Anda di halaman 1dari 51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Medis 1. Pengertian a.

Hipertropi prostat (benign prostatic hypertrophy) adalah pembesaran

adenomatous dari klenjar prostat (Barbara C.Long, Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3. 2006) b. Hipertropi prostat adalah pertumbuhan nodul- nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut mulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. (Shylvia A,Lorraine M. Patofisiologi. Edis 6 Volume 2. 2006) c. Hipertropi prostat merupakan suatu penyakit yang sering ditemukan pada pria yang berusia lebih tua dari 50 tahun. Dimana istilah hipertropi prostat kurang tepat karena yang terjadi sebenarnya hyperplasia kelenjar periuretral. (Mansjoer A, Suprohaita,ikaw, setia wulan w, Kapita selekta Kedokteran, edisi 3 jilid 2, 2007) d. Hipertropi prostat merupakan suatu kondisi patologis yang paling umum pada pria lanjut usia dan penyebab kedua yang paling sering untuk intervensi media pada pria diatas usia 60 tahun (brunner dan Suddart, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 Vol.2. 2006)

e. Hypertropi prostat merupakan suatu kelainan yang sering terdapat pada kelenjar prostate, lebih sering terjadi setelah berusia lebih dari 50 tahun dan berhubugan dengan pembesaran prostat yang jinak (Schwartz, Intisari Prinsip Ilmu bedah edisi 6, 2006) 2. Anatomi Fisiologi 1. Sistem Ginjal dan Saluran Kemih Organ organ yang termasuk dalam saluran kemih terdiri dari : ginjal, ureter, vesica urinaria, dan uretra, berdasarkan letaknya di bagi dua yaitu saluran kemih bagian atas dan bawah : Adapun bagian ginjal terdiri atas : 1. Ginjal 1) Kedudukan Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang dari cavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi verbal lumbalis 3, melekat langsung pada dinding belakang abdomen. 2) Bentuk Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, setiap ginjal panjangnya 6-7 cm dan tebalnya 1 - 2 1/2 . Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena hati menduduki ruang banyak disebelah kanan.

10

3) Fungsi Ginjal Fungsi ginjal adalah : a) Menproduksi erytrhropoetin yang dilepaskan sebagai respon menurunnya tekanan oksigen dalam suplay darah ginjal, yang biasanya disebabkan karena kekurangan sel darah merah. Erythropoetin menstimulasi produk sel darah merah di sumsum tulang. Defenisi Erythropoetin akan menyebabkan anemia yang sering terjadi pada gagal ginkal. b) Vitamin D diaktivasi di ginjal selain dalam hati. Vitamin D sangat penting untuk mengabsorbsi kalsium dari usus. Paien gagal ginjal akan mengalami gangguan keseimbangan kalsium dalam fosfat. c) Memproduksi renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah. Renin dilepaskan sebagai respon penurunan tekanan darah arterial, iskemia ginjal dan penurunan volume cairan ekstraseluler, peningkatan norepinefrin, meningkatnya konsentrasi natrium. d) Pengeluaran renin dari ginjal akan mengakibatkan pengubahan angiotensinogen (suatu glikoprotein yang di buat oleh hati) menjadi angiotensin I. Angiotensin I kemudian di ubah menjadi angiotensin II oleh suatu enzim konversi yang ditemukan di dalam kapiler paru-paru. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah melalui efek vasokontriksi arteriole perifer dan merangsang sekresi aldosteron. Peningkatan kadar aldosteron akan merangsang

11

reabsorbsi natrium dalam tubulus distal dan duktus pengumpul. Selanjutnya peningkatan reabsorsi natrium mengakibatkan

peningkatan reabsorbsi air dengan demikian volume plasma akan meningkat. Peningkatan volume plasma ikut berperan dalam peningkatan tekanan darah. Produksi renin yang berlebihan terjadi paa gangguan perfusi renal. e) Prostaglandin disintesa lebih banyak jaringan tubuh termasuk ginjal. Di ginjal terutama disintesa di medulla. Prostaglandin menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah yang dapat darah menpengaruhi peningkatan aliran darah ginjal dan meningkatkan ekskresi natrium. Pengaruh renin dan prostaglandin akan menpertahankan tekanan darah tetap normal / seimbang. f) Kegagalan ginjal yang berakibat kehilangan fungsi jaringannya akan mengkonstribusi terjadi hipertensi. 4) Tes fungsi ginjal terdiri dari : a) Tes pembentukan protein (albumin) Bila ada kerusakan pada glomerulus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk kedalam urin b) Mengukur konsentrasi ureum darah Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum maka ureum darah naik di atas kadar normal (20 40) mg %

12

c) Tes konsentrasi Dilarang makan dan minum selama 12 jam untuk melihat samapi berapa tinggi, berat jenisnya naik. 5) Struktur ginjal Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsul renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua, lapisan luar terdapat lapisan korteks (substansi medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal pyramid, puncuk kerucut tadi mengahdapi kaliks yang terdiri dari lubang lubang kecil disebut papila renalis, tiap tiap pyramid dilapisi satu dengan yang lain oleh kolumna renalis jumlah renalis 15 19 buah. Garis garis yang terlihat pada pyrmid disebut tubulus nefron yang merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari : Glomerulus, tubulus proksimal, Lengkung henle, Tubulus distal, dan tubulus urinarius. Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selam 24 jam dapat mnenyaring darah 170 liter, arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang lubang yang terdapat pada pyramid renal masing masing membentuk kalpiler satu malphigi yang disebut glomerulus, pembuluh afferent yang bercabang dengan bentuk kapiler dimana vena renalis yang membawa darah ke ginjal ke vena kava inferior.

13

6) Peredaran darah ginjal Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan areteri renalis, arteri ini ini berpasangan kiri dan kanan, areteri renalis bercabang menjadi arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang membentuk gumpalan gumpalan ini dikelilingi oleh alat yang disebut simpai bowmen, di sini terjadi penyadangan pertama di kapiler darah yang meninggalkan kapsula bowmen kemudian menjadi vena renalis masuk ke vana kava inferiior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20 50 % curah jantung (5.000 ml / menit) sedang berat kedua ginjal < 1 % dari berat seluruh tubuh pada orang dewasa berat ginjal kira kira 140 gram. 7) Persyarafan ginjal Ginjal mendapat persyarafan renalis (vasomotor) syaraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, syaraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal), diatasnya sebuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2 macam hormon yaitu adrenalin dan hormon kortison, adrenalin dihasilkan oleh medulla. 8) Proses pembentukan urin (air kemih) Glomerulus berfungsi sebagai ultra filtrasi, pada simpai bowmen befungsi untuk menampung hasil filtrasi filtrasi dari glomerulus. Pada

14

tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali dari zat zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter. Urin berasal dari darah yang di bawa arteri renalis, masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel dari bagian plasma darah. Ada 3 tahappembentukan urin : 1) Proses filtrasi Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena adanya tekanan tekanan yang berperan dalam proses laju filtrasi glomeruli yang cepat ini seluruhya bersifat pasif, dan tidak dibutuhkan energi metabolik untuk proses filtrasi tersebut. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowman. Tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini di bawa oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman serta tekanan osmotik koloid darah. Maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang sering adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang sering ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lain lain, diteruskan ke tubulus ginjal.

15

2) Proses reabsorbsi Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion bikarbonat, prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator

reabssorbsi terjadi pada tubulus atas, sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerarpan sodium dan ion bikarbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorbsi vakultatif dan sisanya dialirkan pada papila reanis. 3) Proses sekresi Sisanya penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke luar. 2. Ureter Terjadi dari saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal di kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya 25 30 cm, dengan lebar 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding rongga pelvis : a) Dinding di luar jaringan ikat (jaringan fibrosa) b) Lapisan tengah lapisan otot polos c) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

16

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan peistaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk kedalam kandung kemih (vesica urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang disekresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk kedalam kandung kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulis pelvis renalis, pembuluh darah, syaraf dan pembuluh darah, syaraf dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitrnya mempunyai syaraf sensorik. Adapun fungsi ureter adalah menyalurkan urin dari ginjal ke kandung kencing. Sedangkan bagian bawahnya adalah sebagai berikut : 1. Vesica urinaria ( Kandung kemih) Kandung kemih dapat mengembang dan menyempit seperti balon karet, terletak dibelakang simpisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang di kelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesica umbilikasi milieus bagian vesica urinaria terdiri dari : a. Fundus bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium recto vesicale yang berisi jaringan doktus deferent, vesiseminalis dan prostat.

17

b. Korpus yaitu bagian antara vertex dan fundus c. Korteks bagian yang runcing ke arah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis. Dinding kandung kemih terdiri dari 3 lapisan yaitu : lapisan sebeluh luar (peritonium), tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa, dan mukosa (lapisan bagian dalam). Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stress reseptor yang terdapat di dinding kandung kemih dengan jumlah 250 Cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi refleks kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinkter internus segera didikuti oleh relaksasi spinter eksternus, akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan rangsangan kandung kemih dan relaksasi spinter eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau mengehentikan miksi. Kontrol volunter ini hanya mungkin bila syaraf syaraf yang menangani kandung kemih uretra. Medulla spinalis dan otak masih utuh, bila ada kerusakan pada syaraf syaraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urine (kencing keluar terus menerus tanpa disadari) da retensi urin (kencing tertahan) persyarafan dan peredaran darah vesica urianria. Persyarafan diatur torakal, lumbal dan cranial dari sistem persyarafan otonom. Torakal, lumbal

18

berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraki spinter intern. Peritonium melapisi kandung kemih sampai kira kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritonium dapat di gerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih berisi penuh. Pembuluh darah arteri vesicalis superior berpangkal dari umbilikasi bagian distal, vena membentuk anyaman di bawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatikus sepenjang arteri umbilikalis. Adapun fungsi kanung kemih adalah bekerja sebagai penampung urin. 2. Uretra Uretra merupakan sebuah saluran sempit yang berjalan dari leher kandung kemih kelubang luar, dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran yang dilapisi kandung kemih meatus urinarius terdiri atas serabut otot lingkar yang menbentuk spingter uretra. Panjang uretra untuk laki laki 17 22,5 cm. Uretra pada laki laki terdiri dari : a. Uretra prostatik b. Uretra membranosa c. Uretra kavenosa

19

2. Anatomi Fisiologi Kelenjar Prostat Kelenjar prostat termasuk dalam isi pelvis laki laki dengan vesica urinaria dan vas deferens. Sekresi prostat , secret didapatkan dengan pemijatan secara lembut, cairan protat normal normal mengandung 3 5 sel darah putih perlapangan pandangan besar. Kelenjar prostat kira kira sebesar buah walnut atau buah kenari besar letaknya di bawah vesica urianria, mengelilingi uretra dan terdiri atas kelenjar majemuk, saluran saluran dan otot polos. Prostat mengeluarkan secret cairan yang bercampur secrte dari testis. Fungsi cairan : a. Pelumas b. Produksi ejakulat c. Finansial untuk ejakulasi Uretra laki laki terdiri dari : Lapisan mukosa (lapisan paling dalam), lapisan sub mukosa. 3. Etiologi Benign prostat hyprplasia adalah pembesaran jaringan kelenjar prostat yang bersifat jinak, walaupun tidak diketahui secara pasti penyebabnya sebab tidak bersifat universal terjadi pada usi alanjut. Namun demikian diperkirakan bahwa peningkatan jumlah sel prostat sebgai hasil dari adanya perubahan endokrin yang berhubungan dengan proses penuaan, terjadi akumulasi dihydroxytestosteron (hormon endrogen utama dalam

20

kelenjar prostat),stimulasi estrogen,dan aktivitas hormon pertumbuhan lokal lainnya dianggap berperan dalam terjadinya benign prostatik hyperplasia Edisi 2.2006) 4. Insiden Benign Prostatic Hyperplasia sering ditemukan pada usia lanjaut. Oleh karena itu, tidak ada pencegahan utamanya. Insiden meningkat pada pria kulit hitam dan kurang pada Asia Masalah ini terjadi pada 50 % pria di atas 50 tahun, dan 75 % pria di atas 70 tahun. Yang utama adalah deteksi dini merupakan pencegahan sekunder yang baik. Deteksi dini diperlukan guna menangani secara cepat sehingga mencegah terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan obstruksi saluran perkemihan bagian bawah, sebaikanya pemeriksaan prostat dilakukan pada usia 40 tahun. ( htt / www.Visual dx health com/adult/hypertropiprostat.htm, health/hypertropi prostat ) 5. Patofisiologi Kandung kemih yang berfungsi sebagai waduk air seni dan juga dan http://www.mayoclinic.com/ (Parakrama chandrasanom. Ringkasan Patologi Anatomi,

sebagai pompa alam untuk memompakan air senikeluar tubuh harus berkontraksi lebih kuat untuk mengimbangi sesuatu tahanan outflow pada leher kandung kemih.Seiring dengan ini maka otot detrusor kandung kemih menga-lami hipertrofi, akibatnya terbentuk trabekula, cellula dan

21

divertikula. Sedangkan tekanan didalam kandung kemih me-ninggi, bisa dari 20 - 40 cm air menjadi 50 - 100 cm air atau lebih sampai melampaui tahanan outflow. Keadaan ini kita sebut masa kompensasi.Pada masa ini otot detrusor lebih sensitif sehingga dengan penambahan sejumlah kecil saja dari air seni penderita lang-sung berhajat untuk membuang air kecil yang mendesak,tanpa bisa ditunda seketika pun. Walaupun pancaran dan aliran air seni masih biasa. Hal ini terjadi berulang-ulang,siang dan malam bahkan pada malam hari lebih sering. Bila proses berlangsung terus dan tahanan outflow lebih meningkat,maka daya kontraksi dan tekanan didalam kandung kemihharus lebih tinggi lagi untuk

mengimbangi daya tahanan dengan demikian gangguan buang air kecilpun bertambah Pancaran air seni lemah , aliran air seni kecil dan penderita harus menunggu sebentar untuk memulai buang air kecil.Pada suatu saat daya kontraksi otot detrusor melemah, masakontraksi jadi lebih pendek, otototot jadi menipis, masadekompensasi telah terjadi. Saat ini daya pompa kandung kemih untuk mengalirkan air seni keluar tubuh lebih kecil dari pada daya tahanan outflow, sehingga pengosongan kandung kemih tidak sempurna, sisa air seni masih ada tertinggal,yang kita sebut air seni sisa (residual urine). Adanya air seni sisa terjadi statis, dan ini mudah menghimbau peradangan dan mengakibatkan edema submucosa kandung kemih, akibat infiltrasi dari plasma cel, lymphocytes dan polymorpho

22

nuclear cells. Pembentukan batu mudah terjadi. Pada saat ini gangguan buang air kecil bisa lebih hebat lagi, rasa nyeri, pedih, berdarah, dan panas seperti terbakar sewaktu buang air kecil. Pada masa dekompensasi ini air seni sisa makin lama makin bertambah banyak. Dengan demikian daya tampung dari kandung kemih jadi lebih kecil. Hajat buang air kecil jadi lebih sering, sedang daya kontraksi otot detrusor sudah melemah. Penderita harus mengedan untuk buang air kecil, tetapi pancaran air seni tetap lemah,aliran air seni kecil sekali, menetes dan akhirnya bisa tertahan pengeluaran air seni dari subtotal menjadi total. Ada dua macam masa dekompensasi yaitu masa dekompensasi akut dan masa

dekompensasi kronis. Pada masa dekompensasi kronis kandung kemih bisa terisi 1000 - 3000 cc air seni,dengan demikian kandung kemih membesar dan meregang dengan hebatnya sehingga daya kontraksi menghilang dan mengakibatkan overflow incontinence . ( htt / www.Visual dx health com/adult/hypertropiprostat.htm, dan

http://www.mayoclinic.com/ health/hypertropi prostat )

23

Gambar penyulit-penyulit prostate

24

6. Manifestasi klinik Benign Prostate Hyperplasia biasanya terjadi secara perlahan-lahan sehingga dalam perkembangannya kadang-kadang tidak dirasakan sebagai gangguan. Perlu diketahui pada usia lanjut, akan terjadi peningkatan frekuensi berkemih. Bila seorang mengeluh bahwa jumlah dan kekuatan aliran urin tidajk terjadi secara normal, maka patut di curigai terjadinya Benign Prostatic Hyperplasia dan perlu di lakukan pengkajian lebih lanjut. a. Pada Grade I Mula mula klien sejak berbulan-bulan mengeluh kalau kencing tidak lampias, pancaran lemah, sering kencing malam (Nokturia) b. Pada Grade II Bila mukosa terasa panas, sakit, disuria, nokturia, bertambah hebat karena adanya sisa kencing dan mudah terjadi infeksi, kadang kadang terdapat panas tinggi, menggigil dan nyeri daerahj pinggang. c. Pada Grade III Gejala gejala semakin berat d. Pada Grade IV Buli buli penuh, penderita merasa kesakitan, air kencing keluar menetes secara periodik.

25

Akibat pembesaran prostat, akan sangat berbahaya terjadinya obstruksi perkemihan yang komplit dan terjadi retasi. Retasi dapat dipicu oleh : a. Infeksi b. Peminum alkohol c. Hambatan pengosongan d. Tirah baring Beberapa obat dapat menyebabkan retensi, seperti obat bersifat dekongestan, anticholinergic, dan anti depresant. Obstruksi dapat menyebabkan nyeri yang sangat sehingga perlu segera dilakukan pemasangan kateter. Beberapa Upaya untuk mengkaji Benign Prostatic Hyperplasia a. Lakukan pemeriksaan fisik secara umum, termasuk digital rectal examination (DRE) b. Pemeriksaan laboratorium : darah, urin, dan fungsi ginjal c. X Ray termasuk intravenouse pyelogram dan cystosgraphy d. Prosedur tindakan lain : misalnya kateterisasi dan cystoscopy 7. Komplikasi : Klien Benign Prostate Hyperplasia akan menimbulkan resiko infeksi saluran kemih akibat kandung kemih tidak mengalami pengosongan sempurna yang disebabkan oleh adanya uretra. Urine residu akan

26

merupakan lingkungan yang baik sebagai tempat berkembang biaknya bakteri. Batu dapat berbentuk sebagai akibat terjadinya alkalinizaion dari urin residu. Robekan pembuluh darah akibat peregangan yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hematuria. Peningkatan tekanan pada kandung kemih akan menyebbkan dinding kandung kemih mengalami peregangan dan menyebabkan terbentuknya divertikula. Komplikasi yang sangat serius akibat retensi urin adalah disfungsi kandung kemih, hydroureter, kerusakan jaringan parenkhim ginjal akibat hydrinephrosis, dan terjadi pyelonefritis. Dan komplikasi di atas dapat menyebabkan gagal ginjal (renal failure) 8. Tes diagnostik Urinalis : Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum menunjukkan SDM,SDP,kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), serpihan mineral, bakteri PUS ; PH mungkin asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat) Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat. Kultur urin : mungkin menunjukkan ISK (stapilococcus aureus, proteus, klebsiela, pseudomonas).

27

Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein, elektrolit. BUN / kreatinin serum dan urine : abnormal (tinggi pada serum / rendah pada urin) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia /nekrosis. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peninggian kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukkan infeksi / septikimia. SDM : biasanya normal Hb / Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (mendorong presipitasi pemadatan) atau anemia (perdarahan, disfungsi / gagal ginjal). Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urin) Foto rontgen KUB : menunjukkan adanya kalkuli dan / atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter. IVP : memberikan inoformasi yang cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul menunjukkan abnormalis pada pada struktur anatomic (distensi uretra) dan garis bentuk kalkuli.

28

Sistouretrokopi : Visualisasi langsung kandung kemih dan uretra dapat menunjukkan batu dan / atau efek obstruksi. Skan CT : mengidentifikasi / menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih. Ultrasound ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu 9. Penatalaksanaan medik Tujuan penanganan medik yaitu memperbaiki aliran urin dari kandung kemih, mengurangi / menghilangkan gejala gejala dan mencegah atau menangani komplikasi akibat Benign prostatic Hyperplasia Apabila ditemukan klien berindikasi peningkatan obstruksi urtera, dilakukan tindakan penanganan sesuiai indikasi. Berbagai tindakan sebagai pilihan penanganan Benign Prostatic Hyperplasia dapat

dikategorikan dalam tindakan pengonbatan non surgical invasisf (invasive tanpa tindakan pembedahan) dan surgical invasie (tindakan invasive) a) Terapi pengobatan : Pemberian hormon dapat mengurangi / menghambat pertumbuhan jaring mealui penghambatan hormon androgen pengobatan dilakukan secara kontinue. Efek samping dari pengobatan ini adalah disfungsi ereksi, diaman ditemukan 10 % dari klien mengalami penurunan libido (Lewis, Heitkemper & Dirksen : 2000 ) Pengobatan herbal dapat dilakukan untuk klien Benign Prostatic Hyperplasia.

29

b) Non surgical inasive Pemasangna indwelling kateter temporer digunakan untuk mengurangi gejala. Pemasangan dalam waktu yang lama agar dihinndari guna mencegah terjadinya resiko infeksi, pemasangan balon dilatasi dalam uretra untuk meregangkan sehingga aliran urin menjadi bebas dan lancar. Tindakan pemasangan balon ini merupakan tindakan yang tidak permanen (bersifat sementara) c) Surgical terapi Tindakan pembedahan dilakukan guna mengatasi adanya obstruksi urin akibat Benign prostatic hyperplasia. Bagian dari kelenjar prostat yang menyebabkan obstruksi dilakukan pengangkatan yangdisebut Prostatectomy. Indikasi Prostatectomy adalah sebagai berikut : 1) Bagian atas saluran kemih mengaami dilatasi (hydrouretra, Hydrneprosis) dan adanya gangguan fungsi ginjal 2) Nyeri yang hebat 3) Total urinarti obstruction 4) Pengobatan yang diberikan kurang berespon 5) Adanya batu kandung kemih, sebagai bukti adanya obstruksi yang lama sehubunan dengan benign prostatic hyperplasia 6) Obstruksi yang lama dengan adanya hydroureter dan

hydroneprhosis yang menggangu fungsi ginjal

30

7) Hematuria yang lama dan hebat 8) Menurunnya kualitas hidup sebagai akibat benign protatic hyperplasia. 9) Retensi urinari yang kronik 10) Adanya infeksi saluran kemih yang berulang ulang Penanganan Pra Bedah Tujuan persiapan klien pra bedah adalah mempertahakan output urin dan mencegah komplikasi Klien yang mengalami retasi akut memerlukan tindakan pembedahan. Biasanya pada kondisi ini perlu dipertimbangkan pemasangan kateter Prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat jaringan prostat yang membesar, yaitu : 1) Transurtehral Resection Of the Prostat (TURP) 2) Suprapubic prostatectomy 3) Retropubic prostatectomy 4) Perineal prostatectomy Prosedur diaas ditemukan oleh ukuran dari prostat dan kondisi umum kesehatan klien. a. Transurtehral incision Of the Prostat (TUIP) Dilakukan pada klien dengan resiko tinggi, juga pada obstruksi ringan, atau pada klien usia yang masih mudah. Isisi dilakukan kedalam jaringan prostate guna mengurangi obstruksi pada bagian

31

leher kandung kemih, insisi pada di buat secara unilateral dan bilateral. Dilakukan monitor output urin dan kemunkinan hematuria yang dilakukan 24 jam pertama melalui indwelling kateter. b. Suprapubic prostatectomy Peningkatan masssa jaringan dilakukan secara luas (diatas 60 g) yang bisa dilakukan pada kanker prostat. Insisi dilakukan dibagian bawah garis tenah abdomen melalui kandung kemih sampai pada bagian depan prostat. Tindakan ini dengan mengangkat seluruh kelenjar dan selanjutnya uretra dijahitkan pada kandung kemih. Setelah pembedahan, dipasang kateter pada bagian suprapubis yang dipasang melalui insisi abdominal yang bertujuan untuk mencegah terjadinya tekanan pada jahitan yang memungkinkan untuk penyembuhan kandung kemih. Indwelling kateter dipasang kedalam kandung kemih melalui uretra guna mencegah terjadinya striktur. Dilakuakn irigasi kandung kemih pada 24 jam pertama. c. Retropubic prostatectomy Digunakan untuk mengankat secara radikal yang dilakukan pada kanker prostate insisi pada bagian bawah garis abdomen sampai pada kelenjar prostat. Setelah pembedahan, dipasangn indwelling kateter yang dipasang melalui uretra kedalam kandung kemih. Dipasang drain pada daerah insisi abdomen guna mengeluarkan

32

cairan melalui area tersebut. Pada tindakan ini tidak cilakukan insisi kandung kemih, agak sulit dilakukan reseksi suprapubik dan retropubis. d. Perineal prostatectomy Tindakan ini jarang dilakukan, tetapi dilakukan pada kanker prostat, insisi di buat melalui antara skrotum dan anus. Oleh karena itu, kemungkinan dapat meluas kearah rectum maka klien sebelumnya dilakukan huknah, diberi antibiotik dan diet rendah serat. Setelah pembedahan dipasang indwellng kateter melalui uretra. Dipasang drain pada daerah insisi. Dilakukan pergantian balutan setiap kali defekasi guna mencegah terjadinya infeksi pada daerah insisi. Kerugian : walaupun semua tindakan beresiko disfungsi ereksi, tetapi tindakan perineal resection merupakan insiden tertinggi, inkotinen urin, resiko infeksi karena berdejatan dengan anus.

33

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Perawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang menyeluruh ditujukan kepada individu, kelopmpok dan masyarakat baik sehat maupunb sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan masyarakat. 1. Pengkajian Adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah kebituhan perawat bagi klien. a. Tujuan Pengkajian Untuk memberikan suatu gambaran yang terus menerus mengenai kesehatan klien yang memungkinkan tim perawatan merencanakan asuhan keperawatan pada klien secara perorangan b. Langkah Pengkajan 1) Pengumpulan data Akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan / keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, spiritual, lingkungan klien a) Sumber Data (1) Klien (2) Keluarga / orang terdekat / teman (3) Status / catatan klien ( laboraorium, riwayat medik, catatan perkembangan, dokumentasi keperawatan )

34

(4) Tenaga profesional lainnya b) Metode Pengumpulan Data 1. Observasi 2. Wawancara 3. Catatan 4. Literatur : Inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi : Percakapan untuk mengumpulkan data : Catatan klinik, dokumentasi, status : Buku buku, makalah

c) Lingkup ( Data yang dikumpulkan ) (1) Biodata yang berisi identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medik, serta identitas penanggung jawab dari klien (2) Alasan masuk : Saat pertama kali klien masuk rumah sakit dengan keluhan sakit pada daerah abdomen akibat retensi urine (3) Riwayat kesehatan sekarang : Awal terjadinya keluhan, usaha untuk mengurangi keluhan, hasilnya sampai kondisi klien saat dikaji (4) Riwayat kesehatan lalu : Menggambarkan keadaan kesehatan sebelum klien di rawat di rumah sakit (5) Riwayat kesehatan keluarga yang berisi genogram tiga generasi yang menggambarkan adanya anggota keluarga yang mengidap penyakit yang sama

35

(6) Riwayat psikososial yang berisi tentang : Pola konsep diri yang menggambarkan pandangan klien tentang penyakit yang diderita Pola koping menggambarkan klien merasa dirinya sakit sehingga memerlukan perawatan Pola kognitif menggambarkan pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita Pola interaksi menggambarkan hubungan klien dengan keluarga serta perawat (7) Pemeriksaan Fisik : Sistem pernafasan Bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat bunyi tambahan, bentuk dada simetris Sistem kardiovaskuler Bunyi jantung normal, tidak terdapat bunyi tambahan, arteri karotis kuat Sistem pencernaan Gaster tidak terasa nyeri, anoreksia, mual, nyeri pada abdomen, tidak ada pembesaran ginjal dan hati

36

Sistem indra Tidak terdapat udema pada fungsi kelopak mata, baik, fungsi fungsi

penglihatan

baik,

penciuman

pendengaran baik Sistem saraf Kesadaran klien composmentis ( GCS : 15 ), kekuatan otot normal, keseimbangan dan koordinasi baik terhadap perintah dan tindakan Sistem muskuloskeletal ROM sesuai dengan gerakan, tidak ada perubahan pada vertebrae, tidak terdapat scoliosis, lordosis, kifosis Sistem integumen Turgor kulit jelek akibat kekurangan volume cairan, membran mukosa kering Sistem endokrin Kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran Sistem perkemihan Terdapat disuria, ada rasa panas, hematuria, piuria, miksi keluar sedikit sedikit tapi sering, inkontinensia urin, oliguria

37

Sistem reproduksi Kelenjar prostat mengalami pembesaran akibat peningkatan secara abnormal jumlah sel normal

Sistem imun Sistem imun tidak mengalami perubahan

(8) Aktivitas sehari hari terdiri atas : Nutrisi ( makanan dan minuman ) Anoreksia, mual, muntah Eliminasi ( BAB / BAK ) BAB lancar, BAK : aliran urine tidak lancar, disuria, aliran urin tidak lamoias, pancaran lemah Istirahat tidur Klien sering terjaga pada malam hari akibat klien sering miksi sedikit sedikit tapi sering Personal hygene Klien tidak mampu merawat diri Mobilitas fisik Ketidakmampuan klien untuk bergerak atau keterbatasan klien melakukan aktivitas Rekreasi Tidak ada kegiatan rekreasi klien akibat keterbatasan mobiitas fisik

38

Penggunaan rokok / alkohol / obat-obatan Klien mengkonsumsi obat

(9) Tes Diagnostik terdiri dari hasil laboratorium d) Jenis data terbagi dua yaitudata subjektif dan data objektif (1) Data subjektif Menunjukkan perserpsi dan sensai klien tentang masalah kesehatan, klien mengungkapkan persepsi dan perasaan subjektif Contoh data subjektif : (a) Klien mengeluh kalau kencing tidak lampias, pancaran lemah (b) Klien mengatakan sering kencing pada malam hari (c) Klien mengatakan bila miksi terasa panas (d) Klien mengatakan sakit habis miksi (e) Klien mengatakan nyeri pada pinggang (2) Data objektif Berdasarkan pada fenomena yang dapat diamati

dipertunjukkan secara aktual data objektif dapat diamati, diukur dan merupakan informasi yang dikumpulkan perawat melalui inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi

39

Contoh data objektif : (a) Nampak nyeri tekan pada prostat (b) Klien demam (c) Panas tinggi 40 41 0 C (d) Penurunan berat badan (e) Anoreksia (f) Mual (g) Muntah

40

2. Dampak penyimpangan terhadap KDM

Etiologi : Degenerasi (bertambahnya usia) Perubahan keseim,bangan testosterone dan estrogen Terjadinya akumulasi dihvdroxvtestosteron Hyperplasia kelenjar prostate

Hypertropi prostate Obstruksi uretra dan dorongan ke vesika urinaria Dekompensasi otot-otot destrusor Aliran urin menurun RESIKO INFEKSI Ketidakmampuan berkemih untuk mengeluarkan urin RETENSI URIN Tekanan vesika urnaria yang lama (distensi kandung kemih) Peregangan vesika urinaria Merangsang ujung-ujung saraf dari vesika urinaria Impuls nyeri ke hypothalamus Nyeri dipersepsikan NYERI RESIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN Urinary refluks Hidroureter Luka bekas operasi Kemungkinan invasi mikroorganisme kedalam tubuh

Pembesaran pada kelnjar prostate Pembedahan Terputusnya kontinutas jaringan Pelepasan zat protolitik

GANGGUAN KONSEP DIRI Proses penyakit Perubahan status kesehatan Koping individu tidak efektif Stressor

Ditransmisikan ke saraf perifer Cortex cerebri Sakit bila bergerak NYERI Hidroneprosis Merangsang RAS Disfungsi ginjal Sering terjaga Gagal ginjal Ketidakseimbangan elektrolit GANGGUAN POLA ISTIRAHAT TIDUR GANGGUAN AKTIVITAS MOTORIK Keterbatasan mobilitas fisik Takut bila bergerak

Kecemasan ANSIETAS Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan Kurang informasi KURANG PENGETAHUAN

41

2. Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi : Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas, diagnosa keperawatan di rumuskan berdasarkan prioritas masalah, diagnosa yang lazim terjasi pada klien dengan gangguan sistem perkemihan : Hypertropi prostat sebagai berikut : a. Pre Operasi 1) Retensi urin berhubungan dengan pembesaran prostat / obstruksi uretrha 2) Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi kandung kemih atau obstruksi uretrha dan dorongan vesica urinaria 3) Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyakitnya 4) Kurang pengetahuan tentang prognosis atau kebutuhan pengobatan berhuibungan dengan kurangnya informasi 5) Resiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis, ketidakseimbangan elektrolit b. Post Operasi 1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan 2) Resiko infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme patogen 3) Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan ras 4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik 5) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan .

42

3. Rencana Asuhan Keperawatan a. Pre operasi Diagnosa I Retensi urin berhubungan dengan pembesaran prostat / obstruksi uretrha 1) Tujuan Klien akan bebas dari gejala-gejala benign prostatic hyperplasia di tandai dengan kriteria : tidak ditemukannya adanya frequency, urgency, hesistatic, aliran yang melemah, nocturia 2) Intervensi Tabel 1 Rencana Tindakan Keperawatan Hypertropi Prostat Diagnosa I Intervensi Rasional 1. Dorong pasien untuk berkemih tiap 1. Meminimalkan retensi urine distensi 24 jam dan bila tiba-tiba dirasakan setiap penurunan berkemih, keluaran perhatikan urin dan berlebihan pada kandung kemih dalam saluran perkemihan atas yang mempengaruhi fungsi ginjal, adanya defisit aliran darah ginjal mengganggu kemampuan 3. Perkusi / palpasi area supra pubik 3.Distensi untuk memfilter kemih aliran dan dapat cairan mengkonsumsi subtansi kandung dirasakan di area supra pubik 4. Dorong masukan cairan sampai 3000 4. Peningkatan ml per hari dalam toleransi campur bila diindikasikan mempertahankan perfusi ginjal dan kandung kemih pertumbuhan bakteri 2. Awasi dan catat waktu dan jumlah 2. Retensi urin meningkatkan telkanan

perubahan berat jenis

43

5. Kolaborasi spasmadic

pemberian

obat

anti 5. Menghilangkan kateter

spasme

kandung

kemih sehubungan dengan iritasi oleh

6. Kateterisasi untuk residu urin dan 6. Menghilangkan atau mencegah retensi biarkan kateter tak menetap sesuai indikasi urin dengan mengempiskan adanya stiktur uretral. Catatan dekompensasi kandung mencegah kemih harus ( dilakukan ruptur dengan menambah 200 ml untuk hematuria pembuluh darah pada mukosa kandung kemih yang terlalu distensi ). Diagnosa II Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi kandung kemih atau obstruksi uretra dan dorongan vesica urinaria. a. Tujuan Nyeri teratasi atau berkurang dengan kriteria : Nyeri hilang atau berkurang / terkontrol Tampak rileks Keadaan umum baik

44

b.

Intervensi Tabel 2 Rencana Tindakan Keperawatan Hypertropi Prostat Diagnosa 2

Intervensi Rasional 1. Kaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi, 1. Memberi informasi untuk membantu intensitas dan lamanya 2. Pertahankan diindikasikan. tirah baring dan menetukan pilihan / keefektifan intervensi. bila 2. Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selam fase retensi akut, namun ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan menghilangkan nyeri kolik 3. Ajarkan tindakan relaksasi misalnya 3. Meningkatkan relaksasi, memfokuskan tekhnik nafas dalam. kembali perhatian dan dapat menigkatkan kemampuan koping. 4. Atur posisi klien senyaman mungkin . 4. Memberikan kenyamanan kepada klien dan sebagai relaksasi 5. Kolaborasi pemberian analgetik 6. Berikan diet tinggi serat 5. Menurunkan nyeri 6. Agar mendorong klien mengdan saat defeksi sehingga menimbulkan regangan pada area jahitan

45

Diagnosa III Ganggua konsep diri berhubungan dengan penyakitnya. Tujuan Dapat bedaptasi dengan lingkungan dan orang sekitar dengan baik tanpa rendah diri dengan kriteria : Klien dapat bergaul dengan orang lain Klien tidak merasa malu

a. Intervensi Tabel 3 Rencana tindakan keperawatan Hypertropi Prostat Diagnosa 3 Intervensi klien Rasional kesempatan dengan

1. Anjurkan

untuk 1. Memberikan perasaanya berekspresi pendapat.

untuk

mengekspresikan

menyatakan

khusunya mengenai penilain dirinya tidak ditularkan secara seksual 3. tentang anatomi dasar seksual dan tingkatkan dialog dengan klien 4. menghindari alkohol Anjurkan makanan berbumbu,

2. Berikan informasi tentang kondisi 2.Mungkin merupakan ketakutan yang tidak dibicarakan memahami sesuai seksual 4. Dapat menyebabkan iritasi prostat dan masalah kongesti inflikasi efek tindak lanjut Berikan informasi 3. Memiliki info anatomi, membantu kita dengan penampilan

5. Menurunkan resiko terapi tak tetap,

46

5.

Diskusikan perlunya pemberitahuan pada perawat kesehatan lain tentang diagnosa

contoh

pebggunaan dan

dekongestan anti depresan

antipolinergik

meningkatkan retensi urin dan dapat, mencetuskan episode akut

Diagnosa IV Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi. a. Tujuan Klien dapat menyatakan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria sebagai berikut : Klien dan keluarga memahami penyakitnya Berpartisipasi dalam hal pengobatan Melakukan perubahan yang perlu

47

b. Intervensi Tabel 4 Rencana Tindakan Keperawatan Hypertropi Prostat 2008 Intervensi ulang proses, Rasional penyakit 1. Memberikan dasar informasi. 2. Tekankan perlunya nutrisi yang baik, 2. Meningkatkan anjurkan 3. Diskusikan awal, konsumsi pembatasan : buah, meningkatkan dietr tinggi serat. aktivitas 3. Peningkatan prostat perdarahan 4. Instruksikan perawatan kateter urin 4. Meningkatkan bila ada, identifikasi sumber alat / dukungan 5. Kaji ulang tanda dan gejala yang 5. Intervensi memerlukan evaluasi medik kompliukasi cepat dapat mencegah kemandirian dan kompetetnsi dalam peratwatan diri tekanan menimbulkan abdominal resiko contoh menghindari meregangkan kandung kemih dan penyembuhan dan mencegah komplikasi

1. Kaji

pengetahuan

pengalaman kien.

dimana klien dapat membuat pilihan

mengankat bertat.

48

Diagnosa V Resiko terhadap kekurangna volume cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis dari drainase cepat dari kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis, ketidakseimbangan elektrolit. a. Tujuan Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria : Nadi perifer teraba Tanda tanda vital stabil Pengisian kapiler baik Membran mukosa lembab

49

b. Intervensi Tabel 5 Rencana tindakan keperawatan Hypertropi Prostat Diagnosa 5 Intervensi 1. Awali keluhan dengan hati hati tiap 1. jam bila diindikasikan. Perhatikan keluaran 100 200 ml / jam 2. Dorong penigkatan pemasukan oral 2. berdasarkan kebutuhan individu Rasional Diuresis cepat dapt menyebabkan kekurangan cairan individu Klien dibatasi pemasukan oral dan upaya mengontrol gejala urinaria, homeostatik, pengurangan cadangan dan peningkatan resiko dehidrasi / hipervolemia. 3. Awasi tekanan darah, nadi dengan 3. serius, evaluasi pengisian perifer 4. Tingkatkan kepala tinggi 5. Awasai elektrolit khususnya natrium 5. tirah baring dengan 4. Kemampuan deteksi dini / intervensi hipovolemik sistemik Menurunkan kerja jantung, memudahkan homeostatis sirkulasi Bila pengumupulan cairan terkumpul dari area ekstraseluler, Na dapat mengikuti 6. Berikan cairan IV (Garam faal 6. perpindahan menyebabkan hipotermia Menggantikan kehilangan cairan dan Na untuk mencegah memperbaiaki hipovolemia hipertonik) sesuai dengan kebutuhan volume cairan total karena ketidakcukupan

50

b. Post Op Diagnosa I Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan a. Tujuan klien akan mengatakan nyeri berkurnag atau hilang dengan kriteria : Klien tenang dan ekspresi wajah rileks Klien dapat istarahat dengan tenang Nyeri abdomen hilang Tidak ada nyeri tekan

b. Intervensi Tabel 6 Rencana tindakan keperawatan Post Op Hypertropi Prostat Diagnosa 1 Intervensi 1. Kaji tingkat nyeri Rasional Perubahan dalam lokasi / intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkan terjadinya komplikasi nyeri cenderung menjadi konstan lebih hebat dan menyebar keatas, nyeri dapat lokal bila terjadi abses. 2. Pertahankan semifowler sesuai indikasi 3. Berikan contoh tindakan pijakan kenyamanan, 3. nafas posisi 2. Memudahkan drainase cairan / luka karena gravitasi akan membantu meminimalkan nyeri karena gerakan. Meningkatkan relaksasi dan punggung, mungkin meningkatkan kemampuan

1.

51

dalam. 4. Observasi Vital sign setiap 8 jam. 4.

koping pasien dan fokuskan kembali perhatian. Vital sign dapat berubah karena nyeri dan dapat merupakan indikator dalam menilai perkembangan penyakit klien

5. Penatalksanaan pemberian analgetik.

obat 5.

Menurunkan Laju metabolisme dan iritasi usus karena toksin sirkulasi / lokal yang membantu nyeri dan menghilangkan

menigktakan penyembuhan Diagnosa II Resiko infeksi Berhubungan dengan invasi mikroorganisme patogen a. Tujuan Klien akan terbebas dari infeksi dengan kriteria : Tidak ditemukan tanda tanda infeksi Tanda tanda vital dalam batas normal

52

b. Intervensi Tabel 7 Rencana tindakan keperawatan Post Op hypertropi prostate Diagnosa 2 Intervensi 1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi 2. Kaji tanda tanda vital (suhu) Rasional Mengetahui adanya proses infeksi Terjadinya peningkatan suhu menandai adanya proses infeksi 3. Lakuakan perawatan luka dengan 3. tekhnik septik dan aseptik Baluatan basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media untuk pertumuhan 4. Kolaborasi pemberian antibiotik 4. bakterin peningkatan resiko infeksi pada luka Dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dan mencegah terjadinya infeksi sehingga mempercepat kesembuhan

1. 2.

Diagnosa III Gangguan Pola istrahat tidur berhubungan dengan peningkatan ras a. Tujuan klien akan mempertahankan pola tidur terpenuhi dengan kriteria : b. Klien dapat tidur nyenyak Klien tenang Klien pucat Intervensi

53

Tabel 8 Rencana tindakan keperawatan Post Op Hypertropi Prostat 2008 Intervensi 1. Kaji pola tidur klien Rasional Untuk mengetahui cukup tidaknya waktu istrahat klien dalam 1 hari 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan 2. tenang 3. Hindari melakukan tindakan tindakan 3. pada saat klien tidur 4. Berikan informasi pada klien dan 4. keluarga tentang pentingnya istrahat tidur pada klien 5. Kolaborasi dengan dokter untuk 5. pemberian sedatif (diasepam) Diagnosa IV Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik a. Tujuan Klien akan mempertahankan posisi optimal dengan kriteria : Mampu mempertahankan keseimbangan tubuh Mampu melaksanakan aktivitas sehari hari pada tahap rehabilitasi sesuai kemampuan Lingkunagan yang tenang dapat membantu klien tidur nyenyak Agar istrahat tidur klien tidak terganggu. Meningkatkan pengetahuan pada klien dan keluarga tentang pentingnya istrahat tidur bagi klien Diasepam dapat menyebabkan tidur klien nyenyak

1.

b. Intervensi Tabel 9

54

Rencana tindakan keperawatan Post Op Hypertropi Prostat Diagnosa 4 Intervensi kemampuan klien Rasional mengetahui sejauh mana

1. kaji

untuk 1.

Untuk

melakukan aktivitas .

kemampuan klien dalam melakukan aktivitas dan memudahkan dalam intervensi selanjutnya.

2. Atur posisi klien dan ubahlah secara 2. teratur tiap 2 jam.

Mengubah

posisi

klien

secara

teratur dapat menigkatkan sirkulasi keseluruh tubuh dan mencegah adanya penekanan pada organ tubuh yang menonjol

3. bantu klien melakukan gerakan 3. gerakan sendi.

Mempertahankan fungsi fungsi sendi dan mencegah penurunan tonus dan kekuatan klien otot dan mencegah kontraktur

4. Bantu

klien

untuk

melakukan 4.

Memudahkan aktivitas terpenuhi. dan

melakukan klien

aktivitas dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (mandi, makan, eliminasi) 5. Lakukan massase, perawatan kulit dan 5. mempertahankan alat alat tenun bersih dan kering 6. Letakkan klien pada posisi nyaman 6. untuk menghindari kerusakan karena tekanan. 7. Anjurkan keluarga klien untuk turut 7. membantu melatih dan memberi

kebutuhan

Meningkatkan sirkulasi elastisitas dan integritas kulit Posisi dari daerah yang sakit hanya dalam jangka waktu tertentu hal ini dilakukan untuk meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh. Libatkan Keluarga sangat berarti dalam memberikan dukungan moril

55

motivasi.

klien

akan

optimis

dalam

keterbatasannya Diagnosa V Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan a. Tujuan Klien tampak rileks dan melaporkan kecemasan menurun sampai tingkat dapat diatasi dengan kriteria : Klien tampak rileks Mengatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi Menunjukkan tentang perasaan dan penurunan rasa takut

b. Intervensi Tabel 10 Rencana tindakan keperawatan Post Op Hypertropi Prostat

56

Diagnosa 5 Intervensi 1. Kaji tingkat ansietas Rasional Ketakutan terjadi karena

1.

nyeri

hebat, meningkatkan perasaan sakit, penting pada proses diagnostik dan kemungkinan pembedahan 2. Berikan informasi tentang proses 2. Mengetahui apa yangdapat penyakit dan antisipasi tindakan. 3. Jadwalkan istrahat adekuat dan priode 3. menghentikan tidur 4. Temani seseorang indikasi atau atur supaya klien ada 4. sesuai menurunkan ansietas. Membatasi kelemahan, menghemat energi, dan dapat menigkatkan menerus pasien kemampuan kopig Dukungan mungkin yang terus bersama menbantu

memperoleh kembali kontrol lokasi internal dan mengurangi ansietas / rasa takut ke tingkat yang dapat diatasi

4. Implementasi

57

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Jenis tindakan yang dilakukan : a. Secara mandiri (independent) adalah tindakan yang diperakarasai sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalah atau menanggapi reaksi karena stressor (penyakit) atau independent merupakan tindakan apa yang dapat di implementasian oleh perawat tanpa pesanan dokter dan masih dalam wewenang perawat, misalanya membantu klien perawatan sehari-hari (mandi ) dan memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering. b. Secara ketergantungan /kolaborasi. Adalah tindakan keperwatan bila perawat bekerjasama dengan tim perawatan kesehatan yang lain dalam mebuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah klien, contoh : pemberian obat dengan resep dokter. c. Secara rujukan (dependent) adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan (psikologi, dokter, psikiatri).

Evaluasi

58

Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditentukan. Penilaian keperawatan berguna untuk mengukur keberhasilan dari rencana pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.

59

Anda mungkin juga menyukai