Apabila ukuran, posisi serta relasi maksila dan mandibular normal. Pola wajah dan rahang harmonis
dengan keseluruhan tulang skeletal. Profilnya ortognati.
Apabila posisi mandibular lebih distal dari normal. Hal ini dapat disebabkan perkembangan maksila
berlebih, mandibularyang kurang berkembangan, kombinasi keduanya, maupun pola pertumbuhan
mandibular yang ke arah bawah dan ke belakang. Profilnya retrogenati
Apabila posisi mandibular terletak lebih mesial dari normal. Yang disebabkan pertumbuhan berlebih
mandibular dengan sudut mandibular atau gonion yang besar (obtuse mandible), maksila yang kurang
berkembang (retrognatik), maupun kombinasi keduanya. Profilnya prognati
Inflamasi
Karies Reaksi alergi
gingiva
LAPORAN KASUS
KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan gigi depan bawahnya yang bertumpuk.
KELAHIRAN: Normal
KESEHATAN: Baik
Foto Profil Pasien
Analisis Skeletal
Analisis Radiografi
Rerata Penderita Cd Kesimpulan
B. PANORAMIK
Sesudah
Sesudah
Pemerik-
Analisis
saan
panoramik
intra oral
analisis
Klasifikasi Angle
sefalometri
Sebelum Sesudah
Hasil perawatan
yang belum
maksimal
Pasien kurang kooperatif.
Pasien hanya menggunakan piranti
orthodonti beberapa jam sehari.
Tidak dapat menghasilkan besaran gaya
piranti yang diharapkan.
2. Hasil perawatan
a. Gigi 22 parsial erupsi
b. Crowding pada gigi 32 dan 42 belum terjadi perbaikan yang
signifikan
• Bittencourt, M. A. V., Farias, A. C. R., & Barbosa, M. de C. e. (2012). Conservative treatment of a Class I malocclusion with 12 mm overjet, overbite and severe
mandibular crowding. Dental Press J Orthod, 17(5), 43–52.
• Achmad, H., & Handayani, H. (2012). Ortodontik interseptif : efektivitas rapid palatal expander pada crowding gigi anterior pada anak. J Dentomaxillofac Sci,
11(1), 22.
• Mtaya, M., Astrom, A. N., & Brudvik, P. (2008). Malocclusion, psycho-social impacts and treatment need: A cross-sectional study of Tanzanian primary school-
children. BMC Oral Health, 8(1), 1–10.
• Alawiyah, T. (2017). Komplikasi dan resiko yang berhubungan dengan perawatan ortodonti. Jurnal Ilmiah Widya, 4(1), 256–261.
• Widiarsanti, S., Sutantyo, D., & Pudyani, P. S. (2015). Studi Kasus Perawatan Ortodontik Interseptif dengan Alat Aktivator pada Periode Percepatan
Pertumbuhan. MKGK, 1(1), 27–32.
• Nallanchakrava, S. (2014). Interceptive ortodontikcs-a short review. STM Journals, 2(April 2011), 2–6.
• Nasruddin, & Pratiwi, R. (2006). Kebutuhan perawatan preventif dan interseptif ortodontik pada anak kelompok umur 6 dan 9 tahun. Jurnal Kesehatan Gigi
Masyarakat , IKGM- FKG Unhas. Hlm 12.
• Irwansyah, M., & Erwansyah, E. (2011). Penilaian tingkat keberhasilan perawatan ortodontik dengan piranti lepasan berdasarkan indeks PAR. J
Dentomaxillofac Sci, 10(3), 144–150.
• Zafarmand, A. H., & Zafarmand, M. M. (2013). Removable ortodontikc appliances : new perspectives on capabilities and efficiency. Eur J Paediatr Dent,
14(2), 160–165.
• Kusnoto J, Nasution FH, Gunadi HA. Buku Ajar Ortodonti Jilid 1. Jakarta: EGC. 2014. Hlm 128-142, 177-212
• Alam, M. K. (2009). Orthodontic treatment of mandibular anterior crowding. Bangladesh J. Med Sci, 8(1), 33–36.
• Mitchell L. An Introduction of Ortodontikcs. 2nd Edition. Oxford : Oxford University Press. 2007.
• Alam, M. K. (2010). The multidisciplinary management of median diastema. Bangladesh J Med Sci, 9(4), 234–237.
• Paranna, S., Shetty, P., Anandakrishna, L., & Rawat, A. (2017). Distalization of Maxillary First Permanent Molar by Pendulum Appliance in Mixed Dentition
Period. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry, 10(3), 299–301.
• Attia Y: Midline diastemas: closure and stability. Angle Orthod. 1993: 63:209-1