Pembimbing:
dr. Mardi Susanto, Sp.KJ (K)
dr. Tribowo T. Ginting, Sp.KJ (K)
Disusun oleh:
Sintya Multini Indraputri
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur : 39 tahun
Jenis : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelaut
B. Keadaan Afektif
Mood : Biasa
Afek : Luas
Keserasian : Afek serasi dengan mood pasien
Empati : Pemeriksa dapat merabarasakan perasaan pasien
C. Fungsi Intelektual/Kognitif
1) Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan
Pendidikan sampai tamat SMA. Dari segi kognisi mampu
menyebutkan Kuala Lumpur adalah ibukota Malaysia, mampu
mengartikan konotasi dari keras kepala dan mampu menjawab
perhitungan matematika sederhana.
2) Daya konsentrasi
Daya konsentrasi pasien baik. Pasien mampu menjawabnya
dengan benar soal hitung matematika sederhana serta mampu
mengikuti jalanya proses tanya jawab dengan baik.
3) Orientasi
a. Orientasi waktu
Pasien mengetahui waktu berobat saat itu adalah pagi hari.
b. Orientasi tempat
Pasien mampu menjawab bahwa dirinya berada di rumah sakit
Persahabatan.
c. Orientasi personal
Pasien mampu mengenali bahwa yang sedang berbicara pada
dirinya adalah seorang dokter.
d. Orientasi situasi
Pasien mengetahui bahwa dirinya sedang konsultasi dengan
dokter terkait dengan keluhannya.
4) Daya ingat
Daya ingat segera
Dokter menilai daya ingat pasien dengan meminta
menyebutkan ulang nama binatang sesuai dengan yang
dokter sebut. Dokter menyebut gajah, kerbau, sapi, kuda,
dan kambing. Pasien mampu mengikuti dokter dengan
benar yang menunjukkan bahwa daya ingat segera pasien
baik.
Daya ingat jangka pendek
Pasien ingat bahwa dirinya berangkat ke rumah sakit
menggunakan bajaj, hal ini menunjukkan bahwa daya ingat
jangka pendek pasien baik.
Daya ingat jangka panjang
Pasien mampu menceritakan riwayat pendidikan dari SD
sampai SMA dan ingat bahwa dirinya lulus SMA tahun
1994 yang menunjukkan bahwa daya ingat jangka panjang
pasien baik.
5) Pikiran Abstrak
Pasien mampu mengartikan konotasi dari keras kepala adalah ingin
menang sendiri.
6) Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien mampu melakukan aktifitas keseharian sendiri.
7) Bakat kreatif
Tidak ditanyakan
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi dan Ilusi
a) Halusinasi auditorik : Tidak Ada
b) Halusinasi visual : Tidak Ada
c) Halusinasi olfktorik : Tidak Ada
d) Halusinasi gustatorik : Tidak Ada
e) Halusinasi taktil : Tidak Ada
2. Depersonalisasi dan derealisasi
a. Depersonalisasi: Tidak terdapat depersonalisasi pada pasien ini.
b. Derealisasi: Tidak terdapat derealisasi pada pasien ini.
E. Proses Pikir
a. Arus Pikir
Produktivitas baik, pasien mampu menjawab
pertanyaan dengan spontan.
Kontinuitas baik, koheren.
Tidak terdapat hendaya bahasa.
b. Isi Pikiran
Preokupasi : Tidak ada.
Gangguan Pikiran : Tidak ada.
c. Pengendalian Impuls
Baik, pasien mampu mengendalikan impuls dari dirinya
d. Daya Nilai
Norma Sosial : Kurang baik, pasien cenderung
menghindar untuk berinteraksi dengan orang.
Uji Daya Nilai : Seandainya pasien melihat anak
kecil berada di pinggir kapal. Dokter bertanya apa yang
akan dilakukan pasien. Pasien menjawab bahwa dirinya
akan membawa anak tersebut masuk kedalam karena
bahaya berada di pinggir kapal. Jawaban pasien
menunjukkan bahwa dirinya memiliki daya nilai yang
baik.
Penilaian Realitas : Tidak ada gangguan menilai realita
selama anamnesis berlangsung
e. Persepsi Pemeriksa Tentang Diri dan Kehidupan Pasien
Pasien memiliki keluhan cemas, gelisah dan takut ketika
berada di keramaian. Pasien membutuhkan obat untuk
mengurangi keluhannya tersebut. Pasien juga memiliki keluhan
depresi namun tidak nyata atau samar. Pasien tidak memiliki
gangguan mental organic atau psikosis.
f. Tilikan (Insight)
Tilikan derajat 4, menyadari jika dirinya sakit dan butuh
bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya.
g. Taraf Dapat Dipercaya
Pemeriksa mendapatkan kesan bahwa jawaban pasien saat
anamnesis dapat dipercaya karena konsistensi jawaban dari
pasien
1. Diagnosis Aksis I
a. Berdasarkan anamnesis tidak terdapat penyakit atau gangguan fisik yang
menyebabkan terjadinya disfungsi otak. Hal ini dinilai dari kesadaran,
daya konsentrasi, kognisi dan orientasi. Sehingga pasien bukan penderita
gangguan mental organik (F.0).
b. Pasien memiliki riwayat penggunaan ekstasi selama puluhan tahun
dengan dosis yang semakin lama semakin tinggi. Pasien juga memiliki
riwayat penggunaan alkohol. Namun, sudah dua tahun pasien tidak
konsumsi lagi ekstasi dan tidak minum alkohol, maka dilihat dari
waktunya pasien bukan penderita gangguan mental dan perilaku
akibat zat psikoaktif atau alkohol (F.1).
c. Pasien tidak memiliki gangguan persepsi seperti waham atau halusinasi
atau gangguan dalam menilai realita sehingga pasien bukan penderita
gangguan psikotik (F.2)
d. Pasien memiliki gambaran depresi seperti hilang minat dan tidak
memilik energi untuk beraktivitas, namun gambaran depresi tidak nyata
atau samar sehingga diagnosis depresi tidak kuat. Pada pasien tidak
terdapat elevasi afek, peningkatan aktivitas mental dan psikomotor, maka
pasien bukan penderita manik. Karena gambaran depresi yang tidak
nyata dan tidak ada gejala manik sehingga pasien bukan penderita
gangguan suasana dan perasaan (F.3).
e. Pasien memiliki gejala psikologis yaitu rasa cemas berlebih, ketegangan
motorik seperti gelisah dan bingung ketika berada di tempat umum namun
tidak diikuti rasa panik sehingga pasien termasuk penderita gangguan
neurotik, gangguan somatoform dan gangguan terkait stress (F.40).
Karena pasien fobia ketika berada di keramaian maka pasien termasuk
penderita agoraphobia tanpa gangguan panik (F40.00).
2. Diagnosia Aksis II
Pasien memiliki riwayat pendidikan yang baik dari SD, SMP dan
SMA. Pasien mengaku tidak memiliki masalah dalam pergaulannya saat
itu, pasien juga memiliki banyak teman dan mudah bergaul. Hal ini
menunjukkan bahwa bahwa pasien memiliki hubungan sosial yang
cukup baik dan memperlihatkan tidak adanya gangguan kepribadian.
Riwayat pendidikan sampai tamat SMA. Dari segi kognisi mampu
menyebutkan ibukota Malaysia adalah Kuala Lumpur, mampu
mengartikan konotasi keras kepala dan mampu menjawab perhitungan
matematika sederhana, hal ini menunjukkan bahwa pasien memiliki fungsi
kognitif yang baik maka pasien tidak memiliki retardasi mental. Karena
tidak ada gangguan kepribadian dan retardasi mental, maka aksis II
tidak ada diagnosis.
4. Diagnosis Aksis IV
Berdasarkan anamnesis, pasien sudah menikah sejak tahun 2004
dan memiliki seorang anak. Pasien mengatakan bahwa dirinya juga
memiliki istri muda yang terus meneror dirinya untuk meminta
dinafkahi. Pasien menganggur selama tiga tahun. Hubungan dengan
keluarga pasien kurang baik karena keluarga menganggap pasien
hanya bermalas-malasan dan keluhan pasien bukan merupakan suatu
penyakit dan pasien juga cenderung menghidari interaksi dengan
orang di lingkungan sekitar sehingga aksis IV didapatkan bahwa
pasien memiliki masalah dalam keluarga dan lingkungan sosial.
5. Diagnosis Aksis V
Pasien memiliki gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam fungsi sehingga pada aksis V didapatkan GAF scale
80-71
IX. PROGNOSIS
a. Prognosis ke arah baik
o Pasien patuh minum obat
o Respon terapi baik
o Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (genetik) tidak ada
o Memiliki motivasi untuk sembuh
b. Prognosis ke arah buruk
o Pasien cemas berada di keramaian jika tidak minum obat
o Penyakit sudah berjalan 3 tahun
o Tidak ada support dari keluarga
Berdasarkan data-data diatas dapat disimpulkan prognosis pasien
adalah:
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
X. TERAPI
Psikofarmaka
Alprazolam ½ mg dua kali dalam satu hari
Amytriptyline 25 mg satu kali satu hari
Psikoterapi
Hipnoterapi dengan sugesti tidak perlu takut di tempat umum, serta
memiliki semangat dan motivasi hidup.
Menyarankan pasien agar sharing dengan orang lain masalah yang
dihadapinya
Jika sedang cemas maka buat agar menjadi rilex
Terapi perilaku
DAFTAR PUSTAKA
a. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri. FK UI. Jakarta. 2014.
b. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan
Kedua. Jakarta. 2013.
c. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Cetakan
Keempat. Jakarta. 2014.