Oleh :
Nora Ramkita, S.Ked
(0918011013)
Pembimbing :
dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K)
RIWAYAT PENYAKIT
A. KELUHAN UTAMA
Ketakutan akan dibunuh.
B. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Pasien diantar keluarganya ke RSJ Provinsi Lampung dengan keluhan
ketakutan akan dibunuh. Pasien merasa seperti dimata-matai oleh banyak
orang untuk dicelakai. Keluhan seperti ini sudah dirasakan sejak 4 bulan
yang lalu. Ia juga pernah mendengar suara suara yang mengancam
dirinya, suara tersebut didengar ketika sadar. Namun ia tidak melihat
ada orang yang membisikkan suara tersebut.
Pasien juga merasakan sulit tidur malam hari dan sering marah marah
dengan cara memukul meja atau membanting barang. Tindakan ini
dilakukannya secara sadar, sulit ia kontrol dan merupakan cara untuk
meluapkan emosinya.
Ia menjadi lebih curiga terhadap semua teman dekatnya. Ia merasa teman
temannya sudah tidak dapat dipercaya lagi karena telah mempengaruhi
istrinya agar pergi meninggalkan rumah. Empat bulan yang lalu istri
pasien pergi dari rumah tanpa izin, hingga saat ini tidak pernah kembali
dan tidak pernah menghubunginya serta kedua anaknya. Sejak saat itu, ia
menjadi pendiam dan sering sulit mengontrol emosi.
Pasien menceritakan bahwa untuk melampiaskan emosinya, ia memakai
narkoba jenis sabu sabu yang digunakannya 1 hari sebelum dibawa ke
rumah sakit. Sabu tersebut digunakan dengan cara dihisap. Sabu dibeli
dari teman di kampungnya. Menurut pasien selama 4 bulan terakhir
dikarenakan
faktor
ekonomi.Selama
menjalani
dan
istrinya
memutuskan
merantau
ke
Tangerang
PEDIGREE:
E. RIWAYAT KELUARGA
Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien.
F. SITUASI SEKARANG
Pasien saat ini tinggal di rumah bersama orang tua dan dua orang
anaknya. Pasien sudah 4 bulan malas bekerja. Saat ini, sumber utama
ekonomi berasal dari ayahnya yang bekerja sebagai petani. Menurut
keluarga, 3 bulan yang lalu pasien menjual kebunnya secara diam
diam, namun tidak diketahui jumlah uang dan tujuan penjualan kebun
tersebut. Keluarga mencurigai uang tersebut digunakannya untuk
membeli obat obatan terlarang jenis sabu yang biasa dipakainya.
G. PERSEPSI PASIEN TERHADAP DIRINYA
STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan : tampak seorang laki-laki memakai baju seragam
RSJP Lampung, pakaian tampak serasi, perawakan tinggi dengan
kesan gizi cukup, wajah oval dan terlihat sesuai dengan umur
seharusnya, rambut lurus, kering dan tersisir rapi, kulit kuning
langsat, kuku pendek dan cukup bersih, kesan rapi, perawatan diri
cukup.
2. Kesadaran : jernih/ compos mentis
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : secara umum terlihat tenang
dan kontak mata baik sejak awal diwawancara sampai selesai.
4. Pembicaraan : bicara spontan, lancar, intonasi normal, volume
bicara cukup, artikulasi jelas, kualitas cukup, kuantitas banyak serta
pembicaraan dapat dimengerti. Pasien dapat menjawab seluruh
pertanyaan dan dapat mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
B. KEADAAN AFEKTIF
a) Mood
: hipotimia
b) Afek
: sempit
c) Keserasian : appropriate
C. FUNGSI INTELEKTUAL (KOGNITIF)
a) Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan:
Sesuai dengan taraf pendidikan. Pasien dapat menjawab pertanyaan
tentang berhitung dengan benar.
b) Daya konsentrasi :
Waktu:
Tempat
baik,
pasien
mengetahui
Orang:
baik,
pasien
mengetahui
bahwa
Segera
Baik, pasien dapat mengingat makanan yang dimakan pada saat
siang hari sebelum diperiksa.
Jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat diantar oleh siapa pasien ke rumah
sakit.
Jangka menengah
Baik, pasien masih ingat kapan istrinya pergi meninggalkan
rumah.
Jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat tanggal, bulan dan tahun
lahirnya.
e) Gangguan persepsi
-
Halusinasi
: auditorik (+)
Ilusi
: tidak ada
Depersonalisasi
: tidak ada
Derealisasi
: tidak ada
D. PIKIRAN
1. Arus pikiran :
a. Produktivitas: baik, pasien dapat menjawab spontan bila
diajukan pertanyaan.
b. Kontinuitas: koheren, mampu memberikan jawaban sesuai
pertanyaan.
c. Hendaya berbahasa : tidak ada.
2. Isi pikiran :tidak didapatkan gangguan isi pikir.
E. DAYA NILAI
a) Normal sosial
baik apabila
sesuai dengan realita. Selain itu, keterangan yang diberikan pasien sama
dengan hasil alloanamnesa dan keterangan rekam medik.
V.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah: 150/70 mmHg, nadi:
80x/menit, pernapasan: 16x/menit, suhu: 36,8o C.
Pada pemeriksaan fisik organ : mata, hidung, paru, jantung, hepar, abdomen,
dan ekstremitas tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan neurologis
juga tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah Rutin
Hemoglobin
: 13,2 g/dl
Eritrosit
Leukosit
: 4900 sel/mm3
Trombosit
: 174.000 sel/mm3
Hitung Jenis
: 0/0/0/67/30/3 %
Hematokrit
: 39%
Kimia Darah
VI.
AST
: 38 U/l
ALT
: 38 U/l
lalu. Pasien juga pernah mendengar suara suara yang mengancam dirinya,
suara tersebut didengar ketika sadar. Ada keluhan sulit tidur malam hari dan
sering sulit mengontrol emosi. Ia menjadi lebih curiga terhadap semua
teman dekatnya. Empat bulan yang lalu istri pasien pergi dari rumah tanpa
izin dan sejak saat itu mulai terlihat perubahan perilaku pada pasien.
Pasien menceritakan bahwa 1 hari sebelum masuk rumah sakit, ia memakai
narkoba jenis sabu sabu. Sejak tahun 2009 hingga selama 4 bulan terakhir
dorongan untuk memakai sabu semakin kuat, sehingga pasien menggunakan
sabu yang diperolehnya dari seorang teman di desanya hampir setiap
minggu. Pada tahun 2007, sempat masuk ke dalam penjara Kota Tangerang
akibat pencopetan yang ia lakukan.
Saat wawancara ia dalam keadaan duduk dengan baik, kontak mata baik
dan cukup tenang. Pembicaraan spontan, lancar, intonasi sedang, volume
cukup, kualitas cukup, kuantitas banyak, sikap kooperatif. Mood hipotimia,
afek sempit dan keserasian appropriate. Ia menjalani pendidikan sampai
kelas 1 SMA, berhenti sekolah karena faktor ekonomi. Tingkat intelektual
sesuai dengan taraf pendidikan. Konsentrasi, orientasi, daya ingat dan
memori baik. Persepsi didapatkan halusinasi auditorik (+). Pikiran dan daya
nilai tidak ada gangguan. Penilaian pasien terhadap diri dan kehidupannya
adalah ia menyalahkan faktor istri yang meninggalkan dirinya yang
menyebabkan ia sakit (tilikan 3).
Pada pemeriksaan fisik: tekanan darah 150/70 mmHg, nadi 80x/m,
pernapasan 16x/m, suhu36,8oC. Pemeriksaan laboratrium: hemoglobin 13,2
g/dl, leukosit 4900 sel/mm3, hitung jenis: 0/0/0/67/30/3 %, dan kimia darah
AST38 U/l, ALT 38 U/l.
10
VII.
FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan afektif, persepsi dan isi pikor
yang bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan
disability (hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial, sehingga dapat
disimpulkan bahwa mengalami gangguan jiwa.
Aksis I
Berdasarkan data-data yang didapat memelalui anamnesis, pemeriksaan
fisik dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam
tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Hal ini dapat
menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental
organik (F.0).
Dari anamnesa didapatkan riwayat penyalahgunaan obat berupa penggunaan
NAPZA jenis sabu sejak tahun 2009 dan terakhir pemakaian adalah 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Hal ini dapat menegakkan diagnosis
gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F.1).
Pasien menggunakan NAPZA sabu. Sabu merupakan NAPZA golongan
amphetamine-type stimulants atau ATS. Hal ini dapat menegakkan
diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat stimulansia lain
termasuk kafein (F15).
Ada pula keinginan kuat atau dorongan yang memaksa (obsesif) untuk
menggunakan zat psikoaktif, kesulitan dalam mengendalikan perilaku
menggunakan zat, dan tetap menggunakan zat (sabu) meskipun ia
menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya. Tiga dari enam
gejala dapat terpenuhi, sehingga hal ini dapat menjadi dasar diagnosa
sindrom ketergantungan (F15.2)
Selain itu, belum jelas didapatkan gejala-gejala fisik seperti mual, muntah,
sesak nafas, nyeri badan, berkeringat dingin dan kejang yang menghilang
11
12
Masalah ekonomi dan pekerjaan karena pasien saat ini tidak dapat
bekerja sehingga mengandalkan pendapatan orang tua yang sudah
lanjut usia.
Aksis V
Penilaian
terhadap
kemampuan
pasien
untuk
berfungsi
dalam
Aksis II
Aksis III
: Hipertensi stage I
Aksis IV:
13
Masalah ekonomi dan pekerjaan karena pasien saat ini tidak dapat
bekerja sehingga mengandalkan pendapatan orang tua yang sudah
lanjut usia.
Aksis V
IX.
DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Hipertensi stage I
2. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial yaitu istri kabur dari
rumah karena mendapati sabu dalam kantong celana suaminya, dan
hubungan dengan teman-teman menjadi kurang baik sehingga pasien
butuh sosioterapi.
X.
PROGNOSIS
Pada pasien Tn. FR berusia 35 tahun dan diagnosa berupa gangguan mental
dan
perilaku
akibat
penggunaan
stimulansia
dengan
sindrom
14
XI.
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad fungtionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka :
a. Risperidone 2 x 2 mg selama 3 hari, dipertimbangkan peningkatan
dosis berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan.
b. Propanolol 3x10 mg selama 3 hari kemudian dievaluasi kembali.
2. Psikoterapi
Pasien
Intervensi psikologik merupakan komponen penting dalam
pengobatan yang komprehensif.Dapat diberikan konseling baik
a)
b)
yang ada.
Konseling secara umum harus meliputi:
15
ketidakmampuan pasien
Mempertimbangkan secara lebih luas untuk membantu
pasien dalam hal lain seperti makanan, tempat tinggal,
keuangan
Bila sesuai, libatkan dukungan lain untuk mengembangkan
kemungkinan perubahan perilaku melalui lingkungan dalam
c)
DISKUSI
1. Apakah kesulitan pembuatan case report pada pasien ini?
Data pasien sudah diperoleh dari data primer dan data sekunder. Namun
pada rekam medik tidak ditemukan pemeriksaan laboratorium urin untuk
pembuktian NAPZA. Data NAPZA diperoleh berdasarkan pengakuan
pasien, keluarga pasien, dan istri pasien yang pernah menemukan zat
tersebut pada saku celana pasien.
2. Apakah tatalaksana pada pasien sudah tepat?
Berdasarkan Kepmenkes RI No 420 tentang Pedoman Layanan Terapi dan
Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA Berbasis Rumah
Sakit, tindakan penanganan pada pasien dengan penyalahgunaan zat meliputi
Gawat darurat NAPZA Detoksifikasi Rehabilitasi Rawat jalan/Rumatan.
16
gangguan
penggunaan
NAPZA
17
18
LAMPIRAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Tentang
Pedoman
LayananTerapi
dan
Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika AtmaJaya.
Maslim Rusdi. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi
Ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
21