STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
BAB II
STATUS PSIKIATRI
a. Keluhan Utama :
Setelah pulang dari Rumah Sakit Jiwa Jambi pada tahun 2001, pasien tidak teratur
minum obat sehingga pasien menjadi sering berbicara sendiri, mondar-mandir berjalan
tanpa tujuan, gelisah, menyendiri, tidak mau bergaul, sering mengamuk yang sulit diatasi
oleh keluarga pasien, pasien juga merasa semua orang disekitarnya berniat jahat terhadap
dirinya dan ingin mencelakainya serta merasa ketakutan yang tidak beralasan. Selain itu,
pasien juga sering merasa terganggu dengan adanya suara bisikan yang tidak diketahui
sumbernya saat pasien sedang sendirian. Oleh keluarga, pasien kemudian dibawa kembali
ke Rumah Sakit Jiwa Jambi, tetapi disana pasien sering kabur dari RS. Dokter di Jambi
kemudian menyarankan keluarga pasien agar membawa pasien ke Jakarta untuk dirawat,
sehingga oleh pihak keluarga pasien dibawa ke Sanatorium Dharmawangsa.
Pada tanggal 7 Juli 2001, pasien dibawa untuk dirawat pertama kalinya di
Sanatorium Dharmawangsa. Pada awalnya, pasien tidak mau di rawat karena merasa
dirinya tidak sakit. Pasien juga tidak mau minum obat dan mencurigai obat yang diberikan
adalah racun. Perilaku pasien sangat kacau seperti tidak mau mandi, tidur di lantai, dan
berdiam diri didalam kamar. Pasien pernah berniat kabur dari Sanatorium Dharmawangsa
dengan cara memanjat tembok Sanatorium Dharmawangsa dan saat melompat pasien
terjatuh sehingga kakinya patah. Sejak saat itu pasien tidak pernah mencoba kabur lagi.
Saat ini pasien sering menyendiri di teras depan kamar dengan posisi berjongkok,
kadang juga dengan posisi duduk dengan pandangan mata kosong ke depan. Kadang pasien
juga menyendiri sambil merokok. Pasien juga sering tidur-tiduran di teras depan kamar
dengan mata terpejam. Sesekali tampak mulut pasien komat kamit bicara sendiri saat pasien
sedang berjalan maupun duduk, bila ditanya pasien mengaku bahwa dia sedang membaca
doa. Pasien juga kurang berkomunikasi dengan pasien lainnya termasuk adiknya sendiri.
Setiap pagi pasien menggosok giginya dan mandi namun sering menggunakan baju dan
celana yang sama seperti hari kemarinnya, ketika ditanyakan pasien menjawab bahwa baju
dan celananya masih bagus. Pasien sesekali bermain gitar sambal bernyanyi dengan suara
pelan, bermain gitarnya asal saja namun nyanyiannya ada liriknya dalam bahasa ibu
(bahasa tio ciu). Pasien saat diajak bicara menjawab hanya sepatah-patah dengan suara
yang kecil. Untuk saat ini pasien cukup kooperatif karena pasien dapat membantu petugas
Sanatorium Dharmawangsa, terkadang pasien membantu membukakan kunci pintu kamar-
kamar pasien lainnya, menyalakan kipas angin di aula, memindahkan bangku taman, dan
sesekali ikut olahraga aerobik yang di adakan di aula meskipun hanya selama 2 menit
olahraganya. Pasien juga dapat tidur setiap malamnya, mau makan, dan minum obat yang
diberikan secara teratur.
kegagalannya dan mencurigai panitia penerimaan mahasiswa baru bertindak curang atas
dirinya sehingga dirinya gagal masuk kuliah. Sejak saat itu pasien seperti takut pada
segalanya dan seperti orang yang tidak memiliki mental. Pasien juga menjadi minder,
pendiam, mengurung diri di kamar, tidak mau mandi, mudah tersinggung, tidak sopan
terhadap orang lain, acuh tak acuh terhadap orang maupun lingkungan sekitarnya, tidak
mau bergaul, dan tidak pernah mau lagi melakukan hobinya seperti bermain badminton dan
gitar.
Pasien pernah menikah dua kali. Pernikahan dengan istri pertama atas kemauan
pasien sendiri (tidak dijodohkan). Pada pernikahannya yang pertama pasien mempunyai
seorang anak perempuan. Istri pertama kemudian meminta cerai karena mengetahui
suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Selingkuhannya yang kemudian menjadi istri
keduanya saat ini. Pernikahan keduanya dikaruniai oleh seorang anak laki-laki. Karena
sering bertengkar istri kedua dan anaknya kemudian meninggalkannya.
Tahun 1999, toko onderdil keluarga tempat pasien bekerja terancam bangkrut.
Kegagalan usaha dan rumah tangga membuat pasien semakin minder dan menarik diri dari
pergaulan, tidak mau makan dan mandi, hingga suatu saat pasien berbicara sendiri.
Puncaknya, pasien beberapa kali mengamuk tanpa alasan, mengancam akan membunuh
siapa saja yang berani meremehkannya. Atas keputusan pihak keluarga, pasien akhirnya
dirawat di rumah sakit jiwa Jambi untuk pertama kalinya tahun 2001. Di sana pasien sering
mencoba kabur. Pihak keluarga kemudian memutuskan agar pasien dirawat di Sanatorium
Dharmawangsa berdasarkan saran dokter yang merawatnya di Rumah Sakit Jiwa di Jambi.
c. Riwayat Keluarga :
Pasien terlahir di keluarga dengan ekonomi menengah keatas. Pekerjaan ayahnya
adalah berjualan onderdil motor sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga. Saat
remaja ayah pasien meninggal diusianya yang ke-59 tahun karena penyakit ginjal
kronis. Sejak saat itu pasien dan saudara-saudaranya bekerja meneruskan usaha
onderdil motor untuk menopang perekonomian keluarga. Pasien merupakan anak ke 4
dari 10 bersaudara (5 pria dan 5 wanita). Di dalam keluarganya pasien sangat dimanja
oleh kedua orang tuanya. Hingga perawatan di sini pun ibu pasien masih
memanjakannya melalui perawat agar menuruti apa saja yang diinginkan oleh pasien
(rokok dan uang). Orang tua pasien tidak otoriter maupun terlalu keras dalam mendidik
anak-anaknya. Ibu pasien juga masih mengunjungi pasien, terakhir ibu pasien
berkunjung kurang lebih 1 bulan yang lalu.
Hubungan pasien dengan orang tua dan saudara-saudaranya cukup baik begitu pula
dengan keluarga besarnya. Paman pasien (adik dari ibu) adalah seorang dokter. Sejak
terjadi perubahan sikap pada diri pasien, keluarga dan kerabat sangat memperhatikan
pasien, namun pasien merasa kalau mereka jahat karena sering memasukkannya ke
rumah sakit dan memberinya obat tidur yang diperoleh dari dokter di Rumah Sakit Jiwa
di Jambi.
: Pasien
2. Nama : Ny. R
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Buddha
Pendidikan : SD
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
3. Nama : Ma
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Buddha
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Kakak kandung
4. Nama : Mn
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Buddha
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Kakak kandung
5. Nama : Mm
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Buddha
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Kakak kandung
6. Nama : J (Pasien)
Pekerjaan :-
Agama : Buddha
Pendidikan : Perguruan Tinggi S1 (tidak tamat)
Hubungan dengan pasien : -
7. Nama : Jki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Buddha
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Adik kandung
8. Nama : Jk
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Buddha
Pendidikan : SMP
Hubungan dengan pasien : Adik kandung
9. Nama : Mti
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Buddha
Pendidikan : SMP
Hubungan dengan pasien : Adik kandung
11. Nama : Jo
Pekerjaan :-
Agama : Buddha
Pendidikan : SMP
Hubungan dengan pasien : Adik kandung
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien mengaku bekerja bersama adiknya meneruskan usaha ayahnya
yaitu berjualan onderdil motor.
c. Riwayat Psikoseksual
Riwayat tertarik dengan sesama jenis disangkal. Riwayat pernah
berselingkuh dengan wanita lain saat menikah, selingkuhannya kemudian
menjadi istri kedua pasien.
d. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah dua kali.
Istri I : Nama : Ny. C (cerai)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Anak :Y
BAB III
STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang pria berusia 53 tahun, tampak sesuai dengan usianya,
tampak sehat. Berperawakan tinggi, kurus, dan warna kulit putih kecokelatan.
Potongan rambut cepak agak botak dan sebagian rambutnya sudah memutih, juga
tampak kumis dan janggut yang tipis berwarna hitam dan sebagian juga seudah
memutih. Cara berpakaian sederhana, menggunakan kaos yang sudah lusuh dan
kadang-kadang sudah bolong-bolong dengan celana panjang, kaos dan celana
panjangnya jarang diganti. Kebersihan diri terganggu.
Perilaku tampak diam, tidak banyak berbicara dan lebih banyak berdiam di teras
depan kamar dengan posisi jongkok atau duduk sambil melamun dan terkadang
sambil merokok. Terkadang juga pasien tampak tidur-tiduran di teras depan kamar
dengan mata terpejam. Sikap pasien sama saja pada setiap wawancara, berbicara
dengan suara kecil, menjawab sepatah-patah, isi pembicaraan dapat dimengerti.
Saat wawancara pertama kali pasien tidak terlalu banyak membalas kontak mata,
setelah wawancara yang kedua dan ketiga kali pasien mulai lebih banyak membalas
kontak mata.
2. Kesadaran
Dari observasi selama wawancara diperoleh kesan kesadaran compos mentis.
Pada wawancara pertama pasien tidak terlalu banyak membalas kontak mata.
Pasien lebih banyak berkontak mata pada wawancara kedua dan ketiga serta
membalas pembicaraan dengan cukup baik saat diajak berbicara.
aula untuk mengambil jatah makan, snack, dan rokok. Sering duduk atau
berjongkok di teras depan kamar sambil merokok, dengan tatapan kosong,
terkadang seperti sedang memikirkan sesuatu atau berbicara sendiri dengan mulut
komat-kamit. Sesekali pasien ikut olahraga aerobik selama 2 menit kemudian
pasien pergi duduk dan tidur-tiduran diatas meja makan selama aerobik
berlangsung.
Selama wawancara:
Secara keseluruhan pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik, walaupun
kadang kala jawaban pasien tidak berhubungan dan pasien menjawab dengan
bahasa ibu (bahasa tio ciu). Berbicara terkadang kacau, kontak mata hanya
dilakukan sesekali, lebih banyak menunduk atau memandang kosong ke depan.
Pasien menjawab pertanyaan dengan suara kecil dan kadangkala terdiam atau
mengulang-ulang jawabannya sendiri. Pasien dapat duduk tenang, sering
memainkan jari-jari tangannya dan terkadang berkomat-kamit sendiri dengan
suara kecil.
Setelah wawancara:
Setelah wawancara pertama, pasien berjalan masuk ke dalam kamarnya dan
duduk diatas ranjangnya. Setelah wawancara yang kedua dan ketiga pasien masih
duduk menyendiri di depan teras kamar.
b. Alam perasaan
1. Mood : Hipotimik
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : Tidak serasi (Inappropriate)
c. Fungsi intelektual
Sensorium/taraf kesadaran dan kesigapan
Kesadaran kompos mentis, GCS 15 (E4V5M6), kesigapan baik.
Fungsi kognitif
a. Intelegensi dan kemampuan informasi
Dalam kondisi cukup baik. Dapat dilihat pasien mengerti serta
berkomunikasi dengan cukup baik dari beberapa topik pembicaraan. Tetapi
pasien tidak mengetahui berita-berita terbaru saat berdiskusi dengan
pewawancara. Pasien hanya tahu siapa nama Presiden Indonesia yang
pertama dan kedua tetapi tidak mengetahui nama Presiden Indonesia dan
Gubernur DKI Jakarta yang sekarang.
b. Orientasi
Waktu : Terganggu (pasien tidak mengetahui hari, tanggal, dan
bulan tetapi mengetahui sekarang ini tahun berapa)
Tempat : Baik (pasien mengetahui bahwa ia berada di Sanatorium
Dharmawangsa di Jakarta)
Orang : Baik (Pasien dapat menyebutkan nama teman-
temannya di Sanatorium Dhamawangsa dengan benar. Pasien juga
dapat memanggil nama pewawancara dengan benar)
c. Daya ingat
Immediate
Baik. Pasien dapat mengulangi 3 benda yang tidak berhubungan
dan angka-angka 1, 4, 9, 2, 5 setelah pewawancara ucapkan.
Recent
Baik. Pasien mengetahui menu sarapan pagi yang disantapnya
tadi pagi, mengingat apa yang dilakukannya sebelum bertemu
dengan pewawancara, dan pasien dapat mengingat 3 benda yang
g. Pikiran abstrak
Cukup baik, pemeriksa bertanya apa artinya besar pasak dari pada tiang,
pasien menjawab pengeluaran lebih besar dari pendapatan, namun saat
ditanya apa artinya tong kosong nyaring bunyinya pasien menjawab em cai
nang (tidak tahu diri).
i. Intelegensia
Pasien dapat mengucapkan satu kata dan mengeja kata tersebut secara
terbalik. Misalnya kata kasur, pasien dapat mengeja rusak.
d. Gangguan persepsi
1. Halusinasi : Ada, Auditorik
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
e. Pikiran
1. Bentuk pikir
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas pikiran : Cukup
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
d. Asosiasi longgar : Ada
e. Ambivalensi : Ada
f. Flight of ideas : Tidak ada
g. Inkoherensi : Ada
h. Verbigerasi : Tidak ada
i. Perseverasi : Tidak ada
2. Isi pikir
a. Fobia : Tidak ada
b. Obsesi : Tidak ada
c. Kompulsi : Tidak ada
d. Waham : Ada
Grandiosity
Pasien mengatakan bahwa dirinya masuk Fakultas Kedokteran di UI
dan lulus hanya dalam waktu 1 tahun namun tidak praktek karena
malas.
e. Thought insertion : Tidak ada
f. Thought withdrawal : Tidak ada
g. Thought broadcasting : Tidak ada
f. Pengendalian impuls
Selama wawancara pasien dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Pasien terlihat
tenang, sopan, dan tidak agresif.
BAB IV
PEMERIKSAAN FISIK DAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Kompos mentis ; GCS : E4V5M6
3. Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 19 x/menit
Suhu : afebris
4. Status internus :
Kepala : Normosefal, tidak teraba benjolan
Rambut : Hitam-putih, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut.
Mata : Pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Bentuk hidung normal, simetris, sekret (-/-), nafas cuping
hidung (-), deviasi septum (-)
Telinga : Bentuk telinga normal, discharge (-/-), peradangan (-/-)
Mulut : Bibir kering (-), stomatitis (-), lidah kotor (-)
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran KGB.
Thoraks :
Jantung :
o Inspeksi : Tidak terlihat pulsasi iktus kordis
o Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V MCL sinistra
o Perkusi : Jantung dalam batas normal
o Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru :
o Inspeksi : dinding dada simetris saat diam maupun bergerak,
retraksi (-)
o Palpasi : gerakan nafas simetris, strem fremitus sama kuat
dekstra et sinistra
o Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
o Auskultasi : suara nafas vesikuler di kedua hemitoraks, ronki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen :
o Inspeksi : tampak membuncit, simetris, striae (-), scar (-)
o Auskultasi : bising usus (+) normal 15 x/menit
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran hepar maupun
lien, ballotement (-)
o Perkusi : timpani
Kulit : tidak ada efloresensi yang bermakna.
Ekstremitas :
Superior (dx/sn) Inferior (dx/sn)
Akral dingin -/- -/-
Udem -/- -/-
5. Status neurologis
Rangsangan meningeal : (-)
Tanda-tanda peningkatan TIK : Tidak ada
Nn. kranialis : Baik, tidak ada kelainan
Pupil : Bulat, isokor, diameter 3mm/3mm,
refleks cahaya (+/+)
Sensibilitas : Baik, tidak ada kelainan
Motorik : Baik, tidak ada kelainan
Fungsi serebelum dan koordinasi : Baik, tidak ada kelainan
Fungsi luhur : Baik
Refleks fisiologis : +/+
Refleks patologis : -/-
b. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium (22 Desember 2015) yang dilakukan oleh Sanatorium
Dharmawangsa adalah sebagai berikut :
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hematologi
Hemoglobin 15.9 g/dl 13 16
Jumlah leukosit 9.4 ribu/ul 5 10
Hitung jenis
Basofil 0 % <1
Eosinofil 1 % 13
Batang 1 % 26
Segmen 60 % 50 70
Limfosit 44 % 20 40
Monosit 5 % 28
Laju endap darah 13 mm/jam < 15
Jumlah eritrosit 5.5 juta/ul 4.5 5
Jumlah hematokrit 48 % 40 48
Jumlah trombosit 290 ribu/ul 150 400
MCV 86 fl 80-96
MCH 28 pg 27-31
MCHC 33 g/dl 32-36
Kimia Darah
Fungsi Hati
Protein
Protein total 7.6 g/dl 6-8.4
Albumin 5.2 g/dl 3.5-5.2
Globulin 2.4 g/dl 2.3-3.5
SGOT 26 U/l < 37
SGPT 25 U/l < 40
Gamma GT 38 U/l 11-49
Lemak
Trigliserida 179 mg/dl <200
Cholesterol total 168 mg/dl <200
HDL-cholesterol 40 mg/dl 35-55
Karbohidrat
Glukosa puasa 103 mg/dl 70-110
Fungsi Ginjal
Ureum
Ureum 36 mg/dl 10-50
BUN 17 mg/dl 7-22
Creatinine 0.76 mg/dl 0.5-1.4
Lain-lain
Asam Urat 4.4 mg/dl 3.4-7
Kesan : Tidak ada kelainan yang bermakna. Semua hasil laboratorium masih dalam batas
normal.
BAB V
IKTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien adalah seorang pria berusia 53 tahun, WNI keturunan tionghua, beragama
Buddha. Merupakan anak ke 4 dari 10 bersaudara. Pendidikan terakhir kuliah tetapi tidak
tamat. Sejak pasien dinyatakan tidak lolos ujian saringan masuk Universitas Indonesia, pasien
mulai berperilaku aneh dan mencurigai panitia penerimaan mahasiswa baru bertindak curang
atas dirinya. Sejak saat itu pasien seperti takut pada segalanya dan seperti orang yang tidak
memiliki mental. Pasien juga menjadi minder, pendiam, mengurung diri di kamar, tidak mau
mandi, mudah tersinggung, tidak sopan terhadap orang lain, acuh tak acuh terhadap orang
maupun lingkungan sekitarnya, tidak mau bergaul, dan tidak pernah mau lagi melakukan
hobinya seperti bermain badminton dan gitar.
Pasien pernah menikah dua kali. Pernikahan dengan istri pertama atas kemauan pasien
sendiri (tidak dijodohkan). Dikaruniai oleh seorang anak perempuan, istri pertama meminta
cerai karena mengetahui suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Selingkuhannya yang
kemudian menjadi istri keduanya. Pernikahan keduanya dikaruniai seorang anak laki-laki.
Karena sering bertengkar istri kedua dan anaknya meninggalkannya.
Tahun 1999, toko onderdil keluarga tempat pasien bekerja terancam bangkrut.
Kegagalan usaha dan rumah tangga membuat pasien semakin minder dan menarik diri dari
pergaulan, tidak mau makan dan mandi, hingga suatu saat pasien berbicara sendiri. Puncaknya,
pasien beberapa kali mengamuk tanpa alasan, mengancam akan membunuh siapa saja yang
berani meremehkannya. Atas keputusan pihak keluarga, pasien di akhirnya dirawat di rumah
sakit jiwa Jambi untuk pertama kalinya tahun 2001. Di sana pasien sering mencoba kabur.
Pihak keluarga memutuskan agar pasien dirawat di Sanatorium Dharmawangsa, berdasarkan
saran dokter yang merawatnya.
Pasien dirawat di Sanatorium Dharmawangsa sejak 7 Juli 2001, karena pasien
bertingkah aneh, berbicara sendiri, berjalan tanpa tujuan. Pasien merasa dirinya sehat, alasan
pasien berada di sini karena menuruti kemauan ibu dan istrinya agar pasien beristirahat.
Sebulan yang lalu ibu pasien datang berkunjung untuk menjenguk dirinya dan adiknya
di Sanatorium Dharmawangsa. Keluarganya juga biasanya hanya menelpon sebulan sekali
sedangkan istri dan anaknya tidak pernah menelpon ataupun datang menjenguk pasien.
BAB VI
DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya perubahan pola perilaku atau psikologis yang secara
klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan penderitaan
dan gangguan dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan hasil wawancara, pemeriksaan fisik, dan laboratorium, dan mengacu pada
PPDGJ III, maka dapat disumpulkan sebagai berikut:
A. Aksis I
F0. Gangguan Mental Organik
Berdasarkan hasil alloanamnesa :
Pasien tidak pernah mengalami trauma yang menyebabkan kelainan di otak
dan juga pasien tidak pernah menderita sakit yang berhubungan dengan kemunduran
fungsi otak.
Kesimpulan: Tidak Terdapat Gangguan Mental Organik termasuk Gangguan
Mental Simptomatik.
Berdasarkan adanya :
Memenuhi kriteria umum diagnosa Skizofrenia
Halusinasi auditorik yang menonjol
Ada suara yang mengomentari perilaku pasien terus menerus dan suara yang
menyuruh pasien berdoa terus menerus agar hatinya tenang.
Serta Waham Kebesaran
Pasien mengaku dirinya masuk Fakultas Kedokteran UI dan lulus hanya dalam
waktu 1 tahun namun tidak praktek karena malas.
B. Aksis II
Berdasarkan auto dan alloanamnesis, didapatkan pasien sulit bergaul dan hanya
memiliki sedikit teman, pendiam dan penyendiri sehingga masuk ke dalam CIRI
KEPRIBADIAN SKIZOID.
C. Aksis III
Berdasarkan auto dan allo anamnesa, pemeriksaan fisik, neurologis dan laboratorium
didapatkan bahwa pasien tidak memiliki penyakit yang mempengaruhi kondisinya sekarang.
D. Aksis IV
Berdasarkan alloanamnesa diketahui pasien mulai bertingkah aneh sejak gagal ujian
masuk Universitas Indonesia yang diperberat dengan kegagalan dalam usaha dan kegagalan
rumah tangga yang berulang kali.
E. Aksis V
GLOBAL ASSESSMENT OF FUNCTIONING (GAF) SCALE
Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak
100-91
tertanggulangi.
Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari amsalah harian
90-81
yang biasa.
Gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan,
80-71
sekolah, dll.
Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
70-61
umum masih baik.
60-51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
50-41 Gejala berat (serious), disabilitas berat.
Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi,
40-31
disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
Disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi
30-21
hampir semua bidang.
GAF berada dalam rentang 70-61, yaitu beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik..
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis I : Skizofrenia tipe paranoid (F 20.0)
Axis II : Tidak ada gangguan kepribadian, hanya Ciri Kepribadian Skizoid
Axis III : Tidak ada diagnosa
Axis IV : Ada stressor psikososial yang dimulai dari gagal saat ujian masuk
Universitas Indonesia, kegagalan dalam usaha dan kegagalan rumah tangga
yang berulang kali.
Axis V : GAF = 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik).
BAB VII
FORMULASI TERAPI
A. Rawat Inap
B. Farmakologi
Haloperidol 3 X 5mg/hari
Trihexilfenidil 3 X 2mg/hari
C. Non farmakologi
Psikoterapi (supportive therapy)
Memberi dukungan pada pasien
Pengawasan minum obat
Memotivasi pasien agar mau minum obat secara teratur
Terapi psikososial :
Family counseling : memberi informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai
penyakit pasien.
Recreation therapy : mengikutsertakan pasien dalam kegiatan rekreasi dan
kesenian yang diadakan.
Terapi prilaku :
Mendengarkan musik, bernyanyi dan mengembangkan hobi pasien, tujuannya
untuk menghilangkan perasaan curiga dan menghilangkan beban pikiran
pasien.
Dorong pasien untuk lebih memperhatikan kebersihan diri.
Personal Hygiene : pasien diingatkan untuk menjaga kebersihan dirinya sendiri
termasuk mandi dan menggosok gigi
BAB VIII
PROGNOSIS
BAB IX
WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara 1
Hari, tanggal, dan jam : Sabtu, 30 Maret 2016 jam 13.00
Tempat : Teras di depan kamar pasien
Penampilan : Pasien menggunakan kaos lengan pendek berwarna abu-abu
bergaris-garis yang tampak sudah pudar warnanya dan celana panjang bewarna hitam,
serta tidak beralaskan kaki.
Aktivitas : Pasien sedang jongkok di teras depan kamar.
Keterangan : A (pemeriksa), B (pasien)
(Pewawancara sedang duduk-duduk di bangku di taman depan kamar pasien untuk mengamati
aktivitas pasien-pasien. Pewawancara melihat Tn. J sedang duduk di teras depan kamarnya
tanpa mengobrol dengan mulut komat kamit)
A : Siang, Pak
B : (pasien seperti melamun dengan pandangan lurus ke depan sambil komat kamit)
A : Kalau saya perhatikan J sering komat kamit, boleh saya tau apa yang J omongin?
B : Niam keng (berdoa) Namyohorengekyo
B : Mantra agung
A : Jualan apa J?
B : onderdil motor
A : J jualan sendirian?
B : Nggak, sama adik juga
A : Kapan emangnya J?
B : Kemarin-kemarin
A : Kemarinnya kapan? Ada seminggu yang lalu, 2 minggu yang lalu, apa sebulan yang lalu?
B : Sebulan yang lalu
A : Ya kalau sama saja istirahat disini aja J kan banyak temannya. MakanyaJ harus rajin
minum obat ya sama turutin kata dokter biar cepet kumpul lagi ama keluarga.
B : (Mengangguk)
A : Wah J bisa main gitar ya? Coba ambil gitarnya dong terus main.
B : (langsung pergi kekamarnya ambil gitar dengan mulut komat kamit terus balik duduk ke
tempat semula dan mulai main gitar asal tapi sambil nyanyi pelan dengan Bahasa ibu /
tio cu) Gitarnya jelek ini (sambil terus main dan nyanyi)
A : Kenapa jeleknya J?
B : Senarnya ga enak (sambil terus main dan nyanyi)
B : Punya, gitar yang dulu lebih bagus senarnya juga bagus (tidak lama terus pasien
berhenti main gitar dan berjalan masuk ke kamarnya dengan mulut komat kamit, di
dalam kamar kemudian pasien duduk di Kasurnya)
Kesan Wawancara I
Kesadaran : Compos mentis (GCS 15 = E4M6V5)
Hygiene diri : Kurang
Orientasi waktu : Belum dapat dinilai
Orientasi tempat : Baik
Orientasi orang : Belum dapat dinilai
Discriminative insight : Tilikan derajat I
Discriminative judgment :Belum dapat dinilai
Autisme : Ada
Afek : Terbatas
Asosiasi longgar : Ada
Ambivalensi : Ada
Kontak mata : Hampir tidak ada
Relasi dengan orang lain : Buruk
Waham : Belum dapat dinilai
Halusianasi : Ada, auditorik
Keserasian : Inappropriate (tidak serasi)
WAWANCARA II
Hari / Tanggal : Selasa / 31 Mei 2016
Pukul : 09.00 WIB
A : Ini bukan hari Jumat J, tapi hari Selasa. Kalo sekarang tanggal berapa ya, J tahu ga?
B : Ehmm.. 12 ya? (kembali melihat ke arah depan)
A : Bukan tanggal 12 sekarang tanggal 31 J. Kalo sekarang bulan berapa ya, J tahu ga?
B : September ya? (tetap melihat ke depan sambil memainkan jari tangannya)
A : Mama J kan pernah jenguk kesini, kalo Papanya J pernah jenguk juga ga?
B : Papa sudah meninggal
A : Coba J ceritain dong kalau lagi telponan sama apa aja yang dibicarain?
B : Ya begitulah.. (sambil memainkan jari tangan)
A : J betah ga disini?
B : Ya begitulah
A : J pengen pulang?
B : Pengen (tersenyum)
A : Wah J pinter banget dong ya lulus cuma setahun, saya aja butuh 5 tahun lho J.
B : Hehehe (sambil tersenyum lebar) begitulah
A : Boleh saya minta J untuk menuliskan nama-nama saudaranya dikertas ini? (sambil
menyodorkan kertas dan pena)
B : (mengambil kertas dan menuliskannya : J, Jo, Jki,Jk, Jn, Ma, Mi, Mt, Mm)
(Cleaning service datang mengampiri dan mengatakan sudah waktunya jam besuk)
Kesan Wawancara II
Kesadaran : Compos mentis (GCS 15 = E4M6V5)
Hygiene diri : Kurang
Orientasi waktu : Kurang Baik
Orientasi tempat : Baik
Orientasi orang : Baik
Memori jangka panjang : Cukup Baik
Discriminative insight : Tilikan derajat I
Discrimnative Judgment : Terganggu
Social Judgment : Terganggu
Autisme : Ada
Afek : Terbatas
Asosiasi longgar : Ada
Ambivalensi : Ada
Kontak mata : Hampir tidak ada
Relasi dengan orang lain : Buruk
WAWANCARA III
Hari / Tanggal : Rabu / 1 Juni 2016
Pukul : 09.00 WIB
Pakaian : Kaos hitam yang sudah bolong-bolong dan luntur serta celana panjang
hitam
Aktivitas : Pasien habis dari arah kamar mandi kemudian duduk diteras depan
kamar sambil merokok
Tempat : Di teras depan kamar
Keterangan : A = Pemeriksa
B = Pasien
A : J habis ngapain tadi kok dari arah sana? (menunjuk arah WC)
B : (Tersenyum) habis sikat gigi tadi
A : Udah sarapan?
B : Sudah
A : J udah mandi?
B : (Menggangguk sambil menghisap rokoknya)
A : J kalau kuliah kedokteran itu dulu lama lho bisa 7-8 tahun. Terus dokternya yang ngajar
bukan pegawai. Harus koass dulu kaya kerja praktek di RS barusan bisa jadi dokter.
B : (Diam)
B : (diam) 93
A : Dikurangin 7 lagi?
B : 86
A : Dikurangin 7 lagi?
B : (diam)
A : Sekarang coba pak J tau gak artinya besar pasak dari pada tiang?
B : (Diam) besar pengeluaran daripada pemasukan
A : Sampai sekarang?
B : Sekarang sudah tidak. Dok, udah baca doa Namyohorengekyo?
A : Kalau bapak yang lagi duduk disitu itu sapa J? (sambil menunjuk salah satu pasien)
B : Jo
B : Gapapa..
A : Biasa mulai tidur sampe dari jam berapa sampai jam berapa J?
B : Jam 9.. Kadang jam 10.. Bangun kalau dibangunin..
A : J ingat ya yang saya sebutin nanti coba di ulangin ya.. Buku, kursi, gelas coba J ulangin.
B : Buku, kursi, gelas, kaca mata, jam
A : Seandainya J ketemu dompet isinya duit, KTP, ATM dan surat berharga lainnya apa yang J
lakukan?
B : Ambil uangnya
A : Dompetnya di kemanain?
B : Buang aja (tersenyum)
A : Buku.
B : Kursi, gelas
BAB X
GRAFIK PERKEMBANGAN PASIEN
Chart Title
12
10
0
1983 1990 1998 1999 2001 2016
1983 : Pasien gagal ujian masuk Universitas Indonesia. Sudah mulai muncul gejala, pasien merasa
bahwa panitia penerimaan mahasiswa baru bertindak curang atas dirinya. Saat mulai kuliah pasien
menjadi minder dan menarik diri dari pergaulan.
1999 : Toko onderdil keluarga tempat pasien bekerja terancam bangkrut. Pasien menjadi makin
pendiam, mengurung diri di kamar, tidak mau mandi, mudah tersinggung, tidak sopan terhadap orang
lain, acuh tak acuh terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya.
2001 : Pasien masuk Rumah Sakit Jiwa Jambi dan kemudian masuk ke Sanatorium Dharmawangsa.
Puncak gejala PSIKOSIS pasien. Pasien mulai berbicara sendiri, berjalan mondar mandir, mengamuk
tanpa alasan dan mengancam membunuh siapa saja yang berani meremehkannya.