Anda di halaman 1dari 15

CASE REPORT

Drug Induced Psychotic

Disusun oleh :
Mochamad Ikhsan Ashari
1161050077

Pembimbing:
dr. Gerald Mario Semen, Sp.KJ (K), SH
dr. Herny Taruli Tambunan, M.Ked(KJ), Sp.KJ
dr. Imelda Wijaya, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA
PERIODE 27 AGUSTUS – 28 SEPTEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, Case Report ini yang berjudul Drug Induced Psychotic dapat terselesaikan.
Case Report ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan stase Kepaniteraan
Ilmu Kedokteran Jiwa pada Program Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia.
Penulis menyadari bahwa Case Report ini dapat terselesaikan atas bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Gerald Mario Semen, Sp.KJ. (K), S.H. selaku dokter pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan dalam mengikuti kepaniteraan ilmu
kedokteran jiwa
2. dr. Herny Taruli Tambunan, M.Ked.(KJ), Sp.KJ. selaku dokter pembimbing yang telah
menyediakan waktu dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan referat
ini.
3. dr. Imelda Wijaya, Sp.KJ. selaku dokter pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan ilmu pengetahuan dalam mengikuti kepaniteraan ilmu kedokteran jiwa.
4. Para staf, seluruh karyawan, dan perawat yang telah banyak membantu dan banyak
memberikan saran-saran yang berguna bagi penulis dalam menjalani kepaniteraan di
Rumah Sakit Ketergantungan Obat
5. Orang tua, keluarga terdekat dan teman sejawat yang telah memberikan doa dan
semangatnya kepada penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga referat ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Jakarta, September 2018

Penulis

1
Nomor Rekam Medis : 04.57.60
Nama Pasien : Tn. P
Nama Dokter yang Merawat : dr. Herny Taruli Tambunan, M.Ked(KJ), Sp.KJ
Nama Dokter Muda : Mochamad Ikhsan Ashari
Masuk RS pada Tanggal : 29 Agustus 2018
Rujukan / datang sendiri / keluarga : Datang dibawa oleh Kepolisian dan BNN
I. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. P
 Tempat, Tanggal Lahir : Ngawi, 17 Juli 1977
 Umur : 41 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Suku Bangsa : Jawa
 Agama : Islam
 Pendidikan Terakhir : SMA
 Pekerjaan : Polisi
 Status Perkawinan : Menikah
 Alamat : Jl. Anggrek Raya RT 03/ RW 11 No.153
Kel. Pengasinan, Kec. Sawangan, Kab. Depok
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Autoanamnesis : 31 Agustus 2018, pukul 13.00 WIB (Bangsal Detoks)
04 September 2018, pukul 15.30 WIB (Bangsal Detoks)
17 September 2018, pukul 10.30 WIB (Bangsal Rehabilitasi)

Alloanamnesis :-

A. Keluhan Utama
Dibawa ke Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta oleh tim BNN dan
Kepolisian atas penyalahgunaan shabu.
B. Riwayat Gangguan Sekarang

2
Pasien seorang laki-laki berusia 41 tahun sedang dirawat di bangsal
detoksifikasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta sejak tanggal
29 Agustus 2018. Saat ini pasien mengaku tidak ada keluhan apa-apa.
Sebelumnya pada tanggal 27 Agustus 2018, pasien tertangkap tangan oleh polisi
menggunakan sabu bersama seseorang yang diakuinya adalah sebagai informan
yang dia percaya dalam tugas yang sedang dia lakukan untuk menangkap bandar
narkoba yang sedang dia targetkan.
Pasien mengatakan ketika sedang menggunakan shabu bersama rekan
informannya hanya semata-mata untuk bisa membaur bersama kawanan-kawanan
pemakai agar dapat memperoleh informasi tentang bandar narkoba yang sedang
ia kejar, serta selain itu bukan hanya untuk memperoleh informasi saja, akan
tetapi pasien mengatakan menggunakan shabu saat itu dikarenakan situasi kondisi
kehidupan dengan istrinya yang sedang kurang baik, yang akhirnya
mengakibatkan dia memutuskan untuk menggunakan shabu tersebut.
Pasien mengaku sebelumnya pernah menggunakan shabu sekira 3 tahun
yang lalu, dan hanya mengaku hanya memakai sekali saja hanya untuk
mendapatkan rasa tenang dan lepas dari masalah yang dihadapinya dengan istri.
Shabu tersebut diakui pasien diperoleh dari teman-teman yang masih dalam ruang
lingkup lingkungan kerja pasien. Pasien menggunakan shabu tersebut dengan cara
dibakar lalu dihirup melalui hidung.
Istri pasien bekerja sebagai perawat di salah satu Rumah Sakit swasta di
Jakarta. Permasalahan dengan istri sudah diakui pasien ada sekira 3 tahun yang
lalu sebelum pasien menggunakan shabu. Permasalahan pasien bersama istri
semakin memburuk dan sudah berada diujung perceraian, akan tetapi pasien
merasakan sulit untuk berpisah bersama istri. Pasien juga mengatakan dampak
dari hubungan yang kurang baik antara dia dan istrinya, sang istri menyadap
aplikasi berbasis pesan singkat WhatsApp miliknya, dan mengatakan bahwa
penangkapannya saat ini oleh polisi dan BNN ada hubungan nya dengan sang istri
yang menyadap semua pesan-pesan singkat miliknya di aplikasi WhatsApp.
Pasien terakhir kali menggunakan shabu pada awal bulan Desember 2017.

3
C. Riwayat Penyakit Terdahulu
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien mengatakan istrinya menyadap seluruh pesan singkatnya yang
ada didalam aplikasi WhatsApp.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi, riwayat sakit hingga
dirawat di rumah sakit disangkal.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Sebelum mengkonsumsi shabu pada tahun 2015, pasien mengaku
tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang lain.
Pasien merupakan perokok aktif sejak 25 tahun yang lalu. Awalnya
pasien menghabiskan setengah bungkus dalam sehari, namun lama-kelamaan
bertambah menjadi satu bungkus dalam sehari. Saat ini, pasien hanya
mengkosumsi 3 batang rokok perhari karena dibatasi selama masa perawatan.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Perkembangan Fisik
Pasien tidak pernah mengalami masalah dalam pertumbuhan dan
perkembangan.
2. Riwayat Perkembangan Pribadi
a. Masa kanak-kanak : Pasien memiliki sifat sedikit pemalu namun masih
tergolong baik dalam proses tumbuh kembang, senang bermain dengan
teman seusianya, tingkah laku normal sesuai dengan usianya.
b. Masa remaja : Pasien saat remaja mudah bergaul dan tidak pernah
bermasalah dengan teman-temanya.
c. Masa dewasa : Pasien termasuk orang yang ramah dan senang bergaul
dengan teman-temannya. Namun, sejak pasien menggunakan shabu, 3
tahun belakangan ini pasien menjadi mudah marah.
3. Riwayat Pendidikan

4
Pendidikan terakhir pasien adalah SMA dan ditempuh hingga tamat
lalu melanjutkan ke Pendidikan Kepolisian. Selama pasien menjalani masa
pedidikan, semuanya diselesaikan tepat waktu dan tidak pernah ada masalah.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai Polisi di Kepolisian.
5. Kehidupan Beragama
Pasien mengaku sudah jarang beribadah di rumah, namun tetap
menjalankan shalat jumat, dan mengikuti ibadah-ibadah hari besar.
6. Riwayat Psikoseksual dan Perkawinan
Pasien masih ada ikatan pernikahan dengan istri, setahun setelah
menikah pasien mulai ada perselisihan dengan istri dan memburuk di tahun
2015 dan semakin memburuk di tahun 2018, pernikahan dengan istri sudah
berada diujung perceraian.
Pasien juga mengaku memiliki riwayat sex bebas dengan 4 orang
perempuan, hubungan sex terakhir dengan perempuan yang diakui nya
sebagai pacar 5 tahun yang lalu.
E. Riwayat Keluarga
Pohon Keluarga

Keterangan :

Laki-laki Pasien

Perempuan

5
Pasien adalah anak ke-lima dari lima bersaudara. Pasien masih menikah
dengan istri dan memiliki 3 orang anak.

F. Situasi Kehidupan Sosial Sekarang


Pasien tinggal di rumah dengan anak dan istrinya. Sebagian besar waktu
pasien lebih sering sendiri di luar, karena bekerja dari pagi hingga malam. Saat
kesepian, pasien biasanya pergi menemui teman-temannya atau bertemu dengan
teman perempuannya dan pacarnya. Untuk kehidupan sehari-hari pasien
menafkahi keluarga.

III. STATUS MENTAL


Didapatkan dari autoanamnesis pada tanggal 31 Agustus 2018, pukul 13.00
WIB di Bangsal Detoksifikasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat.
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki berusia 41 tahun dengan penampilan fisik sesuai
usianya. Pada saat wawancara pasien memakai kaos berwarna biru tua dan
celana pendek berwarna coklat. Kebersihan diri dan kerapihan baik. Ekspresi
wajah pasien terlihat tenang.
2. Kesadaran
 Kesadaran Neurologis : Composmentis
 Kesadaran Psikiatrik : Tampak tidak terganggu
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
 Sebelum Wawancara : Pasien tenang
 Selama Wawancara : Pasien kooperatif dalam menjawab
pertanyaan yang diajukan serta memberikan kontak mata
 Sesudah Wawancara : Pasien dapat diajak bersalaman dan ekspresi
pasien tersenyum dengan ramah
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
a. Cara Berbicara

6
Pasien kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan.
Pasien berbicara dengan baik, lancar dan runtut.
b. Gangguan Berbicara
Tidak terdapat gangguan bicara.
B. Alam Perasaan
1. Mood : Eutim
2. Afek
 Arus : Normal
 Stabilitas : Stabil
 Kedalaman : Dalam
 Keserasian : Serasi
 Pengendalian Impuls : Terkendali
 Ekspresi : Sesuai
 Dramatisasi : Tidak ada
C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
D. Sensorium dan Kognitif (Fungsi Intelektual)
1. Taraf Pendidikan : SMA
2. Pengetahuan Umum : Cukup
3. Kecerdasan : Cukup
4. Konsentrasi : Cukup
5. Perhatian : Cukup
6. Daya Orentasi Waktu : Baik
Daya Orentasi Tempat : Baik
Daya Orentasi Personal : Baik
7. Daya Ingat Jangka Panjang : Baik
Daya Ingat Jangka Pendek : Baik

7
Daya Ingat Sesaat : Baik
8. Pikiran Abstrak : Baik
9. Visuospasial : Baik
10. Bakat Kreatif : Bermain alat musik
11. Kemampuan Menolong Diri : Baik (mandi, makan, aktivitas lainnya dapat
dilakukan sendiri).
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : Pasien menjawab sesuai pertanyaan
b. Kontinuitas Pikir : Koheren
c. Hendaya Berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir : Waham rujuk
F. Pengendalian Impuls
Terkendali, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang.
G. Daya Nilai : Baik
H. RTA : Terganggu
I. Tilikan : Derajat 3
J. Reabilitas : Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Internus
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tekanan Darah : 147/84mmHg
4. Nadi : 71x/menit
5. Suhu : 36,5° C
6. Frekuensi Pernafasan : 18 x/menit
7. Bentuk Tubuh
 Kepala : Normocephali
 Mata : Dalam Batas Normal

8
 Mulut : Dalam Batas Normal
 Leher : Dalam Batas Normal
 Thoraks : Dalam Batas Normal
 Abdomen : Dalam Batas Normal
 Ekstremitas : Dalam Batas Normal
8. Sistem Kardiovaskular : Dalam Batas Normal
9. Sistem Respirasi : Dalam Batas Normal
10. Sistem Gastrointestinal : Daam Batas Normal
11. Sistem Musculoskeletal : Dalam Batas Normal
12. Sistem Urogenital : Dalam Batas Normal
B. Status Neurologis
a. Saraf Kranial (I-XIII) : Tidak Dilakukan
b. Gejala Rangsang Meningeal : Tidak Dilakukan
c. Mata : Tidak Dilakukan
d. Pupil : Tidak Dilakukan
e. Ofthalmoscopy : Tidak Dilakukan
f. Motorik : Tidak Dilakukan
g. Sensibilitas : Tidak Dilakukan
h. Sistem Saraf Vegetatif : Tidak Dilakukan
i. Fungsi Luhur : Tidak Dilakukan
j. Gangguan Khusus : Tidak Ada

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Test Urin 29 Agustus 2018 (RSKO Jakarta)

Benzodiazepine Negatif
Cannabis Negatif
Amphetamine Negatif
Alkohol Negatif

9
Meth-Amphetamine Negatif

b. Rontgen Foto Thorax


29 Agustus 2018 (RSKO Jakarta) : Tidak tampak kelainan

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien seorang laki-laki berusia 41 tahun sedang dirawat di bangsal
detoksifikasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta sejak tanggal
29 Agustus 2018. Saat ini pasien mengaku tidak ada keluhan apa-apa.
Sebelumnya pada tanggal 27 Agustus 2018, pasien tertangkap tangan oleh polisi
menggunakan sabu bersama seseorang yang diakuinya adalah sebagai informan
yang dia percaya dalam tugas yang sedang dia lakukan untuk menangkap bandar
narkoba yang sedang dia targetkan.
Pasien mengatakan ketika sedang menggunakan shabu bersama rekan
informannya hanya semata-mata untuk bisa membaur bersama kawanan-kawanan
pemakai agar dapat memperoleh informasi tentang bandar narkoba yang sedang
ia kejar, serta selain itu bukan hanya untuk memperoleh informasi saja, akan
tetapi pasien mengatakan menggunakan shabu saat itu dikarenakan situasi kondisi
kehidupan dengan istrinya yang sedang kurang baik, yang akhirnya
mengakibatkan dia memutuskan untuk menggunakan shabu tersebut.
Pasien mengaku sebelumnya pernah menggunakan shabu sekira 3 tahun
yang lalu, dan hanya mengaku hanya memakai sekali saja hanya untuk
mendapatkan rasa tenang dan lepas dari masalah yang dihadapinya dengan istri.
Shabu tersebut diakui pasien diperoleh dari teman-teman yang masih dalam ruang
lingkup lingkungan kerja pasien. Pasien menggunakan shabu tersebut dengan cara
dibakar lalu dihirup melalui hidung.
Istri pasien bekerja sebagai perawat di salah satu Rumah Sakit swasta di
Jakarta. Permasalahan dengan istri sudah diakui pasien ada sekira 3 tahun yang
lalu sebelum pasien menggunakan shabu. Permasalahan pasien bersama istri
semakin memburuk dan sudah berada diujung perceraian, akan tetapi pasien

10
merasakan sulit untuk berpisah bersama istri. Pasien juga mengatakan dampak
dari hubungan yang kurang baik antara dia dan istrinya, sang istri menyadap
aplikasi berbasis pesan singkat WhatsApp miliknya, dan mengatakan bahwa
penangkapannya saat ini oleh polisi dan BNN ada hubungan nya dengan sang istri
yang menyadap semua pesan-pesan singkat miliknya di aplikasi WhatsApp.
Pasien terakhir kali menggunakan shabu pada awal bulan Desember 2017.
Pasien tinggal di rumah dengan anak dan istrinya. Sebagian besar waktu
pasien lebih sering sendiri di luar, karena bekerja dari pagi hingga malam. Saat
kesepian, pasien biasanya pergi menemui teman-temannya atau bertemu dengan
teman perempuannya dan pacarnya. Untuk kehidupan sehari-hari pasien
menafkahi keluarga.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan: mood eutimia, afek serasi,
ekspresi terlihat sesuai, impuls terkendali, halusinasi tidak ada, waham rujuk, tilikan
derajat 3.
Pada pemeriksaan status generalis didapatkan tanda-tanda vital dan
pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium urin tampak
zat-zat yang diperiksa negatif. Pada pemeriksaan rontgen foto thorax didapatkan
kesan tidak tampak kelainan.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Aksis I : Gangguan Klinis dan Kondisi Lain Yang Menjadi
Fokus Prhatian Klinis
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Stimulansia Lain
Termasuk Kafein (F15) + Gangguan Waham (F22)
Aksis II : Gangguan Kepribadian atau Retardasi Mental
Pasien tidak memiliki gangguan kepribadian dan retardasi mental.
Aksis III : Kondisi Medik Umum
Tidak ada (non)

11
Aksis IV : Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial : Teman-teman lingkungan kerja
pasien banyak yang mengkonsumsi shabu, terjadi perselisihan dengan istri.
Aksis V : Global Assessment of Functioning (GAF)
GAF Scale : 80-71 = gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
sosial, pekerjaan, sekolah, dll.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Stimulansia Lain


Termasuk Kafein (F15) + Ganagguan waham (F22)
Aksis II : Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Teman-teman lingkungan kerja pasien banyak yang mengkonsumsi


shabu dan terjadi perselisihan dengan istri.

Aksis V : 80-71 = gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
sosial, pekerjaan, sekolah, dll.

IX. PROGNOSIS
1. Faktor yang mempengaruhi prognosis :
a. Faktor yang mendukung prognosis baik :
- Pasien memiliki kemauan untuk berhenti mengkonsumsi shabu
b. Faktor yang mendukung prognosis buruk :
- Merupakan faktor dari keluarga pasien, istri pasien berselisih dengan
pasien
- Merupakan faktor dari teman-teman pasien yang masih menggunakan
shabu, cenderung untuk menjadi kronik dan kambuh.
2. Kesimpulan prognosis :
Ad vitam : dubia ad bonam

12
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : dubia
X. DAFTAR PROBLEM
 Organobiologi
 Tidak ada
 Psikiatri / Psikologi:
 Mudah marah
 Waham Rujuk
 Sosial / Keluarga
 Perselisihan dengan istri
 Teman-teman pasien yang masih menggunakan shabu

XI. TERAPI
1. Farmakoterapi
- Piracetam 1x40gr
- Clozapine 1x25gr
2. Psikoterapi
 Memotivasi pasien untuk tidak menggunakan shabu lagi
 Memberikan kesempatan bagi pasien untuk menceritakan mengenai keluhan-
keluhan ataupun masalahnya dan meyakinkan pasien bahwa shabu bukanlah
jalan keluar bagi permasalahannya
 Menjauhkan diri dari teman, tempat, benda dan hal lain yang dapat
menimbulkan keinginan menggunakan zat psikoaktif kembali
3. Sosioterapi
 Menganjurkan pasien untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti
olahraga, mengikuti kegiatan sosial, dsb
4. Terapi Keluarga
 Memberikan pemahaman kepada keluarga pasien mengenai apa yang terjadi
kepada pasien

13
 Memberikan pengertian kepada keluarga mengenai pentingnya perhatian
yang cukup dan perawatan yang baik untuk pasien

LAPORAN FOLLOW UP PASIEN

1. 31 Agustus 2018 (13.00 WIB)


S : Pasien tidak ada keluhan
O : Mood Eutimia, afek serasi, ekspresi tenang, tidur cukup, nafsu makan baik
A : Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Stimulansia Lain Termasuk
Kafein (F15) + Gangguan Waham (F22)
P : Psikoterapi dan sosioterapi
2. 04 September 2018 (15.30 WIB)
S : Pasien tidak ada keluhan
O : Mood Eutimia, afek serasi, ekspresi tenang, tidur cukup, nafsu makan baik
A : Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Stimulansia Lain Termasuk
Kafein (F15) + Gangguan Waham (F22)
P : Psikoterapi dan sosioterapi
3. 17 September 2018 (11.20 WIB)
S : Pasien tidak ada keluhan dan sudah tidak pernah mendengar suara-suara
O : Mood Eutimia, afek serasi, ekspresi tenang, tidur cukup, nafsu makan baik
A : Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Stimulansia Lain Termasuk
Kafein (F15) + Gangguan Waham
P : Psikoterapi dan sosioterapi

14

Anda mungkin juga menyukai