Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

BENDA ASING PADA KONJUNKTIVA

DISUSUN OLEH:
Abioso Wicaksono (01073170003)

PEMBIMBING :
dr. Werlinson Tobing Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT SILOAM KARAWACI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN 2019

BAB I
Pendahuluan

Corpus alienum atau benda asing dalam istilah medis merupakan salah satu
penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva.
Trauma mata adalah cidera mata yang dapat mengakibatkan kelainan mata.

Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat


serius . Apabila suatu korpus alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi
reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan terjadi
iridocylitis serta panophthmitis. Sebab itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut
dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.

Beratnya kerusakan pada organ – organ di dalam bola mata tergantung dari
besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi dan
jenis bendanya sendiri. Bila ini berada pada segmen anterior dari bola mata, hal ini
tidak sebahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat di dalam segmen
posterior.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi :
Benda asing pada konjunktiva adalah golongan spesifik dari benda asing pada
mata. Benda asing pada mata sendiri dapat dibagi menjadi:
 Benda asing ekstraokuler: Palpebra, sklera, konjunktiva dan kornea
 Benda asing intraokuler: Segmen anterior, iris, lensa, vitreous, retina dan intraorbital
Yang biasanya terdapat pada benda asing ekstraokuler berupa debu, pasir,
partikel besi, bulu mata, kayu dan sayap dari serangga

2.2 Epidemiologi :

Extraocular foreign bodies (EOFB) atau tertinggalnya benda asing dalam


ruang intraokular melibatkan 41% dari cedera open-globe. Benda asing tersebut dapat berupa
substansi apapun, kebanyakan adalah logam, oleh karena kebanyakan pasien mengalami cedera
saat bekerja dengan martil dimana 80% kasus diantaranya adalah disebabkan logam. Di
Amerika, EOFB merupakan penyebab paling sering kedaruratan ophtalmologi, yaitu 3% dari
seluruh pasien yang datang ke unit gawat darurat. Faktor resiko termasuk jenis kelamin laki-
laki, tidak memakai alat proteksi mata saat bekerja, dan bekerja dalam perusahaan logam.
Umur rata-rata pasien adalah 33 tahun. Benda asing tersebut sering masuk ke dalam kornea
dan hampir 65% kasus EOFB melibatkan segmen posterior.

2.3 Etiologi :

Trauma mata dapat terjadi secara mekanis dan non mekanik

 Mekanik, meliputi :

o Trauma oleh benda tumpul, seperti:

2
 Terkena tonjokan tangan

 Terkena lemparan batu

 Terkena lemparan bola

 Terkena jepretan ketapel, dan lain-lain

 Trauma oleh benda tajam, seperti:

o Terkena pecahan kaca

o Terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu

o Terkena kail, lempengan alumunium, seng, alat mesin tenun.

 Trauma oleh benda asing, seperti:

o Pasir

o Tanah

Gangguan-gangguna trauma pada mata

1. Trauma mata karena benda tajam

 Plasits

 Gangguan pergerakan bola mata

 Ketajaman penglihatan buruk

 Perdarahan didalam bola mata

 Lensa yang pecah

 Rusaknya susunan jaringan bola mata

 Terlihat bintik mata yan dangkal karena perforasi kornea

 Bentuk pupil yang lonjong / terjadi perubahan bentuk pupil akibat

perlengkapan iris dengan bbir luka kornea

2. Trauma mata oleh benda asing

 Mata terasa mengganjal dan ngeres

 Mendadak merasa tidak enak jika mengedikan mata

3
 Bila tertanam dalam kornea nyeri sangat hebat

 Fototobia

 Gangguan gerak bola mata dan lain-lain

2.4 Anatomi Konjunktiva :

Konjungtiva mata memberikan perlindungan dan pelumasan mata oleh


produksi mukosa dan air mata. Ini mencegah masuknya mikroba ke dalam mata dan
berperan dalam pengawasan kekebalan tubuh. Ini melapisi bagian dalam kelopak mata
dan memberikan penutup pada sklera. Ini sangat vaskularisasi dan rumah bagi
pembuluh limfatik yang luas.

Konjungtiva dapat dibagi menjadi tiga wilayah: konjungtiva palpebral atau


tarsal, konjungtiva bulbar atau okular, dan forniks konjungtiva. Konjungtiva palpebral
selanjutnya dibagi menjadi daerah marginal, tarsal, dan orbital. Konjungtiva bulbar
dibagi menjadi bagian scleral dan limbal. Akhirnya, forniks konjungtiva dibagi menjadi
daerah superior, inferior, lateral, dan medial. Konjungtiva palpebra melapisi kelopak
mata. Konjungtiva bulbar ditemukan pada bola mata di atas sklera anterior. Kapsul
Tenon mengikatnya ke sklera yang mendasarinya. Konjungtiva ini memiliki ketebalan
rata-rata 33 mikron. Terakhir, konjungtiva fornices membentuk persimpangan antara
konjungtiva palpebral dan bulbar. Penutup pelindung ini longgar dan fleksibel, tidak
seperti padanan bulbarnya, memungkinkan pergerakan bola mata dan dunia.

Konjungtiva mata terdiri dari lapisan epitel yang terdiri dari epitel skuamosa
bertingkat dan bertingkat. Ini non-keratin dengan sel piala diselingi. Ada juga terdapat
dalam pembuluh darah lapisan epitel ini, jaringan fibrosa, saluran limfatik, melanosit,
limfosit sel T dan B, sel Langerhans, dan kelenjar lakrimal tambahan. Lapisan yang
lebih dalam, substantia propria atau submukosa konjungtiva, terdiri dari limfoid
superfisial dan jaringan fibrosa. Substansi propria adalah lapisan jaringan yang hanya
ada di konjungtiva, tetapi tidak di jaringan mata lainnya. Sejumlah limfosit, sel mast,
sel plasma, dan neutrofil hadir dalam lapisan jaringan ikat ini. Akhirnya, lapisan fibrosa
yang paling dalam berisi saraf dan pembuluh darah yang menyediakan persarafan dan

4
suplai darah ke konjungtiva. Juga terletak di dalam lapisan yang dalam ini adalah
kelenjar Krause.

Epitel konjungtiva memiliki ketebalan 3 hingga 5 lapisan sel. Sel-sel basal epitel
berbentuk kuboid dan menjadi lebih rata saat mendekati permukaan.

Di daerah yang paling dekat dengan fornix (culdesac), konjungtiva memiliki


jumlah sel goblet terbesar. Kelenjar lendir uniseluler ini sering terjadi pada konjungtiva
inferior dan medial dan dekat kantus medial. Jauh dari fornix, jumlah sel piala
berkurang. Selain itu, fornix memiliki sejumlah besar limfosit, yang sebagian besar
merupakan sel T penekan. Ada bercak sel kekebalan seperti limfosit T dan B yang
membentuk jaringan limfoid terkait konjungtiva.

Konjungtiva mencakup bagian anterior, non-kornea bola dunia, serta fornices


dan palpebrae. Epitel konjungtiva memiliki beberapa fungsi. Selain menjadi
penghalang fisik, sel piala konjungtiva mensekresi musin, yang membentuk bagian dari
lapisan air mata mata. Hal ini memungkinkan permukaan mata untuk mempertahankan
lapisan kelembabannya yang sehat. Konjungtiva juga memiliki beberapa sel imun yang
membantu pertahanan permukaan mata

Gambar 1: Anatomi dari mata secara umum


http://www.centralsydneyeye.com.au/eye-anatomy/

5
Gambar 2: Anatomi dari konjunktiva
http://www.centralsydneyeye.com.au/eye-anatomy/

2.5 Patofisiologi :

Mechanical effect

Ketika benda asing tertanam pada kornea, terjadi rasa nyeri yang tajam dan serta

membakar, diikuti dengan pengeluaran refleks air mata dan kebutaan sesaat, lalu

kelopak matanya menutup dengan blepharospasm. Pasien menggosok mata dengan

keras yang menyebabkan benda asingnya dapat menanam dengan aman ke kedalaman

kornea, sedangkan jika dibiarkan sendiri, benda asing mungkin telah keluar dengan

aman karena sudah dicuci ke dalam cul-de-sac konjungtiva. Gejala-gejala ini menonjol

terutama di bagian atas dan tengah kornea. Jika benda asing itu sentral, penurunan

penglihatan bisa terjadi; tidak hanya disebabkan oleh lakrimasi tetapi juga dengan

menciptakan kekaburan optik karena ketidakteraturan permukaan kornea dan edema

dan lipatan kornea.

Jika bahan asing bersifat inert secara kimiawi (batu bara, gelas dll.), Itu adalah

biasanya tergabung dalam jaringan kornea di mana, itu tertanam secara permanen. Jika

6
iritasi dan memicu reaksi kimia dalam jaringan (besi, tembaga dll.), Infiltrasi inflamasi

biasanya muncul sebagai cincin abu-abu. Situs ini ditandai oleh opacity permanen,

ketika epitel saja dihilangkan.

Dalam konjungtiva, partikel berpasir tajam pada permukaan bagian dalam

kelopak atas, terutama yang terletak di lipatan subtarsal, terus menerus mengikis kornea

selama berkedip.

Dalam sklera impaksi benda asing jarang terjadi. Mereka biasanya ditemukan

di aperture palpebral karena di tempat lain kelopak memberikan perlindungan yang

memadai.

Jenis Benda Asing pada Mata

 Benda non-organik

Terbagi menjadi benda logam magnit dan bukan magnit

Contoh : emas, perak, timah hitam, seng, nikel, aluminium, tembaga, besi.

 Benda organik

Contoh : batu, kaca, porselin, karbon, bahan pakaian dan bulu mata.

2.6 Diagonsis :

1. Anamnesis:

Pada anamnesis gejala-gejala yang paling sering ditemui pada pasien dengan

benda asing pada konjunktiva adalah Foreign Body Sensation atau merasa ada yang

mengganjal pada matanya, lalu diikuti oleh pengeluaran air mata yang berlebihan

dan terdapat riwayat adanya trauma pada mata.

Saat anamnesis dapat ditanyakan kepada pasien mengenai mekanisme terjadinya

ada benda asing yang dapat masuk ke matanya yang mencakup:

7
 Apakah pasien mengetahui benda apa yang masuk ke matanya, untuk

membedakan apakah benda yang masuk ke mata pasien berupa organic atau

non-organik

 Mekanisme/Cara benda asing tersebut dapat masuk ke mata pasien, untuk

mengetahui apakah dapat terjadi trauma pada bola mata yang bersifat

penetrating atau tidak

o Kecepatan masuk ke mata

o Aktivitas apa yang sedang dikerjakan saat benda asingnya masuk dan

apakah saat melakukan aktivitas tersebut menggunakan alat pelindung

untuk mata atau tidak

2. Pemeriksaan Fisik:

Pemeriksaan fisik dimulai dari penilaian dari visus pasien, dikarenakan jika visus

pasien menurun dapat mengarah ke sebuah trauma bola mata yang penetrating sehingga

tatalaksananya beda dengan pasien yang tidak mengalami trauma tersebut. Saat

pemeriksaan fisik terkadang dapat digunnakan anesthesia topikal untuk mengatasi

blefarospasme dan nyeri.

Dilanjutkan dengan pemeriksaan dengan slit lamp, dalam pemeriksaan ini dapat

ditemukan:

 Lokasi dari corpus alienumnya dan menilai kedalaman dari penetrasinya

 Menyingkirkan apakah terjadinya sebuah laserasi self-sealing

 Menilai apakah terjadi robekan pada iris, defek transiluminasi, defek opsitas

pada dan pendangkalan segmen anterior

 Jika tidak ada bukti adanya perforasi, dilanjutkan dengan eversi kelopak yang

dapat menggukan speckulum Desmarres dan inspeksi pada fornix jika terdapat

adanya benda asing disitu.

8
Dapat dilakukan dilatasi pada mata dengan obat sikloplegik seperti Tropicamide

1% (Mydriacil, Tropicacyl) sebanyak 1-2 tetes untuk memeriksa segmen posterior jika

ada kecurigaan adanya Benda Asing Intraokuler.

3. Pemeriksaan Penunjang:

Dapat dipertimbangkan B-scan ultrasonography (UBM) atau ct scan untuk

menyingkirkan adanya benda asing intraokuler atau intraorbital

2.7 Tatalaksana :

Tatalaksana dari benda asing pada konjunktiva adalah mengeluarkan benda


asing tersebut dengan cara:
1. Berikan 1-2 tetes anestesi topikal seperti Pantocaine atau Amethocaine 1%
2. Posisikan pasien didepan slit lamp
3. Slit lamp difokuskan
4. Selanjutnya:
a. Jika terdapat benda asing yang mulitpel atau longgar diirigasi dengan cairan
saline
b. Jika tidak dapat dilakukan dapat menggunakan aplikator yang berupa cotton
bud yang diberikan anestesi topikal untuk mengeluarkannya dengan
mengusapnya pada fornises konjunktiva
c. Jika terdapat adanya laserasi pada konjunktiva yang lebih dari 1.5 cm, dapat
di jahit dengan benang 8-0 polyglactin 910 (Vicryl).
5. Setelah benda asing dikeluarkan dapat diberikan antibiotik topikal seperti
oinmen Bactiricin atau tetes fluoroquinolone.
6. Pada akhirnya dapat diberikan air mata buatan untuk irigasi mata jika masih ada
tersisia.

Gambar 3, Aplikator serta bahan lain


untuk ekstrasi korpus alienum

9
Gambar 4, Posisi pasein saat dilakukan
tindakan

Follow up setelah dilakukan tatalaksana pada pasien dilakukan 1 minggu pasca


tindakaan jika setelah tindakan yang pertama masih terdapat sisa dari benda asing
sebelumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA:

1. Shumway CL, Wade M. Anatomy, Head and Neck, Eye Conjunctiva. [Updated 2018
Oct 27]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2018 Jan-
. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519502/
2. Luqman M, Bahoo A, Jamil AZ. Types of Ocular Surface Foreign Bodies and Their
Correlation with Location in the Eye. 2018;(January).
3. Loporchio D, Mukkamala L, Gorukanti K, Zarbin M, Langer P, Bhagat N. Intraocular
foreign bodies: A review. Surv Ophthalmol [Internet]. 2016;61(5):582–96. Available
from: http://dx.doi.org/10.1016/j.survophthal.2016.03.005
4. Edition S. EMERGENCY An Illustrated Guide FOR URGENT REFERRAL
PLEASE CALL THE OPHTHALMOLOGIST ON.
5. Surgery E, Article O. Foreign body traumas of the eye managed in an emergency
department of a single-institution Bir merkezin acil servisinde tedavi edilen gözün
yabancı cisim travmaları. 2012;18(1):75–9.
6. Subba Reddy, P & Nirmala, K & Radhika, S & Ravi, S & Paul, Christina. (2016).
Incidence of Ocular Surface Foreign Body and its Correlation with Specific
Occupation and Preventive Measures. GJRA - GLOBAL JOURNAL FOR
RESEARCH ANALYSIS. 5. 56-8.
7. Nainiwal PSK, Sharma R, Mbbs AK, Mbbs NM, Mbbs PJ, Mbbs A, et al.
Management of Retained Intraocular Foreign Body : Our Experience. 2017;16(7):9–
13.
8. Vicente M, Sobrinho DA, Carla A, Aguiar B De. Epidemiological profile of eye
diseases in an emergency center complex in Campinas , Brazil. 2016;15(1):10–1.
9. Babineau MR, Sanchez LD. Ophthalmologic Procedures in the Emergency
Department. 2008;26:17–34.
10. Farooq MK, Heegaard S. Foreign body reaction in the conjunctiva and ocular surface
caused by synthetic and organ- ic fibers. 2016;
11. Pandey A. Ocularπ Foreign Bodies: A Review. Journal of Clinical & Experimental
Ophthalmology. 2017;08(02).

11

Anda mungkin juga menyukai