Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS UJIAN

SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF

Oleh :
Temmy - 112015314

Penguji :
dr. Mohammad Riza Syah, Sp.KJ

dr. Arundhati, Sp.KJ

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran UKRIDA
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Periode 2 Januari 2018 – 3 Februari 2018
STATUS PSIKIATRI

Nama : Temmy NIM :11.2015.314


Dokter Penguji: Tanda Tangan:
dr. Mohammad Riza Syah, Sp.KJ

dr. Arundhati, Sp.KJ

Nama Pasien : Tn.HR


Masuk RS Pada Tanggal : 18 Januari 2018
Rujukan/datang : Datang diantar keluarga
Riwayat Perawatan : Pernah dirawat di RSJ Soeharto Heerdjan

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.HR
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status perkawinan : Sudah menikah
Bangsa : Indonesia
Alamat : Bekasi
Masuk RS tanggal : 18 Januari 2018
Dokter yang merawat : dr.Nova Riyanti Yusuf, SpKJ
Ruang perawatan : Ruang Rawat Inap Nuri
Rujukan/datang : Datang diantar keluarga
II. RIWAYAT PSIKIARTIK
Autoanamnesis :
o Tanggal 26 Januari 2018 pukul 16.20 WIB, di Ruang Nuri Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.
o Tanggal 27 Januari 2018 pukul 10.00 WIB di Ruang Nuri Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.
o Tanggal 29 Januari 2018 pukul 09.30 WIB di Ruang Nuri Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.

Alloanamnesis :
o Tanggal 27 Januari 2018 pukul 15.10 WIB, dilakukan alloanamnesis dengan
keponakan pasien via telepon (yang mengantar pasien).

Keluhan Utama
Tidak mau bicara dan tidak mau makan tanpa sebab sejak 4 hari SMRS.

Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang ke IGD RSJ Soeharto Heerdjan diantar oleh keponakannya karena
tidak mau bicara dan tidak mau makan sejak 4 hari SMRS. Menurut keponakan pasien,
pasien tidak menjawab saat diajak bicara dan hanya berdiam diri di dalam kamar,
melamun seperti sedang memikirkan sesuatu, tampak murung dan terkadang tidak tidur
semalaman. Tidak mau makan walaupun sudah dipaksa. Sering mondar-mandir di
dalam rumah seperti sedang kebingungan, berkomat-kamit tapi tidak jelas apa yang
dikatakan. Pasien tidak mau diajak keluar rumah dan marah apabila dipaksa.
Sebelumnya pasien dimintai uang saku oleh anaknya tetapi pasien tidak memiliki uang
karena belum mendapatkan kiriman uang kebutuhan bulanan dari adiknya yang bekerja
di Jepang. Tiga hari SMRS, pasien selalu memegangi perutnya, namun tidak mau
mengatakan apa-apa saat ditanya. Tetap tidak mau makan, dan berdiam diri di kamar.
Pasien mengatakan mendengar suara laki-laki dan perempuan yang membisiki
dirinya yang mengajaknya bicara saat di rumah terutama jika pasien sendirian dan
sedang melamun, dan mengira itu adalah suara iblis yang mau menganggunya. Melihat
banyangan hitam yang selalu mengambil makanannya. Merasa tidak bersemangat dan
hanya ingin tidur saja. Tidak pernah memikirkan rencana untuk bunuh diri. Pasien
merasa ada orang yang berniat jahat dengan membuat kehidupannya menjadi susah
dengan mengirim bayangan hitam. Ingin bekerja kembali tetapi merasa ada yang
melarangnya keluar dari rumah. Tidak pernah marah-marah tanpa sebab, tidak
mengamuk atau memukul orang lain. Tidak ada percobaan bunuh diri sebelum dibawa
ke rumah sakit. Tidak ada keluhan pasien sangat aktif sepanjang hari, sangat ingin
melakukan banyak kegiatan, dan/atau sangat bertenaga sebelumnya. Tidak
menggunakan napza atau alkohol. Pasien mengeluh nyeri pada ulu hatinya, dan terasa
panas. Pasien selama ini tidak mau kontrol dan minum obat karena pasien merasa sudah
sehat. Menurut keponakan pasien, setiap minum obat pasien harus dipaksa, dan obat
yang diminumkan harus dimasukkan ke dalam mulut pasien oleh orang lain.
Keponakan pasien tidak ingat nama obat yang didapat pasien. Pasien tidak bekerja
karena tidak mau keluar dari rumah.

Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Menurut keponakan pasien, mulai terjadi perubahan pada pasien pada tahun
2009 setelah pasien bercerai dengan istrinya. Pasien tidak mau bekerja dan tidak
mau keluar rumah. Merasa malu jika bertemu orang lain, dan tidak mau bertemu
orang lain bahkan dengan teman-teman kerja pasien tidak mau bertemu jika tidak
di rumah. Pasien juga tidak mau untuk pergi sholat di Masjid. Hanya berdiam diri
saja di dalam kamar, banyak melamun, banyak diam tetapi masih mau menjawab
jika diajak bicara, tampak murung dan tampak tidak bertenaga dan tidak
bersemangat, sering tidak tidur. Masih dapat merawat diri, dan mau membantu
melakukan pekerjaan rumah seperti bersih-bersih. Tidak ada percobaan bunuh
diri dari pasien. Sering mengamuk di dalam rumah. Sering naik-naik ke atap
rumah dan telanjang di atas atap rumah. Sering bicara sendiri dan marah-marah
tanpa sebab.
Banyak melamun di dalam kamar dan mendengar bisikan seperti suara laki-
laki dan perempuan yang mengajaknya bicara dan melihat bayangan hitam yang
selalu mengambil makanan miliknya. Pasien dibawa berobat oleh keluarga ke
dukun karena dikira kesurupan, kemudian pasien dibawa berobat ke RS tetapi
keponakan pasien tidak ingat tempatnya. Setelah perawatan pasien tidak mau
minum obat karena merasa sudah sehat. Pasien juga tidak mau kontrol kembali.
Kegiatan pasien hanya di dalam rumah saja, tidak bekerja, dan tidak mau keluar
rumah karena merasa malu. Antara tahun 2010-2015 pasien sering mengalami
keluhan kembali. Lebih banyak diam, tidak mau bicara, tidak mau bertemu orang
lain. Pasien tidak ada mengamuk, atau telanjang di luar rumah. Tidak mau minum
obat dan kontrol. Keponakan pasien tidak ingat pasien dibawa berobat kemana
pada saat itu. Pasien tidak pernah terlihat sangat bersemangat atau bertenaga,
sangat aktif dan banyak melakukan kegiatan pada saat itu dan sebelumnya.
Pada bulan Desember 2016, pasien dibawa ke RSJSH karena tidak mau
bicara sama sekali, banyak diam di dalam rumah, sering melamun, bicara sendiri
di dalam kamar, mendengar bisikan suara iblis laki-laki dan perempuan,
terkadang berkeliling di dalam rumah seperti orang yang gelisah, dan tidak bisa
tidur. Setelah pulang pasien tidak mau minum obat dan harus dipaksa oleh
keluarga untuk minum, pernah ketahuan menyembunyikan obat di bawah lidah
dan kemudian dibuang. Sejak itu obat yang diminum harus ditaruh oleh keluarga
ke dalam mulut pasien. Pasien juga tidak mau keluar rumah untuk kontrol, tapi
masih dipaksa oleh keluarga untuk datang. Sering marah karena diajak keluar
rumah, tetapi tidak sampai mengamuk. Pada bulan Mei 2017, pasien kembali
dibawa ke RSJSH dengan keluhan yang sama seperti sebelumnya. Pasien juga
tidak mau makan sama sekali. Setelah perawatan, pasien tidak kembali untuk
kontrol dan minum obat.

2. Riwayat Gangguan Medik


Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, kejang, epilepsi,
dan tumor, tidak memiliki riwayat benturan di kepala atau pembedahan, tidak
memiliki riwayat demam lama atau infeksi, dan riwayat penyakit lainnya.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan alkohol


Menurut sepengetahuan keluarga pasien, pasien tidak pernah menggunakan
napza. Pasien juga tidak pernah merokok ataupun mengkonsumsi alkohol.
4. Grafik Perjalanan Penyakit

2009 2010-2015 2016 2017 2018

Pada tahun 2009 Stresor : Pada tahun Pada tahun Pada tahun Pada tahun
bercerai dengan istri. Tidak 2010-2015. 2016, pertama 2017. Banyak 2018. Tidak
mau keluar rumah, malu Banyak diam, kali ke RSJSH. diam, mau bicara
bertemu orang lain, banyak tidak mau keluar Tidak mau melamun, dan makan,
diam, melamun. Mengamuk, rumah, tidak bicara, berdiam tidak mau banyak diam,
bicara sendiri, mendengar bekerja. Tidak diri, mendengar makan. Tidak murung,
bisikan, sudah berobat, tidak mau minum bisikan, gelisah, mau minum banyak
ingat berobat dimana obat. tidak mau obat. melamun.
makan, tidak Tidak mau
mau minum minum obat.
obat dan
kontrol

Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Tidak terdapat
masalah selama persalinan, dan tidak terdapat cacat bawaan.

2. Riwayat Perkembangan Fisik


Tidak ada kelainan ataupun keterlambatan dalam perkembangan fisik pasien
sejak pasien masih bayi, kanak-kanak, dan remaja.
3. Riwayat Perkembangan Kepribadian
a. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien tidak mengingat masa kanak awalnya. Menurut keluarga
pasien, tidak ada masalah dalam pertumbuhan dan perkembangan pasien.

b. Masa Kanak Menengah (3-11 tahun)


Pasien mengatakan memiliki aktif saat sekolah dan mempunyai
banyak teman saat di sekolah.

c. Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)


Pasien mengatakan mempunyai banyak teman dan tidak memiliki
masalah dengan teman-temannya. Tidak ada masalah dengan keluarga.

4. Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan pendidikannya pada tingkat Sekolah Dasar (SD),
namun tidak melanjutkan pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Pasien tidak melanjutkan pendidikan dengan alasan ekonomi.

5. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak mempunyai pekerjaan tetap. Pasien bekerja sebagai pekerja
serabutan, pernah bekerja sebagai buruh, tukang bangunan, dan pengamen.

6. Riwayat Kehidupan Beragama


Pasien beragama Islam. Kehidupan agama pasien baik. Tetapi sejak tahun
2008 pasien tidak lagi mau pergi sholat di Masjid, dan hanya sholat di rumah.

7. Kehidupan Pernikahan
Pasien sudah menikah, namun bercerai dengan istrinya pada tahun 2009.
Pasien tidak menceritakan alasan perceraiannya.

8. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah berurusan dengan penegak hukum, dan tidak pernah
terlibat tindak pidana.
9. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara, kedua orang tua
pasien sudah meninggal, dan adik pasien (anak kelima) sudah meninggal dunia.
Pasien tidak tinggal bersama kedua orang tuanya sedari kecil, dan tinggal
dengan anggota keluarga yang lain. Pasien sudah menikah dan memiliki 1 orang
anak perempuan. Pasien memiliki pribadi yang baik namun setelah bercerai
pada tahun 2008, pasien menjadi pendiam, tertutup, tidak banyak bicara, dan
tidak mau bertemu orang lain. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.

Keterangan:
: Laki-laki ; : Pasien

: Perempuan ; : Meninggal dunia

: Bercerai ; : Tinggal serumah dengan pasien

Kehidupan Sosio Ekonomi Sekarang


Saat ini pasien tinggal dengan keponakannya. Pasien tertutup dan lebih suka
menyendiri dibanding bersosialisasi dengan para tetangganya. Pasien tidak bekerja dan
sumber ekonomi pasien berasal dari uang kiriman dari kakak dan adik pasien. Uang
kiriman untuk pasien dipegang oleh keponakan pasien dan digunakan hanya untuk
keperluan pasien saja.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Internus
 Keadaan umum:
o Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital:
o Tekanan darah : 120/70 mmHg
o Nadi : 88 x/menit
o Suhu : 36,4oC
o Pernapasan : 20 x/menit
 Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban normal
 Kepala : normosefal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok
 Mata : pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis -/-
, sklera ikterik -/-
 Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
 Telinga : normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
 Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), tonsil T1/T1, tonsil/faring
hiperemis (-)
 Leher : tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid.
 Paru:
o Inspeksi: bentuk dada simetris, retraksi (-)
o Palpasi: gerakan dada simetris
o Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi: suara napas vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
 Jantung:
o Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
o Palpasi: ictus cordis teraba
o Perkusi: batas jantung DBN
o Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen:
o Inspeksi: bentuk datar
o Palpasi: NT epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba membesar
o Perkusi: timpani seluruh lapang abdomen
o Auskultasi: bising usus (+) normal
 Ekstremitas: akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik

Status Neurologik
 Saraf kranial : dalam batas normal
 Refleks fisiologis : dalam batas normal
 Refleks patologis : tidak ada
 Motorik : tidak terganggu
 Sensibilitas : dalam batas normal
 Fungsi luhur : tidak terganggu
 Gejala EPS : akatinasia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), resting tremor
(-), distonia (-), tardive diskinesia (-)

IV. STATUS MENTAL (tanggal 26 Januari 2018)


Deskripsi Umum
 Penampilan : Pasien seorang laki-laki, berusia 41 tahun tampak sesuai dengan
usianya, rambut pendek, astenikus. Cara berjalan normal dan pasien duduk
tampak tenang.
 Kesadaran : compos mentis
 Perilaku dan psikomotor : normoaktif
 Sikap terhadap pemeriksa : kurang kooperatif
 Pembicaraan
a. Cara berbicara : spontan, bicara seperlunya, volume dan intonasi kurang.
b. Gangguan berbicara : tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.

Alam Perasaan
 Mood : Hipotim
 Afek : Menyempit
 Keserasian : Serasi
Gangguan Persepsi
 Halusinasi : (+) ada, auditorik
 Ilusi : (-) Tidak ada
 Depersonalisasi : (-) Tidak ada
 Derealisasi : (-) Tidak ada

Fungsi Intelektual
 Taraf pendidikan : SD
 Pengetahuan umum : Baik
 Kecerdasan : Rata-rata (tidak dilakukan tes IQ)
 Konsentrasi : Baik (saat diminta untuk menjawab perhitungan tanpa
kertas, pasien mampu menjawab dengan tepat)
 Perhatian : Baik (pasien mengeja dari belakang huruf pada kata
MAKAN)
 Orientasi
a. Waktu : Baik (pasien dapat menyebutkan hari, tanggal, bulan,
tahun)
b. Tempat : Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RS)
c. Orang : Baik (pasien mengetahui diantar oleh keluarga dan sedang
diwawancarai oleh dokter muda)
 Daya ingat
a. Jangka panjang : Baik (pasien mengingat nama anakya)
b. Jangka pendek : Baik (pasien mengingat kegiatan yang dilakukan saat pagi
hari)
c. Segera : Baik (pasien mengingat nama dokter muda di akhir
wawancara)
 Pikiran abstrak : Baik (pasien dapat menyebutkan persamaan buah jeruk dengan
bola)
 Visuospasial : Baik (pasien mampu menggambar segi enam dan belah
ketupat yang diinstruksikan oleh dokter muda)
 Kemampuan menolong diri : Baik (pasien bisa makan, mandi, buang air kecil
dan berpakaian sendiri)
Proses Pikir
 Arus pikir
a. Produktifitas : Miskin ide
b. Kontinuitas : Koheren
c. Hendaya bahasa : Tidak ada
 Isi pikir
a. Waham : Ada, waham kejar
b. Preokupasi : Tidak ada
c. Obsesi : Tidak ada
d. Fobia : Tidak ada

Pengendalian Impuls
Baik. saat wawancara, pasien tampak tenang.

Daya Nilai
 Daya nilai sosial : Terganggu
 Uji daya nilai : Terganggu
 Daya nilai realitas : Terganggu

Tilikan
Tilikan I  pasien menyangkal total terhadap penyakitnya.

Reliabilitas
Dapat dipercaya

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Saran:
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Elektrolit

VI. PENEMUAN BERMAKNA


 Anamnesis
- Tidak mau bicara dan tidak mau makan tanpa sebab sejak empat hari SMRS.
- Mondar-mandir di dalam rumah seperti orang kebingungan.
- Melamun, seperti sedang memikirkan sesuatu.
- Berkomat-kamit, tidak jelas yang dikatakan.
- Terkadang tidak tidur.
- Tidak mau keluar rumah.
- Mendengar bisikan, seperti suara laki-laki dan perempuan.
- Melihat bayangan hitam yang mengambil makananannya, dan mengira
perbuatan orang yang berniat jahat.
- Tidak ada pikiran atau pervobaan untuk bunuh diri
- Tidak mau minum obat
- Pada tahun 2009, bercerai dengan istri. Terlihat berbeda, mengurung diri di
rumah, tidak mau bertemu dengan orang lain, tidak mau keluar dari rumah,
sering melamun, bicara sendiri, mendengar bisikan, mengamuk, naik ke atap
rumah dan telanjang. Sudah berobat, keluarga tidak ingat berobat dimana.
Keluarga pasien tidak ingat obat yang didapat.
- Pada tahun 2010-2015, pasien banyak diam, merasa malu untuk bertemu orang
lain, tidak mau keluar rumah, marah jika diajak pergi, tidak bekerja. Sulit
minum obat, pernah membuang obatnya. Tidak mau kontrol, karena merasa
sudah sehat.
- Pada tahun 2016, berobat pertama kali ke RSJSH. Tidak mau bicara, gelisah,
tidak bisa tidur, tidak mau makan, tidak mengamuk, mendengar ada bisikan.
Dirawat inap dan setelah perawatan, pasien tidak mau minum obat dan kontrol.
Minum obat harus dipaksa oleh keluarga.
- Pada tahun 2017, kambuh kembali, banyak diam, bicara sedikit dan harus terus
diajak bicara sampai mau menjawab, tidak mau makan, tidak mengamuk.
Dirawat inap, setelah perawatan pasien kembali tidak mau minum obat.
 Pemeriksaan psikiatri
- Pasien seorang laki-laki, berusia 41 tahun tampak sesuai dengan usianya,
rambut pendek, astenikus. Normoaktif.
- Mood : hipotim
- Afek : menyempit
- Gangguan persepsi : halusinasi auditorik (+)
- Gangguan isi pikir : waham kejar (+)
- Daya nilai realita : terganggu
- Tilikan : derajat I
 Pemeriksaan fisik
- Abdomen : nyeri tekan epigastrium (+), bising usus (+) normal

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I : F25.0 Skizoafektif tipe depresif
Aksis II : Perlu eksplorasi
Aksis III : Dispepsia
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan (kurangnya dukungan keluarga supaya
pasien mau bersosialisasi dengan tetangga dan teman-temannya lagi)
Aksis V : GAF current 40-31 (disabilitas dalam realita dan komunikasi, disabilitas
berat dalam beberapa fungsi)
GAF HLPY 60-51 (gejala sedang (moderate) dan disabilitas sedang)

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Diagnosis aksis I
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis dan termasuk gangguan
kejiwaan, karena ditemukan adanya gangguan pola perilaku dan psikologis yang secara
klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability)
dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa, fungsi pekerjaan dan
sosial.
Diagnosis kerja adalah Gangguan skizoafektif tipe depresif , dikarenakan :
 F0 tersingkir karena berdasarkan anamnesis tidak ada gangguan medik umum.
Pada pemeriksaan fisik saat ini tidak ditemukan kelainan neurologis.
 F1 dapat disingkirkan karena berdasarkan anamnesis tidak ada riwayat penggunaan
zat psikoaktif maupun alkohol.
 F25.0 Skizoafektif tipe depresif, karena:
- Terdapat waham (waham kejar) dan halusinasi (auditorik).
- Terdapat trias depresi yaitu afek depresi, kehilangan minat dan kurang energi.
- Gejala skizofrenia dan gangguan afektif timbul bersamaan.
- Perubahan dalam sikap seperti, bicara yang jarang, penarikan diri dari pergaulan
sosial.
Diagnosis aksis II
Pasien tidak memiliki gangguan retardasi mental, perlu eksplorasi lebih lanjut
untuk menentukan gangguan kepribadian.

Diagnosis aksis III


Pada anamnesis didapatkan keluhan nyeri pada ulu hati dan rasa panas pada
sekitar ulu hati. Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan nyeri tekan epigastrium,
bising usus (+) normal. Sehingga pada aksis III adalah dispepsia. Tidak ada kemaknaan
terhadap gejala psikologis sekarang.

Diagnosis aksis IV
Pemahaman pasien mengenai penyakitnya, kepatuhan minum obat kurang,
keluarga kurang memotivasi pasien, kurangnya dukungan keluarga supaya pasien mau
bersosialisasi kembali.

Diagnosis aksis V
 GAF current : 40-31 (disabilitas dalam realita dan komunikasi, disabilitas
berat dalam beberapa fungsi)
 GAF HLPY : 60-51 (gejala sedang (moderate) dan disabilitas sedang)

X. DIAGNOSIS BANDING
1. F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
2. F20.0 Skizofrenia paranoid

XI. PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan pengobatan
2. Psikofarmaka
 Risperidone tab 2 x 2 mg PO
 Fluoxetine tab 2 x 10 mg PO
 Omeprazole tab 2 x 20 mg PO
 Ranitidin tab 2 x 150 mg PO
3. Psikoterapi
 Memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat sangat penting untuk
mengontrol gejala-gejala penyakitnya.
 Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan pengarahan
kepada keluarga agar tetap memberi dukungan untuk pasien.
 Melibatkan pasien dalam kegiatan latihan keterampilan sosial.
4. Edukasi Keluarga
Keluarga diedukasi mengenai penyakit yang dialami pasien, gejala yang
mungkin muncul, rencana tatalaksana yang diberikan, pilihan obat, efek samping
pengobatan dan prognosis penyakit. Memberikan penjelasan bahwa pasien masih
harus terus berobat karena dengan berhenti minum obat gejala dapat timbul
kembali, pentingnya mengawasi pasien minum obat dan kontrol rutin setelah
pulang dari rumah sakit untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, dan
meningkatkan hubungan pasien dengan anggota keluarga lainnya dan
lingkungannya agar mendapat lebih banyak dukungan.

XII. PROGNOSIS
o Ad vitam : Dubia ad bonam
o Ad functionam : Dubia ad bonam
o Ad sanationam : Dubia ad malam

Faktor yang memperberat:


o Riwayat dirawat sebelumnya
o Menarik diri
o Bercerai
o Kurangnya dukungan keluarga
o Sering kambuh
Faktor yang memperingan:
o Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga
o Riwayat sosial, pekerjaan yang baik sebelum sakit
o Faktor stressor diketahui

Anda mungkin juga menyukai