SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun oleh:
Genta G. Tamzil
1102009120
Pembimbing:
STATUS PSIKIATRI
Tanda Tangan
Nama: Genta G. Tamzil
NPM : 1102009120 (YARSI)
Pembimbing : dr. Salikur Kartono, SpKJ
Konsulen Penguji:
1. dr. Suzy Yusna, SpKJ
2. dr. Galianti, SpKJ
: 01.04.xx
Nama Pasien
: Tn. M
Tanggal Masuk RS
: 04 Desember 2014
Rujukan/datang sendiri/keluarga
: Keluarga
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
Tempat, Tanggal Lahir
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
: Tn. M
: Jakarta, 1982
: 32 tahun
: Laki-laki
: Jl. Kapuk Rt 012/012,Kecamatan Cengkareng Jakarta
Barat
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
: Islam
: SMP
: Tidak bekerja
: Bercerai
RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis dilakukan pada:
Terhadap adik pasien (Tn. M) via telepon pada hari Kamis, 18 Desember 2014
A. KELUHAN UTAMA
Pasien mengamuk dan marah marah sejak 2 hari yang lalu.
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Pasien dibawa oleh kedua kakak nya ke IGD RSJSH pada tanggal 4 Desember
2014 karena mengamuk dan marah - marah sejak 2 hari yang lalu. Pasien mendengar
suara suara yang membuatnya marah, karena suara tersebut me juga dikatakan
mengalami perubahan perilaku, seperti misalnya sering jalan mondar-mandir, dan sulit
tidur. Beberapa hari yang lalu, pasien terlibat dalam suatu adu mulut dengan ibunya
karena ibu pasien menyuruh untuk minum obat tetapi pasien tidak mau karena merasa
jika minum obat malah membuatnya ingin marah-marah.
Di kesehariannya, pasien biasa membantu pekerjaan rumah tangga seperti
menyapu, mengepel, dan mencuci piring. Di siang hari Pasien menjadi tukang parkir
yang letaknya tidak jauh dari rumah. Pasien memiliki seorang kakak laki-laki yang
merupakan sosok yang diseganinya, dia biasa datang ke rumah setiap hari untuk
menyuruh pasien meminum obat. Namun, 2 minggu terakhir kakak pasien tidak
datang ke rumah dikarenakan urusan pekerjaan, akibatnya pasien tidak meminum obat
walaupun ibunya sudah menyuruhnya. Sejak saat itu, pasien mulai gelisah, jalan
mondar-mandir, dan sulit tidur.
Sampai pada suatu hari pasien terlibat adu mulut dengan ibunya karena ibu
pasien menyuruh untuk mandi tetapi pasien tidak mau. Pasien mulai berteriak dan
memecahkan kaca sehingga ibu pasien berinisiatif menelpon anak tertuanya untuk
datang menenangkan pasien. Saat kakak pasien datang dan baru saja turun dari motor
dengan segera pasien mendatanginya dan langsung menonjok kakaknya dan
menendang motornya berkali-kali.
Menurut pasien, alasannya melakukan hal tersebut adalah karena kakaknya
memiliki niat jahat terhadap dirinya. Hal tersebut dirasakan karena kakak pasien selalu
datang untuk memata-matainya hampir setiap hari dan sering mengolok-oloknya.
Selain kakaknya, pasien juga merasa ibu beserta adik-adiknya berkomplot dengan
kakaknya untuk membenci dirinya. Pasien merasa dibenci karena ibunya pilih kasih,
hanya menyuruh minum obat kepada dirinya dan tidak kepada saudara-saudaranya
yang lain. Pasien juga merasa saudara-saudaranya sirik terhadap barang-barang yang
dimiliki oleh dirinya. Karena alas an-alasan tersebut, pasien menjadi mudah marah.
Pasien juga suka mendengar suara-suara yang tidak dapat didengar oleh orang
lain, suara-suara itu mengomentari bahwa keluarganya memiliki niat jahat kepada
dirinya. Saat pasien memukul kakaknya, suara-suara tersebut juga ikut mendukung
perbuatannya. Suara tersebut muncul dengan frekuensi seminggu sekali, awalnya
pasien tidak menghiraukan suara-suara tersebut dan hanya mendiamkannya, namun
beberapa hari belakangan suara tersebut dirasa semakin sering didengar. Pasien
menyangkal melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat, disentuh, dan dicium baunya
oleh orang lain.
Sebelum diwawancara pasien jalan mondar mandir sambil bernyanyi-nyanyi
sendiri sambil sesekali menyapa sambil menertawakan pasien lain. Pasien terlihat
kurang rapi, mengenakan pakaian dari RS, dan memakai peci dan sarung. Saat
dilakukan pemeriksaan pasien mengatakan untuk duduk di tempat yang aman karena
takut pasien lain akan mendengar pembicaraan dan mengambil makanannya. Selama
diwawancara pasien nampak bersemangat dan senang ditanya-tanya, cara berbicara
pasien spontan, lancar, cerewet, volume agak tinggi, dan tidak memiliki gangguan
berbicara. Pasien mengingat alasan awal dibawa ke RS hingga pertama kali
mengalami sakit, sarapan pagi hari, dan kegiatan sebelum dilakukan wawancara.
Saat sedang menceritakan tentang kehidupannya pasien sering kali
menceritakan hal lain yang tidak berhubungan dengan apa yang dia ceritakan pada
awalnya, namun jika ditanya kembali pasien dapat kembali fokus. Selama dirawat di
RS pasien mengatakan perasaannya sudah mulai tenang, tidak lagi mendengar suarasuara yang tidak dapat didengar oleh orang lain, dan dapat meredam amarahnya.
Keyakinan kalau keluarganya memiliki niat jahat kepadanya semakin berkurang
walaupun masih ada perasaan bahwa keluarganya dengan sengaja menelantarkannya
di RS dan tidak peduli kepadanya.
Kemampuan membaca dan menulis pasien baik, dapat menulis nama saudarasaudaranya dan dapat membaca satu kalimat yang diberikan pemeriksa. Pengetahuan
umum pasien terbilang baik karena mengetahui nama presiden dan wakil presiden
Indonesia, kecerdasan pasien kurang baik karena tidak dapat mengetahui arti pribahasa
ada udang di balik batu, konsentrasi pasien baik karena dapat menjawab pertanyaan
seratus dikurangi tujuh sebanyak lima kali, orientasi waktu, tempat, dan orang pada
pasien baik karena mengetahui tahun kini, dapat menyebutkan bahwa sedang di RS,
dan mengetahui bahwa sedang diwawancara oleh dokter muda. Kemampuan
menolong diri sendiri pasien baik karena dapat makan, mandi, dan berpakaian sendiri.
3
Pasien mampu membantu perawat di ruangan untuk membagikan snack, pasien juga
mengatakan bahwa kalau menemukan dompet di jalan akan mengembalikan ke
pemiliknya. Pasien mengetahui bahwa dia sakit namun sekaligus menyangkal.
Obat yang diberikan di RS dirasa pasien cocok karena membuat pasien dapat
meredam amarahnya, mengurangi kegelisahannya, dan tidur nyenyak. Pasien tidak
merasa bahwa obatnya menyebabkan efek samping yang membuatnya tidak nyaman.
Pasien merasa betah berada di RS karena terhindar dari keluarganya yang sirik dan
benci kepadanya, namun ada perasaan rindu terhadap keluarga walaupun perasaan
tersebut disangkal kembali olehnya dengan keyakinan bahwa keluarganya membenci
dirinya dan menelantarkannya. Namun pasien berkali-kali mengatakan ingin dijenguk
oleh keluarganya.
Pasien adalah seorang perokok. Dalam sehari, pasien dapat menghabiskan satu
bungkus rokok sendirian. Pasien pertama kali merokok pada saat usia sekolah
SMP, saat itu pasien membeli sendiri rokoknya. Ayah dan kakak pasien
Ganja lebih sering dikonsumsi oleh pasien karena penggunaannya yang lebih
mudah dan efeknya yang menyenangkan yaitu membuat ngefly.
Pasien mengatakan pernah meminum alkohol hanya sekali-sekali saja ketika
berkumpul dengan teman-temannya (sudah lama tidak minum). Apabila tidak
minum, pasien tidak berusaha mencari alkohol (social drinker).
2011
2012
2012
2013
2014
iii.
iv.
Setelah lulus dari STM, pasien bekerja di KAMRA (Keamanan Rakyat) selama
5 tahun dan bekerja di bidang keamanan. Pasien merasa bangga dan disegani saat
bekerja sebagai keamanan rakyat sehingga merasa pekerjaan tersebut dapat
melindungi dirinya dari orang-orang yang mau berniat buruk kepadanya. Saat
KAMRA dibubarkan pada tahun 2000 pasien tidak memiliki pekerjaan dan mulai
kembali merasa tidak nyaman dengan keadaan sekitarnya. Keluarga pasien
dianggap menekan pasien untuk mencari pekerjaan lain, ditambah kakaknya yang
selalu marah jika melihat pasien menganggur.
5. Kehidupan Beragama
Pasien adalah penganut agama Islam, pasien taat beribadah.
6. Kehidupan Sosial dan Perkawinan
Pasien tinggal bersama ibu dan tiga orang adiknya. Ayahnya sudah meninggal
pada tahun 2012. Kakak tertuanya tidak lagi tinggal serumah karena sudah
berkeluarga, begitu juga dengan salahsatu adiknya. Ibunya sudah lanjut usia
sehingga memiliki berbagai keterbatasan aktifitas dan tidak dapat menjaga pasien
dengan baik, oleh karena itu kakak tertuanya yang walaupun sudah tidak tinggal
serumah dengannya masih sering ke rumah untuk memantau perkembangan dan
menyuruh pasien meminum obat. Hubungan pasien dengan ibu dan adik-adiknya
tidak akrab. Pasien merasa ibu dan adik-adiknya bersekokongkol dengan kakaknya
untuk membenci dan sirik terhadap dirinya.
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum yang berat, tidak pernah
berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah terlibat dalam proses
peradilan yang terkait dengan hukum.
E. RIWAYAT KELUARGA
Keterangan:
Laki-laki
III.
Pasien
Perempuan
Laki-laki (meninggal)
STATUS MENTAL
Pemeriksaan status mental dilakukan pada hari Kamis, 18 Desember 2014.
7
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien memakai baju dari RS, berperawakan rata-rata dengan tinggi badan
sekitar 160an cm dan berat badan 60an kg. Pasien berambut hitam dengan
potongan rapi, kumis dan jenggot tampak tumbuh jarang-jarang, penampilan fisik
sesuai dengan usia.
2. Kesadaran sensorium/neurologik : compos mentis.
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Sebelum wawancara : tenang
b. Selama wawancara : tenang
c. Sesudah wawancara : tenang
4. Sikap Terhadap Pemeriksa: kooperatif.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara
: artikulasi jelas, intonasi baik, volume sedang,
kecepatan sedang.
b. Gangguan berbicara : tidak ada.
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
1. Suasana perasaan/mood : hipotimia
2. Afek
: menyempit, serasi.
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi
2. Ilusi
3. Depersonalisasi
4. Derealisasi
mewawancarainya).
6. Daya Ingat
a. Jangka panjang
b. Jangka pendek
c. Segera
berkenalan).
7. Pikiran Abstraktif
I. RELIABILITAS
: dapat dipercaya.
: baik.
: compos mentis.
: 120/80 mmHg.
: 88x/menit.
: 22x/menit.
: 36,5oC.
: normal.
: normocephal, deformitas (-).
: bunyi jantung I/II normal, murmur (-).
: bunyi napas vesikuler (+/+), ronkhi (-), wheezing (-).
: abdomen cembung, lembut, bising usus (+) normal,
nyeri tekan epigastrium (-).
12. Sistem Muskuloskeletal : ekstremitas akral hangat, capillary refill time <1,
kekuatan motorik ekstremits atas
5555|5555
ekstremitas bawah
5555|5555
tremor (-), cockwheel phenomenon (-), bradikinesia (-).
B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranialis (IXII)
: tidak ada kelainan.
2. Tanda rangsang meningeal: (-).
3. Mata
: konjungtiva anemi (-), sklera ikterik (-).
4. Pupil
: bulat, isokor, diameter 3 mm.
5. Oftalmoskopi
: tidak dilakukan.
6. Motorik
: baik, gerak involunter (-).
7. Sensibilitas
: baik.
8. Vegetatif
: baik.
9. Fungsi luhur
: baik.
10. Gangguan khusus
: tidak ada.
10
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter
Hematologi
Hasil
Nilai Normal
Satuan
14,7
11,3 16,0
g/dL
47
33 48
g%
7000
4.000 10.000
/mm3
300.000
130.000 450.000
/mm3
5.0
3,6 5,3
juta/mm3
13
<15
mm/jam
98
< 180
mg/dL
20
< 38
U/L
14
< 41
U/L
20
15 45
mg/dl
0,8
0,7 1,2
mg/dl
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Laju endap darah
Kimia Darah
VI.
Glukosa sewaktu
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
Dibawa oleh kedua kakak nyadan ke IGD RSJSH pada tanggal 4 Desember 2014
karena mengamuk dan marah - marah sejak 2 hari yang lalu.
Beberapa hari yang lalu, pasien terlibat dalam suatu adu mulut dengan ibunya
karena ibu pasien menyuruh untuk minum obat tetapi pasien tidak mau karena
merasa jika minum obat malah membuatnya ingin marah-marah.
Pasien juga merasa ibu beserta adik-adiknya berkomplot dengan kakaknya untuk
membenci dirinya.
Pasien juga suka mendengar suara-suara yang tidak dapat didengar oleh orang
lain, suara-suara itu mengomentari bahwa keluarganya memiliki niat jahat
11
kepada dirinya. Saat pasien memukul kakaknya, suara-suara tersebut juga ikut
mendukung perbuatannya.
Sebelum diwawancara pasien terlihat kurang rapi, mengenakan pakaian dari RS,
dan memakai peci dan sarung. Saat dilakukan pemeriksaan pasien mengatakan
untuk duduk di tempat yang aman karena takut pasien lain akan mendengar
pembicaraan dan mengambil makanannya.
masih
ada
perasaan
bahwa
keluarganya
dengan
sengaja
Kemampuan membaca dan menulis pasien baik, dapat menulis nama saudarasaudaranya dan dapat membaca satu kalimat yang diberikan pemeriksa.
Pengetahuan umum pasien terbilang baik karena mengetahui nama presiden dan
wakil presiden Indonesia, kecerdasan pasien kurang baik karena tidak dapat
mengetahu arti pribahasa ada udang di balik batu.
Konsentrasi pasien baik karena dapat mengurangi angka 100 dengan angka 7
sebanyak lima kali berturut-turut.
Orientasi waktu, tempat, dan orang pada pasien baik karena mengetahui tahun
kini, dapat menyebutkan bahwa sedang di RS, dan mengetahui bahwa sedang
diwawancara oleh dokter muda.
Kemampuan menolong diri sendiri pasien baik karena dapat makan, mandi, dan
berpakaian sendiri. Pasien mampu membantu perawat di ruangan untuk
12
Obat yang diberikan di RS dirasa pasien cocok karena membuat pasien dapat
meredam amarahnya, mengurangi kegelisahannya, dan tidur nyenyak. Pasien
tidak merasa bahwa obatnya menyebabkan efek samping yang membuatnya
tidak nyaman.
Pasien pernah enam kali dirawat di RSJSH pada September 2010, November
2011, februari 2012, april 2012, de
VII.
FORMULASI DIAGNOSTIK
AKSIS I (Gangguan klinis dan kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis)
Gangguan jiwa menurut PPDGJ-III ditandai dengan adanya: 1) adanya gejala
klinis yang bermakna berupa sindrom perilaku dan/atau psikologik; 2) gejala klinis
tersebut menimbulkan penderitaan (distress), antara lain dapat berupa rasa nyeri, tidak
nyaman, disfungsi organ tubuh, dll; dan 3) gejala klinis tersebut menimbulkan
disabilitas dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk
perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri,
dll). Berdasarkan pengertian tersebut, pasien ini termasuk dalam kriteria gangguan
jiwa karena mengalami sindrom perilaku berupa sering bengong dan mudah marah.
Hal tersebut menimbulkan distres berupa menarik diri dari pergaulan (disfungsi
sosial), dan gangguan dalam aktivitas sehari-hari (mandi dan makan harus disuruh
dulu).
Riwayat trauma kepala, kejang, dan penurunan kesadaran tidak ada, sehingga
kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat disingkirkan. Riwayat
penggunaan alkohol (+) tetapi pasien sudah lama tidak mengonsumsinya. Pasien
adalah seorang perokok, tetapi sindrom ketergantungan terhadap tembakau tidak
terlihat pada pasien. Sindrom ketergantungan terhadap tembakau tersebut ditandai
dengan adanya kecemasan, iritabilitas, gelisah, marah, rasa lapar meningkat.
13
VIII.
IX.
a.
b.
c.
EVALUASI MULTIAKSIAL
AKSIS I
AKSIS II
AKSIS III
AKSIS IV
AKSIS V
: GAF masuk RS
: 6051.
GAF HLPY
: 7061.
GAF current
: 7061.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam.
Quo ad functionam : dubia ad bonam.
Quo ad sanactionam : dubia ad malam.
Faktor - faktor yang mempengaruhi
a. Faktor Yang Memperingan :
Tidak ada riwayat keluarga dengan skizofrenia.
Fun gsi pekerjaan dan sosial premorbid (sebelum sakit) baik.
Pernah bersekolah.
Gejala timbul didahului oleh stresor yang cukup jelas.
b. Faktor Yang Memperberat :
Pasien adalah laki laki.
Hubungan dengan keluarga yang kurang mendorong pasien untuk
X.
XI.
sembuh.
DAFTAR MASALAH
Organobiologis
Psikologi/Psikiatrik
Sosial/Keluarga
Waham kejar.
Hendaya ndalam fungsi lingkungan dan keluarga.
TERAPI
Psikofarmaka
15
Apabila kepatuhan pasien terhadap obat masih buruk, direncanakan injeksi obat
antipsikotik long acting flufenazine dekanoat 25 mg/cc per intramuskular setiap
24 minggu.
Psikoterapi
Memberikan pengertian untuk rajin minum obat secara teratur dan
memberikan dukungan kepada pasienn bahwa ia dapat kembali seperti
sebelum sakit.
Psikoedukasi
Memberikan pengertian kepada keluarga pasien agar dapat memahami
keadaan pasien sekarang ini dengan memberikan dukungan.
Memberikan kepada keluarga pasien bahwa penyakitnya adalah
dikarenakan ketidakseimbangan neurotransmiter dalam otak, bukan
karena kerasukan makhluk gaib saat pasien naik gunung seperti yang
dipercayai keluarga.
Memotivasi keluarga untuk bisa berperan dalam pengawasan pasien,
memberikan pengertia bahwa dukungan keluarga terhadap pasien akan
membantu kesembuhan pasien secara optimal.
Rehabilitasi
Melibatkan pasien dalam kegiatan di RSJSH seperti kegiatan terapi
kelompok.
Memberikan aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien di RSJSH.
16