PENDAHULUAN
Sayangnya, kenyataan yang saya jumpai di kecamatan Rupat Utara berbeda sekali.
Paradigma dan pemahaman masyarakat Kecamatan Rupat Utara terhadap pentingnya
kesehatan gigi dan mulut bagi kesehatan tubuh secara umum masih sangat rendah. Saya juga
melihat bahwa pola hidup masyarakat setempat yang memang sangat tidak mendukung
terciptanya kesehatan gigi dan mulut. Di lain pihak, saya juga menjumpai hampir seluruh
masyarakat yang datang ke tukang-tukang gigi atau oknum lain yang tidak memiliki
kompetensi di bidang kesehatan gigi dan mulut untuk mengatasi masalah kesehatan gigi nya.
Dari permasalahan yang saya kemukaan diatas, dapat saya rumuskan permasalahan
tersebut sebagai berikut :
2. Pola hidup yang bagaimana yang dapat menyebabkan rendahnya derajat kesehatan
gigi dan mulut di kecamatan Rupat Utara?
3. Mengapa masih banyaknya masyarakat yang lebih percaya pada dukun-dukun
kampung atau tukang gigi untuk mengatasi permasalahan kesehatan gigi dan mulut
nya?
Umum :
Khusus :
2. Mengubah pola hidup masyarakat kecamatan Rupat Utara menjadi pola hidup
yang mendukung kesehatan gigi dan mulut
Bagi Masyarakat :
1. Karya tulis ini dapat dijadikan acuan kerja penulis untuk meningkatkan kinerja
pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta meningkatkan pengetahuan dokter gigi
di bidang kesehatan gigi dan mulut
2. Dapat dijadikan contoh untuk teman sejawat dokter gigi lain dalam menjalankan
tugasnya.
3. Membantu dokter gigi lain dalam mengatasi segala permasalahan yang terjadi di
wilayah kerjanya.
BAB II
LANDASAN TEORI
Akibat paradigma yang keliru ini membuat sebagian besar masyarakat tidak
mengetahui manfaat dan fungsi gigi dan mulut yang sebenarnya. Gigi dan mulut diciptakan
bagi manusia memiliki fungsi yaitu :
3. Sebagai bagian dari penampilan seseorang agar tampak menarik ( fungsi estetik)
Sebagaimana anggota tubuh yang lain Allah telah menciptakannya sebagai manifestasi
keadilan- Nya dan tak ada yang sia-sia.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut, ada beberapa hal yang harus
dilakukan, antara lain :
2. Peranan sekolah sebagai pembina Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang
aktif.
Kesehatan gigi dan mulut sebagaimana kesehatan umum lainnya tidak terlepas dari
rendahnya pengetahuan masyarakat. Pengetahuan kesehatan gigi dan teknologi perawatan
gigi adalah sebuah keharusan untuk membentuk bangunan kesadaran kepada masyarakat.
Pengetahuan kesehatan gigi seharusnya tidak hanya terbatas pada gigi yang sakit, gigi
tersebut dicabut dan ompong.
Masyarakat perlu mengtahui bahwa gigi dan mulut bisa dijaga agar tetap sehat
misalnya dengan :
2. Gigi yang berlubang bisa ditambal dengan berbagai macam tambalan agar gigi
tersebut kembali sehat dan berfungsi
3. Gusi yang bengkak akibat karang gigi bisa menjadi sehat kembali dengan
perawatan pembersihan karang gigi (scaling)
4. Gigi yang syarafnya infeksi bisa dilakukan perawatan saluran akar lalu ditambal
sehingga gigi menjadi sehat kembali
5. Gigi yang berjejal dan sulit dibersihkan dapat diratakan dengan kawat gigi agar
abik secara estetik dan mudah dibersihkan
6. Gigi yang patah akibat jatuh atau kecelakaan dapat dipasangkan mahkota jaket
agar gigi tersebut kuat dan sehat kembali.
Di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa kesehatan gigi dan mulut dianggap sebagai
kesehatan dasar, dan tidak hanya sekedar terbatas pada aspek kuratif atau pengobatan gigi
yang sakit, tetapi lebih daripada itu mereka lebih modern dengan estetika dan kosmetik
kedokteran gigi.
Pengetahuan dan informasi yang cukup akan menjadi modal sosial bagi setiap
keluarga untuk memaksimalkan upaya pemeliharaan kesehatan gigi keluarganya sejak dini.
Para ibu yang merencanakan kehamilan akan memeriksakan giginya, agar kelak ketika
sedang hamil gigi nya tetap sehat dan tidak mengganggu proses kehamilannya. Anak-anak
pra sekolah yang lebih banyak jajan permen dan sejenisnya perlu pengawasan khusus agar
sejak dini rajin sikat gigi (gigi nya disikat oleh orang tuanya) dan sering kumur dan minum
air putih terutama setelah makan permen. Anak-anak sekolah dididik sikat gigi yang baik dan
benar dan secara periodik melakukan pemeriksaan ke dokter gigi.
Kesehatan gigi keluarga telah dicanangkan sebagai upaya strategis yang bersifat
preventif dan promotif, dengan harapan keluarga-keluarga yang dapat menjaga kesehatan
giginya pada akhirnya akan menciptakan bangsa yang sehat dan berkualitas.
Sikat gigi diwaktu pagi dan malam hari sebelum tidur dapat mencegah gigi berlubang,
dan dapat disempurnakan menjaga kesehatan mulutnya dengan aplikasi dental floss. Flossing
pada gigi geligi dapat menghilangkan penumpukan kotoran gigi (plak) pada bagian celah gigi
geligi. Kunjungan secara periodik enam bukan sekaili ke dokter gigi keluarga adalah bagian
dari upaya preventif, konsultasi dan pemeriksaan gigi anggota keluarga dapat mencegah
kerusakan lebih lanjut, terutama gigi geligi bagian belakang yang sulit terlihat dan rumit
dibersihkan, dan pada umumnya gigi belakang sering terjadi lubang (karies)4
Berkonsultasi cara menyikat gigi yang baik dan benar juga penting, mengingat karies
yang terjadi pada bagian leher gigi dan mengakibatkan gigii sensitif umunya disebabkan oleh
metode sikat gigi yang salah, akibatnya leher gigi menjadi abrasif dan mengakibatkan
kerusakan yang dapat segera dicegah agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut.
Benjainin S. Bloom, dalam Notoatmojo (2003), membagi kedalam 3 aspek dasar yang
mempengaruhi terjadinya proses perubahan perilaku seseorang dalam menghadapi dan
memecahkan masalah kehidupan, yaitu : “Klasifikasi domain atau taksonomi terdiri dari :
Cognitive domain, Affective domain, Psychomotor domain.”
Aspek-aspek tersebut dapat berubah setiap saat dan tergantung pada pelbagai faktor
baik internal maupun external, seperti apa yang terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Oleh sebab itu masing-masing aspek tersebut dalam proses perubahannya berkembang
sampai tingkat paling akhir yang dianggap matang untuk menerima atau menolak suatu
perbuatan, perubahan aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut :3
Salah satu usaha pokok yang dimiliki oleh Puskesmas untuk meningkatkan derajat
kesehatan gigi dan mulut masyarakat adalah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah. Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang
terpadu, secara lintas program dan lintas sektoral yang ditunjukan untuk masyarakat sekolah
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat,
terutama kesehatan gigi dan mulut. UKGS merupakan bagian integral dari UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah). Tujuan UKGS adala memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi
derajat kesehatan gigi dan mulut, yang didalamnya mencakup memiliki pengetahuan, sikap
dan ketrampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta berperan aktif di dalam usaha
peningkatan kesehatan, terutama kesehatan gigi dan mulut di sekolah, di rumah dan di
lingkungan masyarakat.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD yang belum terjangkau
oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang ada di Puskesmas. Kegiatan berupa :
Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut oleh guru sesuai
dengan kuriulum
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD yang sudah terjangkau
oleh tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan gigi yang dimiliki puskesmas sudah
memadai. Kegiatan berupa :
Pelayanan medis gigi dasar pada murid kelas terpilih / selektif sesuai
kebutuhan
3. Minimal 80% murid SD mendapatkan perawatan medis gigi dasar, dari seluruh murid
SD yang telah terjaring untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
Menurut DEPKE RI (1996), program UKGS di Puskesmas dilaksanakan dalam bentuk tim.
Adapun kegiatan tim tersebut melibatkan dokter gigi, perawat gigi dan petugas UKS, tugas
dan fungsi pokok dari petigas UKGS tersebut adalah :
Dokter gigi
Memberi pengarahan / pelatihan kepada tenaga perawat gigi, tenaga UKS , guru dan
dokter kecil.
Perawat Gigi
Sebagai pelaksana kegiatan program UKGS
Petugas UKS
Membantu dokter gigi dalam melaksanakan pembnaan guru dan dokter kecil yang
terlibat dalam program UKGS
Melaksanakan rujukan
Mengukur daerah permukaan gigi yang ditutupi oleh food debris atau kalkulus. Untuk
pemeriksaan OHI-S, Greene dan Vermillion menetapkan bahwa gigi indeks yang digunakan
adalah 4 gigi posterior dan 2 gigi anterior. 6 1 6
6 1 6
Rahang atas yang diperiksa adalah permukaan bukal gigi M1 kanan atas, permukaan
labial I1 kanan atas dan permukaan bukal gigi M1 kiri atas.
Pemeriksaan dilakukan di permukaan bukal karena saluran muara untuk kelenjar
saliva yaitu pada glandula parotis terletak di daerah bukal
Rahang bawah yang diperiksa adalah permukaan lingual gigi M1 kiri bawah,
permukaan labial gigi I1 kiri bawah dan permukaan lingual M1 kanan bawah.
Pemeriksaan pada permukaan lingual karena saluran muara untuk kelenjar saliva yaitu
pada glandula sublingualis terletak di daerah lingual.
Apabila salah satu gigi index telah hilang atau tinggal sisa akar, maka penilaian dapat
dilakukan pada gigi pengganti yang dapat mewakili2
o Apabila gigi M1 RA atau RB tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi
M2 RA atau M2 RB.
o Apabila gigi M1 dan M2 RA dan RB tidak ada, maka penilaian dilakukan
pada gigi M3 RA atau RB.
o Apabila gigi M1, M2, M3 Ra dan RB tidak ada, maka penilaian tidak dapat
dilakukan.
o Apabila gigi I1 kanan RA tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi I1
kiri RA.
o Apabila gigi I1 kanan dan kiri RA tidak ada, maka tidak dapat dilakukan
penilaian.
o Apabila gigi I1 kiri RB tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi I1 kanan
RB.
o Apabila gigi I1 kiri dan kanan RB tidak ada, maka penilaian tidak dapat
dilakukan.
Tingkat kebersihan mulut secara klinis pada OHI-S dapat dikategorikan sebagai berikut :
0,0 – 1,2 = baik
1,3 – 3,0 = sedang
3,1 – 6,0 = buruk
Decay : Jumlah gigi karies yang tidak ditambal / yang masih dapat ditambal
Missing : Jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut/ gigi yang telah hilang
karena karies
Filling : Jumlah gigi yang telah ditambal dan masih baik
Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang. DMF-T
maksudnya karies yang dihitung per gigi, artinya gigi yang memiliki karies lebih dari satu
(misalnya pada gigi molar 1 permanen terdapat karies di oklusal dan bukal, maka karies tetap
dihitung 1).
Index DMF-T tidak membedakan kedalaman karies, misalnya karies superfisial, media atau
profunda.2,5
Indeks ini sama dengan DMF-T hanya saja indeks def-t digunakan untuk gigi sulung.
e disini maksudnya adalah eksofoliasi = jumlah gigi sulung yang hilang karena karies atau
harus dicabut karena karies. Namun beberapa penelitian eksofoliasi tidak digunakan df-t
kaerna mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan, sebab apakah karies tersebut benar –
benar hilang karena karies atau bukan. Pada gigi sulung sering kali gigi hilang karena faktor
resorbsi fisiologis atau trauma.2,5
BAB III
PROGRAM KERJA DOKTER GIGI DALAM RANGKA
PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN GIGI DAN MULUT
MASYARAKAT KECAMATAN RUPAT UTARA
Untuk mengubah pola hidup masyarakat menjadi pola hidup yang mendukung
peningkatan kesehatan gigi dan mulut, saya menitikberatkan pada program sikat gigi
pada siswa-siswa Taman kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar(SD) dengan harapan
para siswa ini mencontohkan cara menyikat gigi yang benar pada orang tua, saudara,
teman, tetangga atau orang-orang disekitar mereka. Membiasakan siswa-siswa sekolah
dasar untuk menyikat gigi nya minimal 2 kali sehari terutama pagi setelah makan dan
malam sebelum tidur, diharapkan dapat mengubah pola hidup para siswa untuk jangka
pendeknya, dan mengubah pola hidup keluarga / masyarakat untuk jangka
panjangnya.
Murid-murid sekolah dasar adalah kelompok dengan resiko karies yang tinggi
sehingga dapat saya jadikan salah satu indikator untuk mengetahui apakah program
kerja yang telah saya buat cukup berhasil atau tidak. Dalam hal ini saya akan terjun ke
sekolah-sekolah dasar untuk melakukan penyuluhan dan Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS).
Pada kegiatan UKGS ini saya akan mengukur index kebersihan mulut siswa
(OHI-S) dan index karies gigi siswa (def-t).
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Secara geografis, daerah kecamatan Rupat Utara terletak di kawasan paling luar
propinsi Riau berbatasan langsung dengan selat melaka. Untuk dapat sampai di daerah ini,
pendatang dapat menggunakan 2 (dua) transportasi melalui laut dan melalui darat.
Transportasi laut dengan menggunakan kapal berkecepatan tinggi atau lebih dikenal dengan
istilah speed boat, dapat menempuh waktu 1 jam 30 menit. Transportasi darat dapat ditempuh
dengan kendaraan motor atau motor, perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam jika kondosi
jalanan bagus.
Kondisi infrastruktur tersebut membuat kecamatan Rupat Utara ini dikategorikan ke
dalam salah satu daerah terpencil di indonesia. Kecamatan Rupat Utara selama bertahun-
tahun menjadi momok yang menakutkan bagi para Pegawai Negeri Sipil yang direncanakan
ditugaskan disana. Padahal cerita yang beredar tentang Rupat Utara tidak seseram kenyataan
nya. Hal ini mengakibatkan tidak meratanya penyebaran Pegawai Negeri Sipil di propinsi
Riau khususnya Kabupaten Bengkalis. Penyebaran PNS yang tidak merata berimbas pada
kinerja tenaga kesehatan yang berugas di kecamatan Rupat Utara. Bertahun-tahun masyarakat
Rupat Utara tidak mendapatkan pelayanan gigi dan mulut sampai pada tahun 1997 akhirnya
ada dokter gigi yang bertugas disana. Dan sampai saat ini pun dokter gigi yang masuk ke
Puskesmas kecamatan Rupat Utara hanya sebatas dokter gigi PTT yang sifatnya sementara.
Sedangkan dokter gigi PNS baru masuk lagi pada tahun 2011 itupun karena alasan kesehatan,
dokter gigi tersebut mengajukan pindah dari Rupat Utara pada tahun 2013 dan selama
periode 2011 – 2013 tersebut dokter gigi tersebut hanya produktif selama 6 bulan saja.
Pada tahun 1997 jumlah pasien gigi yang berobat hanya 184 pasien setahun dengan
kondisi tidak ada kursi dan peralatan yang menunjang pemeriksaan gigi. Barulah pada tahun
1998 pemerintah menyediakan kursi gigi dan peralatan yang menunjang pemeriksaan dan
tindakan pencabutan gigi.
DATA KUNJUNGAN PASIEN POLI GIGI SELAMA 5 TAHUN TERAKHIR
UMUM IBU HAMIL ANAK SEKOLAH
2010 838 25 87
2011 902 44 112
2012 991 26 103
2013 1002 33 146
2014 1049 64 268
Tabel 1.1. Data Jumlah Pasien Poli Gigi
Dari data jumlah kunjungan pasien umum, ibu hamil dan anak sekolah yang datang ke
poli gigi menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunya. Hal ini
membuktikan bahwa masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya kesehatan gigi dan
mulut mereka. Masyarakat pun juga sudah mulai mempercayakan permasalahan kesehatan
gigi dan mulut nya ditangani oleh tenaga kesehatan yang memang kompeten di bidangnya
(dokter gigi).
Untuk pasien umum terjadi kenaikan 25% dari tahun 2010 sampai 2014. Kenaikan
yang juga cukup signifikan terjadi pada ibu hamil yang meningkat jumlah nya sebanyak
156%. Ibu hamil yang datang ke poli gigi biasanya mengalami sakit gigi, konsultasi masalah
kondisi gusi nya selama kehamilan, dan ada beberapa yang memang sekedar konsultasi
seputar kesehatan gigi dan mulutnya selama kehamilan.
Untuk anak sekolah terlihat index OHI-S dan def-t nya yang menuju ke arah
perbaikan walaupun masih sangat jauh dari yang diharapkan. Dari penurunan angka index
tersebut dapat disimpulkan bahwa sedikit demi sedikit pola hidup masyarakat sudah mulai
mengalami kemajuan di bidang kesehatan gigi dan mulutnya. Perlahan tapi pasti pola hidup
masyarakat setempat sudah mengalami perubahan yang lebih baik. Rencana kerja yang telah
dibuat selama ini telah menunjukkan hasil yang cukup signifikan, sehingga dapat diteruskan
dan ditingkatnya di tahun-tahun berikutnya.
Untuk pengukuran index OHI-S dan def-t memang hanya dilakukan di dua sekolah
binaan saja, yaitu sekolah SDN 07 Titi akar dan SDS Yapendik GPIB Tanjung Medang.
Mengapa demikian? Sebab, jumlah tenaga dokter gigi yang ada hanyalah satu, itupun
merangkap sebagai kepala UPT Puskemas Dinas Kesehatan Kecamatan Rupat Utara.
Dalam rangka pemerataan penyebaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
kecamatan Rupat Utara, dokter gigi melakukan kunjungan kerja 2x dalam seminggu ke desa
Titi Akar. Sebelum dokter gigi datang ke desa Titi Akar, petugas kesehatan yang bertugas di
Puskesmas Pembantu desa Titi Akar mendata terlebih dahulu jumlah pasien yang akan di
berikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Dalam 1 kali kunjungan paling sedikit 20 pasien
berhasil terkumpul.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari permasalahan – permasalahan yang dijabarkan pada karya tulis ini dapat
disimpulkan beberapa hal, yaitu :
1. Paradigma dan pemahaman masyarakat kecamatan Rupat Utara yang tidak
mendukung kesehatan gigi dan mulut lebih disebabkan karena ketidaktahuan
masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut bagi kesehatan tubuh mereka
secara umum.
2. Masyarakat Rupat Utara yang secara geografis merupakan salah satu daerah terluar
Indonesia ternyata masih bisa diajak duduk bersama dan berpikiran terbuka untuk
menerima ilmu baru yang selama ini mereka tidak tahu sama sekali, dan mau
menerima ilmu tersebut dengan baik, walaupun secara perlahan
3. Kondisi infrstruktur menjadi kendala tenaga kesehatan untuk melakukan pemerataan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di kecamatan Rupat Utara
4. Kurangnya jumlah tenaga kesehatan yang tersedia menjadi salah satu kendala kurang
maksimalnya pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
kecamatan Rupat Utara
5. Dengan rencana kerja yang tepat dan konsisten, dapat mengubah pemahaman
masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut, terbukti dari jumlah kunjungan
pasien yang semakin lama semakin banyak per tahunnya.
6. Kegiatan UKGS ke sekolah-sekolah dasar dan TK serta kegiatan penyuluhan dan
sikat gigi massal yang berkesinambungan dan dijadikan agenda bulanan mampu
menurunkan index OHI-S dan def-t siswa SD yang nantinya akan berpengaruh
terhadap perubahan pola hidup masyarakat yang lebih baik.
Dalam menjalankan rencana kerja nya, dokter gigi (penulis) menemukan beberapa kendala
yang dihadapi, oleh karena itu sekiranya penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Perlu nya penambahan fasilitas kesehatan khususnya fasilitas kesehatan gigi dan
mulut seperti fasilitas penambalan GIC dan Light Curing agar pelayanan dapat
bersifat preventif, bukan kuratif saja. Selama ini penyanan hanya berupa pencabutan
gigi saja.
2. Perlunya dokter gigi di beri wadah oleh pemerintah (Dinas Kesehatan) untuk meng-
update ilmu kedokteran gigi nya melalui pelatihan-pelatihan agar mutu pelayanan
kesehatan gigi dan mulut meningkat.
3. Perlunya bagian yang menangani secara khusus Gigi dan Mulut di dinas kesehatan,
sehingga dapat lebih berkonsentrasi untuk kemajuan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut.
4. Pemberian fasilitas UKGS seperti blanko Odontogram yang memang sudah ada
blanko nya di Kementrian Kesehatan RI, agar dokter gigi dapat melaksanakan UKGS
dengan panduan yang benar.
5. Perlunya fasilitas penunjang UKGS lain seperti dental Unit Portable yang sudah
banyak digunakan puskesmas-puskesmas di Jakarta, sehingga dapat melaksakan
UKGS Optimal atau UKGS tahap III. Sebab dengan suksesnya program UKGS di
setiap sekolah, dapat secara signifikan mengurangi index OHI-S dan def-t siswa SD.
6. Penambahan jumlah tenaga kesehatan dokter gigi di UPT kecamatan Rupat Utara,
sehingga tidak perlu lagi kepala puskesmas merangkap tugas sebagai dokter gigi.
Sebaiknya setiap Puskesmas di kabupaten bengkalis memiliki minimal 2 dokter gigi
agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat menjadi lebih optimal.
7. Pemerataan jumlah tenaga kesehatan dokter gigi yang tidak menumpuk di satu
puskesmas saja.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sri Astuti S.S, Msc (Ph), 2006. Modul Pelatihan Manajemen Puskesmas:
Jakarta