Anda di halaman 1dari 14

STEP 1

1. VARIABEL : sesuatu atau apa saja yg diteliti untk dipelajari sehingga diperoleh info
tentang hal tersebut
2. HIPOTESIS : pernyataan sbg jwban sementara atas pertanyaan penelititan yg harus
diuji validititasnya secara empiric
3. SKALA PENGUKURAN : suatu perbandingan yg digunakan untuk mengukur suatu
data ; batasan dari observasi fenomena dgn maksud agar dianalisis menurut aturan yg
sudah ada ; biasanya untuk mengukur variable
4. KERANGKA TEORI : rangkuman berbagai aspek teoritis untuk mengembangkan
kerangka konsep ; kerangka acuan yg disusun berdasarkan kajian berbagai aspek ;
rencana dasar dari konsep satu dgn yg lain ; biasanya diambil dari tinjauan
pustaka,pengamatan, teori, dgn kenyataan yg berbeda
5. TINJAUAN PUSTAKA : literatur atau data2 yg mendukung penyusunan proposal.
6. KERANGKA KONSEP : suatu hub. atau kaitan antara konsep satu dgn yg lain dari
mslh yg ingin diteliti ; merupakan model dari konseptual yg berkaitan dgn bagaimana
seorg peneliti menyusun teori atau menghubungkan secra logis bbrp faktor yg
danggap penting dan berhubungan dgn mslh yg sdg dikaji
7. DEFINISI OPERASIONAL : uraian ttg batasan variabel yg dimaksud atau apa yg
diukur oleh variabel yg bersangkutan
8. DAFTAR PUSTAKA : suatu referensi yg digunakan dalam menjelaskan masalah2 yg
akan diteliti
9. KERANGKA TEORI :
a. suatu hubungan atau kaitan antara teori satu terhadap teori lainnya kemudian
terhadap masalah yang akan diteliti
b. kerangka hubungan antara teori-teori menjadi tinjauan pustaka dari penelitian yang
akan dilakukan
10. KERANGKA KONSEP
: abstraksi yang terbentuk dari generalisasi dari hal-hal
yang khusus atau hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur
melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan
11. HIPOTESIS
empiris

: kesimpulan sementara dari penelitian yang belum teruji secara

12. VARIABEL
:
a. ukuran atau ciri yang dimiliki oleh suatu anggota- anggota kelompok
berbeda dengan yang dimilki oleh kelompok lain
b. Segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian

yang

13. DEFINISI OPERASIONAL


:
a. mendeskripsikan variabel penelitian sehingga bersifat spesifik dan terukur

b. Suatu definisi yang memiliki arti tunggal dan diterima secara objektif bilamana
indikator variabel yang bersangkutan itu tampak
14. SKALA PENGUKURAN : alat ukur yang digunakan seorang peneliti untuk
mendapatkan jawaban sesuai hipotesis
15. DAFTAR PUSTAKA
rujukan penelitian

: daftar sumber informasi yang digunakan sebagai

STEP 2
UMUM
1. Apa saja yang terkandung dalam bab II
Tinjauan pustaka (berisi variabel terikat, variabel bebas, dan hubungan keduany,
berisi dengan permasalahan yang akan diteliti)
Kerangka teori (Berupa poin-poin dari tinjauan pustaka untuk memperjelas arah
penelitian kita) penjabaran tinjauan pustaka)
Kerangka Konsep (diagram yg mnjelaskan antara variabel terikat dan bebas),
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
1.

Syarat-syarat tinjauan pustaka yang benar !

2.

Uptodate
Faktual
Mampu memberikan prediksi,kesimpulan untuk yang akan datang
Sumber yang digunakan untuk penjabaran itu minimal 5-10 tahun
Apa saja hal-hal yang dicangkupkan di dalam tinjauan pustaka ?

3.

Menguraikan secara jelas kajian pustaka yang memunculkan gagasan dan mendasari
penelitian
Uraikan pula mengenai pendapat yang berkaitan dengan masalah yang dikaji
Pemecahan yang masalah yang pernah dilakukan
Mengkaji teori (induksi deduksi)
Membangun hipotesis dan metode melalui analisis dan sintesis
Pustakanya 5 tahun terakhir kecuali dalam kondisi khusus
Relevan dengan judul topik
Pustaka asli (sumber primer)
Bukan hanya kumpulan pustaka
Apakah fungsi dari tinjauan pustaka ?

Untuk memperjelas arah penelitian


Membantu dalam membuat suatu hipotesis yang baik
Memperluas pandangan dari peneliti

Menjaga originalitas penelitian


Agar peneliti mempunyai wawasan yg luas mengenai variabel-variabel yang akan
diteliti
Konstruksi teoritik sebagai dasar pedoman, tolok ukur, sumber hipotesis, sumber
metode penelitian

VARIABEL
1. Jenis-jenis variabel
a. Variabel Bebas :Variabel yang bila ia berubah akan mengakibatkan perubahan
variabel lain
b. Variabel tergantung/terikat/dependent :Variabel yang berubah akibat perubahan
variabel bebas
c. Variabel perancu :Jenis variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan
berhubungan dengan variabel perancu,tetapi bukan merupakan variabel antara.
(Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi II, 2002, Prof. DR. Dr. Sudigdo
Sastroasmoro, Sp. A(K), Dkk, Jakarta : CV.Sagung Seto)
2. Karakteristik skala variabel
Skala Variabel Sifat

Contoh

Statistik
Lazim

Yang

Kategorial
a. Nominal

Bukan peringkat

Golongan
darah, Jumlah, rate, risiko
jenis
kelamin, relatif, uji Fisher
agama, suku.

b. Ordinal

Derajat penyakit,
Sama
dengan
Peringkat dengan status sosial.
nominal, median,
interval yang tidak
uji non-parametrik
dapat diukur.

Numerik
a.Interval

b.Rasio

Peringkat dengan Suhu


tubuh, Sama
dengan
interval yang dapat koefisien
ordinal ditambah
diukur,
namun intelegensi.
mean,
simpang
tidak mempunyai
baku, uji t, anova
titik 0 alamiah.
regresi-korelasi.
Sama
dengan
Sama dengan skala
interval,
Penghasilan, berat interval
mempunyai titik 0 badan,
kadar
alamiah.
ureum.

(Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi II, 2002, Prof. DR. Dr. Sudigdo
Sastroasmoro, Sp. A(K), Dkk, Jakarta : CV.Sagung Seto)
Skala nominal adalah suatu himpunan yang terdiri dari anggota yang mempunyai
kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain,
Skala ordinal adalah himpunan yang beranggotakan menurut ranking, urutan, pangkat
atau jabatan. Dalam skala ordinal tiap himpunan tidak hanya dikategorikan kepada
persamaan atau perbedaan dengan himpunan yang lain, tetapi juga berangkat dari
pernyataan lebih besar atau lebih kecil,
Skala interval seperti pada skala ordinal, tetapi himpunan tersebut dapat memberikan
nilai interval atau jarak antar urutan kelas yang bersangkutan. Kelebihan dari skala ini
adalah bahwa jarak nomor yang sama menunjukkan juga jarak yang sama dari sifat
yang diukur,
Skala ratio, adalah variable yang mempunyai perbadingan yang sama, lebih besar atau
lebih kecil. Variable seperti panjang, berat, dan angka agregasi adalah variable rasio.
(Metodologi Penelitian Kesehatan, Dr. Soekidjo Notoatmodjo
Berdasarkan penggunaannya :
Skala Likert
Merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian
(fenomena sosial spesifik), seperti sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang atau
sekelompok orang.
Variabel penelitian yang diukur dengan skala likert ini, dijabarkan menjadi
indikator variabel yang kemudian dijadikan sebagai titik tolakpenyusunan item-item
instrumen, bisa berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen
ini, memiliki gradasi dari tertinggi (sangat positif) sampai pada terendah (sangat
negatif), yang jika dinyatakan dalam bentuk kata-kata dapat berupa, antara lain
sebagai berikut :
a. Sangat baik
b. Cukup baik
c. Sedang
d. Kurang baik
e. Sangat tidak baik
Atau
a. Senang sekali
b. Senang
c. Cukup senang
d. Kurang senang
e. Tidak senang
Untuk keperluan analisa secara kuantitatif, maka jawaban-jawaban tersebut diberi
skor, misalnya :
a. Sangat baik/senang sekali
b. Cukup baik/senang
c. Sedang/cukup senang

skor : 5
skor : 4
skor : 3

d. Kurang baik/kurang senang


skor : 2
e. Sangat tidak baik/tidak senang
skor : 1
Skala Guttman
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Disebut juga metode skalogram
atau analisis skala. Skala guttman memiliki beberapa ciri penting, yaitu sebagai
berikut :

Memiliki sifat uni dimensional


Artinya hanya ingin mengukur satu dimensi dari suatu variabel penelitian yang
memiliki beberapa dimensi (multi dimensi).

Merupakan skala kumulatif


Artinya pernyataan-pernyataan atau pertanyaan-pertanyaannya hanya memiliki
bobot yang berbeda apabila seseorang menyetujui pernyataan yang berbobot lebih
berat, maka dia juga akan menyetujui pernyataan-pernyataan yang bobotnya lebih
rendah atau kurang berbobot
Variabel penelitian yang diukur dengan skala likert ini dijabarkan menjadi
indikator varabel, yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan itemiteminstrumen, bisa berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap
instrumen ini, berbentuk pernyataan komplementer, sepert ya-tidak, benarsalah, setuju-tidak setuju. Jadi jawaban yang diperoleh hanya ada dua.

Skala Thurstone
Skala thurstone dikembangkan oleh L.L. Thurstone yang bertujuan untuk
mengurutkan responden berdasarkan kriteria tertentu. Dengan metode ini skala
disusun sedemikian rupa, sehingga interval antarurutan dalam skala mendekati
interval yang sama besarnya. Karena itu skala ini sering disebut skala interval sama.
(Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ir. M. Iqbal Hasan, M.M.,
2002)
3. Macam-macam definisi variabel (konsepsional & operasional)
a. definisi konsepsional, yakni rumusan pengertian variabel sebagaimana dimengerti
oleh khalayak umum
b. definisi operasional, yakni rumusan pengertian variabel yang akan dipakai sebagai
pegangan dalam pengumpulan data.
(Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Azrul Azwar, 2003)
4. Hubungan antar variabel
o Korelasi simetris terjadi apabila antar dua variable ada hubungan, tetapi tidak ada
mekanisme pengaruh mempengaruhi, masing-masing bersifat mandiri. Korelasi
simetris terjadi karena: kebetulan, sama-sama merupakan akibat dari factor (variable
bebas) yang sama, indicator dari konsep yang sama.
o Korelasi asimetris ialah korelasi antara dua variable, dengan satu variable (variable
bebas) bersifat mempengaruhi variable yang lain (variable tergantung).
o Korelasi timbal balik ialah korelasi antara dua variable, yang antara keduanya saling
pengaruh mempengaruhi,contoh : malnutrisi dan malabsorbsi.

o (Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Dr. Ahmad Watik


Pratiknya)
KERANGKA TEORI
1. Apa saja isi kerangka teori
Membuat skema sederhana yang menggambarkan secara singkat proses pemecahan
masalah yang dikemukakan dalam penelitian
Skema sederhana yang dibuat kemudian dijelaskan secukupnya mengenai mekanisme
kerja faktor-faktor yang timbul
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2001. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Pernyataan pembuka, pengkajian teori ilmiah yang akan digunakan dalam


penelitian.
Inventarisasi teori teori yang relevan.
Pemilihan teori yang akan menjadi dasar disusunnya kerangka konsep pilihan.
(Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis ed 2, Prof. DR. Dr.sudigdo sastroasmoro,
Sp.A(K))
2. Bagaimana cara menyusun kerangka teori
1)
Menetapkan variabel yang diteliti, dalam hal ini adalah berapa jumlah variabel
yang diteliti, dan apa nama setiap variabel.
2)
Membaca buku-buku dan hasil penelitian.
3)
Deskripsi teori dan hasil penelitian, dalam hal ini berisikan definisi terhadap
masing-masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap
variabel, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks
penelitian itu.
4)
Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian, dalam hal ini mengkaji apakah
teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu, betul-betul sesuai dengan
obyek penelitian atau tidak.
5)
Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian, dalam hal ini melakukan
perbandingan antara teori satu dengan teori lainnya, dan hasil penelitian yang satu
dengan penelitian yang lain.
6)
Sintesis/kesimpulan yang sifatnya sementara. Dari hasil sintesis atau kesimpulan
dari tiap variabel, selanjutnya dipadukan hasil sintesis/kesimpulan tersebut dan
kemudian membentuk kerangka berpikir.
3. Hubungan tinjauan pustaka dan kerangka teori
Kerangka teori (merupakan penjabaran dari variabel bebas dan terikat) pasti ada di dalam
tinjauan pustaka.
Cra penulisan di dalam kerangka teoi harus memiliki aturan keterkaitan yg jelas dan
memperhatikan aturan tinjauan pustaka.
*Merupakan alur berfikir, dari konsep yg kita ingin buktikan, tinjauan pustaka merupakan
dasar dalam menyusun kerangka teori.

(Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ir. M. Iqbal Hasan, M.M.,
2002)
KERANGKA KONSEP
1. Apa saja isi kerangka konsep
Kerangka konsep
Adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari
masalah yang akan diteliti
Konsep adalah suatu abstraksi yang di bentuk dengan menggeneralisasikan suatu
pengertian, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati
dan dapat diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel2. dari
variabel itulah konsep dapat diamati dan diukur.
Contoh:Ekonomi keluarga adalah suatu konsep,untuk mengukur konsep ekonomi,dapat
melalui variebel pendapatan atau pengeluaran keluarga.Tingkat sosial adalah merupakan
konsep ,maka untuk mengukur tingkat sosial seseorang dapat melalui variebelvariebel,dan pekerjaan misalnya.
2. Perbedaan kerangka teori dengan kerangka konsep
Kerangka konsep biasanya mendahului kerangka teori karena kerangka teori
merupakan penjabaran kerangka konsep
Kerangka konsep merupakan gambaran tentang apa saja yang kita pertanyakan
Kerangka teori merupakan penjabaran kerangka konsep
Kerangka konsep dijelaskan dalam bentuk diagram yang menunjukan jenis hubungan
antar variabel yang diteliti dan variabel lainya yang terikat
Kerangka teori dijelaskan dalam bentuk bagan yang lebih kompleks
(Metodologi Penelitan Kesehatan, 2002, Dr. Seokidjo Notoatmodjo, Jakarta : Rikena
Cipta)
HIPOTESIS
1. Jenis-jenis hipotesis
A.
Berdasarkan bentuk rumusannya
1)
Hipotesis kerja/alternatif/riset/H1
Yaitu hipotesis yang akan dibuktikan kebenarannya dengan penelitian yg akan
dilakukan.
Hipotesis ini mengekspresikan macam hubungan antar variabel, yg secara klasik
biasanya dirumuskan sbg :
Apabila.....,maka....., atau
Ada hubungan antara.....dengan..., atau
Ada perbedaan antara...dengan...,

Tidak disarankan untuk terlalu mengikuti formulasi hipotesis yg klasik tsb, karena
rumusan hipotesis amat tergantung pada 2 hal yaitu rumusan permasalahan yg
dihadapi dan model kerangka teoritik yg dikembangkan untuk menyusun
hipotesis tsb.
Dikenal 2 macam hipotesis kerja, yaitu hipotesis satu ekor dan hipotesis dua
ekor. Istilah ekor disini menggambarkan macam hubungan antar variabel yg
dimaksud, satu ekor berarti hubungan sudah jelas arahnya, sedang dua ekor
hubungan belum jelas arahnya.
Contoh :
Jumlah uban di kepala orang kota lebih banyak daripada uban orang desa (satu
ekor)
Ada perbedaan jumlah uban di kepala orang kota dibanding uban orang desa
(dua ekor)
Makin banyak pabrik didirikan di suatu daerah makin tinggi angka diarenya
(satu ekor)
Ada hubungan antara tinggi angka diare dengan laju industrialisasi (dua ekor)
Jenis hipotesis kerja ini ditentukan oleh seberapa jauh kekuatan landasan
teoritik yg digunakan untuk menyusun hipotesis tsb. Apabila dasar teori cukup
kuat untuk menduga adanya arah perbedaan atau hubungan tsb, maka disusunlah
hipotesis satu ekor, tapi bila landasan teorinya kurang kuat mendukung kejelasan
arah tsb, maka rumuskanlah hipotesis dua ekor. Jenis hipotesis kerja ini akan
mempengaruhi cara pengambilan keputusan statistik pada analisis hasil.
2)

Hipotesis nihil/nol/H0
Adalah kebalikan dari hipotesis kerja, sehingga rumusannya secara klasik ialah :
Tidak ada korelasi (atau perbedaan) antara...dengan....
Hipotesis ini sebenarnya hanya ada dalam alam pikiran peneliti, yg berguna untuk
pembuktian dengan analisis statistik. Oleh karena diketahui, bahwa semua analisis
statistik inferensial dikembangkan berdasarkan pada karakteristik hipotesis nihil,
dan dengan demikian analisis ini hanya dapat membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis nihil tsb.
Bagan berikut akan lebih menjelaskan lagi hubungan (perbedaan antara
hipotesis nihil dengan hipotesis kerja).
Pernyataan
H.K: ada hub antara kecerdasan (X)
Dengan kemampuan meneliti (Y)

statistika
H1 : rxy # 0

H.N : tidak ada hub antara kecerdasan (X)


dengan kemampuan meneliti (Y)
3)

H0

rxy

Hipotesis tandingan
Adalah hipotesis dari variabel2 luar yaitu variabel tandingan bagi variabel
pengaruh yg ada dalam hipotesisi kerja. Katakanlah misalnya, kita mempunyai
hipotesis kerja Faktor kelelahan akan mempengaruhi suseptibilitas individu
terhadap penyakit infeksi, maka hipotesis tandingannya adalah Faktor2 XYZ
(dst) akan mempengaruhi suseptibilitas individu terhadap penyakit infeksi.
Peneliti dapat mengontrol atau membuktikan ketidakbenaran hipotesis
tandingan, dengan jalan membuat desain atau rancangan penelitian yg adekuat.
Sebagaimana halnya hipotesis nihil, hipotesis tandingan hanya ada dalam alam
pikiran peneliti, atas dasar mana rancangan penelitian disusun.
Bagan berikut menggambarkan hubungan antara hipotesisi kerja dengan
hipotesis nihil dan hipotesis tandingan (DASAR2 METODOLOGI PENELITIAN
KEDOKTERAN. AHMAD WATIK.P)

B.

Berdasarkan ruang lingkupnya


1. Hipotesis mayor
Adalah hipotesis mengenai kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian.
2. Hipotesis minor
adalah hipotesis mengenai kaitan sebagian dari variabel atau dengan kata lain
pecahan dari hipotesis mayor.
Contoh : Hipotesis mayor: Banyaknya makan berpengaruh terhadap tingkat
kekenyangan
Hipotesis minor :
1) Banyaknya makan nasi berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
2) Banyaknya makan kue berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
3) Banyaknya makan buah-buahan berpengaruh terhadap tingkat
kekenyangan.
Dalam contoh ini dari sebuah hipotesis mayor dapat dijabarkan menjadi tiga
buah hipotesis minor, dan tiga buah itupun sebenarnya belum tuntas habis.
(MANAJEMEN PENELITIAN, Prof.Dr. Suharsimi Arikunto)

C. Berdasarkan tingkat abstraksi


1)
Hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan-kesamaan dalam dunia
empiris.
Banyak diantara pernyataan yang bersifat umum itu telah diketahui dan diakui
kebenarannya oleh orang banyak. Misalnya Orang Minangkabau banyak
merantau sedangkan orang Jawa sangat terikat kepada kampung halamannya.
Namun, apa yang diketahui oleh orang banyak belum tentu benar. Pada hipotesis

ini hanya mengumpulkan fakta2 yang telah ada tanpa mengujinya kembali
kebenarannya.
2)

Hipotesis yang berkenaan dengan model ideal


Dunia kenyataan ini sangat kompleks dan untuk mempelajarinya metode atau tipe
ide2 meupakan alat yang sangat membantu. Misalnya tipe introvert dan ekstrovert
sangat membantu dalam memahami manusia dalam hubungannya dengan dunia
luar. Sikap otoriter, demokratis, dan laissezfaire sangat berguna untuk
menggambarkan misalnya hubungan pendidikan dengan anak.

3)

Hipotesis yang mencari hubungan antara sejumlah variabel.


Hipotesis ini lebih abstrak daripada kedua jenis hipotesis sebelumnya. Disini
harus dianalisis variabel2 yg dianggap mempengaruhi gejala tertentu dan
kemudian diselidiki hingga manakah perubahan dalam variabel yg satu membawa
perubahan pada variabel yang lain.
(METODE RESEARCH PENELITIAN ILMIAH. Prof.Dr. S. Nasution, MA)

2. Syarat-syarat hipotesis yang baik


o Hipotesis harus menyatakan hubungan
o Ini berarti, bahwa hipotesis merupakan pertanyaan terkaan tentang hubungan
antar variabel. Hipotesis mengandung dua atau lebih variabel yang dapat
diukur ataupun secara potensialdapat diukur. Hipotesis menspesifikasikan
bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan.
o Hipotesis harus sesuai dengan fakta
o Ini berarti bahwa hipotesis harus terang, konsep dan variabel harus jelas.
Hipotesis harus dapat dimengerti dan tidak mengandung hal-hal yang bersifat
metafisis.
o Hipotesis harus sesuai dengan ilmu, serta sesuai dan tumbuh dengan ilmu
pengetahuan
o Ini berarti, bahwa hipotesis harus tumbuh dan ada hubungan dengan ilmu
pengetahuan dan berada dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan.
o Hipotesis harus dapat diuji
o Ini berarti hipotesis, baik nalar dan kekuatan memberi alasan ataupun dengan
menggunakan alat-alat statistik dapat diuji.
o Hipotesis harus sederhana
o Ini berarti, hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk spesifik/khas untuk
menghindari terjadinya kesalahpahaman pengertian.
o Hipotesis harus dapat menerangkan fakta
o Ini berarti, bahwa hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang menerangkan
hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan teknik pengujian
yang dapat dikuasai.
(Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ir. M. Iqbal Hasan, M.M.,
2002)

Dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang jelas dan sederhana, tidak


bermakna ganda.

Mempunyai landasan teori yang kuat. Hipotesis tidak semata-mata datang


dengan sendirinya, namun harus dibangun atas dasar teori, pengalaman, serta sumber
ilmiah lain yang sahih.

Menyetakan hubungan antara satu variabel tergantung dengan satu atau


lebih variabel bebas; kadang hipotesis menyatakan hubungan antara beberapa variabel
bebas dengan satu variabel tergantung, misalnya pada studi faktor-faktor risiko
dengan analisis multivariat. Namun dalam satu hipotesis hanya boleh terdapat satu
variabel tergantung. Hipotesis yang menyebutkan lebih dari satu variabel tergantung
(disebut sebagai hipotesis yang kompleks) harus dipecah menjadi dua atau lebih
hipotesis.

Memungkinkan diuji secara empiris. Hal ini mutlak dalam studi empiris;
suatu hipotesis meskipun mempunyai dasar yang kuat, tidak dapat disebut memenuhi
syarat bila tidak dapat diuji secara empiris.

Rumusan hipotesis harus bersifat khas dan menggambarkan variabelvariabel yang diukur. Disisi lain rumusannya juga harus longgar, sehingga membuka
kemungkinan untuk dilakukan generalisasi. Rumusan yang terlalu umum atau
bermakna ganda, harus dihindarkan.

Dikemukakan a-priori. Hipotesis harus dikemukakan sebelum penelitian,


sebelum datanya terkumpul. Hipotesis yang dirumuskan setelah peneliti melihat data,
yang disebut sebagai Hipotesis a-posteriori atau post-hoc hypothesis, pada dasarnya
merupakan hipotesis multipel yang mempunyai konsekuensi di dalam uji hipotesis
(kemungkinan bahwa kenamaan yang diperoleh disebabkan semata-mata oleh faktor
peluang atau kesalahan tipe I menjadi makin besar dengan makin bertambahnya
hipotesis). Sedangkan ahli menyebut prosedur ini sebagai fihsing expedition, atau data
dredging, dan bahkan dapat dituduh curang, bagai seorang yang menebak lotere
setelah nomor loterenya diundi.
(Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi II, 2002, Prof. DR. Dr. Sudigdo
Sastroasmoro, Sp. A(K), Dkk, Jakarta : CV.Sagung Seto)
3. Bagaimana cara menyusun hipotesis yang baik
o Susunlah berbagai masalah penelitian dan kemudian pilihkan beberapa yang rasanya
berhubungan satu sama lain, disinilah hipotesis akan timbul.
o Buatlah daftar tipe-tipe atau kelompok-kelompok keterangan utama untuk menjawab
satu masalah tertentu, kemudian coba jawab pertanyaan paling penting mana yang
dapat dijawab kelak.
o Susunlah variabel-variabel penting yang dapat dipakai untuk menganalisis satu
masalah tertentu dan kemudian coba jawab mana pertanyaan paling penting dapat
dijawab, kalau variabel-variabel tersebut telah benar-benar terkumpul.
o Susunlah daftar lembaga-lembaga yang ada dan cobalah jawab mana masalah yang
belum juga terpecahkan, walaupun lembaga-lembaga tersebut telah berjalan
sebagaimana mestinya.
o Pilihlah daftar-daftar masalah teoritik, mana yang paling relevan untuk dipakai
sebagai langkah kerja penelitian. Ini berarti teori digunakan sebagai salah satu bahan
penyusunan hipotesis.
(Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ir. M. Iqbal Hasan, M.M.,
2002)
4. Kriteria formulasi hipotesis yang baik
o Spesifik

o Konkret
o Observable (dapat diamati / di ukur)
o Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement), bukan dalam bentuk
kalimat tanya.
o Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti.
o Hipotesis harus dapat diuji
o Hipotesis harus sederhana dan terbatas
(Metodologi Penelitian Kesehatan Dr Soekidjo Notoatmodjo)

Rumusan berupa kalimat deklaratif yang menjawab permasalahan pnelitian.


Rumusan mengekspresikan macam-macam hubungan antara dua variabel atau lebih.
Mengandung istilah operasional, yaitu yang memungkinkan untuk dilakukan
pembuktian secara empirik. Secara praktis, kelayakan pembuktian empirik ditentukan
oleh :
a. Keterukuran variabel (Measurable)
b. Keterujian korelasi (Provable)
Berkaitan dengan teori yang telah mapan atau hasil penelitian sebelumnya.
Mempunyai cakupan yang cukupan, tidak terlalu umum atau luas, juga tidak
terlalusempit atau spesifik. Cakupan yang terlalu luas atau umum akan menyulitkan
peneliti sendiri dalam upaya pembuktiannya, sebaliknya cakupan yang terlalu sempit
atau terlalu spesifik akan membatasi peneliti dalam melakukan generalisasi atau
implikasi hasil penelitian yang diperoleh
(Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran & Kesehatan, 2003, Dr, Ahmad Watik
Pratiknya, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada)
5. Kegunaan hipotesis
o Memberikan tuntutan kepada peneliti kearah mana penelitian itu dilakukan
o Merupakan alat untuk melokalisasikan fenomena-fenomena dan menuntun cara
identifikasi variable-variabel yang dibutuhkan untuk menjawab masalah penelitian.
o Memberi petunjuk prosedur yang mana atau rancangan pnelitian mana yang akan
dipilih.atau lebih merupakan petunjuk bagi penetapan populasi subyek
penelitian,bagaimana perancangan sampelnya,alat dan penukur yang mana yang tepat
untuk dipilih.
o Memberi ptunjuk bagi cara pengolahan dan cara analisis hasil penelitian.
(Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran & Kesehatan, 2003, Dr, Ahmad Watik
Pratiknya, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada)
memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian
memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data
sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau data
membantu mengarahkan dalam mengidentifikasikan variabel2 yang akan diteliti.
(Metodologi Penelitian Kesehatan, Dr. Soekidjo Notoatmodjo)
6. Unsur yang mendasari hipotesis
a. Teori yg telah mapan, yg berkaitan dengan permasalahan penelitian yg dihadapi
b. Fakta empirik atau informasi yg diketahui dari penelitian terdahulu
c. Konsep atau teori imajinatif peneliti sendiri (asumsi), yg dimunculkan dalam
rangka melengkapi teori dan fakta empirik di atas agar dapat menjawab
permasalahan penelitian yg dihadapi.

Ketiga hal diatas dirangkai secara logis dan sistematis oleh peneliti, shg hipotesis
yg dihasilkan masuk akal dan mempunyai dasar yg kuat. Untuk pengembangan
landasan teoritik ini kemampuan analisis peneliti, termasuk didalamnya cara
berpikir deduktif, akan amat sistematik, baik yg diwujudkan secara lisan maupun
tulisan, merupakan hal yg amat membantu kemampuan metodologik peneliti.
(DASAR2 METODOLOGI PENELITIAN KEDOKTERAN. AHMAD WATIK.P)

DAFTAR PUSTAKA
1. Aturan baku penulisan daftar pustaka
1. Pencatatan keterangan tentang sumber
Dalam mencatat sumber kepustakaan biasanya mengikuti urutan-urutan sebagai
berikut :
a. Nama pengarang,. Apabila tidak ada nama pengarang, dicantumkan nama badan
atau instansi yang menerbitkan atau editornya.
b. Judul sumber (nama buku, artikel, atau manuskrip yang lain).
c. Bila artikel atau judul tersebut diambil dari koran atau majalah berkala, tuliskan
udul, kemudian nama koran atau majalah yang memuatnya, erta volume atau edisi
atau nomor penerbitan, tanggal, bulan, dan tahunnya.
d. Nama penerbit (untuk buku atau karangan lain yang diterbitkan)
e. Tempat penerbitan.
f. Tahun terbitan.
g. Apabila suatu buku terdiri dari beberapa jilid atau merupakan suatu seri,
dicantumkan setelah nama buku itu nomor jilid atau serinya.
h. Bila perlu dicantumkan nomor halaman yang dipelajari atau dikutip.
2 Menuliskan sesuai dengan aslinya (mengutip) atau meringkas informasi yang
dianggap penting, yang akan dijadikan bahan penunjang teoritis, serta nomor halaman
dimana informasi itu diperoleh.
2. Menyusun informasi yang diperoleh dari suatu buku sesuai dengan urutan halaman
dengan urutan nomor kecil ke nomor besar.
3. Bila berbagai informasi atau keterangan yang diperoleh dari berbagai sumber sudah
dicatat, maka segala informasi yang dicatat tersebut disusun menurut urutan alfabetis
nama pengarang.
4. Segala macam catatan tersebut sebaiknya dibuat dalam kertas lepas dan dimasukkan
ke dalam snelhecter map atau map folio, sehingga memudahkan untuk menyusun atau
mencari kemali informasi tersebut sewaktu diperlukan.
(Metodologi Penelitan Kesehatan, 2002, Dr. Seokidjo Notoatmodjo, Jakarta : Rikena
Cipta)
Penyusunan
daftar pustaka diatur sebagai berikut:

a. Urutan ke bawah. Penyusunan daftar pustaka ke bawah disesuaikan


dengan urutan abjad nama terakhir penulis pertama,
b. Urutan Ke kanan.
1. Untuk majalah : nama penulis, tahun terbit, judul tulisan, nama
majalah (ditulis dengan singkatan resminya), jilid (dan nomor jika
perlu), dan nomor halaman yang diacu,
2. Untuk buku : nama penulis, tahun terbit, judul buku, jilid (bila
ada), edisi ke, nama penerbit, dan kota (utama), penerbit,
3. Untuk sumber yang lain digunakan cara yang lazim.
Catatan :
Dalam daftar pustaka, semua penulis harus dicantumkan,
termasuk huruf (initial) nama depan, nama tengah clan
seterusnya, dan tidak diperkenankan menampilkan dkk. Atau
et.al.
www.s3fk.ugm.ac.id
2. Macam-macam sumber pustaka
o Buku yang diterbitkan
o Barbagai jenis penerbitan berkala, seperti majalah, jurnal, buletin, brosur, dsb.
o Berbagai harian atau surat kabar
o Karangan atau makalah ilmiah yang tidak diterbitkan, seperti makalah, skripsi, thesis,
dan disertasi.
o Laporan laporan penelitian
o Laporan laporan dari instansi resmi
(Metodologi Penelitian Kesehatan Dr Soekidjo Notoatmodjo)

Anda mungkin juga menyukai