ABSTRACT. This research aims to determine the parenting style’s effect and social acceptance on smoking
behavior in adolescents in Samarinda. The research method is a quantitative method. The sample in this
research were 100 people. Data collection method used a regression test with the help of Statistical Package
for Social Sciences (SPSS) program 24.0 for Windows 7. The results of this research indicate that there is a
significant effect, with the value result of multiple regression full model with F count> F table (152,292>
3.94), adjusted R square = 0.759 and p = 0.000 <0.050 thus, the hypothesis in this research was accepted.
Based on the results of the regression test, it is known that the parenting style affects smoking behavior, as
evidenced by the beta coefficient = 0.345; t count = 5.586> t table = 1.984 and the value of p = 0.000 <0.05.
About 87% refer to the primitive parenting style. then social acceptance has an effect on with smoking
behavior beta coefficient = 0.622; t count = 10,071 <1,984 and the value of p = 0,000> 0.05.
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya pengasuhan dan penerimaan sosial
terhadap perilaku merokok pada remaja di Samarinda. Metode penelitian adalah metode kuantitatif. Sampel
dalam penelitian ini adalah 100 orang. Metode pengumpulan data menggunakan uji regresi dengan bantuan
program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 24.0 for Windows 7. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan, dengan nilai hasil model regresi berganda full model
dengan F hitung > F tabel (152.292> 3.94), adjusted R square = 0.759 dan p = 0.000 <0.050 dengan demikian,
hipotesis dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil uji regresi, diketahui bahwa gaya pengasuhan
mempengaruhi perilaku merokok, sebagaimana dibuktikan oleh koefisien beta = 0,345; t hitung = 5,586> t
tabel = 1,984 dan nilai p = 0,000 <0,05. Sekitar 87% merujuk pada gaya pengasuhan primitif. maka
penerimaan sosial berpengaruh dengan koefisien beta perilaku merokok = 0,622; t hitung = 10.071 <1.984
dan nilai p = 0.000> 0,05.
1
Email: hamdanitika@gmail.com
241
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 241-249 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
Merokok sering kali dipelajari di rumah atau 1. Fungsi merokok, individu yang menjadikan
lingkungan pergaulan, keluarga, teman, atau anggota merokok sebagai penghibur bagi kehidupannya.
keluarga lainnya. Fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan
Penerimaan sosial dari teman sebaya menjadi yang dialami si perokok, seperti perasaan positif
sangat penting bagi remaja sehingga membuat maupun perasaan negatif.
mereka mudah sensitif terhadap tekanan kelompok. 2. Intensitas merokok, seseorang yang merokok
Teman dan orangtua menjadi panutan dan dapat dengan jumlah batang rokok yang banyak
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja menunjukkan perilaku merokoknya sangat tinggi.
(David & Zion, 2009). Sedangkan tidak adanya 3. Tempat merokok, individu yang melakukan
larangan terhadap perilaku merokok adalah bentuk aktivitas merokok dimana saja, bahkan di ruangan
dari penerimaan sosial keluarga. Orangtua hanya yang dilarang untuk merokok menunjukkan
menganjurkan agar tidak merokok sebelum bisa bahwa perilaku merokoknya sangat tinggi.
mencari uang sendiri. Namun ada banyak juga 4. Waktu merokok, seseorang yang merokok di
orangtua yang membiarkan perilaku remaja dengan segala waktu (pagi, siang, sore, malam)
bebas dan tidak pernah memperhatikan tetang menunjukkan perilaku merokok yang tinggi.
kebiasaan merokok. Seseorang yang merokok dipengaruhi oleh
Hasil wawancara dari empat subjek R, H, F keadaan yang dialaminya pada saat itu, misalnya
dan A menyatakan bahwa teman-teman dan ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca
lingkungan memberi respon biasa saja ketika dingin, setelah dimarahi orangtua, dan lain-lain.
mengetahui subjek merokok tidak ada bentuk
penolakan yang diterima keempat subjek ketika Tipe Pola Asuh
merokok bersama teman-teman. Bahkan dua Baumrind menyatakan (dalam Papalia, 2004)
diantaranya subjek R dan A menyatakan mereka Pola asuh adalah cara orangtua membesarkan anak
tidak mendapat penolakan dari keluarga. dengan memenuhi kebutuhan anak, memberi
Hasil penelitian Conrad, Flay & Hill, (1992) perlindungan, mendidik anak, serta mempengaruhi
yang menunjukkan bahwa teman sebaya memiliki tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari.
pengaruh yang kuat terhadap munculnya perilaku Marlina (2014) menjelaskan bahwa pola asuh
merokok pada tahap pemula (dalam Vitoria et al, orangtua yaitu pola pengasuhan orangtua terhadap
2009). Selain pengaruh sosial, pengaruh keluarga anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan
maupun pengaruh teman sebaya, studi lain yang serta melindungi anak dalam mencapai proses
dilakukan Rapeah, Munirah, & Latifah, at. al. (2008) kedewasaan sampai dengan membentuk perilaku
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan
merokok pada remaja pria menemukan bahwa sesuai dengan kehidupan masyarakat. Bagi setiap
pengetahuan terhadap rokok, sikap terhadap rokok, orangtua, tipe pola asuh yang diterapkan itu sebagai
status merokok teman, status meokok ayah, ras, jenis pola asuh paling baik untuk mengasuh anak.
pekerjaan orangtua, dan jurusan sekolah Baumrind (dalam Bee & Boyd, 2004) membagi pola
berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja. asuh dalam tiga tipe, yaitu: Authoritarian,
Permissive dan Authoratative.
TINJAUAN PUSTAKA 1. Authoritarian / otoriter
Pola asuh authoritarian adalah cara orangtua
Perilaku merokok
mengasuh anak dengan menetapkan standar
Perilaku merokok adalah perilaku yang di nilai
perilaku bagi anak, tetapi kurang responsive pada
sangat merugikan dilihat dari bebagai sudat pandang
hak dan keinginan anak. Orangtua berusaha
baik bagi diri sendiri maupun orang sekitar (Aula,
membentuk, mengendalikan, serta mengevaluasi
2010). Menurut Levy (dalam Nasution, 2007)
tingkah laku anak sesuai dengan standar tingkah
perilaku merokok adalah suatu aktifitas yang
laku yang ditetapkan orangtua. Dalam pola
dilakukan individu berupa membakar dan
pengasuhan ini orangtua berlaku sangat ketat dan
menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang
mengontrol anak tapi kurang memiliki kedekatan
dapat dihisap oleh orang-orang disekitarnya.
dan komunikasi berpusat pada orangtua. Orangtua
Menurut Lavental dan Cleary (dalam
sangat jarang terlibat dalam proses memberi-
Komalasari, 2000), perilaku merokok dapat dilihat
menerima (take & give) dengan anaknya.
dari empat aspek perilaku yaitu:
243
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 241-249 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
244
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 241-249 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
hubungan yang baik dengan anggota-anggota memiliki varian skor sedang, 7 remaja (7%)
keluarga. memiliki varian skor rendah di Samarinda. Nilai
8. Tempat tinggal, yang dekat dengan kelompok varian skor rata-rata tipe pola asuh berdasarkan
sehingga mempermudah hubungan dan partisipasi kategori sangat tinggi dan tinggi. Hal ini
dalam berbagai kegiatan kelompok. memperkuat hasil screening yang telah peneliti
lakukan sebelumnya yang menunjukan bahwa 30%
METODE PENELITIAN remaja merokok karena lingkungan.
Hasil nilai regresi parsial terhadap aspek fungsi
Metode penelitian yang digunakan dalam
merokok menunjukan bahwa aspek permisif
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
berpengaruh pada aspek fungsi merokok pada remaja
jenis penelitian regresi ganda. Populasi dalam
di Samarinda sebesar beta = -0.092, t hitung > t tabel
penelitian ini berjumlah 100 orang remaja di
= -2.349 > 1.984 dan p = 0.021. Pola asuh permisif
Samarinda. Metode pengumpulan data pada
yang cenderung memberikan kebebasan pada anak
penelitian ini menggunakan skala likert. Alat
untuk berbuat apa saja, dapat berpotensi membuat
pengukuran atau istrumen yang digunakan terdapat
anak menjadi bingung dan salah arah dalam
tiga macam, yakni: skala perilaku merokok, tipe pola
berperilaku (Agus, 2012).
asuh dan skala penerimaan sosial. Selain itu,
Pola asuh permisif memberikan pengawasan
pengumpulan data dalam penelitian ini
yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada
menggunakan try out terpakai, yaitu merupakan
anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan
suatu teknik untuk menguji validitas dan reliabilitas
yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak
dengan cara pengambilan datanya hanya sekali dan
menegur atau memperingatkan anak apabila anak
hasil uji-cobanya langsung digunakan untuk menguji
sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan
hipotesi. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
yang diberikan oleh mereka. Namun orangtua tipe
menggunakan uji korelasi product moment dengan
ini biasanya bersifat hangat, sehingga sering kali
menggunakan bantuan program SPSS 24.0 for
disukai oleh anak (Suparyanto, 2010).
windows.
Beta = 0.884, t hitung > t tabel = 19.253 >
1.984 dan p = 0.000. Hal ini bermakna bahwa aspek
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kesan pertama berpengaruh pada aspek fungsi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui merokok pada remaja di Samarinda. Menurut
pengaruh tipe pola asuh dan penerimaan sosial Lavental dan Cleary (dalam Nasution, 2007)
terhadap perilaku merokok pada remaja di merokok diunjukan untuk mengikuti kebiasaan
Samarinda dengan jumlah sampling sebanyak 100 kelompok, indetifikasi dengan perokok lain dan
sampel remaja yang berusia 16 hingga 18 tahun. untuk menetukan image diri seseorang. Oskamp
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan (1984) menyatakan bahwa setelah mencoba rokok
metode Purposive Sampling serta perhitungan pertama, seorang individu menjadi ketagihan
statistik dengan hasil penelitian sebagai berikut. merokok, dengan alasan-alasan seperti kebisaan,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menurunkan kecemasan dan mendapatkan
terdapat pegaruh yang signifikan antara tipe pola penerimaan.
asuh dan penerimaan sosial terhadap perilaku Hasil analisis regresi parsial terhadap aspek
merokok pada remaja di Samarinda dengan F hitung intensitas merokok pada remaja di Samarinda
> F tabel = 152.292 > 3.94, Adjusted R square = menunjukan bahwa aspek perilaku sosial
0.759 dan p = 0.000 (p < 0.050). Hal ini berpengaruh terhadap aspek intensitas merokok pada
menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. remaja di Samarinda. Dibuktikan dengan nilai beta =
Artinya perilaku merokok remaja di Samarinda di 0.473, t hitung > t tabel = 4.604 > 1.984 dan p =
pengaruhi oleh tipe pola asuh dan penerimaan sosial 0.000 lebih kecil dari 0.050. Terdapat banyak alasan
sebesar 75%, sedangkan 25% dipengaruhi oleh melatar belakangi remaja untuk merokok. Secara
faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini. umum berdasarkan kajian Kurt Lewin, merokok
Hasil uji deskriptif menunjukan tipe pola asuh merupakan fungsi dari lingkungan dan individu.
permisif lebih dominan dari pada tipe pola asuh Artinya, perilaku merokok selain disebabkan dari
otoriter dan demokratis, dengan jumlah 100 subjek faktor lingkungan juga disebabkan oleh faktor diri
didapat nilai varian skor sangat tinggi 56 remaja atau kepribadian.
(56%) memiliki varian skor sangat tinggi, 31 remaja
(31%) memiliki varian skor tinggi, 14 remaja (14%)
245
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 241-249 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
Faktor dalam diri remaja dapat dilihat dari Hasil analisis regresi parsial bertahap didapati
kajian perkembangan remaja. Remaja mulai bahwa aspek perilaku merokok dengan waktu
dikatakan merokok oleh Erikson berkaitan dengan merokok pada remaja di Samarinda menunjukan
adanya krisis aspek prososial yang dialami pada bahwa aspek permisif, demokratis, reputasi,
masa perkembangannya yaitu masa ketika mencari penampilan, status ekonomi dan tempat tinggal
jati diri (Gatchel, 1989). Seperti yang dikatakan oleh berpengaruh terhadap aspek perilaku merokok
Brigham (1991) bahwasanya perilaku merokok bagi dengan waktu merokok pada remaja di Samarinda.
remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari Dibutikan dengan nilai aspek permisif beta = -0.389,
kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik t hitung > t table = - 3.810 > 1.984 dan nilai p =
terhadap lawan jenis (Helmi, 2000). 0.000 < 0.050. Nilai aspek demokratis beta = -1.427,
Hasil analisis regresi model parsial terhadap t hitung > t table = -4.121 > 1.984 dan p = 0.000.
aspek perilaku merokok dengan tempat merokok Nilai reputasi beta = 0.582, t hitung > t table = 5.156
pada remaja di Samarinda menunjukan bahwa kesan > 1.984 dan nilai p = 0.000. Nilai status ekonomi
pertama dan perilaku sosial mempengaruhi perilaku beta = 0.289, t hitung > t table = 3.602 > 1.984 dan
merokok pada aspek tempat merokok, dibuktikan nilai p = 0.001. Kemudian nilai aspek tempat tinggal,
dengan nilai beta = 0.252, t hitung > t table = 2.403 beta = 0.643, t hitung > t table = 5.039 > 1.984 dan
> 1.984 dan nilai p = 0.018 < 0.050. Kedua nilai dari nilai p = 0.000.
aspek perilaku sosial beta = 0.755, t hitung > t tabel Pola asuh orangtua merupakan salah satu
= 10.259 > 1.984 dan nialai p = 0.000. indikasi bagi anak dalam mengontrol perilakunya di
Perilaku merokok, pada umumnya dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Orangtua memiliki
dengan berbagai alasan menurut persepsi perokok, pengaruh yang sangat besar dalam membentuk
seperti untuk menghilangkan stres, agar terlihat perilaku anak. Mengklasifikasikan tiga bentuk pola
jantan atau iseng saja. Alasan lain agar terlihat keren, asuh yang digunakan orangtua dalam menanamkan
dapat menibulkan perassan relaks, menjadi lebih nilai-nilai dan norma-norma pada anak antara lain
terkenal dan terlihat lebih terkenal dan terlihat otoriter, demokratis dan permisif (Kohn dalam
dewasa. Dengan diketahuinya persepsi-persepsi Kastutik, 2013).
tersebut, akan mempengaruhi perilaku seseorang Pola pendidikan demokratis adalah suatu cara
termasuk kesan pertama dan perilaku sosial dalam mendidik atau mengasuh yang dinamis, aktif dan
pada tempat merokok (Khairatunissa dan Fachrizal, terarah yang berusaha mengembangkan setiap bakat
2018). yang dimiliki anak untuk kemajuan
Hal ini didukang dan hasil wawancara pada perkembangannya. Pola ini menempatkan anak
subjek H, R, A dan F yang menyatakan bahwa sebagai faktor utama dan terpenting dalam
tempat mereka merokok pertama kali adalah di pendidikan. Hubungan antara orangtua dan anaknya
warnet. Dimana kesan pertama dari warnet adalah dalam proses pendidikan diwujudkan dalam bentuk
sebagai tempat yang menyenangkan untuk human relationship yang didasari oleh prinsip saling
berkumpul bersama teman-tema, untuk menghargai dan saling menghormati.
menghilangkan stress dan memenuhi rasa ingin tau. Pola permisif diartikan sebagai cara mendidik
Hal ini sesuai dengan hasil screening yang dengan membiarkan anak berbuat sekehendaknya,
menyatakan bahwa 45% remaja merokok muncul orangtua tidak memberi pimpinan, nasehat maupun
dari rasa ingin tau, 25% muncul dari stress, dan 30% teguran terhadap anaknya. Pendidikan anak dimulai
disebabkan lingkungan. melalui tiga lingkungan, yaitu lingkungan keluarga,
Disamping itu, perilaku merokok dapat terjadi sekolah dan organisasi.
melalui mekanisme peer sosialization, dengan arah Simon (1999) berpendapat bahwa laki-laki
pengaruh berasal kelompok sebaya, artinya ketika merokok dianggap hal yang wajar dan merupakan
remaja bergabung dengan kelompok sebayanya budaya yang sesuai, terbukti pada pesta-pesta atau
maka remaja akan dituntut untuk berperilaku sama perjamuan dan pertemuan di desa, rokok menjadi
dengan kelompoknya, sesuai dengan norma yang suguhan untuk laki-laki. Selain itu, pencitraan yang
dikembangkan oleh kelompok tersebut. Remaja pada dihasilkan oleh iklan-iklan di Indonesia juga masih
umumnya bergaul dengan sesama mereka, tertuju pada laki-laki, seperti pencitraan laki-laki
karakteristik persahabatan remaja dipengaruhi oleh merokok macho, keren dan sebagainya. Hal ini bisa
kesamaan usia, jenis kelamin dan ras (Soetjiningsih, menjelaskan alasan perokok masih didominasi laki-
2004). laki. Penggunaan tembakau di kalangan perempuan
246
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 241-249 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
247
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 241-249 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
sayang, perhatian terhadap anak dan bagaimana Mampu Secara Ekonomi. Jurnal Psikologi
cara memberikan dorongan kepada anak. Seperti Pendidikan dan Perkembangan. 3 (01), 31-34.
pencurahan cinta dan pengorbanan orang tua bagi Idrus, M. 2004. Metode Penelitian Ilmu Sosial.
anak yang ditunjukkan dengan sentuhan fisik, Yogyakarta: Erlangga.
pemberian dukungan verbal terhadap tingkah laku Irawati. 2009. Mendidik dengan Cinta. Bekasi:
dan perasaan anak. Serta kemampuan orang tua Pustaka Inti.
mengenali tingkah laku dan perasaan anak, Kusasi, M. (2014). Hubungan Empati dan
merasa bangga dan senang atas keberhasilan Komunikasi Interpersonal Dengan Kualitas
anak, serta memberi perhatian pada kesejahteraan Hidup. Psikostudia: Jurnal Psikologi, 3(1), 37-
anak. 49.
3. Bagi peneliti selanjutnya Leman, K. (1999). The Birth Order Book: Why You
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk Are The Way You Are. USA: Revell a division
meneliti lebih lanjut tentang motivasi berprestasi of Baker Publishing Group.
disarankan agar dapat mempertimbangkan faktor- Neal, D., & Carey, K. (2005). A Follow-Up
faktor lain yang mungkin berhubungan dengan Psychometric Analysis Of The SelfRegulation
motivasi berprestasi, misalnya pengaruh Questionnaire. Psychology of Addictive
kebudayaan, pengaruh dari peran jenis kelamin, Behaviors. 19 (4), 414–422.
pengakuan dan prestasi. Bagi peneliti yang Rachmah, D. N. (2015). Regulasi Diri dalam Belajar
tertarik melanjutkan penelitian ini maka dapat pada Mahasiswa yang Memiliki Peran Banyak.
melanjutkan penelitian dengan memperluas Jurnal Psikologi. 42 (1), 61–63.
orientasi kancah penelitian pada tingkat Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L.
pendidikan lain dengan karakteristik subjek yang (2010). Motivation in Education: Theory,
berbeda sehinggadapat mengungkap banyak Research and Application (3rd Ed). Prentince
wacana baru dengan daya generalisasi yang lebih Hall: New Jersey.
luas. Schunk, D. H. (2012). Learning Theories An
Educational Perspective (Teori-teori
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran Perspektif Pendidikan Edisi
Keenam). Penerjemah: Eva Hamdiah, Rahmat
Alfiana, A. D. (2013). Regulasi Diri Mahasiswa
Fajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ditinjau dari Keikutsertaan dalam Organisasi
Sinatryani, N., Menaldi, A., & Widyasari, P. (2014).
Kemahasiswaan. Jurnal Ilmiah Psikologi
Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan
Terapan. 01 (02), 2301-8267.
Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa Sulung
Arif, K. (2013). Hubungan Antara Motivasi
di Universitas Indonesia dengan Batasan Usia
Berprestasi dan Flow Akademik. Calyptra:
Remaja. FPSI UI. 1-9.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung:
Surabaya. 2 (1), 1-5.
Pustaka Setia.
Bee, H., & Boyd, D. (2010). The Growing Child.
Sugianto. (2006). Pentingnya Motivasi Berprestasi
Boston: Pearson Education, Inc.
dalam Mencapai Keberhasilan Akademik
Darmaningtyas. (2004). Pendidikan yang
Siswa. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Memiskinkan. Yogyakarta: BPFE.
Bimbingan. 5-14.
Djaali. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: P.T.
Suparyanto. (2010). Konsep Pola Asuh Anak.
Bumi Aksara.
(Online) http//:drsuparyanto.blogspot.com.
Elsola, D. A. N. (2016). Korelasi Regulasi dan
Diakses pada Selasa tanggal 11 November
Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi
2014 pukul 10.15 WIB.
Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Kelas IV.
Suryadi, B., Soriha, E., & Rahmawati, Y. (2017).
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 12
Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua,
Tahun ke-5. 1.122-1.126.
Konsep Diri dan Regulasi Diri terhadap
Garliah, L., & Nasution, F. K. S. (2005). Peran Pola
Motivasi Berprestasi Siswa. Jurnal Ilmu
Asuh Orang Tua dalam Motivasi Berprestasi.
Pendidikan. 23 (2), 91-92.
Psikologia. 1 (1), 38-39.
Susanto, H. (2006). Mengembangkan Kemampuan
Haryani, R. (2014). Motivasi Berprestasi pada
Regulasi diri untuk Meningkatkan
Mahasiswa Berprestasi dari Keluarga Tidak
248
Psikoborneo, Vol 7, No 2, 2019: 241-249 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
249