hipertensi agar tidak menjadikan penyakitnya

semakin parah adalah menjaga perilaku pola makan yang salah satunya

melakukan diet rendah garam dengan membatasi konsumsi natrium

disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau hipertensi, yang terdiri

dari diet Rg I, Rg II, dan Rg III (Almatsier, 2006).

Data World Hypertension League Brochure 2009 menyebutkan bahwa

hipertensi lebih 1/3 dari 1,5 miliar jiwa di seluruh dunia akibat garam yang

berlebihan adalah faktor utama dalam meningkatkan tekanan darah. Pola

konsumsi garam dalam diet menurut Badan Kesehatan Dunia yaitu WHO

merekomendasikan pola konsumsi natrium yang dapat mengurangi risiko

terjadinya hipertensi adalah tidak lebih dari 2400 miligram natrium atau 6

gram garam perhari (Almatsier, 2008).


4

Konsumsi natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium

dalam cairan diluar sel akan meningkat. Akibatnya natrium akan menarik

keluar banyak cairan yang tersimpan dalam sel, sehingga cairan tersebut

memenuhi ruang diluar sel. Berjejalnya cairan diluar sel membuat volume

darah dalam sistem sirkulasi meningkat. Hal ini menyebabkan jantung bekerja

lebih keras untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh dan menyebabkan

tekanan darah meningkat sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi

(Apriadji, 2007).

Namun demikian keberhasilan menjalankan diet rendah garam baik

dirumah ataupun dirumah sakit selama perawatan pada pasien hipertensi

sangat dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan pasien dalam menjalankan diet

tersebut. Pada kenyataannya, kepatuhan akan diet rendah garam masih sangat

rendah. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan masyarakat mengkonsumsi

makanan yang asin serta garam merupakan tambahan yang penting dalam

suatu masakan karena garam akan membuat masakan menjadi enak, jika tidak

menggunakan garam masakan akan terasa hambar yang akan berpengaruh pada

selera makan. Berdasarkan survey awal yang saya lakukan bahwa lebih banyak

pasien rawat inap yang tidak mematuhi diet rendah garam yang diberikan,

mereka lebih menyukai dan lebih banyak mengkonsumsi makanan yang di

bawa oleh keluarga dari pada makanan yang diberikan dengan alasan tidak

enak, tidak asin dan tidak berselera mengkosumsi makanan tersebut.

Kepatuhan akan diet yang diberikan sangat mempengaruhi kestabilan tekanan


5

darah pasien hipertensi. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Aris

Sobirin bahwa hasil tabulasi silang antara diet Natrium dengan kestabilan

tekanan darah pada hipertensi primer menunjukan tekanan darah stabil lebih

banyak pada diet Natrium baik, sedangkan tekanan darah tidak stabil lebih

banyak pada responden yang diet natriumnya kurang baik (Sobirin.A, 2005).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang telah ada penyakit hipertensi

dari tahun ketahun mengalami peningkatan dan melihat masih rendahnya

kepatuhan konsumsi diet rendah garam berkaitan dengan tingginya konsumsi

natrium pada pasien hipertensi maka peneliti merumuskan masalah penelitian,

adakah hubungan kepatuhan diet Rendah Garam dengan tekanan darah pada

pasien hipertensi Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu ?


1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet

Rendah Garam dengan tekanan darah pada pasien hipertensi Instalasi Rawat

Inap di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu.


1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran kepatuhan diet Rendah Garam pada pasien hipertensi

Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu.


2. Mengetahui gambaran tekanan darah pada pasien hipertensi Instalasi Rawat

Inap di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu.


3. Mengetahui hubungan kepatuhan diet Rendah Garam dengan tekanan darah

pada pasien hipertensi Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pasien Hipertensi
6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan

bagi penderita hipertensi sehingga dapat menjaga kestabilan tekanan darahnya

dengan mematuhi diet Rendah Garam yang diberikan oleh ahli gizi RSUD Dr.

M.Yunus Bengkulu dengan baik.

1.4.2 Bagi RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan tentang

hubungan kepatuhan diet Rendah Garam dengan tekanan darah pada pasien

hipertensi Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu.

1.4.3 Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

bagi masyarakat agar dapat menjaga pola makan terutama mengurangi asupan

natrium berlebih agar terhindar dari penyakit hipertensi.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh beberapa peniliti. Adapun

penelitian terkait yang pernah dilakukan adalah :


7

1. Fahrun nur rosyid dan Nisayyadi efendi dengan judul hubungan kepatuhan diit

Rendah Garam dengan terjadinya kekambuhan pada pasien hipertensi

diwilayah Puskesmas Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura. Ada

hubungan yang signifikan dengan hasil (p value = 0,030 < 0,05 dan r = 0,362)
2. Adek wibowo dan Aries wahyuningsih, dengan judul hubungan kepatuhan diit

dengan kejadian komplikasi pada penderita hipertensi diruang Rawat Inap di

Rs. Baptis Kediri. Ada hubungan yang signifikan dengan hasil (p value < 0,05)

didapatkan P = 0,000
Persamaan dengan penelitian saya adalah pada variabel independen

yaitu kepatuhan diet Rendah Garam sedangkan perbedaannya terletak pada

variabel dependen yaitu tekanan darah pada pasien hipertensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi
8

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal. Menurut WHO tekanan darah

dianggap normal bila sistoliknya 120-140 mmHg dan diastoliknya 80-90

mmHg sedangkan dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg. Tekanan

darah sistolik adalah tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika

darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung, diukur ketika

jantung berkontraksi sementara tekanan darah diastolik adalah angka yang

menunjukkan besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika

darah mengalir masuk kembali kedalam jantung, diukur ketika jantung

relaksasi (Ramadhan, 2010).

2.1.2 Faktor Risiko Hipertensi

1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah


a. Genetis
Hipertensi seperti banyak kondisi kesehatan lain, terjadi dalam

keluarga. Jika satu atau dua orang dari orang tua atau saudara kandung

menderita hipertensi peluang untuk mendita hipertensi semakin besar.

Penelitian menunjukkan bahwa 25% dari kasus hipertensi esensial dalam

keluarga mempunyai dasar genetis.


b. Usia

Hipertensi biasanya terjadi pada usia lebih tua. Pada usia antara 35 dan

65 tahun, tekanan sistolik meningkat rata-rata sebanyak 20 mmHg dan terus


8
meningkat setelah usia 70 tahun. Peningkatan risiko yang berkaitan dengan

faktor usia ini sebagian besar menjelaskan tentang hipertensi sistolik terisolasi
9

dan dihubungkan dengan peningkatan peripheral vascular resistence

(hambatan aliran darah dalam pembuluh darah perifer) dalam arteri.

c. Jenis Kelamin
Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga

puluhan, sedangkan wanita sering mengalami hipertensi setelah menopause.

Tekanan darah wanita, khususnya sistolik meningkat lebih tajam sesuai usia.

Setelah usia 55 tahun, wanita mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita

hipertensi. Salah satu penyebab terjadinya pola tersebut adalah perbedaan

hormon kedua jenis kelamin. Produksi hormon estrogen menurun saat

menopause, wanita kehilangan efek menguntungkannya sehingga tekanan

darah meningkat.
d. Ras
Orang Afrika Amerika menunjukkan tingkat hipertensi lebih tinggi

dibandingkan populasi lain, dan cenderung berkembang lebih awal dan agresif.

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang Afrika

Amerika.
2. Faktor risiko yang dapat diubah
a. Merokok
Peningkatan tekanan darah pada perokok terjadi karena nikotin yang

dihisap atau dikunyah, menyempitkan pembuluh darah sehingga memaksa

jantung untuk bekerja lebih keras. Sebagai hasilnya kecepatan jantung dan

pembuluh darah meningkat.


b. Obesitas
Kelebihan berat badan dan hipertensi sering berjalan beriringan, karena

tambahan beberapa kilogram membuat jantung bekerja lebih keras. Obesitas


10

dinyatakan bila berta badan lebih dari 20% berat badan ideal. Orang dengan

kelebihan lemak diatas pinggul lebih berisiko terkena hipertensi.


c. Kurang Olahraga
Dibandingkan dengan mereka yang aktif secar fisik, orang yang sering

duduk secara signifikan lebih mengkin mengalami hipertensi dan serangan

jantung. Keuntungan kardiovaskular dari olahraga adalah menurunkan berat

badan, meningkatkan level LDL, dan menurunkan trigliserida (lemak dari

makanan yang menjadi bagian dari sirkulasi darah dalam aliran darah).
d. Kafein
Kebanyakan penelitian tidak menunjukkan indikasi yang jelas bahwa

asupan kafein dalam jumlah normal (< 100 mg/hari) menyebabkan hipertensi.

e. Penggunaan Alkohol
Banyak penelitian yang menghubungkan asupan alkohol dengan

hipertensi. Minum alkohol secara berlebihan, yaitu tiga kali atau lebih dalam

sehari merupakan faktor penyebab 7% kasus hipertensi.


f. Stress
Stress memainkan peranan dalam hipertensi. Bila level stress menurun

maka tekanan darah juga akan menurun.


g. Kelebihan Garam

Badan Kesehatan Dunia yaitu WHO merekomendasikan pola konsumsi

natrium yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi adalah tidak lebih

dari 2400 miligram natrium atau 6 gram garam perhari (Almatsier, 2008).

Hampir 50% orang yang memiliki hipertensi sensitif terhadap garam, yang

berarti terlalu banyak mengkonsumsi garam langsung menaikkan tekanan

darah mereka (Casey dan Benson, 2012).


11

Pengaturan masukan garam merupakan metode pengendalian

hipertensi yang penting di samping obat antihipertensi. Untuk mengatasi

pengaturan masukan garam dalam pengendalian hipertensi maka dibutuhkan

keseriusan dan kesanggupan dalam menjalankan diet Rendah Garam,

kepatuhan akan diet sangat berpengaruh pada kestabilan tekanan darah pada

pasien hipertensi.

2.1.3 Gejala Klinis Hipertensi

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin

tidak menunjukkan gejala selama bertahun tahun. Masa laten ini

menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang

bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit

kepala atau pusing, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk,

sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Jika hipertensinya berat atau

menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, mual,

muntah, sesak nafas, gelisah, dan pandangan menjadi kabur yang terjadi karena

adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal (Astuti, 2011).

2.1.4 Klasifikasi Hipertensi

1. Berdasarkan etiologi
a. Hipertensi esensial (primer)
Lebih dari 95% penderita hipertensi adalah hipertensi primer atau

hipertensi esensial. Hal ini berarti bahwa hipertensi tidak mempunyai sumber
12

yang teridentifikasi. Banyak ahli percaya bahwa hipertensi primer disebabkan

oleh berbagai faktor dari gaya hidup,seperti diet, olahraga, dan rokok.
b. Hipertensi sekunder
Seperti namanya hipertensi sekunder muncul akibat kelainan fisik

lainnya, seperti penyakit ginjal dan gangguan adrenal. Hanya 5-10% dari

seluruh penderita hipertensi adlah hipertensi sekunder (Casey dan Benson,

2012).
2. Berdasarkan Derajat Hipertensi menurut WHO
Tabel 2.1 klasifikasi hipertensi menurut WHO

Tekanan darah Tekanan darah


No Klasifikasi
sistolik diastolic
1 Optimal <120 mmHg <80 mmHg
2 Normal 120-129 mmHg 80-84 mmHg
3 Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi Derajat 1
4 140-159 mmHg 90-99 mmHg
(ringan)
Hipertensi derajat 2
5 160-179 mmHg 100-109 mmHg
(sedang)
6 Hipertensi Derajat 3 (Berat) 180 mmHg 110 mmHg

2.1.5 Komplikasi Hipertensi


1. Stroke

Hipertensi dapat memicu munculnya stroke pada seseorang. Stroke

dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus

yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke

dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi

otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-


13

daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami

arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma.

2. Infark Miokard dan gagal Jantung

Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.

Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen

miokardium tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang

menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan

perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga

terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan

bekuan. Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah

yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di

paru,kaki dan jaringan lain sering disebut edema.

3. Gagal Ginjal

Orang yang mengidap penyakit hipertensi dapat mengakibatkan

terjadinya kerusakan ginjal. Hal ini disebabkan ginjal merupakan organ yang

mengendalikan tekanan darah manusia. Pengendalian tekanan darah ini

dilakukan melalui beberapa mekanisme yaitu jika tekanan darah meningka

maka ginjal akan semakin aktif mengeluarkan garam dan air sehingga volume
14

darah berkurang serta mengembalikan tekanan darah menuju normal. Kondisi

yang berbeda terjadi ketika tekanan darah menurun. Ketika hal ini terjadi maka

ginjal akan mengurangi pengeluaran garam dan air keluar tubuh. Hal ini

mengakibatkan tekanan darah kembali menjadi normal. Pengendalian tekanan

darah dilakukan juga oleh enzim rennin yang dihasilkan oleh ginjal yang

memicu pembentukan hormon angiotsin yang memicu pelepasan hormon

alodosteron. Apabila arteri ginjal mengalami penyempitan dan peradangan

serta cedera dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi (Ridwan, 2011).

2.1.6 Pencegahan Hipertensi

Pedoman British Hypertension Society 2004 mengajukan perubahan

gaya hidup yang konsisten dengan pedoman dari US National High BP

Education Program tahun 2002 untuk pencegahan utama bagi hipertensi

sebagai berikut:

1. Menjaga berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 2025 kg/m2).

2. Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium sampai <100 mmol/ hari

(<6 g natrium klorida atau <2,4 g natrium per hari).

3. Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat (30

menit per hari, pada hampir setiap hari dalam seminggu).

4. Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-laki dan tidak

lebih dari 2 unit/hari pada perempuan.

5. Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya, sedikitnya

lima porsi per hari).


15

Perubahan gaya hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan darah

setara dengan masing-masing obat antihipertensi. Kombinasi dari dua atau

lebih perubahan gaya hidup dapat memberikan hasil lebih baik (Williams,

2004).

2.2 Diet Rendah Garam

Diet rendah garam adalah garam natrium seperti yang terdapat di dalam

garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3), baking powder, natrium benzoate,

dan vetsin (mono natrium glutamate). Dalam keadaan normal jumlah natrium

yang dikeluarkan tubuh melalui urin sama dengan jumlah yang dikonsumsi,

sehingga terdapat keseimbangan.

Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang

dibutuhkan sehingga tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari. WHO

(1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari

ekivalen dengan 2400 mg Na. Asupan natrium yang berlebihan terutama dalam

bentuk natrium klorida, dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan

tubuh, sehingga menyebabkan edema atau asites dan atau hipertensi.

Tujuan dari diet rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi

garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada

pasien hipertensi. Syarat diet rendah garam adalah cukup energy, protein,

mineral dan vitamin, bentuk makanan sesuai denga keadaan penyakit, jumlah

natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air atau

hipertensi (Almatsier, 2006).


16

Almatsier (2006) membagi diet rendah garam menjadi:

1. Diet rendah garam I (200-400 mg Na)

Diet rendah garam I diberikan kepada pasien dengan edema, asites atau

hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam

dapur. Dihindari makanan yang tinggi kadar natriumnya.

2. Diet rendah garam II (600-800 mg Na)

Diit rendah garam II diberikan kepada pasien dengan edema, asites atau

hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diit

rendah garam I. Pada pengolahan makanannya menggunakan sendok teh

garam dapur atau 2 gram. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar

natriumnya.

3. Diet rendah garam III (1000-1200 mg Na)

Diit rendah garam III diberikan pada pasien dengan edema atau

penderita hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet

garam rendah 1. Pada pengolahan makanannya mengunakan 1 sendok teh atau

4 gram garam dapur.


17

Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan :

Tabel 2.2 Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan


sumber karbohidrat beras, kentang, singkong, roti, biskuit dan kue-kue
terigu, tapioka, hunkwe, yang dimasak dengan
gula, makanan yang diolah garam dapur atau baking
dari bahan makanan tanpa powder dan soda
garam dapur dan soda
seperti: makaroni, mi,
bihun, roti, biscuit dan roti
kering
sumber protein hewani daging dan ikan maksimal otak, ginjal, lidah,
100 gram sehari; telur sardine; daging, ikan,
maksimal 1 butir sehari susu dan telur yang
diawet dengan garam
dapur seperti daging
asap, ham, bacon,
dendeng, abon, keju,
ikan asin, ikan kaleng,
kornet, ebi, udang
kering, telur asin dan
telur pindang
sumber protein nabati semua kacang-kacangan keju kacang tanah dan
dan hasilnya diolah dan semua
dimasak tanpa garam kacang-kacangan dan
dapur hasilnya yang dimasak
dengan garam dapur dan
lain ikatan natrium
Sayuran semua sayuran segar, sayuran yang dimasak
18

sayuran yang diawet tanpa dan diawet dengan


garam dapur dan natrium garam dapur dan lain
benzoate; ikatan natrium, seperti
sayuran dalam kaleng,
sawi asin, asinan dan
acar
Buah-buahan semua buah-buahan segar, Buah-buahan yang
buah yang diawet tanpa diawet dengan garam
garam dapur dan natrium dapur dan lain ikatan
benzoat; natrium, seperti buah
dalam kaleng
Lemak minyak goreng, margarin ;
dan mentega tanpa garam margarin dan mentega
biasa
Minuman Teh dan kopi minuman ringan
Bumbu semua bumbu-bumbu garam dapur untuk Diet
kering yang tidak Rendah Garam I, baking
mengandung garam dan powder, soda kue, vetsin
lain ikatan natrium. Garam dan bumbu-bumbu yang
dapur sesuai ketentuan mengandung garam
untuk Diet Rendah Garam dapur seperti kecap,
II dan III) magi, tomato ketchup,
petis dan tauco
Sumber : Almatsier, 2006

Pengurangan penggunaan garam yang dimaksud bukanlah dilaksanakan

pada semua jenis garam, namun pengurangan yang ada lebih kepada maksud

pembatasan jumlah garam atau natrium klorida (NaCl) dalam makanan selain

penyedap masakan (monosodium glutamat = MSG), serta sodium karbonat.


19

Sangat dianjurkan pada pelaku diet ini untuk mengonsumsi garam dapur

(garam yang mengandung iodium) tidak lebih daripada 6 gram per hari atau

setara dengan satu sendok teh. Untuk memudahkan diet ini cobalah untuk :

1. Tidak meletakkan garam di atas meja makan.


2. Pilihlah sayuran yang segar. Makanan yang terdapat di kemasan kaleng banyak

mengandung garam. Jika pun mau tidak mau harus mengonsumsi sayuran

kaleng maka cuci bersih sayuran dengan air sebelum dikonsumsi untuk

mengurangi kandungan garam yang melekat di sayuran tersebut.


3. Pilihlah buah yang segar, karena umumnya buah-buah yang segar memiliki

kandungan rendah natrium namun kaya akan kandungan kalium.


4. Menambahkan rasa di makanan dengan bumbu atau rempah lainnya seperti

bawang putih, bawang merah, jahe, kunyit, salam, gula, atau cuka selain

garam.
5. Untuk makanan camilan pilihlah kacang, biskuit, dan makanan camilan lainnya

yang tidak mengandung banyak garam.


Hindarilah penggunaan saus tomat, terasi, petis, MSG, tauco pada

makanan yang akan anda konsumsi (Sapardan, 2009).


2.3 Metode recall

Metode recall makanan merupakan tehnik yang paling sering

digunakan baik secara klinis maupun penelitian. Metode ini mengharuskan

pelaku mengingat semua makanan dan jumlahnya sebaik mungkin dalam

waktu tertentu ketika tanya jawab berlangsung, pengingatan sering dilakukan

untuk 1 -3 hari. Pada dasarnya metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan

jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada masa lalu. Wawancara


20

dilakukan sedalam mungkin agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan

makanan yang dikonsumsinya beberapa hari yang lalu. Berikut ini merupakan

langkah-langkah dalam melakukan Recall Nutrition:

1. Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua


makanan atau minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga

(URT) selama kurun waktu 24 jam, 48 jam hingga 3 hari yang lalu tergantung pada

tujuan survey konsumsi makanan, kemudian petugas melakukan konversi dari Ukuran

Rumah Tangga (URT) ke dalam ukuran berat (gram).


2. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar

KomposisiBahan Makanan (DKBM).


3. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

(DKGA)atau AngkaKecukupan Gizi (AKG ) untuk Indonesia.


Kelebihan dari metode Recall Nutrition adalah mudah melaksanakannya

serta tidak terlalu membebani responden biaya relatif murah, karena tidak

memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara cepat,

sehingga dapat mencakup banyak responden. Dapat digunakan untuk

responden yang buta huruf . Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-

benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.

Kekurangannya adalah ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat

responden oleh karena itu reponden harus mempunyai daya ingat yang baik,

sehingga metode ini tidak cocok di lakukan pada anak usia di bawah 7 tahun

dan orang tua berusia di atas 70 tahun serta sering terjadi the flat slope

sindrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan


21

konsumsinya lebih banyak atau responden yang kelebihan berat badan untuk

melaporkan konsumsinya lebih sedikit (Daphane, 2011).

2.4 Hubungan Kepatuhan Diet Rendah Garam dengan Tekanan Darah Pada

Pasien Hipertensi

Kepatuhan diet rendah garam berpengaruh pada kestabilan tekanan

darah pada pasien hipertensi. Pasien yang secara teratur mematuhi diet rendah

garam yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan hanya mengkonsumsi

makanan yang diberikan dan menghabiskan makanan tersebut cenderung

terjaga kestabilan tekanan darahnya dibandingkan dengan pasien yang tidak

mematuhi secara teratur diet rendah garam dengan sama sekali tidak

mengkonsumsi makanan yang diberikan atau mengkonsumsi makanan yang

diberikan juga mengkonsumsi makanan dari luar. Hal ini dapat terlihat dari

asupan natrium pasien sesuai atau tidaknya dengan tingkat retensi garam atau

hipertensi. Pasien yang menjalani diet Rendah Garam I dengan tekanan darah

180 / 110 mmHg asupan natriumnya maksimal 400 mg Na/hari, diet

Rendah Garam II dengan tekanan darah 160-179/100-109 mmHg asupan

natriumnya maksimal 800 mg Na/hari dan diet Rendah Garam III dengan

tekanan darah 140-159/90-99 mmHg asupan natriumnya maksimal 1200 mg

Na/hari (Almatsier, 2006)

Konsumsi natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium

dalam cairan diluar sel akan meningkat. Akibatnya natrium akan menarik
22

keluar banyak cairan yang tersimpan dalam sel, sehingga cairan tersebut

memenuhi ruang diluar sel. Berjejalnya cairan diluar sel membuat volume

darah dalam sistem sirkulasi meningkat. Hal ini menyebabkan jantung bekerja

lebih keras untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh dan menyebabkan

tekanan darah meningkat sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi

(Apriadji, 2007).

Pasien yang secara teratur mematuhi diet rendah garam cenderung

terjaga kestabilan tekanan darahnya dibandingkan dengan pasien yang tidak

mematuhi secara teratur diet rendah garam tersebut. Sebagaimana penelitian

yang dilakukan oleh Aris Sobirin bahwa hasil tabulasi silang antara diet

Natrium dengan kestabilan tekanan darah pada hipertensi primer menunjukan

tekanan darah stabil lebih banyak pada diet Natrium baik, sedangkan tekanan

darah tidak stabil lebih banyak pada responden yang diet natriumnya kurang

baik (Sobirin. A, 2005).

Dr. Gregg C. Fonarow, profesor Kardiologi di Universitas Carolina, Los

Angeles, setuju bahwa garam dapat berperan di dalam resistensi hipertensi.

Penelitian ini sangat menarik karena menunjukkan bahwa pasien hipertensi

resisten, dengan diet rendah garam yang dilakukan dan dikonsumsi secara

teratur memiliki pengaruh besar di dalam menurunkan tekanan darahnya

dengan cara mengurangi retensi atau penumpukan cairan di intravaskuler dan

memperbaiki fungsi vaskularisasi atau pembuluh darah (Sapardan, 2012).

2.5 Kerangka Teori


23

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Faktor risiko yang tidak dapat
ubah :
1. Genetis
2. Usia
3. Jenis Kelamin
4. Ras

Faktor risiko yang dapat ubah:


1. Merokok
Tekanan Darah Pasien
2. Obesitas
3. Kurang Olahraga Hipertensi
4. Kafein
5. Alkohol
6. Stress
7. Kelebihan Garam

Kepatuhan diet Rendah Garam


Sumber : Casey dan Benson, 2012

2.6 Hipotesis Penelitian

Ho diterima : Tidak ada hubungan kepatuhan diet rendah garam dengan

tekanan darah pada pasien hipertensi.


Ha diterima : Ada hubungan kepatuhan diet rendah garam dengan tekanan

darah pada pasien hipertensi.


24

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik

dengan desain cross-sectional yang mengkaji hubungan antara variabel

independen (kepatuhan diet Rendah Garam) dengan variabel dependen

(tekanan darah pasien hipertensi) yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan

(Notoatmodjo, 2005).

3.2 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (Independen) adalah Variabel yang mempengaruhi variable

terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kepatuhan diet Rendah

Garam.
2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel akibat atau variable yang

dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

tekanan darah penderita Hipertensi.

Gambar 3.1 variabel penelitian

Kepatuhan diet Rendah Tekanan darah pasien


Garam hipertensi
25

Variabel Independen Variabel Dependen

3.3 Kerangka Konsep

Gambar 3.2 26
Kerangka konsep

Faktor risiko yang tidak


dapat ubah :
1. Genetis
2. Usia
3. Jenis Kelamin
4. Ras

Faktor risiko yang dapat


ubah: Tekanan Darah
1. Merokok pasien hipertensi
2. Obesitas
3. Kurang Olahraga
4. Kafein
5. Alkohol
6. Stress
7. Kelebihan Garam

Kepatuhan diet Rendah


Garam

Tidak Patuh Patuh


26

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional

Variabel Definisi Cara Alat Hasil Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
Tekanan Tekanan darah yang Formulir Data 0= Naik Ordinal
darah diperoleh dari data Register tekanan
pasien pasien yang tercatat medic darah 1= Turun
hipertensi pada register medik saat pasien
pasien dirawat waktu hipertensi
pagi hari.

Kepatuhan Perilaku pasien dalam Wawanca Recall 0=Tidak Ordinal


konsumsi konsumsi diit rendah ra 1x24 jam Patuh
diit rendah garam meliputi langsung 1=Patuh
garam frekuensi dan jumlah dengan
natrium yang pasien
dikonsumsi.

0 = Tidak Patuh.
Pasien tidak
mengkonsumsi atau
tidak menghabiskan diit
RG atau mengkonsumsi
diit RG namun juga
mengkonsumsi makanan
luar.
RG I > 400 mg Na /hari
RG II > 800 mg Na/hari
RG III > 1200 mg
Na/hari
1 = Patuh .
Pasien mengkonsumsi
dan menghabiskan diit
RG yang diberikan.
RG 1 400 mg Na
/hari
27

RG II 800 mg Na/hari
RG III 1200 mg
Na/hari

3.5 Populasi Dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh pasien

hipertensi Instalasi Rawat Inap Kenanga dan Teratai pada bulan Januari-

Oktober 2012 di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu sebanyak 72 pasien diruang

kenanga dan 53 pasien diruang teratai. Dengan jumlah pasien sebanyak 125

pasien hipertensi.

3.5.6 Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi (Notoadmojo, 2005).

Berdasarkan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling


yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :
1. Pasien terdiagnosa hipertensi
2. Pasien hipertensi dengan usia >18 tahun
3. Bersedia menjadi subjek penelitian
Kriteria ekslusi :
1. Pasien tanpa diagnosa hipertensi
2. Pasien hipertensi dengan usia >70 tahun
3. Tidak bersedia menjadi subjek pnelitian

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian berdasarkan rumus

sebagai berikut:
28

N
n=
N ( d )2 +1

Keterangan:
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah populasi
d = nilai presisi (0,1) (Notoatmodjo, 2005)
Perhitungan sampel:
Jumlah Populasi: orang
Nilai Presisi : 0,1

N
n= N ( d )2 +1

125
n= 125 ( 0,1 )2 +1

n = 55,56 pasien = 55 pasien

Jadi subjek dalam penelitian ini yaitu 55 pasien hipertensi.

3.6 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rawat Inap Kenanga dan Teratai

RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu dalam kurun waktu selama Januari-Februari

2013.

3.7 Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data


29

3.7.1 Jenis Data

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini :

1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden

baik yang dilakukan melalui wawancara dan alat lainnya. Pada penelitian ini

data primer meliputi identitas, kepatuhan diet rendah garam meliputi frekuensi

dan jumlah natrium yang dikonsumsi pasien.


2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, pada

umumnya untuk mendapatkan data sekunder tidak lagi dilakukan wawancara

atau melalui instrument jenis lainnya melainkan meminta bahan-bahan sebagai

pelengkap melalui petugas yang mencarinya sendiri dalam file-file yang

tersedia. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data penunjang penelitian

yaitu data tekanan darah pasien hipertensi.

3.7.2 Alat Pengumpulan Data

1. Data Primer
Identitas pasien diperoleh melalui wawancara, kepatuhan diet rendah

garam pada pasien diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan food

recall 1x24 Jam.


2. Data Sekunder
Data tekanan darah pasien hipertensi diperoleh melalui data hasil rekam

medik pasien yang tercatat pada register medik.

3.7.3 Cara Mengolah Data


30

1. Editing data (memeriksa data) bertujuan untuk melengkapi dan memperbaiki

data yang telah ada secara keseluruhan.


2. Entry data (memasukkan data), memindahkan data rata-rata asupan natrium.
3. Processing (proses), memproses data dengan menggunakan komputer, agar

dapat dianalisis.
4. Cleaning data (pembersihan). Setelah data disusun dan selesai maka

dilaksanakan kembali pemeriksaan data agar data-data tersebut bebas dari

kesalahan.
3.7.4 Analisis Data

Hasil dari data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk

tabel dan analisis secara univariat dan bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap

variabel dalam hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat pada penelitian ini menggunakan komputer. Analisa

bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet Rendah Garam

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi. Hubungan antara dua variabel

kategorik dapat dilakukan dengan uji chi-square.

Ho diterima = p value > 0,05 (tidak ada hubungan kepatuhan diet rendah

garam dengan tekanan darah pada pasien hipertensi)

Ha diterima = p value < 0,05 (ada hubungan kepatuhan diet rendah garam

dengan tekanan darah pada pasien hipertensi)


31

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Penelitian


4.1.1 Jalannya Penelitian
32

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr.M Yunus Provinsi Bengkulu di ruang

rawat inap kenanga dan teratai untuk melihat hubungan antara variabel (kepatuhan

diet rendah garam) dengan variabel (tekanan darah). Pengambilan data dilakukan

dengan menggunakan lembaran pedoman Food Recall yaitu 1 x 24 jam, dengan

metode wawancara untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet rendah garam

dengan tekanan darah pasien hipertensi.


Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap persiapan dan

tahap pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi penetapan judul, survey awal yang

dilakukan pada bulan Oktober 2012. Sesuai dengan sampel penelitian yang

ditetapkan yaitu 55 pasien, maka dilakukan penelitian di ruang rawat inap

kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dengan teknik pengambilan

sampel Purposive Sampling.


Selanjutnya merumuskan masalah penelitian, menyiapkan instrument

penelitian, ujian proposal dan mengurus surat izin penelitian. Peneliti meminta

izin penelitian dari institusi pendidikan yaitu Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

Setelah mendapatkan izin kemudian diserahkan ke bagian Kesbang Linmas

Provinsi Bengkulu tanggal 09 Januari 2013. Pada tanggal 02 Februari 2013

peneliti mendapatkan izin penelitian dari RSUD Dr.M Yunus Provinsi Bengkulu

yang kemudian langsung diserahkan ke ruang rawat inap kenanga dan teratai.
Setelah mendapatkan izin dari kepala ruangan rawat inap kenanga dan

teratai RSUD Dr.M Yunus Provinsi Bengkulu segera dilakukan penelitian yaitu
34
melakukan pencatatan data awal nama, umur, pekerjaan, genetik, kebiasaan
33

merokok dan komsusi alkohol serta mewawancararai pasien dengan metode

Recall tentang makanan yang dikonsumsi setiap kali selesai jam makan.
Pengambilan data dilakukan selama 1 bulan setiap kali selesai jam makan

pasien pada tanggal 02 Februari 2013 sampai dengan 02 Maret 2013. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh dengan mewawancarai pasien , sedangkan data

sekunder yaitu data yang diperoleh dari rekam medik pasien yang terdapat dalam

masing-masing ruangan. Data yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan

pengolahan data melalui tahap pengolahan data antara lain editing, entry,

processing, cleaning dan dilakukan analisis data dengan menggunakan uji chi-

square untuk mengetahui hubungan antar variabel.


4.1.2 Kesulitan dan keterbatasan penelitian
Kesulitan yang dialami oleh peneliti adalah sulitnya menentukan ukuran

porsi makanan yang dikonsumsi oleh pasien, sehingga recall harus dilakukan

setiap kali sesudah jam makan pasien karena jika tidak pasien akan lupa dan

mengada-ada makanan yang dikonsumsinya. Selain itu sulitnya mewawancarai

pasien yang sedang dirawat karena kondisi yang tidak sehat.


4.1.3 Gambaran umum lokasi penelitian
Rumah Sakit umum Propinsi Bengkulu berlokasi di Sidomulyo kota

Bengkulu. RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu merupakan rumah sakit kelas B

pendidikan dan telah terakreditasi B pendidikan serta telah terakreditasi 16

pelayanan, hal ini berdasarkan surat keputusan menteri kesehatan republic

Indonesia No. 1413/MENKES/SK/VII/22006 tanggal 15 Desember 2006.


34

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap dan kenanga dan teratai RSUD Dr. M.

Yunus Bengkulu.

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini didapatkan dengan menggunakan 2 analisis yaitu

analisis univariat dan analisis bivariat, dengan hasil sebagai berikut :


1. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi yang

diteliti dari variable independent (kepatuhan diet rendah garam) dengan variabel

dependent (tekanan darah). Secara keseluruhan data dapat dilihat pada tabel

berikut :
Tabel 4.1 Distribusi umur pada pasien hipertensi ruang rawat inap
kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2013
Variabel Mean Median SD Minimum Maksimum
Umur 57,49 57,00 8,492 42 69
Dari tabel diatas, didapatkan hasil bahwa rata-rata umur pada pasien

hipertensi ruang rawat inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

tahun 2013 yaitu 57,49 tahun dengan umur terendah 42 tahun dan umur tertinggi

69 tahun.
Tabel 4.2 Distribusi jenis kelamin pada pasien hipertensi ruang rawat
Inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
tahun 2013
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-Laki 26 47,3
Perempuan 29 52,7
Total 55 100
Dari tabel diatas, didapatkan hasil bahwa perempuan lebih banyak

menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki yaitu dari 55 pasien hipertensi

terdapat 29 pasien perempuan dengan persentase 52,7 % dan pasien laki-laki 26

dengan persentase 47, 3 %.


35

Tabel 4.3 Distribusi genetik pada pasien hipertensi ruang rawat inap
kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun
2013
Genetik Frekuensi Persentase
Tidak 44 80
Iya 11 20
Total 55 100
Dari tabel diatas, didapatkan hasil bahwa pasien hipertensi lebih banyak

tidak genetik dengan jumlah pasien 44 (80%) dibandingkan pasien genetik 11

(20%).

Tabel 4.4 Distribusi kebiasaan merokok pada pasien hipertensi ruang


rawat inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu tahun 2013
Merokok Frekuensi Persentase
Tidak 39 70,9
Iya 16 29,1
Total 55 100
Dari tabel diatas, didapatkan hasil bahwa pasien hipertensi lebih banyak

tidak merokok dengan jumlah pasien 39 (70,9%) dibandingkan pasien merokok

16 (29,1%).

Tabel 4.5 Distribusi kebiasaan konsumsi alkohol pada pasien hipertensi


ruang rawat inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu tahun 2013
Konsumsi Alkohol Frekuensi Persentase
Tidak 50 90,9
Iya 5 9,1
Total 55 100
Dari tabel diatas, didapatkan hasil bahwa pasien hipertensi lebih banyak

tidak mengkonsumsi alkohol dengan jumlah pasien 50 (90,9%) dibandingkan

pasien mengkonsumsi alkohol 5 (9,1%).

Tabel 4.6 Distribusi kepatuhan diet rendah garam pada pasien hipertensi
ruang rawat inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu tahun 2013
36

Kepatuhan diet Frekuensi Persentase


Tidak patuh 27 49,1
Patuh 28 50,9
Total 55 100
Dari tabel diatas, didapatkan hasil bahwa kepatuhan diet pasien hipertensi

hanya berbeda 1 (0,1%). Dengan pasien tidak patuh 27 (49,1%) dan pasien patuh

28 (50,9%).

Tabel 4.7 Distribusi tekanan darah pada pasien hipertensi ruang rawat
inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun
2013
Tekanan darah Frekuensi Persentase
Naik 26 47,3
Turun 29 52,7
Total 55 100
Dari tabel diatas, didapatkan hasil bahwa tekanan darah pasien hipertensi lebih

banyak turun 29 (52,7%) dibandingkan tekanan darah yang naik 26 (47,3%).

2. Analisis Bivariat

Analisi bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan

diet rendah garam dengan tekanan darah pada pasien hipertensi ruang rawat inap

kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2013 digunakan uji chi

square.
Secara keseluruhan data dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8 Hubungan antara kepatuhan diet rendah garam dengan tekanan
darah pada pasien hipertensi ruang rawat inap kenanga dan
teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2013

Kepatuhan diet Tekanan darah


pasien hipertensi P
rendah garam Total OR
Value
pasien hipertensi
naik Turun
tidak patuh 18 9 27 5,00 0,005
0
37

66.70% 33.30% 100%

8 20 28
patuh
28.60% 71.40% 100%

26 29 55
Total
47.30% 52.70% 100%

Berdasarkan tabel diatas bahwa pasien tidak patuh tekanan darahnya

naik 18 (66.70%), tekanan darah turun 9 (33.30%), sedangkan pasien patuh

tekanan darah naik 8 (28.60%), tekanan darah turun 20 (71.40%). Hasil uji

statistik didapatkan ada hubungan yang bermakna (p value = 0,005) < 0,05

antara kepatuhan diet rendah garam dengan tekanan darah pada pasien

hipertensi ruang rawat inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

tahun 2013.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hubungan antara kepatuhan diet rendah garam dengan tekanan darah
pada pasien hipertensi ruang rawat inap kenanga dan teratai RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu tahun 2013
Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata umur pasien hipertensi 57

tahun termasuk pada golongan lansia. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh

perempuan 29 (52,7%) dibandingkan laki-laki 26 (47,3%) dan bukan karena


38

faktor genetik 44 (80%) karena faktor genetik 11 (20%). Hipertensi pada pasien

yang di rawat di ruang kenanga dan teratai sebagian besar tidak disebabkan karena

kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, dari data didapatkan bahwa pasien

tidak merokok 39 (70,9%) merokok 16 (29,1%) dan pasien tidak mengkonsumsi

alkohol 50 (90,9%) mengkonsumsi alkohol 5 (9,1%).


Kepatuhan diet rendah garam pasien hipertensi yang dirawat di ruang rawat

inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2013 sudah cukup

baik yaitu 28 (50,9%) pasien hipertensi mematuhi diet rendah garam dengan

mengkonsumsi natrium tidak lebih dari batas yang dianjurkan sesuai ketentuan

diet masing-masing dan terdapat 27 (49,1%) pasien tidak mematuhi diet rendah

garam dengan mengkonsumsi natrium lebih dari batas yang dianjurkan sesuai

ketentuan diet masing-masing. Pasien yang tidak patuh memberikan alasan bahwa

makanan yang disajikan rumah sakit terasa hambar, nafsu makan berkurang dan

lebih tertarik mengkonsumsi makanan yang dibawa oleh keluarga. Sedangkan

pasien yang patuh mengikuti anjuran dari petugas gizi.


Rata-rata asupan natrium yang dikonsumsi pasien hipertensi berdasarkan

jenis diet, untuk diet rendah garam 1pasien patuh mengkonsumsi natrium 250

mg/hari dan pasien tidak patuh mengkonsumsi natrium 502 mg/hari. Diet rendah

garam II pasien patuh mengkonsumsi natrium 487 mg/hari dan pasien tidak patuh

mengkonsumsi natrium 996 mg/hari sedangkan diet rendah garam III II pasien

patuh mengkonsumsi natrium 201 mg/hari dan pasien tidak patuh mengkonsumsi

natrium 1365 mg/hari.


39

Konsumsi natrium yang lebih menyebabkan konsentrasi natrium dalam

cairan diluar sel akan meningkat. Akibatnya natrium akan menarik keluar banyak

cairan yang tersimpan dalam sel, sehingga cairan tersebut memenuhi ruang diluar

sel. Berjejalnya cairan diluar sel membuat volume dalam system sirkulasi

meningkat. Hal ini menyebabkan takanan darah meningkat sehingga berdampak

pada timbulnya hipertensi (Apriadji, 2007).


Tekanan darah pada pasien hipertensi yang dirawat di ruang rawat inap

kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2013 lebih banyak turun

29 (52,7%) dibandingkan tekanan darah yang naik 26 (47,3%). Meningkatnya

tekanan darah didalam arteri bisa terjadi karena jantung memompa lebih kuat

sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya dan arteri besar

kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, dan mereka tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena

itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa melalui pembuluh yang sempit dari

pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah (Ramadhan, 2010).

Adapun penyebab lainnya seseorang mempunyai tekanan darah yang tinggi adalah

karena faktor yang dapat dikendalikan dan faktor yang tidak dapat dikendalikan.

Faktor yang dapat dikendalikan antara lain yaitu merokok, obesitas kurang

olahraga, kafein, penggunaan alkohol, stres dan kelebihan garam. Sedangkan

faktor yang tidak dapat dikendalikan yaitu genetis, usia, jenis kelamin dan ras

(Casey dan Benson, 2012). Sedangkan menurut JNC VII faktor lain yang

menyebabkan peningkatan tekanan darah pada individu adalah obesitas, konsumsi


40

diet tinggi natrium atau rendah potasium, konsumsi alkohol berlebih, merokok,

polisitemia atau peningkatan viskositas darah, penggunaan AINS (Anti Inflamasi

Non Steroid) dan sindroma metabolik.

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square didapatkan ada

hubungan yang bermakna (p value = 0,005) < 0,05 antara kepatuhan diet rendah

garam dengan tekanan darah pada pasien hipertensi rawat inap di RSUD Dr. M.

Yunus Bengkulu tahun 2013. Dari data diperoleh bahwa pasien patuh, tekanan

darah turun 20 (36,4%) dan pasien tidak patuh, tekanan darah naik 18 (32,7%).

Analisis hubungan dua variabel menunjukkan pasien yang tidak patuh

terhadap diet rendah garam yang diberikan mempunyai peluang 5 kali mengalami

tekanan darah naik dibandingkan dengan pasien patuh terhadap diet rendah garam

yang diberikan (OR : 5,000).

Namun pada kenyataannya penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Aris Sobirin bahwa hasil tabulasi silang antara diet natrium

dengan kestabilan tekanan darah pada pasien hipertensi menunjukkan tekanan

darah stabil lebih banyak pada diet natrium baik sedangkan tekanan darah tidak

stabil lebih banyak pada diet natrium kurang baik (Sobirin.A, 2005). Dari hasil

penelitian ditemukan bahwa 9 (16,4%) pasien hipertensi mengkonsumsi natrium

lebih dari batas yang dianjurkan namun tekanan darahnya turun dan 8 (14,5%)

pasien lain mengkonsumsi natrium kurang dari batas yang dianjurkan namun

tekanan darahnya naik. Hal ini disebabkan kecendrungan pasien melebih-lebihkan

atau mengurangi makanan yang dikonsumsi sehingga mempengaruhi hasil


41

perhitungan dan kemungkinan terdapat kesalahan pada saat pengukuran tekanan

darah oleh petugas, kesalahan alat tensi yang digunakan dan pembacaan hasil

yang kurang tepat.

Selain itu terjadi peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium dengan

bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar

natrium. Faktor lain terjadinya penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat

proses menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang

mengakibatkan hipertensi. Perubahan ateromatous akibat proses menua

menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin

dan subtansi kimiawi lain yang kemudian meyebabkan resorbi natrium di tubulus

ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain

berhubungan dengan kenaikan tekanan darah (Sheps, 2005).

Metode survey konsumsi makanan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan metode recall 1 x 24 jam yang mempunyai kelemahan bias

akan hasil, hal ini diakibatkan oleh berbagai faktor seperti ketepatan sangat

tergantung pada daya ingat pasien, the flat slope syndrome dan sulitnya

menentukan ukuran porsi konsumsi makanan yang dikonsumsi pasien.


Pada pengukuran tekanan darah peneliti mengambil tekanan darah pasien

sebelum dan sesudah pemeriksaan yaitu pada tekanan darah pasien di pagi hari

karena tekanan darah pada pagi hari belum dipengaruhi oleh aktivitas apapun dan

masih menggambarkan dampak dari apapun yang dilakukan pada hari kemarin

termasuk patuh atau tidaknya pasien terhadap diet yang diberikan. Tekanan darah
42

diambil dari hasil pemeriksaan petugas yang mempunyai kelemahan bias akan

hasil, hal ini diakibatkan karena kemungkinan kesalahan pengukuran, alat tensi

dan pembacan hasil.


Adapun cara untuk mencegah hipertensi adalah dengan cara perubahan gaya

hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan darah. Kombinasi dari dua atau

lebih perubahan gaya hidup dapat memberikan hasil yang lebih baik, misalnya

berolahraga secara teratur, konsumsi makanan sehat, kurangi asupan natrium,

tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol (Williams, 2004).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pasien hipertensi

ruang rawat inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2013

maka dapat dilihat kesimpulan sebagai berikut:

1. Pasien patuh, tekanan darah turun 20 (36,4%) dan pasien tidak patuh,

tekanan darah naik 18 (32,7%). Sedangkan pasien tidak patuh namun

tekanan darahnya turun 9 (16,4%) dan 8 (14,5%) pasien lain patuh

namun tekanan darahnya naik.


2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan diet rendah

garam dengan tekanan darah pada pasien hipertensi ruang rawat inap

kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2013 dengan

hasil (p value = 0,005) < 0,05.


43

5.2 Saran
1. Bagi Penderita Hipertensi
Perlunya melakukan pemeriksaaan tekanan darah, pengobatan secara rutin dan

menjalani pola hidup yang sehat seperti mematuhi konsumsi diet rendah

garam, menghentikan kebiasaan merokok dan konsumsi akohol, olahraga

teratur, hindari stress dan konsumsi makanan sehat untuk mencegah timbulnya

komplikasi lebih lanjut.


2. Bagi Rumah Sakit
Memberikan makanan yang lebih menarik sehingga meningkatkan nafsu

makan pasien dengan tidak mengubah


45 standar diet dan lebih sering

memberikan konsultasi kepada pasien tentang pentingnya mematuhi diet

rendah garam untuk menjaga kestabilan tekanan darah.


3. Bagi Mahasiswa
Dapat melakukan penelitian hubungan tekanan darah pasien hipertensi dengan

variabel lain seperti asupan kalium dan kebiasaan olahraga.


44

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier.S, 2008, Penuntun Diet Edisi Baru, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

_________, 2006, Penuntun Diet Edisi Baru, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Apriadji, H.W. 2007. Makan enak untuk hidup sehat, bahagia dan awet muda. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Astuti, sri. 2011. Makalah hipertensi. Di akses dari :
http://thutiemegarezky.blogspot.com/2011/11/makalah-hipertensi.html. 11
November 2011.
Casey, aggie dan Benson, Herbert. 2012. Menurunkan tekanan darah. PT Bhuana
IlmuPopuler Gramedia, Jakarta.

Daphane. 2011. Pengukuran konsumsi makanan tingkat kelompok rumah tangga dan
perorangan. Di akses dari : http://luhchindy.blogspot.com/2012/04/gizi-
kesmas-pengukuran-konsumsi-makanan.html. 6 Desember 2011
Data rekam medik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Besar pasien hipertensi rawat
inap tahun 2009.

_______________ RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Besar pasien hipertensi rawat


inap tahun 2010.
________________ RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Besar pasien hipertensi rawat
inap tahun 2011.

_______________ RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Besar pasien hipertensi rawat


inap ruang kenanga dan teratai bulan januari sampai oktober tahun 2012.

Djayanti, 2008. Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada
pria diatas 45 tahun diwilayah kerja puskesmas Tayu.
Dokter Medis. 2009. Klasifikasi hipertensi. Diakses dari : http;//dokter-
medis.blogspot.com/2009/09/klasifikasi-hipertensi.html. 14 September 2009.

Hartono, bambang. 2011. Hipertensi : The Sillent Killer.


45

http://www.inash.or.id/upload/news_pdf/news_DR._Drs._Bambang_Hartono,_
SE26.

Notoatmodjo,S.2005.Metodelogi penelitian kesehatan.Catatan ketiga. PT. Rineka


Cipt,Jakarta.

Rahajeng, ekowati. 2009. Jurnal Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di


47
Indonesia.:http://www.indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/...
/700/699.
Ramadhan, J.A. 2010. Mencermati berbagai gangguan pada darah dan pembuluh
darah. DIVA Press, Jogjakarta.

Ridwan, muhamad. 2011. Mengenal, mencegah, mengatasi silent killer hipertensi.


Pustaka Widyamara, Semarang.
Sapardan, Aldico. 2012. (Garam Berperan dalam Resistensi Hipertensi). Di akses
dari : http://m.klikdokter.com/detail/read/2/150183/garam- berperan-dalam-
resistensi-hipertensi--tekanan-darah-tinggi-. 28 Oktober 2012.

Sapardan, Aldico. 2009. Diet Hipertensi, Kolesterol, dan Asam Urat. Diakses dari :
http://health.liputan6.com/read/229794/Diet.Hipertensi.Kolesterol.da. 20 Mei
2009.

Sheps. 2005. Dalam jurnal Faktor-faktor Hipertensi Grade II di Kabupaten Karang


Anyar.

Suhardjono. 2012. Tekanan Darah Turun, Tak Berarti Sembuh dari Hipertensi.
http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?catid=23&mid=5&nid=810.
22 Mei 2012.

Sobirin. A. 2005. Hubungan diet natrium dengan kestabilan tekanan darahpada klien
hipertensi primer di Desa Jatitentah Puskesmas SukodonoKabupaten Sragen.
Diakses dari http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2521.

Wibowo, adek dan Wahyuningsih, aries. 2011. Jurnal hubungan kepatuhan diit
dengan kejadian komplikasi pada penderita hipertensi diruang Rawat Inap di
Rs. Baptis Kediri. Di akses dari :
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view/18433/18250.

Williams, B. 2004. Guidelines for management of hypertension: report of the fourth


46

working party of the British Hypertension Society, 2004-BHS IV. Journal of


human hypertension. Di akses dari :
http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi.

Yahya, F.A. 2011. Jangan biarkan hipertensi menggangggu jantung. Di akses dari :
http://www.inash.or.id/upload/news_pdf/news_
%28Dr._Fauzi_Yahya,_Sp.JP,_FIHA.doc%2924.

Anda mungkin juga menyukai