Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH PEMBERIAN BROWNIES PISANG TERHADAP PEMENUHAN

KALIUM PADA PENDERITA HIPERTENSI DIPUSKESMAS BAHU


MALALAYANG

USULAN PENELITIAN SKRIPSI


Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Manado

Diajukan Oleh :
Sri Puspita Dewi
711331117041

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


2020
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi ketika darah mengalir
melalui pembuluh darah dengan kekuatan yang lebih besar dari biasanya. Penanganan
yang dapat dilakukan selain terapi farmakologis adalah dengan mempergunakan terapi
non farmakologi atau terapi komplementer. Salah satu tindakan pencegahan untuk
menurunkan tekanan darah adalah dengan cara mengkonsumsi buah pisang.
Hipertensi dapat terjadi pada siapa pun, baik lelaki maupun perempuan pada
segala umur. Risiko terkena hipertensi ini akan semakin meningkat pada usia 50 tahun ke
atas. Repotnya, hamper 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebab sebenarnya.
Bahkan, pada sebagian besar kasus hipertensi tidak memberikan gejala (asistomatis).
Penyebab hipertensi sangat beragam. Di antaranya adalah pola makan yang tidak sehat.
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat
hormon termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflamasi) yang digunakan secara terus-
menerus juga memicu hipertensi.
Pada era globalisasi saat ini, masalah kesehatan terutama resiko penyakit
degeneratif seperti hipertensi masih terus meningkat baik di negara maju maupun negara
berkembang. Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, prevalensi
dari tekanan darah tinggi pada usia lebih dari 18 tahun perempuan sekitar 20% dan laki-
laki sekitar 24% (WHO, 2015).
Menurut data Riskesdas (2013) Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat
melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka
Belitung (30,90%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan
Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 % yang didiagnosis tenaga kesehatan atau
sedang minum obat sebesar 9,5 %. Jadi, ada 0,1 % yang minum obat sendiri. Responden
yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7
%. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (Balitbangkes, 2013).
Menurut World Health Organization (WHO), saat ini penderita hipertensi di dunia
mencapai sekitar 970 juta penderita, sekitar 330 juta terdapat di negara maju dan 640
terdapat di negara berkembang. Di Amerika Serikat hipertensi merupakan diagnose
primer yang umum karena menyerang hamper 50 juta penduduk dimana sekitar 69%
orang dewasa yang telah melewati 18 tahun sadar akan hipertensi yang mereka derita dan
58% dari mereka dirawat, tetapi hanya 31% yang terkontrol. Prevalensi hipertensi di
benua Amerika lebih rendah dibandingkan di benua Eropa, dimana prevalensi hipertensi
di Amerika Serikat 20,3% dan Kanada 21,4% sedangkan di beberapa Negara Eropa
seperti Swedia 38,4%, Italia 37,7%, Inggris 29,6%, Spanyol 40% dan Jerman 55,3%
(WHO, 2017.
Pisang ambon dapat menurunkan tekanan darah karena pada buah pisang ambon
banyak mengandung tinggi kalium dan rendah natrium. Kalium membantu menjaga
tekanan osmotik diruang intrasel sedangkan natrium menjaga tekanan osmotic dalam
ruang ekstrasel sehingga kadar kalium yang tinggi dapat meningkatkan ekskresi natrium
dalam urin (natriuresis), sehingga dapat menurunkan volume darah dan tekanan darah,
namun sebaliknya penurunan kalium dalam ruang intrasel menyebabkan cairan dalam
ruang intrasel cenderung tertarik kekurangan ekstrasel dan retensi natrium dikarenakan
respon dari tubuh agar osmolalitas pada kedua kompartemen berada pada titik
ekuilibrium namun hal tersebut dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu pisang
ambon juga memiliki aktivitas Angiotensin Converting Enzim Inhibitor (ACE-I) di dalam
tubuh. Sesuai dengan namanya, zat ini menghambat kerja enzim angiotensin pada proses
peningkatan tekanan darah sehingga baik untuk penderita hipertensi (Winarno, 2009,
dalam Sutria & Insayni,2015).
Konsumsi buah-buahan merupakan salah satu terapi diet yang sangat penting bagi
penderita hipertensi.Diantara buah yang mudah ditemukan di masyarakat dan memiliki
kandungan kalium, kalsium, magnesium dan serat yang tinggi adalah buah pisang. Kadar
kalium yang tinggi pada buah pisang dapat mencegah darah tinggi dan komplikasinya.
Efek ini diperkuat dengan kandungan serat yang tinggi (Agoes, 2012). Efek kalium dan
kalsium dapat meningkatkan vasodilatasi dengan menurunkan respons terhadap
katekolamin dan angiotensin. Selain itu, magnesium juga telah terbukti menurunkan
tekanan darah walaupun mekanisme kerjanya sampai saat ini masih perlu diteliti
(Lemone, et al, 2016).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah penelitian


sebagai berikut. Bagaimana pengaruh pemberian brownies pisang terhadap pemenuhan
kalium pada penderita hipertensi?
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian brownies pisang terhadap pemenuhan kalium pada
penderita hipertensi di Puskesmas Bahu
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum pemberian brownies
pisang
b. Mengetahui tekanan darah pada pasien hipertensi sesudah pemberian brownies pisang
c. Mengetahui pengaruh pemberian brownies pisang terhadap pemenuhan kalium pada
penderita hipertensi

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Peneliti
a. Menambah pengetahuan dan wawasan terhadap penyakit hipertensi
b. Menambah pemahaman tentang zat gizi yang baik dikonsumsi oleh penderita
hipertensi
2. Bagi Pasien
Pasien dapat memperoleh pengetahuan dan juga dapat lebih memahami tentang
brownies pisang yang dapat dikonsumsi oleh penderita hipertensi, mampu memilih
bahan makanan yang baik sehingga dapat menurunkan tekanan darah pasien.
3. Bagi Institusi
Menjadikan acuan agar kedepannya dapat melakukan penyuluhan atau seminar
kepada masyarakat agar lebih mengetahui tentang penyakit hipertensi.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi

Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh


Atun dkk, (2014) tentang asupan sumber natrium, rasio kalium natrium,
aktivitas fisik dan tekanan darah pasien hipertensi yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara asupan natrium dengan tekanan
darah serta terdapat hubungan yang bermakna antara rasio kalium natrium
dengan tekanan darah. Berdasarkan nilai OR, asupan natrium tinggi
merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi sebesar 5.7 kali dari asupan
natrium cukup, dan rasio kalium natrium kurang merupakan faktor resiko
terjadinya hipertensi sebesar 5.8 kali dari rasio kalium natrium baik.
Salah satu buah pisang yang memiliki kandungan kalium yang paling
tinggi yaitu pisang ambon, kandungan kaliumnya yaitu 435 mg dalam 100 g
pisang ambon dan 18 mg natrium, dan berat rata-rata satu pisang ambon
kurang lebih 140 gr sehingga satu buah pisang ambon mengandung kalium
kurang lebih 600 mg, sementara itu kandungan kalium dalam buah pisang
biasa yaitu 500 mg, kandungan kalium yang tinggi dalam buah pisang ambon
inilah yang dapat berperan dalam menurunkan tekanan darah. Menurut
penelitian yang berjudul “pengaruh konsumsi pisang ambon (musa acuminate
colla) terhadap tekanan darah wanita dewasa pada cold stress test” dari hasil
penelitian ini menunjukkan penurunan signifikan pada kenaikan tekanan
darah cold stress test setelah makan satu buah pisang ambon (Jo & Megawati,
2010).
2. Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,


hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated
systolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti
peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut.
Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung
berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum

dalam arteri dan tercemin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai
tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi
apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga
memperbesar tahanan tehadap aliran darah yang melaluinya dan
meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan
tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua
denyutan. Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik
dan diastolik.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar
95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-
angiotensin, defek dalam eksresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti
obesitas, alcohol, merokok, serta polisitemia.
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5%
kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dan lain-lain.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (JNC VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat
dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I
dan derajat II.

Tabel 01. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah


Darah (mmHg) Diastolik
(mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100

Tabel 02. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO/ISH

Klasifikasi Tekanan ekanan Darah Sistolik Tekanan Darah


Darah (mmHg) Diastolik
(mmHg)
Hipertensi berat ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sedang 160 – 179 100 – 109
Hipertensi ringan 140 – 159 90 – 99
Hipertensi 120 – 149 90 – 94
perbatasan 120 – 149 <90
Hipertensi sistolik
Perbatasan >140 <90
Hipertesni sistolik
Terisolasi <140 <90
Normotensi <12 <80
Optimal
3. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah terbentuknya angiotensin II dari


angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hromon, renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui
dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume cara menarik cairan dari
bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya
akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Manifestasi klinis yang dapat muncul
akibat hipertensi menurut Elizabeth J.
4. Gejala- Gejala Hipertensi

Julukan “the silent disease” diberikan kepada penyakit hipertesni.


Hal ini sesuai dengan kedatangannya yang tiba-tiba dan tanpa
menunjukkan adanya gejala tertentu. Seringkali para penderita hipertensi
baru menyadari atau mengetahui setelah penyakit hipertensi yang di
deritanya menyebabkan berbagai penyakit komplikasi.

Pada beberapa hipertensi, tekanan darah meningkat dengan cepat


sehingga tekanan diastole menjadi lebih besar dari 140 mmHg (hipertensi
malignant. Gejala yang sering muncul adalah pusing, sakit kepala, serasa
akan pingsan, tinnitus (terdengar suara mendengung dalam telinga) dan
penglihatan menjadi kabur.

Hipertensi harus dikendalikan, sebab semakin lama tekanan yang


berlebihan pada dinding arteri dapat merusak banyak organ vital dalam
tubuh. Tempat-tempat utama yang paling dipengaruhi hipertensi adalah:

a. Sistem Kardiovaskuler
 Arterosklerosis : Hipertensi dapat mempercepat
penumpukan lemak di dalam dan di bawah lapisan
arteri. Ketika dinding dalam arteri rusak, sel-sel darah
yang disebut trombosit akan menggumpal pada daerah
yang rusak, timbunan lemak akan melekat dan lama
kelamaan dinding akan menjadi berparut dan lemak
menumpuk disana sehingga terjadi penyempitan
pembuluh darah arteri.
 Aneurisma : Adanya pengelembungan pada arteri
akibat dari pembuluh darah yang tidak elastis lagi,
sering terjadi pada arteri otak atau aorta bagian bawah.
Jika terjadi kebocoran atau pecah sangat fatal
akibatnya. Gejala skait kepala hebat.
 Gagal jantung : Jantung tidak kuat memompa darah
yang kembali ke jantung dengan cepat, akibatnya cairan
terkumpul di paru-paru kaki dan jaringan lain sehingga
terjadi odema akibatnya sesak nafas.
 Otak
Hipertensi secara signifikan meningkatkan kemungkinan
terserang stoke. Stroke disebut juga serangan otak, merupakan
sejenis cidera otak yang disebabkan tersumbatnya atau
pecahnya pembuluh darah dalam otak sehingga pasokan darah
ke otak terganggu.
b. Ginjal
Fungsi ginjal adalah membantu mengontrol tekanan darah
dengan mengatur jumlah natrium dan air di dalam darah.
Seperlima dari darah yang dipompa jantung akan melewati
ginjal. Ginjal mengatur keseimbangan mineral, derajat asam
dan air dalam darah. Ginjal juga menghasilkan zat kimia yang
mengontrol ukuran pembuluh darah dan fungsinya, hipertensi
dapat mempengaruhi proses ini. Jika pembuluh darah dalam
ginjal mengalami arterosklerosis karena tekanan darah yang
tinggi, maka aliran darah ke nefron akan menurun sehingga
ginjal tidak dapat membuang semua prosuk sisa akan
menumpuk dalam darah, ginjal akan mengecil dan berhenti
berfungsi. Sebaliknya penurunan teknanan darah dapat
memperlambat lau penyakit ginjal dan mengurangi
kemungkinan dilakukannya cuci darah dan cangkok ginjal.
c. Mata

Hipertensi mempercepat penuaan pembuluh darah halus


dalam mata, bahkan bisa menyebabkan kebutaan
5. Faktor-faktor resiko hipertensi

Faktor-faktor hipertensi ada yang dapat dikontrol dan tidak dapat


dikontrol.
a. Faktor yang dikontrol:
Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada
umumnya berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Kegemukan (Obesitas)
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang
kegemukan mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat
gemuk pada usia 30 tahun mempunyai resiko terserang
hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita langsing
pada usia yang sama.
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi
yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak
mengalami obesitas. Meskipun belum diketahui secara pasti
hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa
daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita
obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding penderita
hipertensi dengan berat badan normal (Sutanto, 2010).
2) Kurang Olahraga
Orang yang kurang aktif melakukan olahraga pada umumnya
cenderung mengalami kegemukan dan akan menaikkan
tekanan darah. Dengan olahraga kita dapat meningkatkan kerja
jantung. Sehingga darah bisa dipompa dengan baik ke seluruh
tubuh.
3) Konsumsi garam berlebihan
Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara
konsumsi garam berlebih dengan kemungkinan mengidap
hipertensi. Garam merupakan hal yang snagat penting pada
mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam
terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma
atau cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti
oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam
sehingga kembali pada kondisi keadaan sistem hemodinamik
(pendarahan) yang normal.
Pada hipertensi primer (esensial) mekanisme tersebut
terganggu, di samping kemungkinan adanya faktor lain yang
berepengaruh (Sutanto, 2010).
Tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa mereka tidak
mengkonsumsi garam, tetapi masih menderita hipertensi.
Ternyata setelah ditelusuri, banyak orang yang mengartikan
konsumsi garam adalah garam meja atau garam yang sengaja
ditambahkan dalam makanan saja.
Pendapat ini sebenarnya kurang tepat karena hampir semua
makanan mengandung garam natrium termasuk didalamnya
bahan-bahan pangawet makanan yang digunakan.
Natrium dan klorida adalah ion utama cairan ekstraseluler.
Konsumsi natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi
natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya kembali, cairan intraseluler harus ditarik
keluar sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak pada timbulnya hipertensi (Sutanto, 2010).
4) Merokok dan mengkonsumsi alcohol
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan
kesehatan selain dapat meningkatkan penggumpalan darah
dalam pembuluh darah, nikotin dapat menyebabkan
pengapuran pada dinding pembuluh darah. Mengkonsumsi
alkohol juga membahayakan kesehatan karena dapat
meningkatkan sintesis katekholamin. Adanya katekholamin
memicu kenaikan tekanan darah.
5) Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika
ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah
kita dapat meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah
kembali rileks maka tekanan darah akan turun kembali.
Dalam keadaan stres maka terjadi respon sel-sel saraf yanag
mengakibatkan kelainan pengeluaran atau pengangkutan
narium. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga
melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika
beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
bertahap. Stres berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan
darah menjadi tinggi. Hal tersebut belum terbukti secara pasti,
namun pada binatang percobaan yang diberikan stres memicu
binatang tersebut menjadi hipertensi (Sutanto, 2010).
b. Faktor yang tidak dapat dikontrol
1) Keturunan (Genetika)
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa jika seseorang
mempunyai orang tua yang salah satunya menderita
hipertensi maka orang tersebut mempunyai resiko lebih
besar untuk terkena hipertensi dari pada orang yang kedua
orangtuanya normal (tidak menderita hipertensi).
Namun demikian, bukan berarti bahwa semua yang
mempunyai keturunan hipertensi pasti akan menderita
penyakit hipertensi.
Faktor keturunan memang memiliki peran yang besar
terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti
dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih
banyak terjadi pada kembar monozigot (berasal dari sel
telur yang berbeda). Jika seseorang termasuk orang yang
mempunyai sifat genetic hipertensi primer (esensial) dan
tidak melakukan penanganan atau pengobatan maka ada
kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan hipertensi
berkembang dan dalam waktu sekitar tigapuluhan tahun
akan mulai muncul tanda-tanda dan gejala hipertensi
dengan berbagai komplikasinya (Sutanto, 2010).
2) Jenis kelamin
Pada umumnya pria lebih terserang penyakit hipertensi
dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan pria
banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya
hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman
terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan tidak
terkontrol. Biasanya wanita akan mengalami peningkatan
resiko hipertensi setelah masa menopause.
3) Umur
Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan
seseorang menderita hipertensi juga semakin besar.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat
adanya interaksi dari berbagai faktor risiko terhadap
timbulnya hipertensi. Hilangnya elastisitas jaringan dan
arterosklerosis serta pelebaran pembuluh darah adalah
faktor penyebab hipertensi pada usia tua (Sutanto, 2010).
Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas usia 31
tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah berumur 45
tahun.

6. Pencegahan

Usaha mencegah timbulnya hipertensi adalah dengan cara menghindari


faktor-faktor pemicunya. Namun sebagaimana telah diuraikan di atas, faktor-
faktor pemicu hipertensi ada 2 yaitu faktor-faktor yang bisa dikontrol
(meliputi obesitas, kurang aktifitas, konsumsi garam berlebihan,merokok dan
konsumsi alkohol, stress) serta faktor-faktor yang tidak bisa dikontrol (seperti
keturunan, jenis kelamin dan umur).
Pada intinya, cara terbaik untuk menghindari tekanan darah tinggi adalah
dengan mangadopsi pola, hidup sehat seperti aktif berolahraga, mengatur diet
(rendah garam, rendah kolesterol dan lemak jenuh) serta mengupayakan
perubahan kondisi (menghindari stress dan mengobati penyakit).
a) Mengatasi obesitas dan mengontrol berat badan
Bagi penderita obesitas, pertama harus mengupayakan mengatasi
obesitansya. Karena selain berisiko akan terkena hipertensi penderita
obesitas juga berisiko terkena penyakit-penyakit lainnya.
Bagi yang belum obesitas, penting sekali untuk mengontrol berat badan.
Berat badan yang berlebihan akan membebani kerja jantung. Cara terbaik
mengontrol berat badan adalah dengan mengurangi makanan yang
mengandung lemak dan melakukan olahraga secara teratur.
b) Mengatur pola makan (diet sehat dan mengurangi asupan garam)
Pola makan yang sehat dengan gizi yang seimbang sangat penting
dilakukan dalam usaha mengontrol tekanan darah. Gunakan garam dapur
(natrium klorida) secukupnya dan yang beryodium. Konsumsilah makanan
segar dan kurangi konsumsi makanan yang diawetkan.
Dalam makanan yang diawetkan seringkali kita menemukan bahan
makanan yang diawetkan mengandung zat-zat aditif makanan berbasis
natrium. Sebagaimana dikutip dai American Heart Association (Sodium
and Blood Pressure, 1996) berikut ini senyawa-senyawa natrium yang
lazim ditambahkan pada makanan pada saat pemrosesan dan memasak :
 Garam (natrium klorida)
Digunakan saat memasak atau di meja. Seringkali juga digunakan
dalam pengalengan dan pengawetan makanan.
 Monosodium glutamate (MSG)
Penyedap rasa digunakan di rumah atau di restoran, juga pada
makanan dalam kemasan, makanan kaleng maupun makanan beku.
 Soda kue (natrium bikarbonat).

Kadang-kadang digunakan untuk mengembangkan roti dancake.


 Baking pawder
Campuran antara soda kue, tepung sagu dan suatu asam. Dipakai
untuk mengembangkan roti dan cake.

7. Kerangka Konsep

Pengaruh Tekanan Pemberian Peningkatan Kalium


Darah Pada Brownies Pisang
Hipertensi

Pengendalian
Tekanan Darah

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Hipotesis

H0 = Tidak ada perbedaan tekanan darah pada penderita

Hipertensi sesudah pemberian brownies pisang

Ha = Ada perbedaan tekanan darah pada penderita Hipertensi


sesudah pemberian brownies pisang.

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian menggunakan pre eksperimental dengan desain penelitian one group pre
test-post design yaitu suatu peneilitian yang mana peniliti mengukur terlebih dahulu sebelum
memberikan perlakuan pada kelompok studi (pretest) dan diukur atau ditest kembali sesudah
diberikan perlakuan (posttest).

B. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan …….. 2020 di Wilayah
Puskesmas Bahu Malalayang
C. Variabel Penelitian

Variabel bebas : Brownies Pisang

Variabel terikat : Tekanan darah

D. Definisi Operasional
1. Pasien hipertensi seseorang yang memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan diastolik ≥ 90 mmHg.
2. Pemenuhan kalium Jumlah kalium yang berasal dari makanan yang dikonsumsi
oleh pasien Hipertensi diperoleh melalui metode recall 24 jam. Asupan kalium
dikategorikan menjadi dua yaitu cukup (≥2000 mg) dan kurang (≤2000 mg)
berdasarkan kebutuhan kalium perhari (AKG) yaitu sebesar 2000mg.
3. Brownies pisang diberikan kepada penderita hipertensi, dan yang bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini dan pemberian selama 3 hari pada saat
jam 8 pagi berat brownies pisang sebanyak 1 porsi (.....gram)
4. Melakukan recall 24 jam untuk melihat hubungan asupan penderita hipertensi
selama 3 hari
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak ….. penderita
hipertensi rawat jalan di Puskesmas Bahu Malalayang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi. Tehnik pengumpulan sampel purposive
sampling. Sampel penelitian harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu:
a. Kriteria Inklusi :
1) Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
2) Bersedia menjadi responden
3) Dapat berkomunikasi dengan baik
b. Kriteria Eksklusi :
1) Mengkonsumsi obat anti hipertensi
2) Komplikasi penyakit lain

3) Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus besar sampel untuk
data proporsi populasi terbatas (Lemeshow, 1997).

Z 2 1−α /2 P(1−P)
n =
d2

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang dicari

Z21-α/2 = Tingkatan kepercayaan 95% (1,96)


P = Prevalensi Hipertensi di Kota Manado 13,2%

(Riskesdas Sulawesi Utara 2018)

d2 = Tingkat absolute yang dikehendaki (0,10%)

Sehingga persamaannya menjadi seperti berikut:

n = 1,96 x 13,2(1−3,8 %)
¿¿

3,841 x 0,132(1−0,038)
=
0,01

3,841 x 0,132(0,962)
=
0,01

3,841 x 0,1269
=
0,01

0,4874
= = 48,74
0,01

= 48,74 49 orang

F. Instrumen Penelitian

1. Formulir Informed Consent

2. Formulir Recall 24 Jam

3. Program Nutrisurvey dan Program Statistik (SPSS)

4. Alat Pengukur Tekanan Darah (Autocheck)

5. ATM

6. Laptop

7. Kuesioner

G. Tehnik Pengumpulan Data

1. Dara Primer : Data yang diperoleh langsung dari responden


a. Identitas responden (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat), diperoleh

melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner informed consent.

b. Tekanan darah pasien, diperoleh melalui pengukuran yang dilakukan oleh para

medis (perawat).

c. Data pemenuhan kalium yang dilihat dari asupan makan dengan menggunakan

metode recall 24 jam

2. Data Sekunder

Data gambaran umum tempat penelitian diambil dengan mencatat melalui profil

Puskesmas Bahu Malalayang.

H. Tahap Pembuatan Bronies Pisang

Bahan :

- 4 Buah pisang

- 2 butir telur

- 7 sdm tepung terigu

- 9 sdm gula pasir

- ½ sdm soda kue

- 1 kemasan kecil vanili

- ½ gelas minyak goreng

Cara Membuat :

1. Haluskan pisang menggunakan garpu

2. Siapkan wadah, masukan telur, gula pasir, dan vanili. Kocok sampe gula pasirnya larut

menggunakan garpu juga.


3. Tambahkan tepung terigu dan soda kue lalu di ayuk. Aduk hingga tercampur rata

4. Setelah tercampur rata. Masukkan pisang yang sudah di haluskan ke dalam adonan, lalu

aduk lagi hingga merata.

5. Masukan minyak goreng, aduk lagi. Setelah di aduk hingga merata lalu masukan adonan

ke Loyang.

6. Siapkan panic yang sudah di panaskan. Lalu kukus selama 25 menit. Tutup panci

menggunakan kain.

7. Bolu kukus tanpa mixer dan oven siap di sajikan.

I. Jalan Penelitian/Prosedur Kerja

1. Tahap Persiapan

a. Penelitian ini diawali dengan menyelesaikan surat izin penelitian dari Ketua

Program Studi Sarjana Terapa Gizi dan Dietetika atau Ketua Jurusan Gizi.

b. Mengurus kode etik penelitian dari komisi Poltekkes Kemenkes Manado.

c. Mendapatkan rekomendasi izin dari kepala bagian di Puskesmas Bahu Malalayang

Manado.

d. Mempersiapkan instrument untuk pelaksanaan pengumpulan data.

e. Menetapkan subjek penelitian.

2. Tahap Penelitian

a. Membuat permohonan izin penelitian.

b. Menghubungi dokter dan tenaga kesehatan Puskesmas Bahu Malalayang dan

pelaksanaan penelitian.
c. Memberikan pada responden mengenai penelitian yang akan dilaksanakan dan

meminta responden untuk menandatangani formulir persetujuan (informed

consent) untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian.

d. Melakukan wawancara dengan responden untuk menanyakan indentitas.

e. Mengukur tekanan darah sebelum pemberian brownies pisang pada jam 8 pagi,

yang dilakukan oleh petugas kesehatan.

f. Pemberian brownies pisang disajikan dalam bentuk cup berjumlah .. gram pada

jam 8 pagi.

g. Brownies pisang diberikan di rumah pasien, diberikan 1 kali makan dalam sehari

pada jam 8 pagi selama 3 hari berturut-turut.

h. Mengukur tekanan darah sewaktu setelah 2 jam sesudah makan brownies pisang

yang dilakukan oleh petugas kesehatan.

i. Melakukan recall 24 jam untuk melihat pemenuhan kalium selama 3 hari berturut-

turut.

J. Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Pengecekan pada data identitas responden (karakteristik responden pengkodean

variabel : jenis kelamin, umur, data asupan kalium tekanan darah

b. Tabulating, pembuatan tabel tabulasi :

1) Asupan kalium pasien hipertensi sebelum diberikan selingan

2) Asupan kalium pasien hipertensi sesudah diberikan selingan


3) Perbedaan asupan kalium pasien hipertensi sebelum dan sesudah memberikan

makanan selingan

c. Entry data ke komputer, data yang dimasukkan yaitu :

1) Data umur

2) Data kelamin

3) Asupan kalium

2. Analisis Data

a) Analisis Univariat

Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian, variabel bentuk analisis univariate ini yaitu

kategori yang menghasilkan persentase dari tiap variabel. Analisis univariate ini

disajikan dalam bentuk table karakteristik responden.

b) Analisis Bivarit

Analisis bivarit digunakan untuk mengetahui interkasi antara variabel


independen/bebas dengan variabel dependen/terikat. Variabel independen/bebas
yaitu brownies pisang dan variabel dependen/terikat yaitu tekanan darah. Asupan
kalium dikategorikan menjadi dua yaitu cukup (≥2000 mg) dan kurang (≤2000

mg) berdasarkan kebutuhan kalium perhari yaitu sebesar 200mg.

Anda mungkin juga menyukai