Anda di halaman 1dari 36

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019

Maloklusi Kelas I Tipe 1


Pada Periode Gigi Bercampur
Della Wijaya Pembimbing :
041.216.034 Dr. drg. Himawan Halim, DMD, MS, Sp.Ort.
pendahuluan Perawatan orthodonti
3 jenis ; a) perawatan orthodontik
Crowding / gigi berjejal preventif, b) orthodontik interseptif,
c) orthodontik korektif.
Biasanya terjadi pada gigi anterior
Perawatan ortodontik interseptif
dan lebih jarang pada gigi posterior
digunakan untuk mengurangi
Etiologi : multifaktorial keparahan maloklusi, memperbaiki
3 keadaan yang memudahkan profil wajah.
terjadinya crowding, yaitu : 2 jenis alat yang digunakan, yaitu alat
lebar gigi yang besar, orthodontic lepasan dan alat
tulang basal rahang yang kecil atau orthodonti cekat.
kombinasi dari keduanya. Alat orthodonti lepas adalah alat yang
pemakaiannya bisa dilepas dan
dipasang oleh pasien,

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Manfaat Penulisan
menambah ilmu pengetahuan
Tujuan Penulisan mengenai penatalaksanaan
untuk mengetahui maloklusi anterior crowding pada
penatalaksanaan perawatan periode gigi campur dengan piranti
ortodonti dalam periode gigi ortodonti lepasan.
campur pada pasien anak menjadi referensi bagi mahasiswa
dengan maloklusi anterior Fakultas Kedokteran Gigi mengenai
crowding. perawatan kasus maloklusi pada
periode gigi campur.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


tinjauan pustaka
A.Perawatan Orthodonti Interseptif

Perawatan ortodontik yang dilakukan dalam masa pertumbuhan gigi


campur yang bertujuan untuk memperbaiki relasi rahang.
Dilakukan pada anak berusia 6 hingga 12 tahun untuk untuk
mengurangi keparahan maloklusi dan terkadang untuk
menghilangkan penyebabnya;
Dapat memperbaiki profil wajah sehingga dapat meningkatkan rasa
percaya diri, menghilangkan kebiasaan buruk, memfasilitasi erupsi
normal gigi dan memperbaiki pola pertumbuhan pasien itu sendiri.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


B. Orthodonti Lepasan

2 jenis piranti orthodonti yang selama ini digunakan yaitu; piranti


orthodonti lepasan dan piranti orthodonti cekat.
Piranti orthodonti lepasan adalah alat yang pemakaiannya bisa
dilepas dan dipasang oleh pasien,
Alat ini mempunyai kemampuan perawatan yang lebih sederhana
dibandingkan dengan alat cekat, dianggap sebagai alat fungsional,
karena alat ini hampir selalu dilepas.
Kegagalan perawatan sering terjadi karena pasien tidak disiplin
memakai sesuai dengan aturan pemakaiannya.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


B. Orthodonti Lepasan

Penggunaan alat orthodonti lepasan dapat menjadi pilihan untuk


merawat gigi, apabila:
a. Kelainan gigi pasien tidak terlalu kompleks
b. Umur pasien diatas 6 tahun;
c. Keterbatasan biaya untuk pemilihan perawatan alat ortho cekat;
d. Alat orthodonti lepasan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan
penuh sehingga dapat menyebabkan gigi erupsi pada posisi yang tepat;
e. Dapat mempersingkat perawatan orthodonti cekat;
f. Lebih terjangkau bila digunakan untuk kasus tertentu yang
membutuhkan desain khusus.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


B. Orthodonti Lepasan

Alat orthodonti lepasan memiliki beberapa macam tipe,yaitu:


a. Alat orthodonti lepasan aktif, yaitu alat orthodonti yang digunakan
untuk menggerakkan gigi geligi.
b. Alat orthodonti lepasan pasif, yaitu alat orthodonti yang digunakan
untuk mempertahankan posisi gigi setelah perawatan selesai, atau
mempertahankan ruangan setelah pencabutan awal.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


C. Maloklusi berhubungan dengan malposisi gigi
 kelainan susunan gigi dari oklusi yang
geligi, malrelasi lengkung gigi, fungsi
normal yang terjadi baik pada rahang atas saraf dan otot yang abnormal
maupun rahang bawah
secara garis besar dapat digolongkan
 deviasi oklusi normal dan didefinisikan menjadi 2 kelompok. Kelompok
sebagai hubungan gigi geligi yang
abnormal pertama yaitu yang menyangkut
kelainan gigi saja, tidak melibatkan
rahang (dentoalveolar). Ada pula
maloklusi yang berkaitan dengan relasi
rahang (skeletal).

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


1.Maloklusi Tipe Skeletal

A.Malokusi Kelas I Skeletal

Apabila ukuran, posisi serta relasi maksila dan mandibular normal. Pola wajah dan rahang harmonis
dengan keseluruhan tulang skeletal. Profilnya ortognati.

B.Maloklusi Kelas II Skeletal

Apabila posisi mandibular lebih distal dari normal. Hal ini dapat disebabkan perkembangan maksila
berlebih, mandibularyang kurang berkembangan, kombinasi keduanya, maupun pola pertumbuhan
mandibular yang ke arah bawah dan ke belakang. Profilnya retrogenati

C.Malokusi Kelas III Skeletal

Apabila posisi mandibular terletak lebih mesial dari normal. Yang disebabkan pertumbuhan berlebih
mandibular dengan sudut mandibular atau gonion yang besar (obtuse mandible), maksila yang kurang
berkembang (retrognatik), maupun kombinasi keduanya. Profilnya prognati

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


2.Maloklusi Tipe Dentoalveolar

A.Maloklusi Kelas I Angle

Relasi lengkung gigi maksila terhadap mandibular relatif normal


dengan reelasi mesiodistal gigi molar pertama bawah normal
yaitu puncak cusp mesiobukal gigi molar pertama rahang atas
berada pada buccal groove dari molar pertama rahang bawah.

B.Maloklusi Kelas II Angle

Molar pertama rahang atas terletak lebih ke mesial daripada


molar pertama rahang bawah atau puncak cusp mesiobukal gigi
molar pertama tetap rahang atas letaknya lebih ke anterior
daripada buccal groove gigi molar pertama tetap rahang bawah.

C.Maloklusi Kelas III Angle

Merupakan keadaan cusp mesiobukal molar pertama rahang atas


beroklusi dengan embrasure diantara molar pertama dan kedua
rahang bawah.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


d. Gigi Anterior Berjejal
Gigi berjejal merupakan keadaan kekurangan
panjang lengkung rahang dibandingkan dengan
total jarak mesio distal dari gigi yang ada. Gigi
berjejal atau crowding dapat terjadi pada gigi Ditinjau dari segi permasalahan, gigi berjejal
anterior maupun posterior, namun yang sering dikategorikan menjadi dua yaitu;
ditemukan adalah pada gigi anterior rahang bawah 1.Crowding simple,
2.Crowding complex.
Ditinjau dari total arch length discrepancy, crowding
dibagi menjadi 3;
1.Crowding ringan,
2.Crowding sedang, dan
3.Crowding parah.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


G. Komplikasi Dan Resiko Perawatan Orthodontik

Kerusakan Oral hygiene


Resorbsi Resesi
jaringan yang
akar gingiva
periodontal memburuk

Inflamasi
Karies Reaksi alergi
gingiva

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019

LAPORAN KASUS

: Putri Meilinda Status : Belum Menikah


Nama
: Ibrahim Agama : Islam
Nama Ayah
: Yuyun Tinggi Badan : 135 cm
Nama Ibu
: Sunda Pendidikan : SD
Suku
: Perempuan Berat Badan : 20 Kg
Jenis Kelamin
: 21 Mei 2009 Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Lahir
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019

KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan gigi depan bawahnya yang bertumpuk.

KELAHIRAN: Normal

PENYAKIT YG PERNAH/SDG DIDERITA


Tidak Ada

KELUARGA YG DIRAWAT ORTHO


Tidak Ada

KEBIASAAN YG TDK BAIK: Tidak Ada

KESEHATAN: Baik
Foto Profil Pasien

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Foto Intra Oral

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Analisis Ruang
1. ANALISIS RUANG PERIODE GIGI CAMPUR

RAHANG ATAS KANAN KIRI


Jarak 2-6 sesudah insisivus diperbaiki 19,0 mm 22,0 mm
Tabel Moyers 23,4 mm 23,4 mm
Arch Length Discrepancy -4,4 mm -1,4 mm

RAHANG BAWAH KANAN KIRI


Jarak 2-6 sesudah insisivus diperbaiki 21,0 mm 20,0 mm
Tabel Moyers 23,1 mm 23,1 mm
Arch Length Discrepancy -2,1 mm -3,1mm

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Analisis Ruang
2. ANALISIS RUANG PERIODE GIGI TETAP
Arch Length Discrepancy KANAN KIRI
RAHANG ATAS -4,4 mm -1,4 mm
RAHANG BAWAH -2,1 mm -3,1 mm

3. TOTAL ARCH LENGTH DISCREPANCY


A.L.D Rahang Atas : -5,8 mm
A.L.D Rahang Bawah : -5,2 mm
Jarak Ῑ-Apg : 0 mm
(4 – (0)X 2 = : 8 mm
T.A.L.D Gabungan : -5,2 mm + 8 mm = 4,8 mm
Pencabutan : Tidak Perlu

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


A. SEFALOMETRIK

Analisis Skeletal
Analisis Radiografi
Rerata Penderita Cd Kesimpulan

Kedudukan maksila terhadap basis kranii


Sudut SNA 82∘ 76∘ 3
PROTRUSIF BERAT

Kedudukan mandibula terhadap basis kranii


Sudut SNB 80∘ 78∘ 1
RETRUSIF RINGAN

Kedudukan menton/mandibula terhadap profil


Sudut Fasial 87∘ 81∘ 2
PROTRUSIF SEDANG

Sudut FM 26∘ 29∘ Tipe Fasial: MESOFASIAL

Jarak A-NPg 4 mm 3 mm 1 Kedudukan maksila terhadap profil NORMAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Analisis Radiografi
Analisis Dento-Skeletal
Jarak I-APg 4 mm 0 mm 0 Kedudukan insisif bawah NORMAL
Kedudukan insisif bawah RETROKLINASI
Sudut I-APg 25∘ 20o 3
BERAT

B. PANORAMIK

1. ETIOLOGI : Kebiasaan buruk menggigit kuku sejak usia 5 tahun


2. DIAGNOSIS : Maloklusi Kelas I Tipe 1, Skeletal Kelas I
3. PROGNOSIS : Baik

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Radiografi
Sefalometri

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Penapakan
Sefalometri

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Panoramik

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Tahapan Pekerjaan Tanggal
10 April 2018 Indikasi dan cetak
Tindakan

23 April 2018 Tracing (penapakan), model studi


30 April 2018 Chair Side Teaching (CST), desain alat
8 Mei 2018 Pemasangan alat orthodonti
Aktivasi 1 : RA : ekspansi 1x putar
22 Mei 2018
RB : ekspansi 1x putar
Aktivasi 2 : RA : ekspansi 1x putar
30 Mei 2018
RB : ekspansi 1x putar
Aktivasi 3 : RA : ekspansi 1x putar
26 Juni 2018
RB : ekspansi 1x putar, aktivasi labial bow
Aktivasi 4 : RA : ekspansi 1x putar
11 Juli 2018
RB : ekspansi 1x putar, aktivasi labial bow
Aktivasi 5 : RA : ekspansi 1x putar
18 Juli 2018
RB : observasi
Aktivasi 6 : RA : ekspansi 1x putar
24 Juli 2018
RB : observasi

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Tahapan Pekerjaan 14 Agustus 2018 Aktivasi 7 : RA : ekspansi 1x putar
RB : ekspansi 1x putar
28 Agustus 2018 Aktivasi 8 : RA : ekspansi 1x putar
RB : ekspansi 1x putar
12 September 2018 Aktivasi 9 : RA : ekspansi 1x putar
RB : ekspansi 1x putar, protraksi anterior
18 September 2018 Aktivasi 10 : RA : ekspansi 1x putar
RB : ekspansi 1x putar
23 Septeber 2018 Aktivasi 11 : RA : ekspansi 1x putar
RB : ekspansi 1x putar
2 Oktober 2018 Aktivasi 12 : RA : ekspansi 1x putar
RB : ekspansi 1x putar
9 Oktober 2018 Aktivasi 13 : RA : ekspansi 1x putar
RB : ekspansi 1x putar
16 Oktober 2018 Aktivasi 14 : RA : ekspansi 1x putar, pemotongan finger springer
RB : ekspansi 1x putar
8 November 2018 Aktivasi 15 : RA : ekspansi 1x putar
RB : ekspansi 1x putar, aktivasi labial bow

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Tahapan Pekerjaan 14 November 2018 Aktivasi 16 : RA : ekspansi 1x putar
RB : ekspansi 1x putar
27 November 2018 Aktivasi 17 : RA : ekspansi 1x putar
RB : ekspansi 1x putar
4 Desember 2018 Cetak Evaluasi

5 Desember 2018 Step Model

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Sebelum

Sesudah

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Foto Intratorakal
Sebelum

Sesudah

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Pembahasan
Pemerik-
saan ekstra
oral

Pemerik-
Analisis
saan
panoramik
intra oral

analisis
Klasifikasi Angle
sefalometri

premature loss pada maloklusi kelas I tipe 1 dan 5


gigi 52,62,72, dan 82 disertai dengan diastema,
dan karie gigi 85 dengan skeletal kelas I

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


RENCANA PERAWATAN

RAHANG ATAS RAHANG BAWAH Gambar Piranti


1.Expansi bilateral 1.Expansi bilateral
2.Regulasi anterior 2.Protaksi gigi 32
3.Observasi 3.Protraksi gigi 42
4.Regulasi anterior
5.Observasi

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


HASIL PERAWATAN

Sebelum Sesudah

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Hasil Perawatan

1. Gigi 22 erupsi sempurna


2. Crowding pada gigi 32 dan 42 belum terjadi perbaikan yang signifikan

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Pembahasan
Kecepatan erupsi gigi permanen tidak
sebanding dengan pelebaran rahang yang
diharapkan.

Hasil perawatan
yang belum
maksimal
Pasien kurang kooperatif.
Pasien hanya menggunakan piranti
orthodonti beberapa jam sehari.
Tidak dapat menghasilkan besaran gaya
piranti yang diharapkan.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


kesimpulan

1. Pada kasus ini koreksi gigi berjejal kurang maksimal


a. Etiologi gigi berjejal berhubungan dengan maksila dan mandibula
yang kurang berkembang
b. Kecepatan erupsi gigi permanen tidak sebanding dengan pelebaran
lengkung rahang
c. Besaran gaya piranti ortodonti lepasan yang diharapkan tidak
tercapai

2. Hasil perawatan
a. Gigi 22 parsial erupsi
b. Crowding pada gigi 32 dan 42 belum terjadi perbaikan yang
signifikan

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Daftar Pustaka
• Thilander, B., Pena, L., Infante, C., Parada, S. S., & Mayorga, C. de. (2001). Prevalence of malocclusion and ortodontikc treatment need in children and
adolescents in Bogota, Colombia. An epidemiological study related to different stages of dental development. Eur J Orthod, 2(23), 153–67.

• Bittencourt, M. A. V., Farias, A. C. R., & Barbosa, M. de C. e. (2012). Conservative treatment of a Class I malocclusion with 12 mm overjet, overbite and severe
mandibular crowding. Dental Press J Orthod, 17(5), 43–52.

• Achmad, H., & Handayani, H. (2012). Ortodontik interseptif : efektivitas rapid palatal expander pada crowding gigi anterior pada anak. J Dentomaxillofac Sci,
11(1), 22.

• Mtaya, M., Astrom, A. N., & Brudvik, P. (2008). Malocclusion, psycho-social impacts and treatment need: A cross-sectional study of Tanzanian primary school-
children. BMC Oral Health, 8(1), 1–10.

• Alawiyah, T. (2017). Komplikasi dan resiko yang berhubungan dengan perawatan ortodonti. Jurnal Ilmiah Widya, 4(1), 256–261.

• Widiarsanti, S., Sutantyo, D., & Pudyani, P. S. (2015). Studi Kasus Perawatan Ortodontik Interseptif dengan Alat Aktivator pada Periode Percepatan
Pertumbuhan. MKGK, 1(1), 27–32.

• Nallanchakrava, S. (2014). Interceptive ortodontikcs-a short review. STM Journals, 2(April 2011), 2–6.

• Nasruddin, & Pratiwi, R. (2006). Kebutuhan perawatan preventif dan interseptif ortodontik pada anak kelompok umur 6 dan 9 tahun. Jurnal Kesehatan Gigi
Masyarakat , IKGM- FKG Unhas. Hlm 12.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019


Daftar Pustaka

• Irwansyah, M., & Erwansyah, E. (2011). Penilaian tingkat keberhasilan perawatan ortodontik dengan piranti lepasan berdasarkan indeks PAR. J
Dentomaxillofac Sci, 10(3), 144–150.

• Zafarmand, A. H., & Zafarmand, M. M. (2013). Removable ortodontikc appliances : new perspectives on capabilities and efficiency. Eur J Paediatr Dent,
14(2), 160–165.

• Kusnoto J, Nasution FH, Gunadi HA. Buku Ajar Ortodonti Jilid 1. Jakarta: EGC. 2014. Hlm 128-142, 177-212

• Alam, M. K. (2009). Orthodontic treatment of mandibular anterior crowding. Bangladesh J. Med Sci, 8(1), 33–36.

• Mitchell L. An Introduction of Ortodontikcs. 2nd Edition. Oxford : Oxford University Press. 2007.

• Alam, M. K. (2010). The multidisciplinary management of median diastema. Bangladesh J Med Sci, 9(4), 234–237.

• Paranna, S., Shetty, P., Anandakrishna, L., & Rawat, A. (2017). Distalization of Maxillary First Permanent Molar by Pendulum Appliance in Mixed Dentition
Period. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry, 10(3), 299–301.

• Attia Y: Midline diastemas: closure and stability. Angle Orthod. 1993: 63:209-1

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI | 2019

Anda mungkin juga menyukai