Anda di halaman 1dari 42

BAB I

AWAL

1.1 Latar Belakang

Kesehatan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara umum

yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetik, tetapi juga dapat

menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Data dari The World Oral Health

Report pada tahun 2008, menyatakan penyakit yang berhubungan dengan mulut

merupakan penyakit terbanyak di dunia. Ada dua penyakit pada mulut yang

umum terjadi di dunia, yaitu karies gigi dan penyakit periodontal. Menurut Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada 2011, prevalensi penyakit periodontal

mencapai 60% pada masyarakat di Indonesia. Menurut Soeroso Y, 2014 dalam

Indirawati Tjahja Notohartojo, 2016 bahwa penyakit periodontal adalah penyakit

gigi dan mulut kedua terbanyak setelah karies gigi yang banyak diderita

masyarakat di dunia, dan dialami pula oleh hampir 90% masyarakat di Indonesia.

Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga

mulut, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut. Hal ini

didukung data Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) ke V (lima), 12

September – 19 November 2014 yang menunjukkan jumlah karies (gigi


[Fransiska Rosalita
berlubang) penduduk Indonesia terhitung sebesar 93.998.727 jiwa.
Kaligis dkk, 2017 ; Rikawarastuti dkk, 2015 ; Indirawati Tjahja Notohartojo dan Made Ayu Lely Suratri, 2013 ; Galuh Cita Sari Rahtyanti

dkk, 2018]

1
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa plak gigi merupakan

penyebab utama terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal. Secara klinis

terbukti bahwa mulut yang menderita penyakit periodontal selalu memperlihatkan

adanya penimbunan plak yang jauh lebih banyak daripada mulut yang sehat.

Pembentukan plak tidak dapat dihindari oleh karena itu dibutuhkan untuk

mengurangi akumulasi plak tidak terjadi penyakit pada gigi dan mulut. Salah satu

faktor pemicu terjadinya penyakit gigi dan mulut, terutama karies, gingivitis dan

periodontitis adalah plak. Plak merupakan lapisan tipis yang terdiri dari

sekelompok bakteri yang tertanam dalam matrik ekstra seluler mukosa dan

permukaan gigi dalam rongga mulut. Plak dapat menyebabkan penyakit gigi dan

mulut dikarenakan adanya interaksi bakteri/mikroorganisme yang ditemukan di

dalam plak dan sel dari inang yang terinflamasi.[Fransiska Rosalita Kaligis dkk, 2017 ; DJ Dewangga
Yunico Prity, 2014]

Menurut Carranza, 2006, 2012 dalam Indirawati Tjahja Notohartojo

bahwa terjadinya infeksi pada gigi berawal dari ketidakseimbangan bakteri dalam
pada
plak. Plak merupakan lapisan tipis permukaan gigi yang berasal dari air liur

dan tidak tampak oleh mata. Plak sudah terbentuk beberapa detik setelah menyikat

gigi. Menurut Prayitno, 2003, Carranza, 2006 dalam Indirawati Tjahja

Notohartojo bahwa beberapa jam kemudian sejumlah bakteri dalam mulut akan

menempel pada plak, namun hal ini bersifat normal. Bila kebersihan mulut tidak

dijaga baik maka keseimbangan bakteri plak di daerah tersebut akan terganggu,

bakteri akan berkembang biak, dan mulai tercium bau tidak sedap (halitosis) dari

mulut yang bersumber dari toksin bakteri. Plak yang tidak dibersihkan secara rutin

2
akan menjadi karang gigi yang semakin hari akan semakin tebal. Kondisi ini akan

menyebabkan gusi menjadi rentan terhadap peradangan sehingga terjadi radang

gusi (gingivitis). Gingivitis merupakan awal penyakit periodontitis.[Indirawati Tjahja

Notohartojo dan Made Ayu Lely Suratri, 2013, 2013]

Lapisan plak sebagian besar terdiri dari kuman. Pada gigi lapisan plak

dapat menyebabkan gigi berlubang atau karies, sedangkan pada gusi lapisan plak

dapat menyebabkan radang gusi atau gingivitis. Berbagai macam tindakan kontrol

plak, antara lain menyikat gigi, pembersihan interdental gigi, dan obat kumur.

Obat kumur merupakan kontrol plak secara kimiawi yang dapat menghilangkan

sisa plak yang masih tertinggal setelah adanya kontrol plak secara mekanik baik

menyikat gigi maupun pembersihan interdental gigi. Obat kumur yang dipakai

untuk kontrol plak adalah obat kumur yang mengandung anti plak dan

antimikroba. Anti plak dan antimikroba bertujuan untuk mencegah terbentuknya


[DJ Dewangga Yunico Prity, 2014 ; Irmanita
biofilm/plak yang sudah ada pada permukaan gigi.
Wiradona dkk, 2013]

Bahan-Bahan yang telah dipatenkan seperti Chlorhexidine (CHX) yang

terkandung dalam obat kumur. Namun penelitian telah membuktikan bahwa

penggunaan CHX dalam jangka panjang menimbulkan efek merugikan. Banyak

yang penelitian yang memanfaatkan bahan alami untuk menghailkan obat-obatan

dalam upaya mendukung program pelayanan kesehatan gigi.[Nova Rosdiana, 2016]

Garam dapur (NaCl) merupakan salah satu bahan makanan yang sudah

memasyarakat. Selama ini pemanfaatan garam dapur di masyarakat sebagai bahan

penyedap dan pengawet makanan.. kemampuan garam dapur untuk mengawetkan

3
makanan pada dasarnya adalah kemampuan garam dalam menghambat

pertumbuhan mikroorganisme. Kemampuan menghambat bakteri tersebut oleh

kandungan ion khlor yang beracun terhadap mikroorganisme serta dapat

mengganggu kerja enzim proteolitik karena dapat mengakibatkan terjadinya

denaturasi protein. Kemampuan ini dapat menjadi salah satu solusi untuk

menghambat pertumbuhan mikroorganisme. [N.L.P.M. Widiyanti dkk, 2015]

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutomo, 2010 bahwa sebagian

masyarakat Sumolepen, Balongsari Mojokerto percaya bahwa air garam dapat

mengurangi nyeri gigi sehingga mereka melakukan kumur air garam ketika

mengalami nyeri gigi. Hal ini disebabkan karena kepercayaan, pengalaman dan

anggapan masyarakat bahwa di dalam air garam terdapat antibakteri yang dapat

membunuh kuman penyebab nyeri sehingga nyeri dapat berkurang. Hal ini sudah

dilakukan secara turun temurun berdasarkan pengalaman dan mitos yang ada di

masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Kurniawati, 2013 dikatakan

bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah berkumur

air garam hangat pada masing-masing kelompok, terhadap penurunan indeks plak.

Hal ini terlihat dari penurunan rata-rata PI (Plaque Index) pada setiap kosentrasi

larutan garam. Konsentrasi air garam hangat 0,9% yang bersifat isotonis

menyebabkan penurunan skor plak yang bermakna, hal ini karena air garam

hangat 0,9% dapat melarutkan protein dan zat organik yang ada pada matriks

interseluler plak sehingga proses pembentukan plak tahap pertama yaitu

pembentukan pelikel terganggu. Menurut Carranza 2002 dalam Dwi Kurniawati,

2010 dikatakan bahwa kemampuan air garam untuk melarutkan protein

4
menyebabkan terhambatnya pembentukan glikoprotein pelikel. Konsentrasi air

garam 2% juga menyebabkan penurunan PI secara bermakna. Air garam 2%

merupakan antiseptik yang dapat menghambat pertumbuhan kuman.[Sutomo, 2010 ; Dwi

Kurniawati, 2011]

Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti efektivitas larutan garam dapur

dalam mengurangi akumulasi plak pada gigi sampel dengan sampel yang

memenuhi kriteria yang ditentukan dalam penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,

maka rumusan masalah yang dapat di ambil yaitu:

1.2.1 Bagaimana akumulasi plak gigi sebelum berkumur dengan larutan garam

dapur terhadap penurunan akumulasi plak gigi pada pasien periodontitis di

RSGM Kandea?

1.2.2 Bagaimana akumulasi plak gigi setelah berkumur dengan larutan garam

dapur terhadap penurunan akumulasi plak pada pasien periodontitis di RSGM

Kandea?

1.2.3 Bagaimana pengaruh larutan garam dapur terhadap terhadap penurunan

akumulasi plak gigi pada pasien periodontitis di RSGM Kandea?

5
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui tentang pengaruh larutan garam dapur terhadap penurunan

akumulasi plak gigi pada pasien periodontitis di RSGM Kandea?

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui tentang akumulasi plak gigi sebelum berkumur dengan

larutan terhadap pernurunan akumulasi plak gigi pada pasien periodontitis di

RSGM Kandea?

1.3.2.2 Mengetahui akumulasi plak gigi setelah berkumur dengan larutan garam

dapur terhadap pernurunan akumulasi plak gigi pada pasien periodontitis di

RSGM Kandea?

1.3.2.3 Mengetahui pengaruh larutan garam dapur terhadap pernurunan akumulasi

plak gigi pada pasien periodontitis di RSGM Kandea?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Peneliti

Melatih untuk berpola pikir ilmiah, menyajikan dan membahas suatu

masalah, serta mempertanggungjawabkannya secara ilmiah. Selain itu, agar

peneliti dapat mengetahui efektivitas garam dapur sebagai alternatif obat kumur

dalam mengurangi akumulasi plak gigi.

6
1.4.2 Teoritis

Memberikan informasi di bidang ilmu kedokteran gigi khususnya di

bidang Periodontologi mengenai efektivitas larutan garam dapur dalam

pengendalian plak secara kimia.

1.4.3 Praktis

Masyarakat dapat menggunakan larutan garam sebagai bahan yang dapat

mengurangi akumulasi plak gigi.

1.4.4 Instutisi

Sebagai tambahan referensi di perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin dan sebagai masukan atau ide bagi peneliti selanjutnya.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak Gigi

Lapisan plak sebagian besar terdiri dari kuman. Pada gigi lapisan plak

dapat menyebabkan gigi berlubang atau karies, sedangkan pada gusi lapisan plak

dapat menyebabkan radang gusi atau gingivitis. Menurut Carranza, 1990 dalam

Dwi Kurniawati, 2013 dikatakan bahwa pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

dapat dilakukan dengan melakukan kontrol plak secara mekanis dan kimia.

Menurut Carranza 2002 dalam Dwi Kurniawati, pembersihan secara mekanis

berupa penyikatan gigi yang dilakukan secara mekanis berupa penyikatan gigi

yang dilakukan setiap sehabis makan dan sebelum tidur dapat menghambat

pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme di dalam plak sehingga dapat

mencegah berkembangnya penyakit periodontitis ke tahap yang lebih lanjut.

Pengontrolan plak akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan obat kumur

sebagai pengendalian plak secara kimia.[Dwi Kurniawati, 2011]

Plak gigi merupakan komunitas mikroorganisme yang ditemukan diatas

permukaan gigi sebagai suatu biofilm. Melekat pada suatu matrik polimer host

dan bakteri utama. Saieb dan Catherine menyatakan bahwa biofilm merupakan

kelompok atau komunitas mikroorganisme yang tengah melekat dengan

sendirinya pada suatu permukaan dalam lingkungan yang lembab dan ditemukan

dalam lingkungan yang cukup aliran nutrisi.[Dwi Warna Aju Fatmawati]

8
Plak gigi merupakan salah satu deposit lunak berwarna putih keabu-abuan

atau kuning yang melekat erat pada permukaan gigi, gingiva dan perangkat oral

serta restorasi. Plak dapat didefinisikan sebagai deposit lunak yang membentuk

biofilm, tidak teremineralisasi, menempel pada permukaan gigi atau permukaan

keras lainnya di dalam rongga mulut termasuk restorasi lepasan maupun cekat.

Jika jumlah plak sedikit maka plak tidak dapat terlihat, kecuali dengan larutan

disclosing.[Dedi Sumantri dan Fuccy Utami Syafitri, 2013 ; Riznika dkk, 2017 ; Azizah Magfirah, 2014]

2.1.1 Komposisi Plak Gigi

Plak terdiri dari 20% bahan organik dan anorganik dan sisanya adalah

air. Bahan organik meliputi kompleks protein polisakarida yang terdiri dari

karbohidrat dan protein kira-kira 30% dan lemak kira-kira 15%. Komponen ini

merupakan produk ekstraseluler dari bakteri plak, sisa-sisa sitoplasmik dan

membran sel, hasil pengunyahan makanan dan derifat glikoprotein. Karbohidrat

yang terbesar ditemukan pada plak supragingiva adalah dextran, levan dan

galaktose, yang diproduksi oleh bakteri polisakarida kira-kira 9,5% dari total

plak.[Muhajir Muin, 2011]

Komponen anorganik yang terdapat dalam plak adalah kalsium, fosfor

sedangkan magnesium, potassium dan sodium ditemukan dalam jumlah yang

kecil. Kandungan anorganik tertinggi ditemukan pada permukaan lingual

incisivus bawah. Ion kalsium ini ikut membantu perlekatan antara bakteri dan

antar bakteri dengan pelikel. Sehingga, hampir 70-80% komponen anorganik

ditemukan sebagai kristalin calcium phosphate.[Muhajir Muin, 2011]

2.1.2 Mikroorganisme dan Mekanisme Plak Gigi

9
Biofilm pada permukaan gigi sering disebut sebagai dental plak. Dental

plak merupakan sekumpulan beranekaragam mikroorganisme pada permukaan

gigi. Streptococcus mutans, Lactobacillus spp, dan Candida albicans adalah

mikroorganisme dominan yang ditemukan pada plak gigi, memiliki sifat

acidogenic dan acidophilic sehingga memiliki kemampuan mengkonversi


[Dwi Warma Aju
karbohidrat menjadi asam dan dapat menurunkan pH rongga mulut.
Fatmawati, 2011 ; Siti Fatimah dkk, 2017]

Mekanisme pembentukan plak ini terdiri atas dua tahap. Tahap pertama

merupakan lapisan acquired pelicle sementara tahap kedua merupakan tahap

proliferasi bakteri. Pada pertama, setelah acquired pelicle terbentuk, bakteri

mulai berproliferasi disertai dengan pembentukan matriks interbakterial yang

terdiri atas polisakarida ekstraseluler, yaitu levan dextra dan juga mengandung

protein saliva. Hanya bakteri yang dapat membentuk polisakarida ekstraseluler

yang dapat tumbuh pada tahap pertama, yaitu Streptococcus mutans,

Streptococcus bovis, Streptococcus sanguis, Streptococcus salivarius sehingga

pada 24 jam pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri atas jenis kokus pada

tahap awal proliferasi bakteri. Perkembangan pada tahap awal proliferasi bakeri.

Perkembangan bakteri membuat lapisan plak bertambah tebal dan karena

adanya hasil metabolisme dan adhesi dari bakteri-bakteri pada permukaan luar

plak, lingkungan di bagian dalam plak berubah menjadi anaerob. .[Megananda Hiranya
dkk, 2010 ; Muhajir Muin, 2011]

Pada tahap kedua, jika kebersihan mulut diabaikan, dua sampai empat

hari, kokus gram negatif dan basilus akan bertambah jumlahnya (dari 7%

10
menjadi 30%), dengan 15% di antaranya terdiri atas bacillus yang bersifat

anaerob. Pada hari kelima Fusobacterium, Aactinomyces, dan Veillonella yang

aerob akan bertambah jumlah.[Megananda Hiranya dkk, 2010 ; Muhajir Muin, 2011]

Plak yang tidak dibersihkan akan termineralisasi menjadi kalkulus atau

karang gigi. Karang gigi adalah jaringan keras yang melekat erat yang terdiri

dari bahan-bahan mineral seperti ; Ca, Fe, Zn, dan Nitrat. Menurut Howink

(1993), karang gigi berkalsifikasi. Karang gigi terbentuk Karena adanya

pengendapan sisa makanan dengan air ludah dan kuman, selanjutnya akan

terjadi proses pengapuran yang lama kelamaan menjadi keras dan terbentuklah

karang gigi. Plak dan karang gigi inilah yang akan mengiritasi gusi dan

menyebabkan gusi berdarah, bengkak (gingivitis). Perkembangannya kemudian

menjadi periodontitis jika kerusakan sudah mengenai tulang pendukungnya.[Dwi


Wulandari dkk, 2016 ; I Made Budi Artawa dan I GA A Pt. Swastini]

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Plak

Menurut Carlsson, faktor-faktor yang memengaruhi proses pembentukan

plak gigi adalah sebagai beriku :

Lingkungan fisik, meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi jaringan

sekitarnya, struktur permukaan gigi yang jelas terlihat setelah dilakukan

pewarnaan dengan larutan disclosing. Pada daerah terlindung karena

kecembungan permukaan gigi, pada gigi yang letaknya salah, pada permukaan

gigi dengan kontur tepi gusi yang buruk, pada permukaan email yang banyak

cacat, dan pada daerah pertautan sementoemail yang kasar, terlihat jumlah plak

yang terbentuk lebih banyak.[Megananda Hiranya dkk, 2010 ; Muhajir Muin, 2011]

11
Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah. Ini hanya terjadi pada

permukaan gigi yang tidak terlindung. Pemeliharaan kebersihan mulut dapat

mencegah atau mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi.[ Megananda Hiranya
dkk, 2010 ; Muhajir Muin, 2011]

Pengaruh diet terhadap pembentukan plak telah diteliti dalam dua aspek,

yaitu pengaruhnya secara fisik dan pengaruhnya sebagai sumber makanan bagi

bakteri di dalam plak. Jenis makanan, yaitu keras dan lunak, memengaruhi

pembentukan plak pada permukaan gigi. Ternyata plak banyak terbentuk jika

kita mengkonsumsi makanan lunak terutama makanan yang mengandung

karbohidrat jenis sukrosa, karena akan menghasilkan dekstran dan levan yang

memegang peranan penting dalam pembentukan matriks plak.[ Megananda Hiranya dkk,
2010 ; Muhajir Muin, 2011]

2.2 Kontrol Plak

Kontrol plak adalah penyingkiran plak mikrobial dan pencegahan terhadap

akumulasinya ke permukaan gigi sekitarnya. Kontrol plak juga menghambat

pembentukan kalkulus. Menghilangkan plak akibat mikroba, dapat

menyembuhkan inflamasi gingival yang masih pada stadium awal. Penghentian

pembersihan gigi dapat menyebabkan rekurensi gingivitis. Dengan demikian

kontrol plak merupakan cara efektif untuk merawat dan mencegah gingivitis, serta

merupakan bagian terpenting dari semua prosedur pencegahan penyakit

periodontal.[Zwista Yulia Dewi dkk, 2015; Muhajir Muin, 2011]

2.2.1 Kontrol Plak Secara Mekanik

12
Usaha untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut salah satunya

dilakukan dengan cara menghilangkan plak secara teratur. Hal tersebut

dimaksudkan untuk mencegah agar plak tidak tertimbun, sehingga dapat

menyebabkan kerusakan jaringan pada rongga mulut, baik gigi ataupun jaringan

sekitar gigi.[Indra Bramanti dkk,2014]

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Pintaulli dan Hamada (2010)

dalam Ade Indah Pratiwi (2014), bahwa tindakan mekanis seperti penyikatan

gigi dan flossing harus disertai dengan upaya tambahan seperti penggunaan obat

kumur untuk memberikan efektivitas pembersihan rongga mulut.[Ade Indah Pratiwi, 2014]

2.2.2 Kontrol Plak Secara Kimiawi

Obat kumur merupakan kontrol plak secara kimiawi. Obat kumur yang

dipakai untuk kontrol plak adalah obat kumur yang mengandung anti plak dan

antimikroba. Anti plak dan antimikroba bertujuan untuk mencegah terbentuknya

biofilm/plak dan menghilangkan plak yang sudah ada. Bahan antimikroba yang

biasa ditambahkan yaitu klorhexidin, fluoride dan povidone iodine [DJ Dewangga Yunico
Prity, 2014 ; Uswatun Hasanah, 2017]

2.2.2.1 Chlorhexidine

Bahan-Bahan yang telah dipatenkan seperti Chlorhexidine (CHX) yang

terkandung dalam obat kumur. Namun penelitian telah membuktikan bahwa

penggunaan Chlorhexidine (CHX) yang terkandung dalam obat kumur.

Namun penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan CHX dalam jangka

panjang menimbulkan efek merugikan. Banyak yang penelitian yang

13
memanfaatkan bahan alami untuk menghailkan obat-obatan dalam upaya

mendukung program pelayanan kesehatan gigi.[Nova Rosdiana, 2016]

Penggunaan bahan kimia secara terus menerus dalam jangka panjang

dinilai memiliki efek samping dan tingkat keamanan yang kurang, misalnya

dapat menimbulkan noda pada gigi, menimbulkan mulut kering (xerostomia),

iritasi mukosa mulut, gangguan pengecapan setiap kali setelah berkumur

sehingga diperlukan langkah untuk beralih menggunakan bahan alternatif lain

yang lebih aman dan alami.[Ratih Dyah Purnamasari, 2016 ; Fransiska Rosalita Kaligis dkk, 2017]

2.2.2.2 Berkumur dengan Larutan Garam

Garam mempunyai sifat bakteriosid (daya membunuh) dan bakteriostatik

(daya menghambat). Garam dapur sudah lama digunakan oleh masyarakat luas

sebagai obat kumur terutama untuk mengobati gingivitis. Larutan garam

dapur merupakan salah satu obat kumur yang mudah diperoleh, ekonomis dan

terbukti efektif dalam menghilangkan debris dan pembersihan ronggamulut

secara kimia. Larutan garam dapur tidak memiliki efek samping terhadap

gingiva sehingga aman bila digunakan dalam jangka waktu yang lama.[Amalia
dkk,2016 ; Dwi Kurniawati, 2011]

2.2.2.3 Berkumur dengan Propolis

Obat kumur yang mengandung anti plak dan antimikroba salah satunya

adalah obat kumur yang dibuat dari ekstrak propolis. Propolis adalah substansi

resin yang dikumpulkan oleh lebah dari tunas daun dan kulit Dua mekanisme

14
anti plak propolis, yaitu aktifitas antimikroba melawan bakteri kariogenik dan

aktifitas propolis menghambat enzim glucosyltranferase, enzim

glucosyltransferase dapat mengubah sukrosa saliva menjadi polisakarida

ekstraseluler.[DJ Dewangga Yunico Prity, 2014]

2.2.3 Kontrol Plak dengan Bahan Alami

2.2.3.1 Berkumur dengan Jeruk Nipis

Jeruk nipis dapat menghambat pembentukan plak dengan cara

menghambat pembentukan pelikel, pertumbuhan mikroorganisme kuman, dan

meningkatkan kecepatan dan viskositas dari saliva.[Hj. Resky Mustafa, 2015]

2.2.3.2 Berkumur dengan Buah Delima

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa bakteri yang

terdapat di dalam plak gigi akan mampu berkembang biak dan tumbuh secara

terus menerus serta melekat erat pada permukaan gigi apabila tidak dilakukan

upaya pengendalian. Menurut Smullen (2007) dalam Ade Indah Pratiwi

(2014), kandungan tannin, saponin, polifenol, flavonoid dan triterpen pada sari

buah delima, pertumbuhan Streptococcus mutans, Streptococcus mitis dan

Candida albicans dapat dihambat sehingga penurunan akumulasi plak gigi

akan terjadi secara signifikan yang dapat mempengaruhi penurunan resiko

penyakit rongga mulut terutama penyakit periodontal.[Ade Indah Pratiwi, 2014]

2.2.3.3 Berkumur Sari Buah Anggur Merah

Penggunaan bahan alami untuk kesehatan gigi dan mulut telah banyak

digunakan karena memiliki efek terapeutik yaitu mengendalikan plak,

15
gingivitis, halitosis dan mencegah kerusakan gigi. Buah Anggur merah (Vitis

Vinifera) merupakan bahan alami berupa buah yang kaya senyawa kimia

yakni catechin dan tannin yang memiliki sifat antibakteri yang dapat

menghambat pembentukan plak di rongga mulut.[Henny Eka Putri dkk, 2014]

2.3 Garam Dapur

Natrium Klorida atau biasa disebut garam dapur bermanfaat untuk

membatasi pertumbuhan organisme pembusuk dan mencegah pertumbuhan

sebagian organisme. Garam merupakan salah satu bahan pembantu yang sangat

penting bagi manusia salah satunya garam digunakan untuk proses pengawetan

ikan. Selain itu garam juga mempunyai peran dalam menghambat pertumbuhan

bakteri khususnya Staphylococcus aureus Garam dapur bermanfaat untuk

membatasi pertumbuhan organisme pembusuk dan mencegah pertumbuhan

sebagian organisme.[Amalia dkk, 2016]

Bahan baku untuk pembuatan garam adalah air laut. Air laut selain

mengandung natrium klorida (NaCl) juga mengandung garam-garam terlarut

lainnya. Komposisi garam-garam terlarut ini bervariasi menurut tempat

lingkungan dan kedalaman lautnya. Kadar garam tertinggi terdapat di laut mati.

Penggunaan garam dibedakan menjadi garam konsumsi yaitu garam yang

dikonsumsi bersama-sama dengan makanan dan minuman serta garam industry

yaitu garam yang digunakan sebagai bahan baku maupun bahan penolong industri

kimia1.[Muhammad Akhiruddin, 2011]

16
Menurut produsennya garam biasanya dibedakan atas garam rakyat dan

garam pemerintah. Garam rakyat adalah garam yang diproduksi oleh petani

garam. Garam rakyat biasanya diproduksi oleh penduduk tepi pantai atau

penduduk di daerah sumber air asin. Sedangkan garam pemerintah adalah garam

yang diproduksi oleh pabrik-pabrik garam. Berdasarkan bentuknya garam

dibedakan atas garam yang berbentuk kristal dan garam briket yang dicetak.
[Muhammad Akhiruddin, 2011]

Garam beriodium merupakan istilah yang biasa digunakan untuk garam

yang telah difortifikasi (ditambah) dengan iodium. Di Indonesia iodium

ditambahkan dalam garam sebagai zat aditif atau suplemen dalam bentuk kalium

iodat (KIO3). Penggunaan garam beriodium dianjurkan oleh WHO untuk

digunakan di seluruh dunia dalam menanggulangi GAKI. Cara ini dinilai lebih

alami, lebih murah, lebih praktis dan diharapkan dapat lestari di kalangan

masyarakat. Berdasarkan SNI No. 01-3556 tahun 2000 dan Keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan No. 77/1995 tentang proses pembuatan dan

pelabelan garam beriodium, iodium yang ditambahkan dalam garam adalah

sebanyak 30-80 mg KIO3/ Kg garam (30-80 ppm). [Muhammad Akhiruddin, 2011]

2.3.1 Komposisi Garam Dapur

Garam dapur sebagian besar berasal dari penguapan air laut dan sedikitnya

mengandung 95% natrium klorida. Garam dapur sebagai garam konsumsi harus

memenuhi beberapa syarat atau kriteria standar mutu diantaranya penampakan

yang bersih, berwarna putih, tidak berbau, tingkat kelembaban rendah dan tidak

terkontaminasi oleh timbal dan bahan logam lainnya. [Muhammad Akhiruddin, 2011]

17
Menurut SNI nomor 01– 3556 – 2000 garam dapur harus memenuhi syarat

komposisi sebagai berikut:

Tabel 2.1

Komposisi garam dapur menurut SNI nomor 01 – 3556 – 2000

Senyawa Kadar

Senyawa Kadar

a. Natrium Klorida Minimal 94, 7%

b. Air Maksimal 7%

c. Iodium Sebagai KIO3 Minimal 30 mg/kg

d. Oksida Besi (FeO3) -

e. Kalsium dan Magnesium -

f. Sulfat (SO4)- -

g. Bagian tak larut dalam air -

h. Cemaran logam:

Pb Maksimal 10, 0 mg/kg

Cu Maksimal 10, 0 mg/kg

Hg Maksimal 0, 1 mg/kg

As Maksimal 0, 1 mg/kg
I. Rasa Asin

j. Warna Putih

k. Bau Tidak ada


Sumber : Analisis Kadar Kalium Iodat (KIO3) dalam Garam Dapur dengan Menggunakan Metode Iodometri yang Beredar
di Pasar Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu

2.3.2 Jenis-Jenis Garam Dapur Yang Dikonsumsi di Indonesia

18
Garam dapur yang dikonsumsi masyarakat Indonesia ada tiga jenis yaitu:

a. Garam konsumsi yang diproduksi Perusahaan Negara (PN) garam

Garam ini diawasi dan dibina seksama oleh pemerintah sehingga yang

beredar di pasaran adalah garam yang telah memenuhi syarat dan standar

mutu untuk konsumsi garam dapur. [Muhammad Akhiruddin, 2011]

b. Garam yang diimpor dari luar negeri

Garam yang diimpor dari luar negeri hanya dalam jumlah kecil dan

pengimpornya dilakukan bila produksi dalam negeri tidak memenuhi

kebutuhan masyarakat, misalnya: karena musim hujan berkepanjangan atau

kesulitan teknik lainnya. [Muhammad Akhiruddin, 2011]

c. Garam rakyat produksi pengrajin garam

Garam rakyat produksi pengrajin garam mutunya sebagian besar belum

memenuhi standar industri bagi garam konsumsi karena cara pengolahannya

masih sederhana. [Muhammad Akhiruddin, 2011]

2.3.3 Proses Pembuatan Garam Dapur

Pada umumnya garam dapur dibuat dari air laut yang diuapkan dengan

menggunakan sinar matahari. Di Indonesia hanya terdapat beberapa daerah saja

yang penguapannya dengan menggunakan pemanasan api dengan kayu bakar

atau bahan bakar minyak seperti pembuatan garam yang terdapat di Aceh.

Dalam proses pembuatan garam dapur mempunyai tiga lokasi yang paling

menentukan yaitu:

a. Waduk

19
Air laut masuk kewaduk dalam keadaan laut pasang melalui pintu air,

setelah itu air laut tersebut dibiarkan dibawah terik matahari selama 4-5 hari
[Muhammad
sehingga sebahagian dari air laut tersebut mengalami penguapan.
Akhiruddin, 2011]

b. Ladang pemekatan

Setelah 4-5 hari di waduk, air laut tersebut dipompa ke lading pemekatan

yang pertama, sedangkan sinar matahari terus berlangsung. Disini terjadi

penguapan yang kedua. Demikian seterusnya sampai pemekatan terakhir.

Jumlah pemekatan tidak tertentu, akan tetapi yang biasa dipakai adalah

sebanyak 6 kali pemekatan. [Muhammad Akhiruddin, 2011]

c. Meja kristalisasi

Air garam yang keluar dari ladang pemekatan yang terkhir disebut dengan

air tua atau brine mother liquor. Kemudian air tua ini di pompa masuk ke

daerah kristalisasi yang disebut dengan meja garam atau meja kristalisasi.

Penguapan berlangsung terus menerus hingga membentuk kristal-kristal

garam yang mengendap dibawah, garam lalu dikumpulkan dan selanjutnya

diangkat ke gudang pengeringan. Sisa cairan dibuang masuk saluran yang

akhirnya masuk laut kembali. [Muhammad Akhiruddin, 2011]

2.3.4 Manfaat Garam Dapur

Garam dapur (NaCl) merupakan salah satu bahan makanan yang sudah

memasyarakat. Selama ini pemanfaatan penyedap dan pengawet makanan.

Kemampuan garam dapur untuk mengawetkan makanan pada dasarnya adalah

20
kemampuan garam dapur untuk mengawetkan makanan pada dasarnya adalah

kemampuan menghambat bakteri tersebut disebabkan oleh kandungan ion khlor

yang beracun terhadap mikroorganisme serta dapat mengganggu kerja enzim

proteolitik karena dapat mengakibatkan terjadinya denaturasi protein.

Kemampuan ini dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.[N.L.P.M. Widiyanti


dkk, 2015]

Garam dapur sudah lama digunakan oleh masyarakat luas sebagai obat

kumur terutama untuk mengobati gingivitis. Larutan garam dapur merupakan

salah satu obat kumur yang mudah diperoleh, ekonomis dan terbukti efektif

dalam menghilangkan debris dan pembersihan rongga mulut secara kimia.

Larutan garam dapur tidak memiliki efek samping terhadap gingiva sehingga

aman bila digunakan dalam jangka waktu yang lama.[Dwi Kurniawati, 2011]

Garam dapur (NaCl) merupakan salah satu bahan makanan yang sudah

memasyarakat. Selama ini pemanfaatan garam dapur di masyarakat sebagai

bahan penyedap dan pengawet makanan.. kemampuan garam dapur unrtuk

mengawetkan makanan pada dasarnya adalah kemampuan garam dalam

menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Kemampuan menghambat bakteri

tersebut oleh kandungan ion khlor yang beracun terhadap mikroorganisme serta

dapat mengganggu kerja enzim proteolitik karena dapat mengakibatkan

terjadinya denaturasi protein. Kemampuan ini dapat menjadi salah satu solusi

untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. [N.L.P.M. Widiyanti dkk, 2015]

Konsentrasi air garam hangat 0,9% yang bersifat isotonis menyebabkan

penurunan skor plak yang bermakna, hal ini karena air garam hangat 0,9% dapat

21
melarutkan protein dan zat organik yang ada pada matriks interseluler plak

sehingga proses pembentukan plak tahap pertama yaitu pelikel terganggu.

Kemampuan garam menghambat pembenukan glikoprotein pelikel. Air garam

hangat dapat dipertahankan suhunya bila tiap 15 detik sekali larutan di dalam

rongga mulut diganti. Pembuatan air garam hangat 2% dengan melarutkan 4

gram garam dapur dalam 200 ml air hangat 9 (± 40º C), sedangkan untuk air

garam hangat 0,9% dengan melarutkan 1,8 gram garam dapur dalam 200 ml air

hangat (± 40º C). Air garam hangat dapat dipertahankan suhunya bila tiap 15

detik sekali larutan di dalam rongga mulut diganti. Konsentrasi 2% juga

menyebabkan penurunan PI secara bermakna. Menurut Cawson and Spector :

Air garam 2% merupakan antiseptik yang dapat menghambat pertumbuhan

kuman dengan sifat hipertonik ini dapat mematikan pertumbuhan bakteri dengan

cara menarik air dari sel bakteri tersebut dan menyebabkan lisis. [Dwi Kurniawati, 2011 : Rr.
Sarah Ladytama dkk,2014]

Garam memegang peranan yang penting didalam tubuh manusia antara lain:

a. Ikut menjaga tekanan osmosa di dalam cairan tubuh.

b. Menjaga keseimbangan air dalam tubuh.

c. Ikut menjaga keseimbangan pH dalam tubuh.

d. Berperan terhadap kepekaan syaraf yang berfungsi sebagai perangsang baik

dalam tubuh sendiri maupun dari luar tubuh.


[Muhammad
e. Sebagai mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia10.
Akhiruddin, 2011]

Cara Memilih garam dapur yang baik:

22
a. Pilihlah garam yang dikemas dan berlabel “garam beriodium”, mempunyai

nomor MD atau SP, isi/berat kemasan, kandungan iodium 30-80 ppm, nama

produsen.

b. Pilihlah kemasan yang rapi dan tidak rusak.

c. Pilihlah garam yang putih dan kering, tidak lembab atau basah.

d. Beli sedikit terlebih dahulu (kemasan kecil)

e. Hindari memilih garam bata/briket apalagi yang tidak dikemas, kecuali telah

diuji pada setiap bagian (luar dan dalam) dan hasilnya cukup. [Muhammad Akhiruddin,
2011]

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori

Penyakit pada
Rongga Mulut
yang Umum
Terjadi
23
Penyakit
Periodontal Karies

Plak Gigi

Kontrol Plak
Mekanis Bahan Alami
Gigi

Menyikat gigi dan Jeruk nipis, buah


dental floss Kimia delima, buah
anggur

Chlorhexidin Berkumur dengan Larutan Berkumur dengan


Garam Propolis

Proses pembuatan Manfaat Garam


Komposisi Jenis-jenis garam yang dikonsumsi
garam dapur garam dapur

Waduk, ladang Garam konsumsi yang


pemekatan, diproduksi Perusahaan
Negara (PN), garam yang
kristalisasi
diimpor dari luar
Obat Anti negeri,dan garam rakyat
Nacl Air KIO3 Penyedap
Bakteri produksi pengrajin garam
Makanan

Menghambat
Pertumbuhan
[Fransiska Rosalita Kaligis dkk, 2017
Plak; .Ade Indah Pratiwi, 2014; Nova Rosdiana, 2016 ; Henny Eka Putri dkk, 2014 ; Amalia dkk, 2016 ;
Dwi Kurniawati, 2011 ; Muhammad Akhiruddin, 2011]

Ket :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

3.2 Kerangka konsep penelitian

24
Intervensi
Berkumur dengan
larutan garam hangat

Pretest Akumulasi
Akumulasi Plak Plak Gigi

Ket :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen

3.3 Hipotesis penelitian

3.3.1 Ho : Tidak ada pengaruh larutan garam terhadap penurunan akumulasi plak

gigi mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi UMI tahun

2018.

25
3.3.2 Ha : Ada pengaruh larutan garam terhadap penurunan akumulasi plak

gigi mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi UMI tahun

2018.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

26
Jenis desain penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan

pendekatan pre test – post test one group.

4.2 Lokasi dan Waktu Pengambilan data Penelitian

4.2.1 Lokasi

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia.

4.2.2 Waktu

Waktu pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018.

4.3 Identifikasi Variabel

4.3.1 Variabel Independen

Larutan Garam Hangat dengan konsentrasi 0,8%

4.3.2 Variabel Dependen

Akumulasi Plak Gigi

4.4 Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

4.4.1 Larutan Garam Hangat

4.4.1.1 Definisi Operasional

Larutan garam hangat adalah garam yang biasa digunakan oleh

masyarakat. Pembuatan larutan garam hangat konsentrasi 0,8% adalah dengan

melarutkan 1,6 gram garam dapur dalam 200 ml air hangat (± 40º C), agar larutan

garam hangat (± 40º C) suhunya tetap konstan, setelah sampel diperiksa maka

sampel segera berkumur larutan garam hangat.

4.4.1.2 Skala

Skala yang digunakan adalah skala rasio

27
4.4.3 Akumulasi Plak Gigi

4.4.3.1 Definisi Operasional

Akumulasi Plak Gigi adalah banyaknya plak yang terlihat setelah

disclosing agent diaplikasikan dalam rongga mulut.

4.4.3.2 Kriteria Objektif

Cara penilaian plak adalah :

Nilai 0 = tidak ada plak

Nilai 1 = ada plak

Kriteria penilaian indeks plak PHP (Personal Hygiene Performance) yaitu :

IP PHP = Jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa

Jumlah gigi yang diperiksa

Sangat baik (0)

Baik (0,1 – 1,7)

Sedang (1,8 – 3,4)

Buruk (3,5 – 5)

4.4.3.3 Skala

Skala yang digunakan adalah skala ordinal

4.5 Subjek/Objek Penelitian

4.5.1 Subjek

Subjek/populasi merupakan mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Muslim Indonesia.

28
4.5.2 Objek

Objek/sampel pada penelitian ini adalah efektivitas berkumur larutan

garam hangat terhadap akumulasi plak mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Muslim Indonesia.

4.6 Metode Sampling

Pada metode penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan sample berdasarkan kriteria

yang telah ditentukan oleh peneliti dengan menggunakan rumus

n= N.Z21-α/2.p.q
d2 (N-1) + Z21-α/2.p.q
n : Jumlah sampel

p : Perkiraan proporsi (0.2)

q:1–p

d : Presisi absolut (10%)

Z 1- α/2 : Statistic Z (Z= 1.96 untuk α= 0.05)

N : Besar populasi

Berdasarkan rumus tersebut, maka besar sampel dalam penelitian ini

adalah:

n= N.Z21-α/2.p.q
d2 (N-1) + Z21-α/2.p.q

n= 167 (1,96)2 (0,2) (1-0,2)


(0,1)2 (167-1) + (1,96)2 (0,2) (1-0,2)

n = 595,84 = 57,29 dibulatkan menjadi 57

10,4

29
Jadi, besar sampel dalam penelitian ini adalah 57 siswa

4.7 Kriteria Sampel

4.7.1 Kriteria Inklusi

4.7.1.1 Mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim

Indonesia.

4.7.1.2 Mahasiswa mengisi lembaran informed consent.

4.7.1.3 Mahasiswa bersedia menjadi sampel penelitian dan berada di tempat

pada saat penelitian.

4.7.1.4 Mahasiswa yang memiliki gigi indeks yaitu :

Permukaan gigi indeks yang diperiksa adalah permukaan labial, lingual, dan

bukal dengan membagi tiap permukaan gigi menjadi 5 subdivisi yaitu D (distal),

G (1/3 tengah gingiva), M (mesial), C (1/3 tengah), I/O (1/3 tengah

insisal/oklusal). Pemeriksaan dilakukan secara sistematis pada region :

1. Permukaan labial gigi insisif pertama kanan atas.

2. Permukaan labial gigi insisif pertama kiri bawah.

3. Permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas.

4. Permukan bukal gigi molar pertama kiri atas.

5. Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah.

6. Permukaan lingual gigi molar pertama kanan bawah. [Magananda


Hiranya dkk, 2014]

30
Gambar. 4.1 Lima subdivisi permukaan gigi dalam indeks plak PHP
Sumber (Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi., Hal. 98)

Apabila tidak memiliki gigi index maka gigi yang digunakan adalah gigi

pengganti, seperti ketentuan pada pemeriksaan OHI-S Greene dan Vermillion :

a. Jika gigi molar pertama tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi

molar kedua, jika gigi molar pertama dan kedua tidak ada penilaian

dilakukan pada molar ketiga akan tetapi jika gigi molar pertama,

kedua dan ketiga tidak ada penilaian untuk segmen tersebut.

b. Jika gigi insisif pertama kanan atas tidak ada, dapat diganti oleh

gigi insisif kiri dan jika gigi insisif kiri bawah tidak ada, dapat

diganti dengan gigi insisif pertama kanan bawah, akan tetapi jika

gigi insisif pertama kiri atau kanan tidak ada, maka tidak ada

penilaian pada segmen tersebut.

c. Gigi indeks dianggap tidak ada seperti : gigi hilang karena dicabut,

gigi yang merupakan sisa akar, gigi yang merupakan mahkota

jaket, baik yang terbuat dari akrilik maupun logam, mahkota gigi

sudah hilang atau rusak lebih dari ½ bagiannya pada permukaan

31
indeks akibat karies maupun fraktur, gigi yang erupsi belum

mencapai ½ tinggi mahkota klinis.

d. Penilaian dapat dilakukan jika minimal ada dua gigi indeks yang

dapat diperiksa.[Magananda Hiranya dkk, 2014]

4.7.2 Kriteria Ekslusi

4.7.2.1 Menggunakan orthodontik.

4.7.2.2 Menggunakan protesa.

4.7.2.3 Memiliki riwayat alergi garam.

4.7.2.4 Mahasiswa dengan kondisi gigi yang kurang dari 2 gigi indeks.

4.7.2.5 Mahasiswa yang sedang berpuasa.

4.7.2.6 Mahasiswa yang tidak berkumur sesuai arahan peneliti peneliti.

4.8 Alat dan Bahan (tambahan skala pengukuran dan istrumen penelitian)

Instrumen yang digunakan pada saat penelitian adalah:

4.8.1 Alat 4.8.2 Bahan

1. Alat tulis menulis 9. Persiapan sikat gigi dan

2. Surat Pernyataan dan pasta gigi

Form Penelitian 10. Timbangan

3. Sonde / explore 1. Masker

4. Kaca mulut / mirror 2. Plastik obat

5. Neerbecken 3. Cottonbud steril

6. Garam halus 4. Kantong plastik

7. Pinset sampah

8. Stopwatch hp 5. Air hangat

32
6. Disclosing agent 9. Air untuk berkumur

7. Garam halus 10. Handscoon

8. Gelas kumur

4.8.2 Skala Pengukuran

Pada penelitian ini menggunakan skala pengukuran yaitu skala ordinal.

4.9 Prosedur Penelitian

4.9.1 Mengajukan permohonan izin ke Fakultas Kedokteran Gigi UMI untuk

melakukan penelitian.

4.9.2 Mengajukan izin peminjaman Laboratorium Fakultas Kedokteran Gigi UMI

kepada Wakil Dekan untuk melakukan penelitian.

4.9.3 Melakukan observasi awal untuk menyeleksi populasi sehingga

mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian.

4.9.4 Memberikan surat pernyataan persetujuan menjadi responden (informed

consent) kepada responden yang setuju berpartisipasi dalam penelitian.

4.9.5 Menjelaskan alur penelitian kepada sampel dan membagi kelompok A dan

B, kelompok A adalah sampel yang berkumur larutan garam hangat dengan

konsentrasi 0,9% sedangkan kelompok B adalah sampel yang berkumur larutan

garam hangat dengan konsentrasi 0,8%.

4.9.6 Mengulaskan Vaseline pada bibir sampel untuk mencegah perlekatan warna

dari disclosing agent.

4.9.7 Melakukan pemeriksaan dan penilaian plak gigi kepada sampel dengan cara

mengulaskan disclosing agent pada permukaan gigi, pemeriksaan plak pada gigi

33
indeks sebelum sampel berkumur dengan larutan garam hangat (Pre-test) dan

dicatat hasilnya sambil dibuatkan larutan garam hangat.

4.9.7 Mengintruksikan kepada sampel untuk berkumur dengan larutan garam

hangat selama 15 detik dan berkumur-kumur dengan air biasa.

4.9.8 Melakukan peemeriksaan dan penilaian plak gigi sampel yang telah

berkumur dengan larutan garam dengan cara mengulaskan disclosing agent pada

permukaan gigi (Post-test) dan dicatat hasilnya.

4.9.9 Menginstruksikan sampel untuk menyikat gigi agar sisa-sisa disclosing

agent hilang

4.9.10 Hasil pemeriksaan dicatat pada form yang telah tersedia.

4.9.11 Data yang sudah terkumpul siap untuk dilakukan pengelolahan dan

analisis data.

4.10 Pengumpulan, Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data

4.10.1 Rancangan Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa

pengisian informed consent dan form penelitian sebelum dan setelah berkumur

dengan larutan garam.

4.10.2 Pengolahan Data

Pengelolahan data dengan menggunakan Statistical Product and Service

Solution (SPSS) versi 21.0

4.10.3 Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini akan dianalisis dengan Uji-t

4.10.4 Penyajian Data

34
Data dari hasil dari penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan

hasil uji statistik.

4.11 Alur Penelitian

Mengajukan permohonan izin


kepada pihak fakultas untuk
melakukan penelitian

Mengajukan permohonan izin


kepada Direktur RSGM Kandea

Melakukan observasi awal untuk


memilih sampel sesuai dengan
kriteria inklusi

Menginstruksikan sampel yang


terpilih untuk mengisi informed
consent

Menjelaskan alur penelitian kepada


sampel dan membagi dua kelompok
yaitu kelompok A dan B. Kelompok
A adalah sampel yang bekumur
larutan garam hangat dengan
konsentrasi 0,9% sedangkan
kelompok B adalah sampel yang
berkumur dengan larutan garam
hangat dengan konsentrasi 0,8%

Mengulaskan disclosing agent pada


permukaan gigi indeks dan
melakukan pemeriksaan plak gigi
sebeluum berkumur larutan garam
hangat

Melakukan pengamatan dan


penilaian plak gigi

35
Melakukan pemeriksaan plak gigi
setelah berkumur larutan garam

Menginstruksikan sampel untuk


menyikat gigi

Melakukan pengamatan dan


penilaian plak gigi

Pengumpulan data

Analisis data

36
DAFTAR PUSTAKA

Akhiruddin, Muhammad., 2011, Analisis Kadar Kalium Iodat (KIO 3) dalam


Garam Dapur dengan Menggunakan Metode Iodometri yang Beredar di
Pasar Ujung Batu, Pekanbaru

Amalia dkk., 2016, Daya Hambat NaCl Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus


aureus, Analisis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin, Vol. 2 (2)

Artawa, I Made Budi dan I GA A Pt. Swastini., 2010, Perbedaan Kondisi Karang
Gigi Pada Masyarakat yang Mengkonsumsi Air Sumur dengan Bukan Air
Sumur, Jurnal Kesehatan Gigi, Denpasar

Dewi, Zwista Yulia dkk., 2015, Efek Antibakteri dan Penghambat Biofilm Ekstrak
Sereh (Cymbopogon Nardus L.) terhadap Bakteri Streptococcus mutans,
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Indonesia : Hal. 137

Fatimah, Siti dkk., 2017, Perbandingan Skor Plak Sebelum dan Sedudah
Berkumur dengan Air Rebusan Daun Sirih (Piper Batle L) pada Ibu Hamil,
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin,
Vol. 1 No. 1 : Hal. 95

Fatmawati, Dwi Aju Warna., 2011, Hubungan Biofilm Streptococcus Mutans


Terhadap Resiko Terjadinya Karies Gigi, Vol. 8, No. 3

Hasanah, Uswatun, 2017, Uji Efektivitas Sediaan Obat Kumur Ekstrak Daun
Seledri (Apium Graveolens L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus mutans Penyebab Plak Gigi, Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta :
Hal.1

Indra, Bramanti dkk.,2014, Efektivitas Siwak (Salvadora Persica) dan Pasta Gigi
Siwak terhadap Akumulasi Plak Gigi pada Anak-anak, Vol. 47 No. 3 : Hal.
154

Kaligis, Fransiska Rosalita dkk., 2017, Identifikasi Bakteri Pada Plak Gigi Pasien
di Puskesmas Bahu dan Uji Resistensi Terhadap Antibiotik Kloramfenikol
dan Linkosamida (Klindamisin), Vol. 6 No. 3 : Hal. 224

Kurniawati, Dwi, 2011., Efektivitas Berkumur Air Garam Hangat 2% Terhadap


Gingivitis, Vol. 7 No.2 : Hal. 51-52

Ladytama, Rr. Sarah dkk., 2014, Efektivitas Larutan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus
Aurantifolia) Sebagai Obat Kumur terhadap Penurunan Indeks Plak pada

37
Remaja Usia 12-15 Tahun – Studi di SMP Nurul Islami, Semarang, Vol. 1
No. 1 : Hal. 39-40

Magfirah, Azizah dkk., 2014, Efektivitas Menyikat Gigi Disertai Dental Floss
Terhadap Penurunan Indeks Plak, Vol.2 No. 1 : Hal. 57
Mustafa, Resky., 2015., Efektivitas Berkumur Larutan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus
Aurantifolia) Trehadap Pembentukan Plak Pada Penderita ECC (Early
Childhood Caries), Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin,
Makassar

Muin, Muhajir., 2011, Pengaruh Dental Health Education (DHE) terhadap


Penurunan Plak Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin,
Makassar

Notohartojo, Indirawati Tjahja dan Made Ayu Lely Suratri., 2013, Menyikat Gigi,
Konsumsi Buah dan Sayur, Aktivitas Fisik, Diabetes Melitus dengan
Jaringan Periodontal Gigi di Indonesia, Tahun 2013, Vol. 19 No. 4 : Hal.
220

Pratiwi, Ade Indah dkk., 2014, Manfaat Berkumur Sari Buah Delima Merah
(Punica Granatum) Terhadap Penurunan Akumulasi Plak Gigi, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati, Denpasar, Hal. 17-18

Prity, Yunico DJ Dewangga., 2014, Pengaruh Berkumur Propolis Konsentrasi


5%, 10%, 15%, Dalam Menghambat Terbentuknya Plak Gigi Pada
Mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Angkatan 2010

Purnamasari, Ratih Dyah dkk., 2016, Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bunga


Delima Merah (Punica Granatum L.) terhadap Hambatan Pertumbuhan
Bakteri Streptococcus mutans (In Vitro), Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Muhammadiyah Surakarta : Hal. 2

Purbowati, Rini., 2016, Hubungan Biofilm dengan Infeksi : Implikasi pada


Kesehatan Masyarakat dan Strategi Mengontrolnya, Vol. 5 No. 1 : Hal. 4

Putri, Henny Eka., dkk, 2014, Pengaruh Berkumur Sari Buah Anggur Merah
Berbagai Konsentrasi dan Chlorhexidine 0,12% terhadap Indeks Plak, Vol.
1 No. 1 : Hal. 1

Putri, Megananda Hiranya dkk., 2010, Ilmu Penecegahan Penyakit Jaringan


Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta. EGC, Hal. 56-61, 98-99

Rahtyanti, Galuh Sari Cita dkk., 2018, Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi
dan Mulut dengan Karies Gigi pada Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran

38
Gigi Universitas Jember Tahun Akademik 2016/2017, Vol. 6 No. 1, Januari
2018

Rikawarastuti dkk., 2015, Diabetes Melitus dan Tingkat Keparahan Jaringan


Periodontal, Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Jakarta I, Vol. 9 No. 3 : Hal. 278

Riznika dkk., 2017, Perbedaan Skor Indeks Plak Sebelum dan Sesudah dilakukan
Penyuluhan dengan Media Video dan Model Studi, Vol. 2 No. 1, Hal. 45-46

Rosdiana, Nova dan Abdillah Imron Nasution., 2016, Gambaran Daya Hambat
Minyak Kelapa Murni dan Minyak Kayu Putih dalam Menghambat
Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Syiah Kuala, Vol. 1 (1) : Hal. 44

Sutomo., 2010, Efektivitas Kumur Air Garam terhadap Penurunan Nyeri pada
Penderita Nyeri Gigi : Hal. 65

Sumantri, Dedi dan Fuccy Utami Syafitri., 2013, Pengurangan Akumulasi Plak
Gigi Dengan Membandingkan Metode Mengunyah Permen Karet Xylitol
dan Berkumur The Hijau, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas,
Padang : Hal. 176

Wiradona, Irmanita dkk., 2013, Pengaruh Perilaku Menggosol Gigi terhadap


Plak Gigi Pada Siswa Kelas IV dan V di SDN Wilayah Kecamatan
Gajahmungkur, Semarang, Vol. 8 No. 1 : Hal. 60

Widiyanti, N.L.P.M dkk., 2015, Pengaruh Garam Dapur dan Cupri Sulphat
terhadap Pertumbuhan Alga Cyanophyta yang Diisolasi dari Batu Bata
Bangunan Pura Di Desa Tejakula Buleleng, Vol. 4 No. 2 : Hal. 610

Wulandari, Dwi dkk., 2016., The Conception of Plaque Score on 7th Grade
Student of SMP Muhammadiyah 1 Godean Sleman, Vol. 3 No. 2 : Hal. 61

39
SURAT PERNYATAAN

Nama :

Umur : tahun

Jenis kelamin : L / P

Alamat :

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dalam keadaan sadar dan tanpa tekanan

menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul

“Efektivitas Berkumur Larutan Garam Hangat Terhadap Penurunan Akumulasi

Plak Gigi Pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Gigi UMI Tahun

2018”. Penelitian ini akan dilakukan oleh Ulfiyah Nauroh (Stambuk :

16120150007), dengan disetujui oleh drg. Nur Fadhilah Arifin selaku

pembimbing I. Selama penelitian berlangsung saya akan bertindak kooperatif

serta mengikuti arahan dari peneliti.

Makassar, 2018

(…………………………………)

40
FORM PENILAIAN PLAK GIGI SEBELUM DAN SESUDAH BERKUMUR

LARUTAN GARAM HANGAT MAHASISWA PREKLINIK FKG UMI

TAHUN 2018

Nama :

Stambuk :

Jenis Kelamin :L/P

Pemeriksa :

16 11 26

46 31 36

16 11 26
Pre Post Pre Post Pre Post
(Bukal) (Labial) (Bukal)
Mesial Mesial Mesial
Oklusal Incisal Oklusal
Central Central Central
Gingiva Gingiva Gingiva
l l l
Distal Distal Distal
Total Total Total

46 31 36
Pre Post Pre Post Pre Post
(Bukal) (Labial) (Bukal)
Mesial Mesial Mesial
Oklusal Incisal Oklusal
Central Central Central
Gingiva Gingiva Gingiva
l l l
Distal Distal Distal
Total Total Total

Total Indeks Plak Sampel Awal : + + + + + = =

41
Total Indeks Plak Sampel Akhir : + + + + + = =

42

Anda mungkin juga menyukai