Proposal Penelitian
OLEH :
AHMAD IBRAHIM
PO. 714261171004
PROGRAM DIPLOMA
IV 2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman, tetapi fungsi
mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang mengetahui. Mulut merupakan bagian yang
penting dari tubuh kita dan dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi
karena banyak penyakit umum mempunyai gejala-gejala yang dapat dilihat dalam mulut. Di
dalam mulut terdapat juga organ organ lain, salah satunya yaitu gigi, yang berfungsi sebagai
penghancur atau pengunyah/pelumat makanan. Gigi juga berfungsi sebagai hiasan yang
Kesehatan gigi dan mulut sangat penting bagi kesehatan setiap individu. Dimana
kesehatan gigi dan mulut yang bermasalah atau tidak sehat dapat mengganggu fungsi bicara,
pengunyahan, serta fungsi estetik yang dapat berdampak pada aktivitas seseorang.
Berdasarkan data dari Federation Dentaire International (FDI) sekitar 90% penduduk dunia
berisiko mengalami penyakit gigi dan mulut, mulai dari karies gigi, penyakit periodontal
hingga kanker mulut. Data terbaru WHO Oral Health Media Center 2012 memperlihatkan
bahwa sebanyak 60%-90% anak usia sekolah bahkan orang dewasa diseluruh dunia
Penyebab terjadinya gangguan gigi dan mulut dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain kebiasaan, perilaku masyarakat dan faktor budaya. Hal tersebut dapat kita lihat
dari perilaku masyarakat yang sampai saat ini masih dilakukan yaitu kebiasaan menyirih
atau menginang yang dijadikan sebagai suatu budaya ataupun kebiasaan. (Nurjannah dkk,
2010).
Makan sirih ini masih dilakukan oleh berbagai suku di Indonesia, salah satunya
suku Papua. Dalam budaya Papua perilaku menyirih dijadikan sebagai pengantar saat
pertemuan adat pernikahan. Kebiasaan menyirih ini dilakukan karena adanya kepercayaan
bahwa menyirih dapat menghilangkan rasa sakit gigi dan dapat membuat gigi menjadi kuat.
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap
Penyakit Periodontal Pada Masyarakat Di Desa Tanjung Medan Kecamatan Bilah Barat
Labuhan Batu. Dari 12 responden dengan frekuensi menyirih <3 kali paling banyak
mengalami gingiva normal yaitu 8 orang (66,7%), dari 14 responden dengan frekuensi
menyirih 3-5 kali paling banyak mengalami periodontitis yaitu 50% dan dari 20 responden
dengan frekuensi menyirih >5 kali paling banyak responden mengalami periodontitis yaitu
75% dan hasil uji statistik (chi square) diperoleh nilai p = 0,027< 0,05.
Penelitian Sri Wahyuni Ritonga tahun 2015 tentang Pengaruh Budaya Makan Sirih
Terhadap Penyakit Periodontal Pada Masyarakat Di Desa Tanjung Medan Kecamatan Bilah
Barat Labuhan Batu diperoleh <15 menit paling banyak responden mengalami gingiva
normal dan gingivitis yaitu 4 orang (36,4%), dari waktu mengunyah sirih 15-30 menit paling
banyak responden mengalami gingiva normal yaitu 8 orang (53,3%) dan dari 20 responden
dengan waktu mengunyah sirih >30 menit paling banyak responden mengalami periodontitis
yaitu 14 orang (70%). Hasil uji statistik (chi square) diperoleh nilai p = 0,017< 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara waktu mengunyah sirih
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “bagaimana hubungan status gingiva dengan kebiasaan menyirih pada masyarakat”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gingiva dengan kebiasaan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pihak –
pihak yang ingin mengembangkan pengetahuan dalam hal ini tentang status gingiva
2. Manfaat Praktis
a) Bagi penulis
b) Bagi institusi
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi penulis selanjutnya terutama dalam
berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut terutama tentang status gingiva
kesehatan periodontal dari menyirih dengan atau tanpa tembakau diteemukan bahwa
peningkatan kejadian resesi gingiva, gusi berdarah, lesi oral, bau mulut, kesulitan dalam
membuka mulut, kesulitan menelan makanan padat, dan sensasi mulut terbakar pada
pinang menjadi sinergi negatif pada jaringan periodontal. Penggunaan sirih kronis juga
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dondy, (2009) menyatakan bahwa menyirih memberikan
dampak terhadap gigi dan gingiva yang dapat menyebabkan timbulnya stein atau
warna yang menempel di atas permukaan gigi , selain itu dapat menyebabkan penyakit
periodontal dan pada mukosa mulut dapat menyebabkan timbulnya lesi-lesi pada mukosa
mulut, oral hygine yang buruk, dan dapat menyebabkan atropi pada mukosa lidah yang
mempunyai fungsi utama yaitu sebagai pelindung jaringan yang lebih dalam pada rongga
mulut
mengunyah sirih dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut, salah satunya dapat
merusak jaringan periodontal. disamping itu menyirih juga memiliki efek terhadap gigi,
menyirih dapat menimbulkan perubahan warna pada gigi (stain), penumpukan plak dan
kalkulus (Karang gigi) karena pengendapan kapur pada gigi yang menyebabkan
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar. Gingiva
sering kali dipakai sebagai indikator jika jaringan periodontal terkena penyakit. Hal ini
Gingiva ialah bagian dari mukosa mulut yang menutupi mahkota gigi yang tidak
tumbuh dan mengelilingi leher gigi yang sudah tumbuh, berfungsi sebagai struktur
penunjang untuk jaringan di dekatnya. Gingiva dibentuk oleh jaringan berwarna merah
muda pucat yang melekat dengan kokoh pada tulang dan gigi, yang mukosa alveolar
menyambung dengan mukogingival. Dalam istilah awam disebut gusi (Karim, C.A.A.
dkk., 2013).
Anatomi gingiva menurut Manson & Eley (1993) adalah sebagai berikut:
Mucogingival junction adalah garis yang memisahkan gingiva cekat dari mukosa
alveolar.
3. Attached Gingiva (Perlekatan Gingiva)
Attached gingiva merupan bagian dari gingiva yang kuat dan lentur serta terikat pada
Permukaan attached gingiva memiliki tekstur seperti kulit jeruk, berwarna merah muda
Alur gingiva bebas terdapat pada permukaan tepi gingiva yang halus dan membentuk
lekukan sedalam 1-2 mm di sekitar leher gigi dan eksternal leher gingiva yang
5. Sulkus Gingiva
Sulkus gingiva adalah celah antara gingiva bebas dan gigi. Sulkus gingiva yang sehat
umumnya memiliki kedalaman kurang lebih 2-3 mm dan berbentuk seperti huruf V
6. Interdental Papilla
Papilla Interdental juga dikenal sebagai interdental gingiva. Gingiva interdental adalah
bagian dari gusi yang berada di koronal sampai margin gingiva bebas pada permukaan
Sumber : Brand, Isselhard. Anatomy of Orofacial Structures 7th Edition. St. Louis:
yang terjadi pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit. Menurut Herijulianti yang dikutip
oleh Luthfi Laukhatul Jannah (2014) kriteria gingiva normal terdiri dari:
1. Warna Gingiva
Warna gingiva normal umumnya berwarna merah muda yang diakibatkan oleh
adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigmen. Warna ini
bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneous.
Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu yang memiliki warna kulit
gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada
alveolar mukosa lebih merah disebabkan oleh mukosa alveolar tidak mempunyai lapisan
2. Ukuran Gingiva
Ukuran gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai darah.
Perubahan ukuran gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada
penyakit periodontal.
3. Kontur Gingiva
Kontur dan ukuran gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan
susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kontak proksimal dan
4. Konsistensi Gingiva
Gingiva melekat erat ke struktur dibawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukosa
Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik- bintik ini biasanya
disebut stippling. Stippling akan terlihat jelas apabila permukaan gingiva dikeringkan.
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar. Gingiva
sering kali dipakai sebagai indikator jika jaringan periodontal terkena penyakit, hal ini
disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva. Gingiva juga
merupakan bagian membran mukosa mulut tipe mastikasi melekat pada tulang alveolar
serta menutupi dan mengelilingi leher gigi. Pada permukaan rongga mulut, gingiva
meluas dari puncak marginal gingiva sampai ke pertautan mukogingival (Meganda dkk,
2011).
Untuk kepentingan klinis yang khusus, bagian gingiva yang berada di ruang
interdental, dipisahkan secara klinis sebagai suatu bagian khusus dari gingival, hal ini
disebabkan bagian gingiva tersebut digunakan sebagai indikator yang paling akurat untuk
Indeks adalah metode untuk mengukur kondisi dan keparahan suatu penyakit
atau keadaan pada individu atau populasi. Indeks digunakan pada praktik di klinik
untuk menilai status gingiva pasien dan mengikuti perubahan status gingiva seseorang
dari waktu ke waktu. Pada penelitian epidemologis, indeks gingival digunakan untuk
indeks 16, 12, 24, 36, 32, 44. Jaringan sekitar tiap gigi dibagi ke dalam empat unit
penilaian gingiva, papila distal-labial, margin gingiva labial, papila mesial-labial dan
No Kriteri Nilai
a
Gingiva sehat 0
1
menjumlahkan skor keempat sisi yang diperiksa, lalu dibagi dengan empat (jumlah
sisi yang diperiksa). sedangkan untuk memperoleh skor indeks gingiva yaitu Jumlah
skor semua gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa.
Gingival indeks (GI) adalah derajat keparahan inflamasi gingiva secara klinis
dapat ditentukan dari skor indeks gingiva dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria Skor Indeks Gingiva
Skor Indeks
Kondisi Gingiva
Gingival
0,1 – 1,0 Gingivitis Ringan
B. Kebiasaan Menyirih
masyarakat yang secara turun temurun dilakukan. Makan sirih mulai dilakukan
masyarakat di China dan India, lalu menyebar ke benua Asia termasuk Indonesia. Sirih
adalah jenis tumbuhan yang mirip dengan tanaman lada, dengan nama ilmiahnya adalah :
Piper Betle. L , dan ada beberapa daerah di Indonesia memberikan nama lain terhadap
sirih yaitu Suruh, Sedah (Jawa), Seureuh (Sunda), Ranup (Aceh), Belo (Batak Karo),
Cambai (Lampung), Uwit (Dayak) Base (Bali), Nahi (Bima), Gapura (Bugis), Meta
(Flores) dan Afo (Sentani), sedangkan nama asing sirih adalah Ju jiang (Cina). Sirih
Cadinene, Estragol, Terpenena, Sesquiterpena, Fenil Propana, Tannin Diastase, Gula, Pati
(Muhlisah, 2006).
Komposisi utama dari menyirih adalah buah pinang, kapur sirih, gambir, dan
sebagai bahan tambahan adalah kapulaga, cengkeh, kayu manis dan tembakau. Kegiatan
makan sirih memiliki efek terhadap gigi, gingiva atau gusi, dan mukosa mulut. Dan efek
tersebut membawa dampak yang positif maupun negatif”. Dampak positif dari makan
sirih terhadap gigi di antaranya adalah untuk menghambat proses pembentukan karies.
Sedangkan dampak negative yang di timbulkan dari makan sirih adalah bisa
menyebabkan penyakit periodontal yaitu penyakit inflamasi kronik rongga mulut yang
Menurut Ridzuan (2009) Campuran bahan-bahan untuk menyirih terdiri dari daun
sirih (Piper betle), pinang (Areca nut), gambir (Uncaria gambir), kapur (Calcium
Nama ilmiah dari sirih adalah Piper Betle Linn termasuk dalam golongan keluarga
Piperaceae. Nama Betle berasal dari bahasa Portugis-Betle. Dalam bahasa Hindi lebih
dikenal Pan atau Paan dan dalam bahasa Sansekerta disebut sebagai Tambula. Dalam
bahasa Sinhala Sri Langka disebut Bulat. Bahasa Thai disebut sebagai Plu.
Daun sirih (Piper betle) merupakan suatu jenis tanaman dari family Piperaceae
sianida, saponin, tanin, flafonoid, steroid, alkaloid dan minyak atsiri diduga dapat
pada batang pohon lain. Tanaman ini banyak kita temukan di berbagai daerah
dengan variasi bentuk dan warna yang menarik. Ada beberapa jenis sirih yang dikenal
masyarakat, misalnya sirih jawa(daunnya lebih lembut, baunya kurang tajam dan
warnanya hijau rumput), sirih belanda (daunnya besar, hijau tuam rasa, bau tajam dan
pedas), sirih cengkeh (kecil, daun kuning, dan rasanya seperti cengkeh), sirih kuning,
Sifat tumbuhan sirih adalah sejenis pepohonan yang menjalar dan merambat pada
batang pohon sekelilingnya. Bentuk daunnya agak membujur. Daun-daun sirih yang
subur berukuran antara 8 cm s/d 12 cm. Lebar daun 10 – 15 cm. Panjang sirih sesuai
umurnya, ditanam diatas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan
cuaca tropis, agar tumbuh subur diperlukan jumlah air yang mencukupi.
Sejak dulu masyarakat Indonesia biasa menggunakan daun sirih sebagai penguat
gigi, obat untuk menghentikan pendarahan pada gusi, menghialngkan bau mulut dan
Rasa sirih disebabkan oleh adanya minyak uap yang mengandung fenol dan
sirih adalah kalsium nitrat sedikit gula dan tannin. faktor-faktor yang menentukan enak
atau tidaknya daun sirih adalah jenis sirih itu, umurnya dan kecukupan cahaya
terhadap bakteri rongga mulut seperti Streptococcus mutans yang terdapat dalam air
liur dan saliva . Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang
(betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang
Ada beberapa manfaat daun sirih bagi kesehatan gigi dan mulut diantaranya:
Ramuan ini juga dapat mengobati bau mulut disebabkan oleh kerusakan gigi dan
bakteri mulut yaitu dengan cara dikunyah. aranya daun sirih dicuci lalu kunyah
dan biarkan beberapa menit dalam mulut, kemudian buang. lakukan ini 2-
3 kali sehari. cara kedua yaitu dengan cara berkumur. Rebus 5-6 daun sirih dengan
2 gelas air mendidih. Dinginkan dan saring, gunakan untuk berkumur- kumur
Untuk mengobati pembengkakan gusi dengan daun sirih dapat dilakukan dengan
mengambil 5-6 lembar daun sirih, rebus dengan 3 gelas air sampai mendidih.
Angkat dan saring, tambahkan garam, selanjutnya gunakan untuk berkumur tiga
kali sehari
sirih. Setelah dicuci, direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih angkat dan
karies gigi. Karies gigi adalah salah satu momok kesehatan paling umum dialami.
Kandungan minyak atsiri, flavonoid, alkanoid, dan senyawa fenolik lah
yang dipercaya menghambat karies gigi. Semua senyawa ini pada dasarnya
daun sirih merupakan obat alami yang sangat efektif dalam mengatasi sakit gigi
akibat gigi berlubang. Daun sirih direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih lalu
Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan sebagai cara mencegah gigi
penelitian beberapa pakar, daun sirih merupakan salah satu jenis tanaman yang
menggunakan daun sirih dengan cara mengunyah daun sirih secara langsung dan
bisa juga dengan merebus daun sirih lalu menyaringnya dan dipakai untuk
berkumur.
dengan tujuan untuk memperkuat gigi dan gusi. Terbukti bahwa para lansia yang
terbiasa nyirih atau mengunyah sirih memiliki gigi dan gusi yang lebih kuat dan
Arecaceae yang dapat mencapai tinggi 15-20 meter dengan batang tegak
15 cm. Tanaman ini berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan
memiliki masa hidup 25-30 tahun. Biji buah berwarna coklat tua dengan
flora normal yang terdapat dalam rongga mulut. Namun demikian, jika
dan digulung bersama dengan daun sirih, gambir dan injet, kemudian
bahan di atas: dauh sirih, injet/enjet, dan cuilan kecil gambir. Sedikit
kapur dioleskan di atas daun sirih, dan di atasnya ditaruh sedikit gambir,
tahu
reaksi apa yang terjadi, tapi yang pasti makin lama warna di mulut berubah menjadi
merah menyala. Sesaat kemudian, ludah berwarna merah terang akan mulai
Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan
daun dan ranting tumbuhan bernama Uncaria gambir. Kandungan penting gambir
adalah catechin satu bahan alami yang bersifat anti- 16 oksidan. Kegunaan gambir
yang utama di Nusantara adalah dikenal luas sebagai salah satu komponen menyirih.
Dari Sumatera sampai Papua diperkirakan sudah 2.500 tahun lalu mengenal gambir
Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir
rakyat. Indonesia merupakan negara pemasok utama gambir dunia (80%) yang
sebagian besar berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan Pesisir Selatan. Gambir
merupakan ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir (Hunter)
Roxb. Ekstrak gambir mengandung komponen utama katekin dan komponen lainnya
diantaranya asam kateku tanat, kuersetin, kuteku merah, gambir fluoresen, lemak, dan
Kapur sirih/injet sering juga disebut dengan “Slaked Lime” yaitu satu bentuk
pasta yang dibuat dari menggiling atau menghancurkan cangkang kerang dan
cangkerang dari kerang yang telah dibakar. Hasil dari debu cangkerang tersebut perlu
dicampurkan air supaya memudahkan lagi untuk dioleskan pada daun sirih bila
diperlukan.
E. Tembakau (Tobacco)
salah satu komoditas penting di Indonesia. Peran tembakau dan industri hasil
tembakau dalam kehidupan sosial dalam bentuk cukai dan devisa. Jawa Timur
anti jamur. Bahan aktif tersebut diantaranya golongan fenol yaitu flavonoid,
golongan alkaloid yaitu nikotin, golongan saponin yaitu steroid, dan minyak atsiri
melaporkan bahwa ekstrak etanol daun tembakau memiliki daya antibakteri terhadap
negara, sedangkan komponen utama yang relative konsisten tetap sama. Daun sirih
sebaiknya dikomsumsi dalam keadaan segar karena diyakini jika terlalu lama dapat
mengurangi rasa.
Cara dan komposisi menyirih yang paling umum dilakukan oleh masyarakat
adalah dengan menggoles kapur sirih (Calcium hydroxide) dan tembakau atau
baberapa potongan kecil buah pinang (Areca cathecu) di atas lembaran daun sirih
(Piper betle leaves) dan beberapa bahan tambahan lainnya. Kemudian daun sirih
dilipat seperti membungkus hadiah untuk mendapatkan bentuk dan ukuran yang
menggumpal, lalu gumpalan dimasukkan ke dalam mulut di antara gigi dan pipi,
mulut saat tidur. Proses mengunyah sirih diakhiri dangan menyusur tembakau yakni
sirih.
bahan yang digunakan untuk menyirih. Menyirih dipercaya dapat mengobati gigi
yang sakit maupun mencegah nafas yang tidak sedap. Namun demikian, para
pengunyah sirih memiliki kebiasaan buruk terkait dengan menjaga kebersihan dan
Mereka hanya berkumur sebelum makan dan menggosok gigi pada saat mandi.
Kesehatan gigi akan tetap terjaga jika kebersihan gigi selalu diperhatikan
kandungan bahan menyirih secara terus menerus, usia penyirih. Jika pengunyah
sirih yang tidak rutin membersihkan gigi, maka dalam jangka waktu panjang
coklat kemerahan dan ampas dari bahan menyirih. Ini menunjukkan bahwa
para pengunyah sirih memiliki kebiasaan yang bururk setelah menyirih yaitu
dalam getah daun maupun ranting tumbuhan gambir serta adanya antosianin
dalam daun sirih hijau (Prabhu & Bhute, 2012; Muthoharoh, 2011).
Orang akan merasa risih atas bertebaran ludah residu dari menginang.
baik karena dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit yang menular yang
Menyirih
Lama Menyirih
Dampak
Status Gingiva
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi pustaka yang merupakan suatu kegiatan
menghimpun infomasi yang relevan dengan masalah yang menjadi obajek penelitian
dengan bersumber dari jurnal, buku, dan internet. Penjelasan mengenai suatu topik yang
telah di publikasikan oleh para serajana dan peneliti.
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan. Oleh karena itu teknik yang digunakan
dalam pengumpulan data adalah pengumpulan bahan-bahan pustaka yang koheren
dengan objek pembahasan yang dimaksud. Data yang ada dalam kepustakaan tersebut
dikumpulkan dan diolah dengan cara:
a. Research (pencarian data berdasarkan topik penelitian)
b. Editing
c. Organizing
d. Penemuan hasil penelitian
3. Analisis Data
Analisis data dalam kajian pustaka (library research) ini adalah analisis isi (contenct
analysis) yaitu menelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu
informasi tertulis atau tercetak dalam bentuk buku, jurnal, dan textbook. Adapun tahap
analisis isi yang di tempuh adalah:
a. Menentukan permasalahan
b. Menyusun kerangka pemikiran
c. Analisis data
d. Interpretasi data
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, 2007. Efek aplikasi topical Laktoferin dan Pier Betle Linn pada Mukosa Mulut terhadap
Boediardjo, 1985, Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga, Airlangga Universiti press : Jakarta
Betel Quit Chewing: Analysis of Two Data Sets. Journal Medical Association
Broadbent, J. M., Thomson, W. M., Boyens, J. V., & Poulton, R. (2011). Dental plaque and oral
health during the first 32 years of life. The Journal of the American Dental
Fathiazad, F., Delazar, A., Amiri, R., & Sarker, S. D. (2010). Extraction of flavonoids and
Research, 222-227.
Kamisorei, R. V., & Devy, S. R. (2018). Gambaran Kepercayaan Tentang Khasiat Menyirih Pada
Karim, C. A., Gunawan, P., dan Wicaksono, D. A. 2013. Gambaran Status Gingiva pada Anak
Meganda dkk,. (2011). Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi.
Jakarta : EGC
Putri, dkk., 2010, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi,
Jakarta : EGC
Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan
Rahmawati, N., Bakhtiar, A., & Putra, D. P. (2012). Isolasi katekin dari gambir (Uncaria gambir
(HuRanter) Roxb) untuk sediaan farmasi dan kosmetik. Jurnal Penelitian Farmasi
Ridzuan, N.B. 2009. Kangker Rongga Mulut Disebabkan oleh Kebiasaan Menyirih. Skripsi,
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatra Utara, Medan. Hal: 12, 13, 14, 15,
16