Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Dewasa ini Program KB Nasional terkesan stagnan dan perlu memperoleh


dukungan dari semua pihak. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan
bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6 juta jiwa. Laju pertumbuhan
penduduk 1,49 persen masih lebih tinggi dari target yang harus dicapai pada tahun
2010 yaitu 1,27 persen. Jika diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia atau
Human Development Index, mutu penduduk masih harus ditingkatkan karena
masih berada pada urutan ke 124 dari 187 negara. Persebaran penduduk juga tidak
merata, sekitar 58% penduduk berada di Pulau Jawa (Departemen Kesehatan,
2013).

Saat ini data menunjukkan bahwa Angka kesuburan atau Total Fertility Rate
(TFR) mengalami stagnansi selama 10 tahun tidak berubah yaitu 2,6 per wanita
usia 14-49 tahun menurut SDKI 2012, Angka Age Spesific Fertility Rate (ASFR)
15-19 tahun menurun sedikit dari 51 per 1000 perempuan usia 15-19 tahun
(menurut SDKI 2007) menjadi 48 per 1000 perempuan usia 15-19 tahun (menurut
SDKI 2012). Padahal ditargetkan menjadi 30 per 1000 perempuan usia 15-19
tahun pada tahun 2015, Angka kesuburan di daerah perdesaan sudah mulai

menurun, tapi jumlahnya masih dua kali lipat dibandingkan dengan kelahiran
pada wanita usia subur 15-19 tahun di daerah perkotaan (Departemen Kesehatan,
2013).

Cakupan Peserta KB aktif di Provinsi Lampung tahun 2012 sebesar 65,91%


menurun dibandingkan dengan capaian 2011 yaitu 73,23%, capaian ini belum
mencapai target yang diharapkan dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi
lampung sebesar 70%. Bila dilihat berdasarkan distribusi kabupaten kota tahun
2012 maka ada 8 (delapan) Kabupaten Kota yang pencapaiannya kurang dari
70%. Macam-macam penggunaan alat kontrasepsi peserta KB di Provinsi
Lampung tahun 2012 yaitu sebanyak 5,64% adalah IUD, 41,62% adalah KB
suntik, 8,69% adalah KB Implant, 0,48% MOW, 33,39% adalah Pil KB, dan
10,16% adalah Kondom (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2013).

Untuk menghindari peledakan penduduk, perlu dilakukan akselerasi revitalisasi


yang terkait dengan capaian sasaran MDG Goal 4, 5, 6 sehingga TFR mencapai
replacement level yaitu sebesar 2,1. Di samping itu, perlu dilakukan intensifikasi
penggarapan di 10 provinsi penyangga utama, yaitu: Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur, dengan tetap memperhatikan provinsi
Papua dan Papua Barat dalam meningkatkan mutu dan akses masyarakat pada
pelayanan KB. Revitalisasi Program KB adalah salah satu fokus dan prioritas
Pembangunan Kesehatan yang diarahkan kepada penguatan supply dan demand
secara seimbang (Departemen Kesehatan, 2013)

Salah satu dari 10 provinsi di Indonesia yang menjadi penyangga program KB di


tingkat nasional adalah Lampung. Salah satu puskesmas di lampung adalah
Puskesmas Rawat Inap Panjang. Puskesmas ini mengadakan program pelayanan
KB. Keberhasilan program keluarga berencana di puskesmas ini di tahun 2012
masih belum sesuai dengan harapan yakni 62% dan menurun di tahun 2013 yakni
60,19% dari seluruh Pasangan Usia Subur yang berada di wilayah Panjang
(Puskesmas Panjang, 2013). Oleh sebab itu, maka penulis melakukan evalusi
evaluasi terhadap program Keluarga Berencana di Puskesmas Panjang Bandar
Lampung.

B.

Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, didapatkan angka cakupan peserta KB aktif dari


seluruh Pasangan Usia Subur yang berada di wilayah Panjang pada tahun 2012
adalah 62% yang belum mencapai target dan menurun menjadi 60,19% pada
tahun 2013. Maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah mengapa cakupan
peserta Keluarga Berencana di Puskesmas Rawat Inap Panjang menurun?

C.

Tujuan
1.

Tujuan Umum
Mengetahui hal-hal yang menyebabkan cakupan peserta Keluarga
Berencana di Puskesmas Rawat Inap Panjang menurun.

2.

Tujuan Khusus
Mengetahui kemungkinan penyebab masalah program Keluarga
Berencana di Puskesmas Rawat Inap yang berkaitan dengan sumber
daya manusia.
Mengetahui kemungkinan penyebab masalah program Keluarga
Berencana di Puskesmas Rawat Inap yang berkaitan dengan sarana
dan prasarana.
Mengetahui kemungkinan penyebab masalah program Keluarga
Berencana di Puskesmas Rawat Inap yang berkaitan dengan metode
promosi kesehatan.
Mengetahui kemungkinan penyebab masalah program Keluarga
Berencana di Puskesmas Rawat Inap yang berkaitan dengan
lingkungan dari peserta KB.
Mengetahui alternatif pemecahan masalah bagi pelaksanaan program
Keluarga Berencana di Puskesmas Rawat Inap Panjang.

D.

Manfaat Penulisan
a.
Bagi penulis (evaluator)
1. Memperdalam ilmu kedokteran komunitas mengenai evaluasi
2.

pelaksanaan program Keluarga Berencana di puskesmas.


Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh saat kuliah dan

3.

diaplikasikan di Puskesmas.
Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu

4.

program khususnya program kesehatan.


Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam
mengambil langkah yang harus dilakukan dalam mencapai

tujuan yang
b.

telah

ditetapkan,

antara

lain

perencanaan,

pengorganisasian, Pelaksanaan, dan pengawasan.


Bagi puskesmas yang dievaluasi
1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam Program
2.

Keluarga Berencana di wilayah kerjanya.


Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai
umpan balik agar keberhasilan program di masa mendatang

c.

dapat tercapai secara optimal.


Bagi masyarakat
1. Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu khususnya bagi
2.

Pasangan Usia Subur di wilayah kerja Puskesmas Panjang.


Dengan tercapainya keberhasilan program diharapkan dapat
menekan laju pertumbuhan penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Panjang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana (KB)

1. Pengertian Program Keluarga Berencana (KB)


Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No.10 tahun 1992
(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera (Handayani, 2010).
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program
pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan
ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat
dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional
(Depkes, 1999).
KB memiliki arti mengatur jumlah anak sesuai kehendak anda, dan
menetukan sendiri kapan anda akan hamil, serta bisa menggunakan
metode KB yang sesuai dengan keinginan dan kecocokan kondisi tubuh
anda (Uliyah, 2010).

2. Tujuan Program Keluarga Berencana (KB)


Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi
progam KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang
kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai
keluarga berkualitas tahun 2015.
Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian pertumbuhan
penduduk Indonesia.
2. Terciptanya penduduk yang berkuailitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Handayani, 2010).

3.

Sasaran Program Keluarga Berencana


Sasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsung dan
sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran
langsung adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan
pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui

pendekatan

kebijakan

terpadu

dalam

rangka

mencapai

keluarga

berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010).


4.

Ruang lingkup Program KB


Menurut Handayani (2010) ruang lingkup program KB, meliputi:
a. Komunikasi informasi dan edukasi.
b. Konseling.
c. Pelayanan infertilitas.
d. Pendidikan seks.
e. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.
f. Konsultasi genetik

5.

Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran


a)

Untuk ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran


maka manfaatnya :

Perbaikan

kesehatan

badan

karena

tercegahnya

kehamilan yang berulang kali dan terlalu pendek.

Peningkatan

kesehatan

mental

dan

sosial

yang

dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh


anak, beristirahat, dan menikmati waktu luang serta melakukan
kegiatan lainnya.

b)

Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya:

Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang


mengandungnya dalam keadaaan sehat.

Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan


dan makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang
diinginkan dan direncanakan.

c)

Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya:

Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan


fisiknya lebih baik, karena setiap anak memperoleh makanan yang
cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga.

Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna


karena pemeliharaan lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat
diberikan oleh ibu untuk setiap anak.

Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik


karena sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk
mempertahankan hidup semata-mata.

d)

Untuk ayah, memberikan kesmpatan kepadanya agar dapat:

Memperbaiki kesehatan fisiknya.

Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena


kecemasan berkurang serta lebih banyak waktu terluang untuk
keluarganya.

e)

Untuk seluruh keluarga, manfaatnya:

Kesehatan mental, fisik, sosial setiap anggota keluarga


tergantung dari kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota

keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk


memperoleh pendidikan (Handayani, 2010).
B. Akseptor Keluarga Berencana
1. Konsep tentang KB
Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran(Barbara
R.Stright,2004;78).
2.

Jenis - Jenis Akseptor KB


a. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan
salah satu cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau
mengakhiri kesuburan.
b. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah
menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak
diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat
kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah
berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut turut dan
bukan karena hamil.
c. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali
menggunakan alat / obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang
kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau
abortus.
d. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.

10

e. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
f. Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).

C.

Pengertian pasangan usia subur

Pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya berumur 25 - 35
tahun atau pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun
dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid
(datang bulan) (BKKBN, 2007).

D. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan dan
konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadi kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma.
Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari 1897
ketika Beard menduga bahwa korpus luteum dapat menghambat terjadinya
ovulasi. Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya
mengandung preparat estrogen dan progesterone (Wiknjosastro, 2009).

11

Berdasarkan cara pemakaiannya dikenal tiga macam kontrasepsi hormonal,


yaitu:
a) Kontrasepsi oral
b) Kontrasepsi suntikan
c) Kontrasepsi patch
d) Kontrasepsi IUD
e) Kontrasepsi implant
f) Kontrasepsi transvaginal

Ada beberapa jenis metode hormonal pengendalian kelahiran. Perbedaan di


antara mereka melibatkan jenis hormon, jumlah hormon, dan cara hormon
memasuki tubuh wanita. Hormon dapat estrogen dan / atau progesteron.
Hormon ini dapat diambil secara oral (diminum), ditanamkan ke dalam
jaringan tubuh, disuntikkan di bawah kulit, diserap dari patch pada kulit, atau
ditempatkan di vagina.

a) Kontrasepsi Oral (Wiknjosastro, 2009)


Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk tablet,
mengandung hormon estrogen dan progestrone yang digunakan untuk
mencegah hamil.3 Pil kombinasi dewasa ini dipakai oleh lebih dari 65 juta
wanita di seluruh dunia. Pil diminum setiap hari selama 3 minggu, diikuti
dengan 1 minggu tanpa pil atau placebo, pada saat mana suatu perdarahan
surut akan terjadi. Estrogennya ialah etinil estradiol atau mestranol, dalam

12

dosis 0,05; 0,08; atai 0,1 mg per tablet. Progestinnya bervariasi: yang
merupakan androgen, yang menggunakan progesterone, atau mempunyai
pengaruh estrogen intrinsik. Daya guna teoritis hampir 100% (tingkat
kehamilan 0,1/100 tahun-wanita). Daya guna pemakaian ialah 95-98%
efektif (tingkat kehamilan 0,7/100 tahun-wanita).

Jenis dan Macam Kontrasepsi Oral


Berdasarkan jenisnya kontrasepsi oral dibagi menjadi 3 macam,yaitu
(Stoppler, 2012) :
1. Monofasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormone aktif.
2. Bifasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
3. Trifasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Kontrasepsi oral terdiri atas lima macam yaitu:
1. Pil kombinasi, dalam satu pil terdapat estrogen dan progestrone sintetik
yang diminum 3 kali seminggu.
2. Pil sekunseal, Pil ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan
urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka
berdasarkan urutan hormon tersebut,estrogen hanya diberikan selama

13

14 16 hari pertama di ikuti oleh kombinasi progestrone dan estrogen


selama 5 7 hari terakhir.
3. Pil mini, merupakan pil hormon yang hanya mengandung progestrone
dalam dosis mini ( kurang dari 0,5 mg) yang harus diminum setiap hari
termasuk pada saat haid.
4. Once a month pil, pil hormon yang mengandung estrogen yang Long
acting yaitu biasanya pil ini terutama diberikan untuk wanita yang
mempunyai Biological Half Life panjang.
5. Morning after pil, merupakan pil hormon yang mengandung estrogen
dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadan darurat saja, seperti
kasus pemerkosaan dan kondom bocor.

b) Kontrasepsi Suntik (Wiknjosastro, 2009)


Kontrasepsi suntikan di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang
populer. Kontrasepsi suntikan yang digunakan ialah long-acting progestin,
yaitu:
1.

Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg.

2.

Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung


derivate testosteron.

3.

Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan


estrogen

Depot medroxyprogesterone acetate (DMPA) adalah bentuk long-acting


sintetis dari hormon progesteron. DMPA mirip dengan minipil yang tidak
mengandung estrogen. Seperti kontrasepsi berbasis progesteron lainnya,

14

DMPA bertindak dengan mencegah pelepasan sel telur dari ovarium


(ovulasi) dan dengan mempromosikan lendir serviks tebal yang
menghambat kemajuan sperma. Efektivitas dalam mencegah kehamilan
mendekati 100%.
DMPA harus disuntikkan oleh seorang profesional perawatan kesehatan
setiap tiga bulan (12 minggu). Hal ini diberikan sebagai otot
(intramuscular) injeksi yang mendalam. Sebuah formulasi dosis lebih
rendah dari obat yang disuntikkan di bawah kulit (subkutan) juga tersedia.
Injeksi harus diberikan dalam waktu lima hari pertama periode menstruasi
wanita. Dia kemudian dilindungi dari kehamilan dalam waktu 24 jam
setelah menerima suntikan.
Seorang wanita mungkin berhenti mengalami haid sama sekali setelah
menggunakan DMPA selama satu tahun. Setelah dua tahun penggunaan,
70% wanita tidak akan memiliki perdarahan menstruasi. Periode
menstruasi berhenti karena DMPA menyebabkan ovarium untuk pergi ke
sebuah "istirahat" negara. Ketika ovarium tidak melepaskan telur setiap
bulan, pertumbuhan teratur pada lapisan rahim tidak terjadi dan tidak ada
lapisan rahim adalah gudang selama siklus menstruasi berikutnya.
Periode menstruasi seorang wanita harus dimulai lagi dalam waktu enam
sampai 18 bulan setelah ia berhenti mengambil suntikan. Seorang wanita
juga bisa hamil, biasanya dalam waktu 12 sampai 18 bulan, setelah ia
berhenti menggunakan DMPA. Jika seorang ibu baru tidak menyusui
bayinya, dia bisa melanjutkan suntikan tepat setelah melahirkan. Ibu yang
sedang menyusui dapat dengan aman memulai suntikan enam minggu

15

setelah melahirkan. Suntikan tidak mengurangi aliran ASI-nya, dan tidak


ada efek berbahaya pada bayi telah dicatat.
Efek samping yang paling umum dari suntikan DMPA adalah siklus yang
tidak teratur menstruasi, berhentinya periode menstruasi, dan berat badan.
Efek samping lain mungkin termasuk kegugupan, pusing, perut tidak
nyaman, sakit kepala, kelelahan, atau nyeri payudara. Adalah penting
bahwa seorang wanita menyadari bahwa sekali ia telah disuntik dengan
DMPA, efek samping ia mungkin mengalami tidak bisa dinetralkan atau
dihilangkan. Dia harus mentolerir efek samping obat sampai habis,
biasanya tiga bulan kemudian.
DMPA juga telah terbukti memiliki efek negatif pada kepadatan mineral
tulang, terutama dengan penggunaan jangka panjang, namun penelitian
telah menunjukkan bahwa kepadatan tulang nya sebelumnya biasanya
dipulihkan ketika obat dihentikan.
Perempuan mungkin dapat menggunakan DMPA ketika menghindari
estrogen adalah bijaksana untuk alasan medis. Sebuah penyedia layanan
kesehatan yang berkualitas harus dapat membantu membuat perbedaan
yang tepat. DMPA tidak boleh digunakan oleh wanita yang memiliki
riwayat kanker payudara, penyumbatan darah, penyakit hati, perdarahan
vagina yang tidak dapat dijelaskan, atau stroke. Seorang wanita di DMPA
harus menghubungi profesional kesehatan jika dia mengalami aliran
menstruasi berat, sakit perut parah, sakit kepala, atau depresi.
Suntikan DMPA lebih dari 99% efektif jika suntikan yang diterima sesuai
dengan jadwal yang benar. Seorang wanita menggunakan kontrasepsi

16

suntik memiliki keuntungan yang mampu menjadi hamil di lain waktu,


jika diinginkan, hanya dengan menghentikan penggunaan. DMPA tidak
meningkatkan risiko seorang wanita terkena kanker, termasuk kanker
payudara, dan sangat mengurangi resiko mereka terkena kanker rahim.
Kontrasepsi suntik tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual.

c) Kontrasepsi Patch (Stoppler, 2013)


Sebuah perekat patch telah dikembangkan yang menyediakan kontrasepsi
hormonal melalui kulit, yang dikenal sebagai sistem pengiriman
transdermal. Patch dapat dikenakan di lengan, perut, atau bokong. Seorang
wanita memakai patch selama seminggu dan kemudian menggantikannya
dengan patch baru.
Patch ini, disebut Ortho-Evra (etinil estradiol / norelgestromin patchtopikal), yang mirip dengan pil bahwa mereka mengandung estrogen dan
progesteron. Ortho-Evra mirip dengan pil dalam hal menekan ovulasi dan
memiliki keuntungan dari peningkatan kepatuhan dan kenyamanan karena
administrasi mingguan. Seorang wanita hanya perlu ingat untuk mengganti
patch seminggu sekali bukannya diperlukan untuk mengingat minum pil
setiap hari. Namun, beberapa studi telah menunjukkan bahwa patch
kontrasepsi mungkin terkait dengan risiko yang lebih besar dari efek
samping negatif, seperti masalah pembekuan darah, daripada pil
kontrasepsi oral.
Hal yang penting untuk dipastikan bahwa patch membuat kontak yang
baik dengan kulit. Patch bisa menjadi masalah bagi para wanita yang

17

banyak berkeringat dan / atau sering mandi karena kelembaban dapat


mengganggu kontak patch dengan kulit. Beberapa wanita juga mungkin
mengalami iritasi kulit di lokasi patch.
Seperti semua metode hormonal lainnya untuk mengendalikan kelahiran,
patch tidak akan melindungi wanita terhadap infeksi menular seksual.

d) Kontrasepsi IUD (Cunningham et al, 2007)


IUD yang mengandung dua bahan kimia aktif saat ini telah disetujui untuk
digunakan di Amerika Serikat seperti perangkat progestin-releasing. LNGIUD ( Levonorgestrel-relating intrauterine devices / Mirena) melepaskan
levonorgestrel ke dalam rahim dengan jumlah yang relatif konstan 20 g /
hari, yang dapat mengurangi efek sistemik. Alat ini memiliki kerangka
radiopaque berbentuk T, dengan batang dibungkus reservoir silinder,
terdiri dari campuran polydimethylsiloxane-levonorgestrel. Ada dua
trailing string cokelat menempel batang.
Mekanisme kerja IUD belum dapat didefinisikan dengan tepat dan masih
menjadi subyek perdebatan sampai saat ini. Pernah dipercaya bahwa aksi
IUD ialah menginterferensi terhadap keberhasilan implantasi ovum yang
telah dibuahi, namun sekarang dianggap menjadi kurang penting
dibandingkan pencegahan pembuahan.
Dalam rahim, IUD menginduksi adanya respon peradangan setempat
endometrium, terutama oleh perangkat yang mengandung tembaga.
Komponen peradangan selular dan komponen humoral ini terjadi pada
jaringan endometrium dan cairan yang mengisi rongga rahim dan saluran

18

tuba. Ini menyebabkan menurunnya sperma dan viabilitas telur


Pembuahan sulit untuk terjadi, disebabkan inflamasi yang sama diarahkan
terhadap blastokista, dan endometrium yang berubah menjadi lokasi yang
buruk untuk terjadinya implantasi. Pada IUD tembaga, tembaga
meningkatkan lendir pengguna IUD dan menurunkan motilitas dan
viabilitas sperma
Dengan IUD yang mengandung levonergestrel, di samping terjadinya
reaksi peradangan, pelepasan progestin yang lama pada pengguna
menyebabkan atrofi kelenjar dan stroma desidualisasi. Selain itu, progestin
membuat lendir serviks menjadi lebih kental yang dapat menghalangi
motilitas sperma. IUD tipe ini juga mungkin tidak konsisten melepaskan
progestin untuk menghambat ovulasi.

e) Kontrasepsi Implant (Cunningham et al, 2007)


Norplant
Norplant adalah suatu alat kontrasepsi terdiri atas enam kapsul, yang
mengandung 36 mg levonorgestral yang dibungkus dalam kapsul silasticsilicone (Polydimethylsiloxane) dan disusukan dibawah kulit. Setelah
disusukkan keenam kapsul akan mengeluarkan 80 mcg levonorgestrel per
hari selama 6-18 bulan pertama. Levonogestrel adalah suatu progestin
yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini-pill atau pil kombinasi
ataupun pada AKDR yang bioaktif.
Sebuah implan kontrasepsi yang dikenal sebagai Implanon tersedia di
Implanon AS menyediakan kontrasepsi oleh slow release dari progestin

19

etonogestrel selama periode tiga tahun. Implanon adalah batang tipis yang
dimasukkan di lengan atas bawah anestesi lokal. Perlindungan dari
kehamilan terjadi dalam waktu 24 jam dari penyisipan batang, dan tingkat
kegagalan sebanding dengan sterilisasi bedah (ligations tuba). Salah satu
keuntungan dari batang Implanon adalah kesuburan yang cepat kembali
setelah pengangkatan batang.
Sebuah implan dua batang yang mengandung progestin levonorgestrel
(Jadelle) telah disetujui oleh FDA untuk 5 tahun penggunaan, meskipun
belum dipasarkan di Amerika Serikat. Demikian pula, Sino-Implan II
implan kontrasepsi mirip dengan Jadelle, tetapi dirancang untuk tetap di
tempat selama 4 tahun.
Studi awal produk menunjukkan bahwa secara umum ditoleransi dengan
baik dan efektif dalam mencegah kehamilan. Namun, penelitian ini
menunjukkan bahwa perdarahan yang tidak teratur adalah efek samping
dari produk. Seperti semua metode hormonal lain dari kontrol kelahiran,
Implanon tidak akan melindungi wanita terhadap infeksi menular seksual.

f) Kontrasepsi Transvaginal (Cunningham et al, 2007)


Sebuah perangkat berbentuk cincin yang berisi hormon estradiol dan
etonogestrel (progestin) dapat ditempatkan dalam vagina. Ini tetap di
tempat selama tiga minggu terus menerus, maka akan dihapus selama satu
minggu untuk memungkinkan periode menstruasi. Hal ini terus menerus
melepaskan rendahnya tingkat hormon ke dalam aliran darah untuk
seluruh tiga minggu.

20

Saat ini satu merek tersedia di AS, NuvaRing (etonogestrel / etinil


estradiol-cincin vagina). Sekitar 99% efektif dalam mencegah kehamilan,
memiliki efektivitas yang tinggi sama seperti metode hormonal kontrasepsi
lainnya.
Pengguna diminta untuk memasukkan cincin tinggi-tinggi ke vagina;
pemasangan ini tidak memerlukan tenaga kesehatan. Tingkat kehamilan
keseluruhan lebih dari 1 tahun penggunaan ialah 0,65 kehamilan per 100
wanita per tahun.
Cincin ini mempunyai kelebihan dapat dengan mudah dimasukkan,
diperiksa, dilepaskan, dan diganti oleh pengguna.
Kerangka Teori

Keluarga Berencana (KB)


- Pengertian
- Tujuan
- Sasaran
- Ruang Lingkup
- Dampak terhadap
pencegahan Kehamilan

Kontrasepsi
- Kontrasepsi oral
- Kontrasepsi suntikan
- Kontrasepsi patch
- Kontrasepsi IUD
- Kontrasepsi implant
- Kontrasepsi
transvaginal

Keikutsertaan
pasangan usia
subur dalam
program KB

21

Anda mungkin juga menyukai