BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawat gigi atau biasa disebut dengan braket awalnya bertujuan untuk
memperbaiki struktur gigi yang tidak rata dan rapi. Namun kini tujuan
penggunaan braket sudah sedikit berubah, kalau dulu orang akan merasa
memiliki gigi sudah rata dan bagus pun banyak yang menggunakan braket.
Inggris, yang berarti metal yang berfungsi untuk menyangga (dalam hal ini
samping. Terlebih pada gigi yang bermasalah baik untuk efek samping
ringan hingga berat. Salah satu efek samping penggunaan braket adalah
1
2
pada gingiva, termasuk penyakit paling umum yang sering ditemukan pada
jaringan mulut. Dapat terjadi akut atau kronik,tetapi bentuk akut lebih sering
ditemukan.
keparahan dan kerusakan jaringan yang terjadi tergantung pada daya tahan
karena tidak menimbulkan rasa sakit atau gangguan fungsi, akan tetapi jika
higenis, pasok flour yang memadai, diet yang baik, perawatan pemeliharaan
58,1%, gingivitis sedang 32,3 dan gingivitis berat 2,4% sedangkan anak
yang bebas dari gingivitis hanya 7,3%. Berdasarkan jenis kelamin, secara
mulut yang buruk, kalkulus, iritasi mekanis, dan posisi gigi yang tidak
teratur dapat menjadi faktor pendukung. Bakteri plak dalam jumlah banyak
papila interdental dan menyebar dari daerah tersebut ke sekitar leher gigi.
merekatkan braket. Hasil ini berguna untuk kebersihan gigi, dan mencegah
karies gigi. Apabila pasta tersebut merekat pada permukaan gigi serta
2002).
B. Rumusan Masalah
2014?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
pada gigi.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
2. Untuk Masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Braket
1. Definisi Braket
diambil dari kata bracket dalam bahasa Inggris, yang berarti metal yang
diistilahkan behel, yang diambil dari kata beugel berarti sanggurdi, atau
Gigi yang akan diberi braket dibersihkan dengan alat dan bahan
khusus. Kemudian gigi di-etsa atau etching dengan bahan tertentu selama
30-60 detik supaya perlekatan alat dengan gigi menjadi kuat. Bahan
adhesif kemudian ditambahkan pada gigi dan alat, lalu alat dipasang dan
Braket dipasang dari gigi premolar dua kanan sampai premolar dua
kiri (atau sesuai dengan kebutuhan dan rencana perawatan dokter gigi
6
7
Setelah itu baru dipasangi kawat. Variasi pemasangan alat sangat luas
2. Epidemologi
dari total penduduk yang ada dan merupakan salah satu masalah
kesehatan gigi dan mulut yang cukup besar. Saat ini pasien semakin
meningkat karen semakin banyak pasien yang sadar akan kondisi gigi
komposisi dari flora normal, gingivitis dan dekalsifikasi email atau white
masalah umum yang terjadi saat perawatan ortodonti dengan alat cekat
8
terutama pada pasien yang kurang menjaga kebersihan gigi dan mulutnya
Teknik ini telah diterima dengan baik karena relatif mudah dilakukan,
dipakai juga terus dikembangkan baik dari segi bahan dasar pembuatnya
tersedia braket estetik yang terbuat dari single crystal sapphire dan
itu juga ada braket dari zirconia polikristalin (ZrO2), yang dilaporkan
patah, dan saat dilepas sering menyebabkan enamel gigi juga ikut lepas.
bagus. Braket jenis keramik apabila dipasang pada insisif atau kaninus
umumnya dari bahan baja nirkarat. Bahan ini mengandung nikel yang
bervariasi, yaitu dari edema lidah, bibir, mouth lining sampai dengan
dan modus korosi, yang diikuti pelepasan ion-ion logam seperti nikel ke
dalam rongga mulut. Hal ini tidak hanya tergantung pada komposisi
reaksi alergi yang parah. Oleh karena itu, keberadaan breket titanium
dapat menyebabkan luka kecil pada bibir dan bagian dalam pipi .
Saat terlibat dalam aktivitas seksual seperti seks oral atau bahkan
aliran darah.
11
3. Alergi
4. Karang Gigi
sudah bagus menjadi berantakan. Hal ini terjadi akibat gigi yang
B. Gingiva
1. Definisi Gingiva
pada aspek lingual mandibular antara gingival dan mukosa mulut. Pada
adalah bagian gingival yang terletak pada daerah korona dan tidak
melekat pada gingiva. Dekat tepi gingiva terdapat suatu alur dangkal
yang disebut sulkus gingiva yang mengelilingi setiap gigi. Pada gigi yang
rongga mulut yang terjadi pada > 75% populasi. Peradangan gingiva
kanak.(Wahyukundari, 2008).
C. Gingivitis
1. Definisi Gingivitis
warna lebih merah dari normal, gingiva bengkak dan berdarah pada
jaringan pendukung gigi yang lebih dalam. Penyakit ini bersifat progresif
dan irreversible dan biasanya dijumpai antara usia 30-40 tahun. Apabila
15
2. Histopatologi Gingivitis
2013).
16
Gusi yang mudah berdarah adalah salah satu tanda-tanda dari radang
4. Tanda-tanda Gingivitis
sebagai berikut :
b.Mudah terjadinya perdrhan pada gingiva dan sekitar gigi, terutama saat
mulut.
Gingivitis jarang disadari oleh penderita, karena pada tahap ini tidak
5. Penyebab gingivitis
gingiva dan tepi gingiva, terdapat hubungan bermakna skor plak dan
1. Faktor internal
pembuangan gigi.
18
kawat dalam mulut. Bahan ini melukai gusi dan menyebabkan infeksi.
2. Faktor external
6.Epidemologi Gingivitis
akan tetapi jika keadaan ini dibiarkan, gingivitis dapat menjadi bentuk
baiknya status oral higenis, menghasilkan flour yang memadai, diet yang
dan gingivitis berat 2,4% sedangkan anak yang bebas dari gingivitis
7. Klasifikasi Gingivitis
1. Gingivitis marginalis
Gingivitis yang paling sering kronis dan tanpa sakit, tapi episode
perdarahan dan rasa sakit akan timbul oleh tindakan yang paling
ringan sekalipun.
3. Pregnancy Gingivitis
interproximal.
4. Gingivitis scorbutic
lama, dan tidak terasa sakit apabila tidak ada komplikasi dari
margin gusi tetapi juga termasuk bagian batas gusi cekat), papillary
margin gusi, dan gingivitis lebih sering diawali pada daerah papila,
interdental)
serat elastis.
Perawatan Ortodonti
harus diatasi. Kebersihan mulut yang buruk, karies serta adanya cavitas
nekrosis, rasa nyeri serta perdaraha pada gusi. Dengan sikat gigi yang
oleh iritasi lokal yaitu plak, kalkulus, materia alba, karies, bakteri oral,
kepada pasien untuk menjaga kebersihan mulut, dan nasehat diet. Ada
kebersihan gigi dan mulut yang efektif antara lain: sikat gigi, benang
gigi, tusuk gigi, sikat gigi interdental, semprotan air, dentifrice. Adapun
kontrol tetap harus dilakukan agar gingivitis tidak semakin parah. (Paul,
2001).
parsial)
gingivitis pada gigi karies yaitu dengan cara merestorasi kavitas gigi
gigi dan gusi, terutama saku gusi dan interdental, teknik menyikat
gigi harus sistematik agar tidak ada gigi yang terlewati Gerakan sikat
sehari yaitu pada pagi hari sesudah makan dan malam hari sebelum
dkk, 2002).
waktu yang cukup lama oleh karena itu setiap pasien yang menjalani
periodontal.
28
adalah:
kawat gigi.
membersihkan gigi-geligi.
Gigi
Hal ini untuk melihat apakah masih ada plak atau sisa
dokter gigi yang merawat. Salah satu tugas penderita adalah menjaga
dalam plak gigi akan merekat erat pada alat-alat ortodonti, dan tidak
2002).
bantu tambahan. Selain itu makanan yang manis, dan lengket seperti
Hal tersebut terjadi karena plak gigi berisi akumulasi bakteri akan
Gigi
misalakan toffe (gula-gula yang keras terbuat dari gula atau mentega
BAB III
Faktor Internal :
Gingivitis
Bahan makanan yang
menempel pada gingiva
Peradangan pada
gingiva : Gigi yang bgerjejal secara
abnormal tidak
- Perubahan terindentifikasi
warna lebih
merah dari
normal.
- Pembesaran Faktor External :
pada gingiva.
Penggunaan braket
- Gingiva mudah
berdarah.
malnutrisi
Diet
Keterangan:
: Tidak diteliti
: Yang diteliti
33
34
Pada penelitian yang saya buat meneliti tentang gingivitis, dimana faktor
pencetus ada dua, yaitu: faktor external dan faktor internal. Pada penelitian ini
komposisi dari flora normal, gingivitis dan deklsifikasi email atau white spot di
sekitar alat cekat. Pembentukan gingivitis juga merupakan masalah umum yang
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
35
36
penelitian.
3. Besar Sampel
N
n= 1+ N α 2
60
n= 1+ 60(0,1)2
60
n= 1,6
= 38
2015.
D. Variabel Penelitian
E. Kerangka Kerja
Penetapan Sampel
Analisis Data
F. Definisi Operasional
data
1. Pengumpulan Data
2. Pengolahan Data
melalui cara :
1. Editing
2. Coding
3. Scoreing
mendapat score 1.
4. Entry
5. Cleaning/Tabulasi
dengan data yang didapat pada kuesioner. Bila ada perubahan dan
H. Analisa Data
grafik.
41
BAB V
1. Letak
kupang 25 no 54 Surabaya
2. Luas wilayah
3. Batas wilayah
Sambikerep.
42
B. Karakteristik Responden
41
Setelah kuesioner disebarkan kepada 38 responden, diperoleh gambaran
perilaku dan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut responden antara
lain :
Jawaban
Ya Tidak
No Pertanyaan n % n %
1 Saya menggosok gigi lebih dari 2x sehari 36 (95%) 2 (5%)
2 Saya menggunakan metode dari kiri ke 38 (100%) 0 (0%)
benda-benda keras
7 Saya suka mengkonsumsi makanan manis 32 (84%) 6 (16%)
8 Saya sering minum-minuman dingin 23 (61%) 15 (39%)
9 Saya menggunakan pasta dan sikat gigi 32 (84%) 6 (16%)
menggosok gigi
10 Saya membersihkan karang gigi 6 bulan 27 (71%) 11 (29%)
gigi
43
Adapun hasil jawaban responden yang dominan pada soal no. 1 (saya
menggosok gigi lebih dari 2x) didapatkan hampir seluruhnya (95%) responden
no. 8 (saya sering minum minuman dingin) didapatkan sebagian besar (61%)
44
menggunakan pasta dan sikat gigi khusus untuk perawatan orthodonti saat
mahasiswa.
C. Analisis Data
1. Kejadian gingivitis
2014
2. Terjadi 8 21,1%
Jumlah 38 100 %
Sumber : Data Primer tahun 2014
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Hasil penelitian pada tabel V.2 dapat diketahui bahwa bahwa kejadian
mengalami gingivitis.
Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) drg Zaura Rini Anggraeni, MDS
baik untuk efek samping ringan hingga berat. Salah satu efek samping
awal berupa peradangan pada gingiva, termasuk penyakit paling umum yang
sering ditemukan pada jaringan mulut. Dapat terjadi akut atau kronik,tetapi
46
47
ortodonti dengan alat cekat terutama pada pasien yang kurang menjaga
Kusuma Surabaya) yang notabene tahu tentang kesehatan gigi dan mulut.
gigi dan mulut selama orang tersebut melakukan praktek kebersihan gigi dan
mulut dengan baik, aplikasi fluor rutin dan pemeriksaan gigi secara berkala.
2005). Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan bagian
dari factor yang sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu
penyikatan yang tepat. Tersedia berbagai variasi dalam desain sikat gigi,
penyikatan. Waktu menyikat yang baik adalah saat sesudah makan pagi dan
sebelum tidur. Sedangkan frekuensi penyikatan gigi yang baik adalah lebih
dua kali sehari, dengan durasi minimal 2 menit setiap penyikatan gigi
(Carranza, 2002)
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari
media massa, semakin banyak informasi yang masuk, makin banyak pula
dengan lebih baik dan mengambil keputusan terbaik untuk hal-hal yang
mengandung dua aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya
aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin
positif terhadap obyek tersebut dan akan menimbulkan perilaku yang positif
positif dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya selama masa perawatan.
B. Keterbatasan Penelitian
kualitatif..
50
BAB VII
A. Kesimpulan
bahwa :
angkatan 2011-2014 .
B. Saran
berikut:
1. Bagi responden
dapat berperilaku positif dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut agar
50
51
tentang kesehatan gigi dan mulut dan lebih sering mengadakan seminar-
seminar kesehatan.
tentang kesehatan gigi dan mulut khususnya penggunaan braket dan cara
DAFTAR PUSTAKA
Fedi, P. F., Vernino, A. R., Gray, J. L. 2000. The Periodontic Syllabus. 4th ed.
Wolter Kluwer Company. Hlm. 75-85.
Intan Ayu S dan Z.Irma Indah. 2013. Penyakit Ggi Mulut dan THT. Yogyakarta:
Nuha Medika. Hlm 29-42
Kusy RP. Orthodontic biomaterials: from the past to the present. Angle Orthod
2002; 72:501–12.
Koch, G., Poulsen, S. 2001. Pediatric Dentistry A Clinical Approach.
Copenhagen: Munksgaard
Laskaris, G. 2000. Color Atlas of Oral Diseases in Children and Adolescents.
New York: Thieme
Mathewson, R.J. & Primosch, R.E. 1995. Fundamentals of Pediatric Dentistry, 3
ed., Chicago: Quintessence Books
53
Manson J.D. dan Eley B.M. 1993. Buku Ajar Periodonti. Edisi kedua p.45,
Hipokrates Jakarta.
Manson J.D. dan Eley B.M. 1993. Buku Ajar Periodonti. Edisi kedua p.45,
Jakarta: Hipokrates
Manson, J. D., Eley, B. M.; 1993. Buku Ajar Periodonti (Outline of Periodontics).
Alih bahasa: drg. Anastasia S. Editor: drg. Susianti K. 2nd ed. Jakarta:
Hipokrates
McDonald, R. E., Avery, D. R. 2004. Dentistry for The Child and Adolescent. 9th
ed. Toronto: The C. V. Mosby Company.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.