Anda di halaman 1dari 19

PENDIDIKAN KESEHATAN

A. Pengertian Pedidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk
membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat
pendidik (Suliha,dkk,2002). Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan kesehatan adalah upaya
persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-
tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf kesehatannya. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan dengan menyampaikan materi
tentang kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran

B. Tujuan Pendidikan Kesehatan


Tujuan utama pendidikan kesehatan, agar orang mampu :
1. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri
2. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya
yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar.
3. Memutuskan kegiatan tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan
kesejahteraan masyarakat.

Sedangakan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut UU Kesehatan No.23 Tahun 1992


maupun WHO adalah “Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat; baik fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi dan
sosial, pendidikan kesehatan di semua program kesehatan baik pemberantasan penyakit
menular, samitasi limgkungan, gizi masyarakat , pelayanan kesehatan maupun program
kesehatan lainnya.
Tujuan ini dapat diperinci sebagai berikut :
1. Pendidikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.
2. Mendorong individu supaya mampu secara mandiri/kelompok mengadakan kegiatan
untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3. Mendorong pengembangan, penggunaan secara tepat sarana pada pelayanan
kesehatan yang ada. (Mubarak, 2009, pp. 358-359)

C. Sasaran Pendidikan Kesehatan


Sasaran pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga sasaran, yaitu :
1. Sasaran primer (primary target), sasaran langsung pada masyarakat berupa segala
upaya pendidikian atau promosi kesehatan.
2. Sasaran sekunder (secondary target), sasaran ditunjukkan pada tokoh masyarakat adat,
diharapkan kelompok ini pada umumnya akan memberikan pendidikan kesehatan pada
masyarakat disekitarnya
3. Sasaran tersier (tersiery target), sasaran ditunjukkan pada pembuat keputusan atau
penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah, diharapkan dengan
keputusan daari kelompok ini akan berdampak kepada perilaku kelompok sasaran
sekunder yang kemudian pada kelompok primer. (Mubarak, 2009, hal. 361)

D. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan


Ruang lingkup pendidikan terdiri dari berbagai dimensi antara lain, dimensi sasaran
pendidikan, tempat pelaksanaanya atau aplikasinya serta dimensi tingkat pelayanan kesehatan.
(Mubarak, 2009, hal. 359)
1. Dimensi sasaran. Pendidikan kesehatan dapat dikelompokan menjadi tiga dimensi,
yaitu :
 pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
 pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
 pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas

2. Dimensi tempat pelaksanaan. Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai


tempat, dengan sendirinya sasarannya akan berbeda pula, misalnya:
 pendidikan kesehatan disekolah, dilakukan disekolah dengan sasaran murid
 pendidikan kesehatan dirumah sakit, dengan sasaran pasien atau keluarga
pasien, di puskesmas dan sebagainya
 pendidikan kesehatan ditempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan yang bersangkutan
3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) menurut leavel dan clark
adalah:
a. pendidikan kesehatan (health promotion)
peningkatan status kesehatan dilakukan melalui beberapa kegiatan:
 penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM) seperti penyuluhan tentang
masalah gizi
 pengamatan tumbuh kembang anak (growth and development monitoring)
 pengadaan rumah sehat
 konsultasi perkawinan (marriage counseling)
 pendidikan sex ( sex education)
 pengendalian lingkungan
 program P2M (pemberantasan penyakit menular) melalui kegiatan imunisasi
dan pemberantasan vector
 stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga dan asuhan
keperawatan pada anak atau balita serta penyuluhan tentang pencegahan
terhadap kecelakaan
 program kesehatan lingkungan dengan tujuan menjaga lingkungan hidup
manusia agar aman dari bibit penyakit seperti bakteri, virus dan jamur serta
mencegah berkembangnya vector
 asuhan keperawatanpre-natal dan pelayanan keluarga berencana (KB)
 perlindungan gigi (dental prophylaxis)
penyuluhan untuk mencegah keracunan selain itu juga terdapat pencegahan
kecelakaan, kesehatan jiwa, kesehatan kerja dan sebagainya. Besarnya masalah
kesehatan masyarakat dapat di ukur dengan menghitung tingkat morbiditas (kejadian
sakit), mortalitas (kematian), fertilitas (tingkat kelahiran) dan disability (tingkat
kecacatan) pada kelompok-kelompok masyarakat.

b. Perlindungan umum dan khusus atau general and specific protection.


Hal ini karena  kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan umum
dan khusus sebagai perlindungan terhadap penyakit pada dirinya sendiri maupun
pada anak-anaknya masih rendah. bentuk perlindungan tersebut sebagai berikut:
 imunitas dan higiene perseorangan (personal higiene)
 perlindungan diri dari kecelakaan ( accidental safety)
 perlindungan diri dari lingkungan (protectif self environment)
 kesehatan kerja (occupation health)
 perlindungan diri dari karsinogen, toksin, dan allergen
 pengendalian sumber-sumber pencemaran dan lain-lain

c. Diagnosis dini serta pengobatan segera atau adekuat (early diagnosis and prompt
treatment).
Usaha ini dilakukan dengan semakin rendahnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, sehingga sering kesulitan untuk
mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat. Bahkan ada
beberapa masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini
yang menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.
Bentuk usaha tersebut dapat dilakukan dengan:
 penanganan kasus secara dini ( early case finding)
 pemeriksaan umum lengkap (general chek up)
 pemeriksaan masal (mass screening)
 survei terhadap kontak, sekolah dan rumah ( contact survei, school survei,
housebold survei)
 penanganan kasus (case holding) dan pengobatan adekuat ( adecuate
treatment)
d. Pembatasan kecelakaan (disability limitation).
Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit
sering membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatan secara tuntas. Mereka
tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang menyeluruh terhadap
penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan tuntas dapat mengakibatkan orang
yang bersangkutan cacat atau ketidak mampuan. Oleh karena itu, pendidikan
kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini. Bentuk pendidikan kesehatan antara
lain:
 penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan
 pencegahan komplikasi
 perbaikan fasilitas kesehatan
 penurunan beban sosial penderita dan lainnya

e. Rehabilitasi (rehabilitation).
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang orang menjadi cacata. Untuk
memulihkan cacatnya tersebut diperlukan latihan tertentu. Oleh karena itu,
kurangnya pengertian dan kesadaran membuat masyarakat tidak mau atau segan
melakukan latiahan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat karena suatu
penyakit kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Masyarakat sering tidak mau
menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu,
pendidikan kesehatan diperlukan tidak hanya untuk orang yang cacat tapi juga
untuk masyarakat. (Mubarak, 2009, hal. 360-361)

E. Metode Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan mempunyai beberapa unsur, yaitu : input adalah sasaran
pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan), proses (upaya
yang dilakukan) dan output. Metode pendidikan merupakan salah satu unsur input yang
berpengaruh pada pelaksanaan pendidikan kesehatan.
1. Metode pendidikan individu (perseorangan)
a. Bimbingan dan penyuluhan
Cara ini memungkinkan kontak antara petugas dan klien lebih intensif, sehingga
petugas dapat membantu menyelesaikan masalah klien.
b. Interview
Metode ini tujuannya menggali informasi dari klien mengenai perilaku klien.

2. Metode pendidikan kelompok.


a. Ceramah
Metode ini diperuntunkan untuk kelompok besar dan baik untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah.
b. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok ini memungkinkan apabila peserta kegiatan kurang dari 15
orang dan termasuk ke dalam metode kelompok kecil.
c. Curah pendapat
Metode ini merupakan modifikasi dari diskusi kelompok yang sebelumnya dan
mempunyai prinsip yang sama dengan diskusi kelompok. Perbedaanya terletak
pada permulaanya, dimana peserta diberikan suatu masalah dan peserta
kemudian memberikan tanggapanya.
d. Bola salju
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang dan 2 orang) kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Kemudian tiap 2 pasang bergabung,
mendiskusikan masalah yang sama atau menarik kesimpulan. Begitupun
seterusnya sampai terjadi suatu diskusi seluruh peserta.
e. Memainkan peran
Beberapa anggota kelompok memainkan suatu peran, kemudian mereka
memperagakan, misalnya bagaimana interaksi/komunikasi sehari-haridalam
menjalankan tugas.
f. Permainan stimulasi
Metode ini merupakan gabungan dari metode kelompok dan metode
memainkan peran.

3. Metode pendidikan massa


a. Ceramah umum
Penyajian materi di depan khalayak public yang berjumlah besar dan terutama
disampaikan secara lisan.
b. Siaran radio
Metodenya sama dengan ceramah, tetapu anak didik tidak berada di dalam
ruangan yang sama.
c. Siaran TV
Sama dengan radio, tetapi ditambah gerakkan.

4. Metode cetak
Penyajian materi disampaikan secara tulisan. (Marliana, 2019, pp. 27-29)
 

F. Media Pendidikan Kesehatan


Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Alat-alat bantu
tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut (Atmojo, 2012, hal. 292-293):
1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan
2. Mencapai sasaran yang lebih banyak
3. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
4. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan –pesan yang diterima oran
lain
5. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan
6. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakaT
7. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan
akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik
8. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

Dengan kata lain media ini memiliki beberapa tujuan yaitu :

1. Tujuan yang akan dicapai


a. Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep- konsep
b. Mengubah sikap dan persepsi
c. Menanamkan perilaku/kebiasaan yang baru
2. Tujuan penggunaan alat bantu
a. Sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/pendidikan
b. Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah
c. Untuk mengingatkan suatu pesan/informasi
d. Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan

Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain (Atmojo, 2012, hal. 292-293):

1. Berdasarkan stimulasi indra :


a. Alat bantu lihat (visual aid) digunakan dalam membantu menstimulasi indra
penglihatan
b. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk
menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian bahan
pendidikan/pengajaran
c. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)

2. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya


a. Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide, dan sebagainya
yang harus memerlukan listrik dan proyektor
b. Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan – bahan
setempat

3. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan


a. Media Cetak
Leaflet
Merupakan bentuk informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat.
Keuntungan menggunakan media ini antara lain : sasaran dapat menyesuaikan
dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat,
sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai
informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran,
sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang mana
tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta
mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran. Sementara itu beberapa
kelemahan dari leaflet yaitu : tidak cocok untuk sasaran individu per individu,
tidak tahan lama dan mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran
tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik
(Atmojo, 2012, hal. 292-293) .

Booklet
Merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan
dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai media penyalur, alat bantu,
sarana dan sumberdaya pendukung penyampaian pesan harus menyesuaikan
dengan isi materi yang akan disampaikan. Menurut Kemm dan Close dalam
(Aini, 2010, hal. 49-54)booklet memiliki beberapa kelebihan yaitu:
 Dapat dipelajari setiap saat, karena informasi berbentuk buku.
 Memuat informasi relatif lebih banyak dibandingkan dengan poster.
Menurut Ewles dalam (Aini, 2010, hal. 49-54)media booklet memiliki keunggulan
sebagai berikut:
 Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri.
 Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai.
 Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.
 Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah untuk
disesuaikan.
 Mengurangi kebutuhan mencatat.
 Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif murah.
 Awet
 Daya tampung lebih luas
 Dapat diarahkan pada segmen tertentu.
Manfaat booklet sebagai media pendidikan kesehatan adalah :
 Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
 Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.
 Mempermudah sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat
 Merangsang sasaran pendidikan untuk dapat meneruskan pesan yang
diterima kepada orang lain.
 Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.
 Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.
 Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, mendalami dan akhirnya
mendapatkan pengertian yang lebih baik dari sebelumnya.
 Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. (Aini, 2010, pp. 49-
54)

Flip chart (lembar balik)


Media penyampaian pesan serta informasi kesehatan kedalam bentuk buku di
mana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai
pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar. Keunggulan menggunakan media ini
antara lain : mudah dibawa, dapat dilipat maupun digulung, murah dan efisien, dan
tidak perlu peralatan yang rumit. Sedangkan kelemahannya yaitu terlalu kecil untuk
sasaran yang berjumlah relatif besar, mudah robek dan tercabik.

b. Media Elektronik
Video dan film strip
Keunggulan penyuluhan dengan media ini adalah dapat memberikan realita
yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran, dapat
memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang
jumlahnya relatif penting dan bisa diulang kembali, mudah digunakan dan tidak
memerlukan ruangan yang gelap. Dan kelemahan media ini yaitu memerlukan
sambungan listrik, peralatannya beresiko untuk rusak, perlu adanya kesesuaian
antara kaset dengan alat pemutar, membutuhkan ahli profesional agar gambar
mempunyai makna dalam sisi artistik maupun materi, serta membutuhkan
banyak biaya.

Slide
Keunggulan media ini yaitu dapat memberikan berbagai realita walaupun
terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar, dan pembuatannya
relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah digunakan. Media
ini memiliki kekurangan yaitu memerlukan sambungan listrik, peralatannya
mudah rusak dan memerlukan sedikit ruangan gelap.

Media Papan
Papan/ bill board yang dipasang di tempat umum dapat dipakai dan diisi
dengan pesan atau informasi tentang kesehatan. Media papan di sini juga
mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran yang ditempel pada
kendaraan umum (bus/taksi). (Atmojo, 2012, pp. 292-293)
G. Langkah-Langkah Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Sembilan Langkah dalam Perencanaan Penyuluhan Pomosi Kesehatan:
1. Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah.
Tindakan yang dilakukan pertama kali oleh penyuluh adalah melakukan pengumpulan
data tentang berbagai hal yang diperlukan, baik untuk kepentingan perencanaan
maupun data awal sebagai pembanding penilaian.
a. Mengenal masalah
Untuk dapat mengenal masalah, kegiatan yang dilakukan diantaranya :
 Mengenal program yang akan ditunjang dengan penyuluhan
 Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh program tersebut.
Misalnya pada pengenalan dini gejala penyakit DHF seperti demam,
kepala pusing, sendi, terasa ngilu dan lemas, masalah yang akan
ditanggulangi sepertKebutuhan gizi pada program penanggulangan
kekurangan vitamin A, masalah yang ditangani adalah xeftalmia yang
mengakibatkan kebutaan jika tidak di tangani.
 Dasar-dasar pertimbangan apa yang dipergunakan untuk menentukan
masalah yang akan dipecahkan. Pendapat pimpinan dan para ahli
terhadap masalah tersebut, apakah masalah tersebut merupakan
prioritas masalah sehingga perlu untuk segera ditanggulangi, bagaimana
pandangan masyarakat terhadap masalah, apakah masyarakat
menganggap masalah tersebut sebagai masalah utama dan apakah
masalah tersebut dapat dipecahkan atau di atasi, serta apakah dengan
penyuluhan masalah sudah bisa diatasi.
 Pelajari masalah tersebut serta kenali dari segi perilakunya. Pelajarilah
pengertian, sikap, dan tindakan apa dari individu, kelompok atau
masyarakat yang menyebabkan masalah tersebut.
b. Mengenal Masyarakat
Program penyuluhan ini adalah untuk masyarakat, maka pada tahap
perencanaan penyuluhan yang harus sudah terkaji pada masyarakat adalah
sebagai berikut :
 Jumlah penduduk, berapa jumlah penduduknya, bagaimana dengan
kelompok-kelompok khusus yang berisiko seperti ibu hamil, ibu
menyusui, balita, lansia, dan lainnya.
 Keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, bagaimana dengan
tingkat pendidikan masyarakat (apakah masih ada yang tak bisa baca
tulis), norma masyarakat setempat, adakah pantangan sehubungan
dengan perilaku yang diharapkan, pola kepemimpinan yang diterapkan
adakah kelompok-kelompok yang berpengaruh, hubungan pemuka satu
dengan lainnya ( siapa yang berpengaruh dalam mengambil keputusan
dimasyarakat termasuk dikeluarga), pola partisipasi masyarakat setempat
dan organisasi sosial yang ada, serta tingkat ekonomi masyarakat
setempat ( apa mata pencaharian mereka).
 Pola komunikasi di masyarakat, bagaimana informasi disebarluaskan
dimasyarakat, siapa sebagai sumber informasi, dimana pusat-pusat
penyebaran informasi ( warung, arisan, jamaah-jamaah yasinan, tahlil,
atau yang lainnya) serta saluran komunikasi yang ada di masyarakat
( radio, surat kabar, pengeras suara, dan lainnya).
 Sumber Daya yang Ada :
 Sarana apa saja yang dimiliki masyarakat, secara individu maupun
masyarakat secara keseluruhan yang bisa digunakan oleh mereka
untuk perubahan perilaku yang diharapkan.
 Sarana apa saja yang ada, baik pada insitusi pemerintah maupun
non pemerintah yang bisa dipergunakan oleh masyarakat untuk
mengubah perilaku. Informasi tentang DHF bisa ke unit P2M di
puskesmas dan informasi tentang adanya klinik gizi.
 Sarana apa saja yang ada, dari institusi pemerintah maupun
swasta dan juga masyarakat yang bisa dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan, seperti pengeras
suara, ruang pertemuan balai RW/ kelurahan, sekolah/ madrasah,
masjid, dan tempat lainnya.
 Sumber daya tenaga yang tersedia, melibatkan tenagakesehatan
yang biasa digunakan, tugas pokok masing- masing tenaga, latihan
yang pernah diperoleh dibidang penyuluhan kesehatan,
bimbingan yang diterima dibidang penyuluhan oleh masing-
masing petugas, hambatan dalam melibatkan petugas kesehatan
dalam melakukan program penyuluhan, apakah ada petugas lain
yang dapat membantu, serta apakah tenaga yang ada di
masyarakat yang bisa membantu.
 Pengalaman masyarakat pada program-program sebelumnya,
sikap mereka terhadap pelayanan yang diberikan, terhadap para
petugas, dan lainnya. Sikap ini mempunyai pengaruh
positif/negatif terhadap penyuluhan yang akan direncanakan,
apakah dari progran tersebut ada yang memberikan pengalaman
yang kurang menyenangkan.
 Pengalaman masyarakat di masa lalu sehubungan dengan
program penanggulangan penyakit DHF atau penanganan gizi
buruk yang pernah dilaksanakan didaerah tersebut. Apakah
berkesan atau malah mengecewakan masyarakat.
c. Mengenal Wilayah
Program bisa dilaksanakan dengan baik jika yang melaksanakan program
tersebut menegtahui benar situasi lapangan. Berikut ini dua hal pengkajian yang
perlu dilakukan dalam mengenal wilayah :
 Lokasinya, apakah terpencil ( tidak berbatasan dengan desa lain ), apakah
daerahnya datar/pegunungan, apakah ada jalur transpor umum, dan
lainnya.
 Sifatnya, kapan waktu musim hujan, kemarau panjang, daerah kering
atau gersang dan cukup sumber air, apakah sering banjir, pasang surut,
apakah daerah perbatasan, dan lainnya

2. Menentukan prioritas
Prioritas dalam melakukan penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah sesuai
program yang ditunjang, hindari penyuluhan menentukan prioritas sendiri sebab dapat
menyebabkan program belanja sendiri-sendiri. Misalnya pada program penanggulangan
penyakit DHF, maka penyuluhan harus mengambil masalah resiko syok yang berakibat
pada ancaman kematian pada pasien sebagai masalah prioritas dan mengembangkan
segi penyuluhannya.jika nanti dalam upaya menanggulanggi resiko syok dengan
memanfaatkan penekanan gejala dini dari penyakit DHF seperti : demam, kepala pusing,
sendi terasa ngilu, dan lemas merupakan intervensi yang di priotaskan, maka
penyuluhan harus di tunjang dengan intervensi yang di prioritaskan. Penentuan prioritas
bisa berdasarkan berbagai pertimbangan :
 Berdasarkan akibat yang di timbulkan oleh masalah tersebut., sehingga perlu di
prioritaskan upaya penanggulanya
 Perkembangn politis, yaitu menyangkut nama baik negara.
 Berdasarkan sumber daya yang ada

3. Menentukan tujuan penyuluhan


Tujuan dari penyuluhan kesehatan di antaranya adalah tujuan jangka pendek, mengah,
dan jangka panjang,. Tujuan jangka pendekatan adalah terciptanya pengertian, sikap,
dan norma menuju kepada terciptanya perilaku sehat. Tujuan jangka menengah adalah
terjadinya perilaku sehat. Sedangakan tujuan jangka panjang adalah terjadinya
perubahan status kesehatan yang optimal. Tujuan harus jelas, realitis (bisa di capai), dan
dapat di ukur. Hal ini di perlukan agar penilaian penyuluhan dapat dapat dilaksanakan
dengan baik. Ada hal-hal yang perlu di perhatikan pada program yang akan di
kembangakan dari segi penyuluhannya adalah sudah beberapa lama program tersebut
berjalan, program apa yang sedang dilaksanakan dan yang sudah berjalan.
 Seberapa jauh penyuluhan sudah di masukan di waktu lalu.
 Apakah tujuan penyuluhan yang ada di masa lalu
 Apa kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di masa lalu, bagaimana dengan
hasilnya, ini perlu agar petugas penyuluh kesehatan dapat menentukan tujuan
yang baru.

4. Menentukan sasaran penyuluhan


Sasaran program dan sarana penyuluh tidak selalu sama, yang di maksud dengan
sasaran adalah kelompokyang akan diberikan penyuluhan. Menentukan kelompok
sasaran menyangkut pula strategi. Sebagai contoh, tujuan penyuluhan adalah agar
kelompok lanjut usia mau melakukannya senam lansia tiap satu minggu sekali. Dalam
hal ini sasaran penyuluhannya mungkin bukan hanya para lansia saja. Tetapi juga pada
orang-orang yang berpengaruh dalam mengambil keputusan dalam keluarga. Mungkin
anggota keluarga yang non lansia bisa diikutkan dengan harapan mereka bisa membujuk
orang-orang yang sudah lanjut usia untuk mengikuti senam lansia.

5. Menentukan isi penyuluhan


Setelah menentukan tujuan, sasaran, situasi, masalah, dan latar belakang sasaran
ditentukan maka isi penyuluhan dapat ditentukan. Perlunya si penyuluhan dan
keuntungan terhadap kelompok sasaran harus juga disebutkan. Isi penyuluhan harus
dituangkan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran, pesan harus benar-
benar bisa dilaksanakan oleh sasaran dengan sarana yang mereka miliki, atau yang
terjangkau oleh mereka. Dasar-dasar komunikasi perlu dipahami dalam penyusunan isi
penyuluhan.
6. Menentukan metode penyuluhan yang akan dipergunakan
Setelah isi penyuluhan ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan
bagaimana cara menyampaikan pesan tersebut kepada sasaran, sehingga tujuan
penyuluhan dapat tercapai. Metode penyuluhan bergantung pada tujuan penyuluhan
yang akan dicapai. Tujuan penyuluhan bisa dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu
pengertian, sikap, dan keterampilan. Kalau tujuan yang ingin dicapai ranah penegrtian,
maka pesan cukup disampaikan dengan diucapkan atau diampaikan secara tertulis.
Kalau tujuan untuk mengembangkan sikap positif, sasaran perlu mengetahui bagaimana
kejadia tersebut. Misalnya, untuk menciptakan sikap empati pada mereka yang terkena
bencana alam lumpur lapindo di sidoarjo, maka sasaran penyuluh perlu melihat kejadian
tersebut, baik melihat secara langsung, maupun melalui foto atau rekaman video.
Sedangkan untuk mengembangkan ranah keterampilan, maka sasaran perlu diberikan
kesempatan mencoba sendiri pada keterampilan yang diharapkan. Secara umum
pedoman yang perlu diperhatikan dalam memilih metode adalah kalau saya dengar,
saya akan lupa, kalau saya lihat, saya akan ingat, dan kalau saya kerjakan, saya akan
tahu.

7. Memilih alat peraga atau media penyuluhan yang dibutuhkan


Jika dalam penyuluhan sudah ditentukan model pendekatan yang akan dipergunakan
seperti pendekatan individu atau pendekatan massa, maka selanjutnya masih perlu
ditentukan adalah media apa yang akan dipergunakan untuk menunjang pendekatan
tersebut. Misalnya dengan mempergunakan poster, leaflet, dan lain-lain. Gambar yang
ditampilkan tidak harus bagus, tetapi yang terpenting adalah masyarakat mengerti.

8. Menyusun rencana penilaian


 Hal ini perlu dirumuskan apakah tujuan yang sudah dijabarkan sudah secara
khusus dan jelas mencantumkan kapan akan dievaluasi, di daerah mana akan
dilakukann, serta siapa kelompok sasaran yang akan dievaluasi.
 Indicator apa yang akan digunakan dalam penilaian.
 Perlu dilihat kembali, apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan
progam.
 Kegiatan-kegiatan penyuluhan mana yang akan dievaluasi.
 Metode dan instrument yang dipergunakan untuk evaluasi.
 Siapa yang akan melaksanakan evaluasi.
 Sarana-sarana (peralatan,biaya, tenaga, dan lain-lain), yang dipergunakan untuk
evaluasi, dan di mana sarana tersebut bisa diperintah.
 Apakah ada fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenaga-tenaga yang
akan melaksanakan evaluasi.
 Bagaimana rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi ini kepada
para pemimpin progam.

9. Menyusun rencana kerja/pelaksanaannya.


Menentukan pokok penyuluhan seperti waktu, tempat, dan pelaksanaannya, maka
dibuat jadwal pelaksanaan yang di cantumkan dalam suatu daftar. Jadwal pelaksanaan
bermacam-macam misalnya PERT (Program, Evaluation, Revieus, Technic); RAGPIE
(Recources, Activity, Gol, Planning,Implementation, Evaluation). (Mubarak, 2009, hal.
373-378)

H. Komponen SAP

No Komponen Penjelajasan

Diisi pokok atau sub pokok bahasan


1. Mata Diklat (Materi) (mengacu GBPP)

Diambil dari tujuan pembelajaran umum


(TPU) dan tujuan pembelajaran khusus
2. Tujuan Materi (TPK) mengacu pada GBPP

sebutkan kriteria atau siapa peserta dalam


3. Sasaran peserta acara penyuluhan
Dalam menit atau Jumlah Jam
Pembelajaran/JPL (mengacu GBPP)
4. Waktu  

Kelas/laboratorium/tempat lain
5. Tempat  

6. Kegiatan Pembelajara Pembukaan, Inti, penutup

7. Metode Cara pembelajaran yang akan digunakan

8. Media Media yang digunakan, contoh : leaflet

9. Alat bantu Alat/instrumen yang akan digunakan

Buku yang digunakan sebagai


10. Rujukan referensi/kepustakaan

11. Evaluasi Nilai evaluasi

12. Slide/transparan Bahan yang dipaparkan/ditayangkan

13. Lembar tugas Petunjuk penugasan

Anda mungkin juga menyukai