Anda di halaman 1dari 10

DUA TOPIK PENELITIAN

Disusun untuk memenuhi Tugas Metodologi Riset


Dosen Pengampu : Prof. DR. dr. Suharyo Hadisaputro, Sp. PD-KPTI

Disusun oleh:

YODHA ARSPINO
NIM : P1337425318011

PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN TERAPIS GIGI DAN MULUT


PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TERAPAN KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2018
TOPIK 1 :
PERBANDINGAN MENYIKAT GIGI DAN KOMBINASI MENYIKAT GIGI DISERTAI
BERKUMUR MENGGUNAKAN OBAT KUMUR MENGANDUNG SORBITOL TERHADAP
PENURUNAN SKOR INDEKS PLAK

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan gigi dan mulut semakin menjadi masalah yang cukup serius di

masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013

menunjukkan bahwa prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

Indonesia adalah 25,9%. Karies gigi merupakan hasil interaksi dari bakteri di

permukaan gigi, plak dan diet karbohidrat sehingga terjadi demineralisasi pada

jaringan keras gigi. Indeks DMF-T (D= Decay, M= Missing, F= Filling, T= Theet)

pada wilayah Sumatra Barat sebesar 4,7 dengan nilai masing-masing : D-T=1,7; M-

T=3,1; F-T=0,06 (Riskesdas, 2013). Plak gigi merupakan deposit lunak yang

membentuk biofilm dan melekat erat pada permukaan gigi. (Daliemunthe, 2008).

Akumulasi plak gigi yang banyak mengandung mikroorganisme patogen merupakan

penyebab utama timbulnya penyakit pada jaringan keras gigi maupun jaringan

pendukung gigi (Elley dkk, 2010 ).

Kontrol plak merupakan upaya meningkatkan kebersihan mulut untuk

menghindari resiko terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal akibat akumulasi

plak gigi yang dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi dan diet rendah

sukrosa (Felton dan Alison, 2009). Kontrol plak dapat dilakukan oleh masing-masing

individu tanpa memerlukan tenaga ahli dalam pelaksanaannya. Menyikat gigi

merupakan salah satu cara mekanis yang dapat dilakukan dalam mengendalikan plak,
mencegah dan mengendalikan karies dan penyakit periodontal (Felton dan Alison,

2009 ; Putti, 2008).

Kontrol plak secara mekanis merupakan suatu tindakan membersihkan gigi dan

mulut menggunakan alat fisioterapi oral bertujuan membantu membersihkan dari sisa

makanan dan debris (Putri dkk, 2010). Sikat gigi merupakan salah satu alat fisioterapi

oral yang digunakan secara luas untuk membersihkan gigi. Menyikat gigi

menggunakan sikat gigi dapat membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan

merupakan tindakan preventif dalam menjaga kesehatan rongga mulut. Ditemukan

beberapa kendala dalam melakukan kontrol plak secara mekanis diantaranya adalah

kondisi mukosa (misalnya: aphthae/seriawan, pemfigoid membrane mukosa jinak),

pasien post bedah periodontium atau tidak adanya keterampilan dari individu akan

cara menyikat gigi yang benar (dexterity) (Mitchell dkk, 2015).

Menurut Flaherty, tidak ada satupun metode penyikatan gigi yang tepat untuk

semua individu karena perbedaan morfologi gigi-geligi, status kesehatan rongga

mulut dan kedisiplinan dalam penyikatan gigi, kontrol plak secara mekanis dapat

dikombinasikan dengan kontrol plak secara kimiawi, yaitu menggunakan obat kumur

Obat kumur mampu menghilangkan sisa-sisa makanan dan bakteri yang tertinggal di

dalam rongga mulut (Flaherty, 2010). Menyikat gigi disertai berkumur menggunakan

obat kumur dapat menjadi upaya alternatif dalam mencapai kebersihan rongga mulut

yang optimal.

Plak juga dapat dikontrol dengan cara membatasi makanan yang banyak

mengandung karbohidrat terutama sukrosa (Putri dkk, 2010). Mengganti konsumsi


sukrosa dengan pemanis buatan lainnya yang dapat meberikan rasa manis tetapi tidak

menghasilkan asam ketika diragikan oleh bakteri plak satu diantaranya yaitu sorbitol

(Putri dkk, 2010). Sorbitol merupakan bahan pengganti gula dari golongan gula

alkohol yang memiliki rasa manis sekitar 60% rasa manis sukrosa (Burt dkk, 2006).

Sorbitol baik digunakan sebagai pemanis pengganti sukrosa karena mempunyai

keuntungan yaitu tidak bersifat kariogenik. Pengaturan penggunaan pemanis buatan

di Indonesia sudah diatur oleh peraturan Menkes No.208 tahun 1985 pasal 10 &

Keputusan Badan POM No.HK 0005.51.4547 tahun 2004 tentang persyaratan

penggunaan bahan tambahan pangan pemanis buatan dalam produk pangan & standar

nasional Indonesia (SNI 101-69993-2004) tentang bahan tambahan pangan pemanis

buatan-persyaratan penggunaan dalam produk (Permenkes, 1985 ; Perka Bpom,

2014). Nilai kalori yang terkandung dalam sorbitol sama tingginya dengan gula, tapi

rasa manisnya kira-kira hanya 60% rasa manis sukrosa. Sorbitol sering digunakan

sebagai bahan tambahan dalam berbagai bahan untuk pengontrolan plak, contohnya

dalam pasta gigi dan obat kumur karna tidak bersifat kariogenik. Sorbitol tidak

memiliki gugus karbonil dalam rantainya sehingga kurang reaktif secara kimiawi dari

pada gula yang memupnyai ikatan aldose dan ketosa sehingga kurang berpartisipasi

dalam pembentukan plak gigi (Soesilo dkk, 2005). Penelitian oleh Pratiwi dkk,

menunjukan CFU (Colony Forming Units) Streptococcus mutans pada pemakaian

gula sorbitol sesudah perlakuan terlihat adanya penurunan (Pratiwi dkk, 2001). Hal

ini menunjukan bahwa sorbitol bukan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan

bakteri.
Sorbitol juga mempunyai kelebihan yaitu tidak mempunyai gugus karbonil

sehingga kurang reaktif dan tidak menyebabkan pembentukan asam pada plak gigi.

Penelitian oleh Soesilo dkk, sorbitol bukan merupakan media baik bagi pertumbuhan

bakteri dan tidak menurunkan ph saliva, sehingga saliva tetap bertahan pada ph

tertentu (Soesilo dkk, 2005). Berdasarkan uraian diatas, ingin diketahui apakah

terdapat pengaruh kombinasi menyikat gigi disertai berkumur menggunakan obat

kumur mengandung sorbtiol terhadap penurunan skor indeks plak.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan penurunan skor indeks plak setelah menyikat gigi dan

kombinasi menyikat gigi disertai berkumur menggunakan obat kumur mengandung

sorbitol ?
TOPIK 2 :
PENGARUH PENGGUNAAN LARUTAN KUMUR EKSTRAK BUAH MENGKUDU
(MORINDA CITRIFOLIA L.) TERHADAP PERUBAHAN JUMLAH
POLIMORFONUKLEAR NEUTROFIL DALAM CAIRAN SULKUS GINGIVA PADA
PENDERITA GINGIVITIS.
A. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup

seseorang, mengingat fungsi gigi dan mulut yang sangat berpengaruh dalam fungsi

pencernaan, psikis, dan sosial (Situmorang, 2005). Kesehatan gigi danmulut sering kali

menjadi prioritas yang kesekian bagi sebagian orang, padahal gigi dan mulut merupakan

pintu gerbang masuknya kuman dan bakteri sehingga dapat mengganggu kesehatan organ

tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang sangat

meluas dan terbanyak pada masyarakat. Jumlah prevalensi populasi dewasa dunia yang

menderita penyakit periodontal adalah sebanyak 50% (Wahyukundari, 2009). Di

Indonesia prevalensi penyakit periodontal pada semua kelompok umur adalah 96,58%,

data ini menunjukkan bahwa masih tingginya angka penyakit gigi dan mulut yang masih

terjadi di masyarakat (Situmorang, 2005).

Salah satu jenis penyakit periodontal yang dominan terjadi pada masyarakat

adalah gingivitis. Gingivitis merupakan kondisi inflamasi atau radang pada gingiva atau

gusi yang dapat disebabkan oleh penumpukan bakteri plak pada permukaan gigi. Bakteri

plak akan menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan bakteri akan

mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Hal ini ditandai dengan

adanya perubahan warna lebih merah dari normal, gingiva membengkak dan permukaan
mengkilat. Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit namun penderita gingivitis memiliki

keluhan gusi berdarah bila menyikat gigi (Cope, 2011).

Respon sistem imun seseorang yang mengalami gingivitis secara alamiah akan

aktif sebagai pertahanan tubuh. Sistem imun terdiri atas sistem imun spesifik dan sistem

imun non spesifik. Sistem imun non spesifik merupakan pertahanan terdepan dalam

menghadapi berbagai serangan mikroba dan dapat memberikan respon lansung tanpa

menunjukkan spesifisitas terhadap benda asing yang menyerang tubuh (Garna, 2006).

Salah satu respon imun non imun spesifik yag ada di rongga mulut adalah PMN neutrofil

(Newman, 2006).

Jumlah PMN neutrofil terbanyak pada rongga mulut terdapat pada cairan sulkus

gingiva. Cairan sulkus gingiva jumlahnya akan meningkat bila terjadi inflamasi. Cairan

sulkus gingiva mengandung sel-sel epitel, seperti leukosit Polimorfonuklear (PMN)

neutrofil, limfosit, monosit, berbagai ion mineral (Na, K, dan Cl), berbagai protein

imunoglobulin serta komponen komplemen, albumin, dan fibrinogen. Pada cairan sulkus

gingiva juga terkandung asam laktat, urea, hidroksiapatit, asam sulfat dan asam fosfat

(Barid dkk., 2007).

Perawatan utama gingivitis yang dapat dilakukan adalah pembuangan faktor

etiologi, seperti kontrol plak dan scalling, untuk mengurangi atau menghilangkan

peradangan sehingga memberi kesempatan jaringan gingiva untuk sembuh. Plak melekat

erat pada permukaan gigi dan hanya dapat dihilangkan melalui pembersihan mekanis dan

kimiawi. Kontrol plak secara mekanis dapat dilakuka dengan menggunakan alat
pembersih seperti sikat gigi dan pembersih interdental sedangkan pengendalian plak

secara kimiawi dengan menggunakan obat kumur (Dewi dkk, 2011).

Perawatan gingivitis dilakukan secara mekanis di dalam rongga mulut seperti

menggosok gigi, scalling dan secara kimia salah satunya dengan penggunaan obat kumur

antiseptik. Tujuan berkumur dengan antiseptik yaitu menurunkan jumlah koloni bakteri

patogen dalam rongga mulut, mengurangi terjadinya plak, dan karies gigi

(Wangsarahardja dkk., 2007).

Salah satu obat kumur antiseptik yang sering digunakan adalah obat kumur

mengandung klorheksidin. Klorheksidin telah dibuktikan keefektifannya dalam

mencegah dan mengontrol terbentuknya gingivitis. Klorheksidin merupakan agen kontrol

plak yang menunjukkan hasil terbaik yang memiliki efek antiseptik (Marchetti dkk.,

2001).

Namun klorheksidin memiliki efek samping lokal. Pada penggunaan jangka

panjang didapat efek samping seperti warna coklat gigi, rasa yang kurang enak; ulserasi

mukosa mulut dan paresthesia, pembengkakan parotis yang unilateral atau bilateral, dan

peningkatan pembentukan kalkulus supra gingival (Ayu, 2013).

Pemanfaatan bahan alam yang digunakan sebagai obat jarang menimbulkan efek

samping yang merugikan dibandingkan obat yang terbuat dari bahan sintetis dan kimia.

Obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya bangsa sehingga perlu diteliti dan

dikembangkan agar dapat dibuktikan kandungan zat di dalamnya. Kekayaan alam

Indonesia akan tanaman obat yang memiliki kandungan berkhasiat sebagai antibakteri
dan antiinflamasi salah satunya dapat ditemui pada tanaman mengkudu (Sabir, 2005;

Wang dkk., 2002).

Senyawa yang berfungsi sebagai antibakteri pada buah mengkudu adalah

Ascubin, L. asperuloside, alizarindan beberapa zat antraquinon. Senyawa skopoletin dan

saponin juga berefek sebagai antibakteri. Pada penelitian Yufri Aldi, dkk. (2015),

diketahui bahwa senyawa skopoletin dapat menurunkan kadar IL-4 pada tikus putih

jantan yang mengalami reaksi hipersensitivitas tipe I, berkhasiat sebagai antialergi dan

antiinflamasi. Literatur-literatur kedokteran juga melaporkan keberhasilan pengobatan

pada arthritis, bursitis, carpal tunnel syndrome dan alergi dengan menggunakan

skopoletin (Waha, 2001).Efek antibakteri buah mengkudu juga disebabkan karena

senyawa iridoid seperti asperulosida dan diasetilasperulosida. Dalam penelitian terdahulu

senyawa ini aktif terhadap bakteri gram positif, bakteri gram negatif, dan jamur (West

dkk.,2006).

Berdasarkan latar belakang diatas, beberapa penelitian sudah dilakukan untuk

melihat efektivitas antibakteri dan antiinflamasi secara invitro dan invivo berbasis

preklinis pada buah mengkudu, namun penelitian manfaat buah mengkudu dapat

mengatasi gingivitis secara klinis belum ditemukan. Penulis tertarik untuk melakukan

penelitian secara klinis pengaruh larutan kumur yang mengandung ekstrak buah

mengkudu (Morinda citrifolia L.) 5% terhadap jumlah neutrofil pada penderita gingivitis,

agar didapatkan obat kumur tradisional yang murah, mudah didapatkan, serta efektif

dalam mengurangi gingivitis sehingga dapat digunakan oleh masyarakat luas. Rumusan

Masalah
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan bagaimana pengaruh

penggunaan larutan kumur ekstrak mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap jumlah

Polimorfonuklear (PMN) neutrofil dalam cairan sulkus gingiva pada pasien gingivitis?

Anda mungkin juga menyukai