Anda di halaman 1dari 10

PERHATIAN KHUSUS PENDIDIKAN KESEHATAN

DI KEPERAWATAN KRITIS

A. KONSEP KEPERAWATAN KRITIS

Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang


secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam
kehidupan.Secara keilmuan,perawatan kritis fokus pada penyakit yang kritis dan pasien yang
tidak stabil.American Association of Critical Care nurses (AACN) mendefinisikan keperawatan
kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu keperawatan yang dihadapkan secara rinci
dengan manusia (pasien) dan bertanggung jawab untuk memastikan pasien dengan sakit
kritis dan keluarga pasien mendapatkan kepedulian optimal.

Asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penetalaksanaan respon manusia


terhadap penyakit aktual atau potensial yang mengancam kehidupan.Lingkup praktik asuhan
keperawatan kritis didefinisikan dengan interaksi perawat kritis,pasien dengan penyakit
kritis,dan lingkungan yang memberikan sumber-sumber yang adekuat untuk memberikan
perawatan(AACN,2012).

B. KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN

1. Pengertian pendidikan kesehatan


Menurut Notoatmodjo (2014) pendidikan kesehatan adalah upaya
persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan
tindakan - tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf kesehatannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan
dengan menyampaikan materi tentang kesehatan yang bertujuan untuk mengubah
perilaku sasaran. Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri
keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang
didalamnya perawat sebagai perawat pendidik (Suliha,dkk,2002).

2. Tujuan pendididkan kesehatan


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu : Terjadi perubahan sikap dan tingkah
laku individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dalam membina serta
memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal(Nursalam dan Efendi, 2008).

3. Sasaran pendidikan kesehatan


Menurut Notoatmodjo (2014) sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam
3 (tiga) kelompok, yaitu :
 Sasaran primer (Primary Target) Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran
langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan
permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi, kepala
keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk
masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja,
dan juga sebagainya.
 Sasaran sekunder (Secondary Target) Yang termasuk dalam sasaran ini adalah
para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut
sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
kelompok ini diharapkan untuk nantinya kelompok ini akan memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya.
 Sasaran tersier (Tertiary Target) Para pembuat keputusan atau penentu
kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah. Dengan kebijakan-kebijakan
atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak
langsung terhadap perilaku tokoh masyarakat dan kepada masyarakat umum.

4. Ruang lingkup pendidikan kesehatan


Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari 3 dimensi menurut Fitriani
(2011) yaitu;

a. Dimensi sasaran

(1) Pendidikan kesehatan individu dengan sasarannya adalah individu.


(2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasarannya adalah kelompok
masyarakat tertentu.
(3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasarannya adalah masyarakat luas.
b. Dimensi tempat pelaksanaan
1) Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasarannya adalah pasien dan
keluarga
2) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasarannya adalah pelajar.
3) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasarannya
adalah masyarakat atau pekerja.

c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan


1) Pendidikan kesehatan untuk promosi kesehatan (Health Promotion),
misal : peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan
sebagainya.
2) Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific Protection)
misal : imunisasi
3) Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early
diagnostic and prompt treatment) misal : dengan pengobatan layak dan
sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan.
4) Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal : dengan
memulihkan kondisi cacat melalui latihan - latihan tertentu.

5. Langkah-langkah dalam pendidikan kesehatan

Menurut Swanson dan Nies dalam Nursalam dan Efendi (2008) ada
beberapa langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan pendidikan
kesehatan, yaitu :

a) Tahap I. Perencanaan dan pemilihan strategi


Tahap ini merupakan dasar dari proses komunikasi yang akan dilakukan oleh
pendidik kesehatan dan juga merupakan kunci penting untuk memahami
kebutuhan belajar sasaran dan mengetahui sasaran atau pesan yang akan
disampaikan. Tindakan perawat yang perlu dilakukan pada tahap ini antara
lain: Review data yang berhubungan dengan kesehatan, keluhan, kepustakaan,
media massa, dan tokoh masyarakat, Cari data baru melalui wawancara, fokus
grup (dialog masalah yang dirasakan), Bedakan kebutuhan sasaran dan
persepsi terhadap masalah kesehatan, termasuk identifikasi sasaran,
Identifikasi kesenjangan pengetahuan kesehatan, Tulis tujuan yang spesifik,
dapat dilakukan, menggunakan prioritas, dan ada jangka waktu, Kaji sumber-
sumber yang tersedia (dana,sarana dan manusia)

b) Tahap II. Memilih saluran dan materi/media.

Pada tahap pertama diatas membantu untuk memilih saluran yang efektif dan
matri yang relevan dengan kebutuhan sasaran. Saluran yang dapat digunakan
adalah melalui kegiatan yang ada di masyarakat. Sedangkan materi yang
digunakan disesuaikan dengan kemampuan sasaran. Tindakan keperawatan
yang perlu dilakukan adalah : Identifikasi pesan dan media yang digunakan,
Gunakan media yang sudah ada atau menggunakan media baru,Pilihlah
saluran dan caranya.

c) Tahap III. Mengembangkan materi dan uji coba


Materi yang ada sebaiknya diuji coba ( diteliti ulang ) apakah sudah sesuai
dengan sasaran dan mendapat respon atau tidak. Tindakan keperawatan yang
perlu dilakukan adalah: 1Kembangkan materi yang relevan dengan sasaran,
Uji terlebih dahulu materi dan media yang ada. Hasil uji coba akan membantu
apakah meningkatkan pengetahuan, dapat diterima, dan sesuai dengan
individu.

d) Tahap IV. Implementasi


Merupakan tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan. Tindakan keperawatan
yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Bekerjasama dengan organisasi
yang ada di komunitas agar efektif ,Pantau dan catat perkembangannya,
Mengevaluasi kegiatan yang dilakukan,

e) Tahap V. Mengkaji efektifitas


Mengkaji keefektifan program dan pesan yang telah disampaikan terhadap
perubahan perilaku yang diharapkan. Evaluasi hasil hendaknya berorientasi
pada kriteria jangka waktu (panjang / pendek) yang telah ditetapkan. Tindakan
keperawatan yang perlu dilakukan adalah melakukan evaluasi proses dan hasil.

f) Tahap VI. Umpan balik untuk evaluasi program


Langkah ini merupakan tanggung jawab perawat terhadap pendidikan
kesehatan yang telah diberikan. Apakah perlu diadakan perubahan terhadap isi
pesan dan apakah telah sesuai dengan kebutuhan sasaran. Informasi dapat
memberikan gambaran tentang kekuatan yang telah digunakan dan
memungkinkan adanya modifikasi. Tindakan keperawatan yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut: Kaji ulang tujuan, sesuaikan
dengankebutuhan, Modifikasi strategi bila tidak berhasil, Lakukan kerjasama
lintas sektor dan program, Catatan perkembangan dan evaluasi terhadap
pendidikan kesehatan yang telah dilakukan, Pertahankan alasan terhadap
upaya yang akan dilakukan,Hubungan status kesehatan, perilaku, dan
pendidikan kesehatan.

6. Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan

  Dalam dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat


dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of preventi) dari
Leavel dan Clark (Notoadmojo, 2014), yaitu:

a) Promosi kesehatan (Health Promotion)

   Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam kebersihan


perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan kesehatan berkala,
peningkatan gizi, dan kebiasaan hidup sehat.

b) Perlindungan Khusus (Specific Protection)

Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan


kesadaran masyarakat. Misalnya tentang pentingnya imunisasi sebagai cara
perlindungan terhadap penyakit pada anak maupun orang dewasa. Program
imunisasi merupakan bentuk pelayanan perlindungan khusus. Contoh lainnya
adalah perlindungan kecelakaan di tempat kerja.

c) Diagnosa Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt


Treatment)

    Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena rendahnya tingkat


pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan penyakit yang
terjadi di masyarakat. Keadaan ini menimbulkan kesulitan mendeteksi
penyakit yang terjadi di masyarakat, masyarakat tidak mau diperiksa dan
diobati penyakitnya. Kegiatan pada tingkat pencegahan ini meliputi pencarian
kasus individu atau masal, survey penyaringan kasus, penyembuhan dan
pencegahan berlanjutnya proses penyakit,pencegahan penyebaran penyakit
menular, dan pencegahan komplikasi.

d) Pembatasan Cacat (Disability Limitation)

     Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena masyarakat sering
didapat tidak mau melanjutkan pengobatannya sampai tuntas atau tidak mau
melakukan pemeriksaan dan pengobatan penyakitnya secara tuntas.
Pengobatan yang tidak layak dan tidak sempurna dapat mengakibatkan orang
yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki ketidakmampuan untuk
melakukan sesuatu. Hal ini terjadi karena kurangnya pengertian dan kesadaran
masyarakat akan kesehatan dan penyakitnya. Pada tingkat ini kegiatan
meliputi perawatan untuk menghentikan penyakit, pencegahan komplikasi
lebih lanjut, serta fasilitas untuk mengatasi cacat dan mencegah kematian.

e) Rehabilitasi (Rehabilitation)

     Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena setelah sembuh dari
suatu penyakit tertentu, seseorang mungkin menjadi cacat. Untuk memulihkan
kecacatannya itu diperlukan latihan-latihan. Untuk melakukan suatu latihan
yang baik dan benar sesuai dengan program yang ditentukan, diperlukan
adanya pengertian dan kesadaran dari masyarakat yang bersangkutan. Di
sampng itu, ada rasa malu dan takut tidak diterima untuk kembali ke
masyarakat setelah sembuh dari suatu penyakit atau sebaliknya masyarakat
mungkin tidak mau menerima anggota masyarakat lainnya yang baru sembuh
dari suatu penyakit. (Suliha, 2002).

7.  Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan

     Interaksi antara seorang pendidik dan seorang merupakan hubungan khusus yang
ditandai dengan adanya saling berbagi pengalaman, serta memberi sokongan dan
negoisasi. Pembelajaran yang efektif terjadi ketika klien dan petugas kesehatan
sama-sama berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, dalam arti menunda
pengajaran sampai klien mau berpartisipasi secara aktif. Kualitas positif yang
memberikan karakteristik terhadap hubungan pembelajaran meliputi:

a) Pendidikan kesehatan berfokus pada klien

     Pendidikan kesehatan adalah hubungan terapeutik yang berfokus pada


klien yang spesifik. Klien yang tinggal dengan isu-isu kesehatan apa pun
membutuhkan pengobatan atau dilibatkan dalam pemberian asuhan
keperawatan/kesehatan. Klien mempunyai nilai, keyakinan, kemampuan
kognitif, dan gaya belajar yang unik, yang dapat berpengaruh terhadap
pembelajaran. Klien dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan dan
pengalamannya kepada perawat, sehingga perawat lebih mengerti tentang
keunikan klien dalam memberikan pendidikan kesehatan dapat memenuhi
kebutuhan klien secara individual.

b) Pendidikan kesehatan Bersifat Menyeluruh (holistik)

      Dalam memberikan pendidikan kesehatan harus dipertimbangkan Klien


secara keseluruhan, tidak hanya berfokus pada muatan spesifik saja. Petugas
kesehatan dan klien saling berbagi pengalaman, perasaan, keyakinan, dan
filosofi personal. Cara itu akan membantu petugas kesehatan memperoleh
pemahaman yang besar terhadap kliennya, sehingga dapat memberikan arti
dalam konteks yang lebih luas.misalkan ketika petugas kesehatan mengajarkan
cara menyuntik insulin kepada klien yang menderita diabetes melitus,
sebaiknya petugas kesehatan itu menanyakan dulu tentang pengalaman klien
terhadap penyakitnya dan keterampilan menyuntik sebelumnya. Selain itu,
petugas kesehatan harus menjelaskan dampak pemberian insulin ini, sehingga
klien tahu dan dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi.

c) Pendidikan kesehatan Negoisasi

     Petugas kesehatan dan klien bersama-sama menentukan apa yang telah
diketahui dan apa yang penting untuk diketahui. Jika sudah ditentukan,
kemudian dibuat perencanaan yang dikembangkan berdasarkan masukan dari
klien dan petugas kesehatan. Kadang-kadang negoisasi ini merupakan proses
yang formal dengan membuat kontrak tertulis dalam pengalaman
pembelajaran (inform consent), tetapi juga merupakan proses informal yang
dilanjutkan dengan pemeriksaan dan validasi untuk mengantarkan pada proses
pembelajaran.

d) Pendidikan kesehatan Interaktif

     Pendidikan kesehatan yang dinamis dan interaktif yang melibatkan partisipasi
dari petugas kesehatan dan klien. Adanya timbal balik antara petugas
kesehatan,pasien dan keluarga dijelaskan dan ditinjau kembali,kemudian baru
ditentukan kebutuhan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Dalam
memberikan pendidikan kesehatan klien, baik secara individual, kelompok
maupun masyarakat, hendaknya diperlihatkan hal-hal tersebut, yaitu: berfokus
pada klien,memandang klien secara keseluruhan (utuh), diadakannya negoisasi
dan tidak memutuskan sebelah pihak, dalam hal ini ada interaksi, sehingga
pendidikan kesehatan ini mempunyai kualitas yang positif.

C. PENDIDIKAN KESEHATAN KEPERAWATAN KRITIS

Pendidikan kesehatan di Rumah Sakit adalah pendidikan yang dikembangkan


di RS dalam rangka membantu orang sakit atau pasien dan keluarganya agar mereka
dapat mengatasi masalah kesehatannya,khususnya mempercepat kesembuhan dari
penyakitnya dari penyakitnya(Notoadmodjo,2005).

Pendidikan pasien kritis dan keluarga adalah suatu bagian dari integral dari
sistem pelayanan kesehatan menyeluruh.Pasien tidak hanya mempunyai hak untuk
mendapatkan pelayanan yang baik tetapi juga berhak untuk menerima informasi atas
hasil diagnosa,perawatan dan prognosis penyakitnya(AHA,1992 dalam Craven,2007).

Pendidikan dalam perawatan kesehatan dewasa ini merupakan topik yang


paling sering diminati di setiap lingkungan tempat perawat berpraktik.Tren terbaru
dalam keperawatan kritis menyatakan bahwa pasien dan keluarganya harus siap
memikul tanggung jawab untuk pengelolaan perawatan diri dan bahwa perawat di
tempat kerjanya harus bertanggung gugat terhadap pemberian perawatan ang
berkualitas tinggi(Bastable,2002).

Mendidik pasien tentang penyakit mereka,perawatan,promosi kesehatan atau


aktivitas perawatan diri merupakan tanggung jawab perawat untuk semua
pasien(ANA,1991 dalam Craven,2007).Standar keperawatan untuk pendidikan pasien
kritis didasarkan pada deskripsi mengenai hasil positif perawatan pasien yang
bergantung pada aktifitas pengajaran asuhan keperawatan yang berorientasi pada
pasien dan keluarga.

Pendidikan pasien diarahkan untuk peningkatan,pencegahan,penyembuhan


dan pemulihan kesehatan,mencegah penyakit dan membantu orang-orang untuk
menyesuaikan terhadap efek sisa penyakit,memasyarakatkan masalah kepatuhan
terhadap rencana pemberian perawatan kesehatan,menurunkan ansietas pasien,dan
memaksimalkan kemandirian dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Berbagai studi mencatat fakta bahwa pasien yang dibekali informasi memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk mematuhi rencana pengobatan medis dan
mendapatkan cara yang inovatif untuk mengatasi penyakit,menjadi lebih mampu
mengatasi gejala penyakit,kemungkinan mengalami komplikasi lebih kecil dan lebih
puas terhadap perawatan jika mereka memperoleh informasi yang memadai tentang
cara merawat diri mereka sendiri(Bastable,2002).
DAFTAR PUSTAKA

Suliha, 2002 , pendidikan kesehatan dalam keperawatan , Jakarta : Egc

Notoatmojo, 2014, Ilmu perilaku kesehatan, Jakarta : Rineka cipta

Fitriani.s, 2011, promosi kesehatan.edisi 1, Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai