Anda di halaman 1dari 26

PENATALAKSANAAN MALOKLUSI KELAS I TIPE 1

DENGAN PIRANTI ORTODONTI LEPASAN

LAPORAN KASUS
MODUL MALOKLUSI

PEMBIMBING:
drg. Yuniar Zen, Sp. Ort

AIDILIA TIATUMELA
041.216.003

UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
JAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ortodonti adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang membahas tentang
perkembangan wajah, dengan perkembangan gigi geligi dan oklusi.
Perkembangan ilmu ortodonti saat ini berkembang sangat pesat. Kesadaran pasien
akan pentingnya perawatan ortodonti terutama untuk memenuhi kebutuhan estetik
sudah meningkat. Perawatan ortodonti dianggap mampu memberikan kemajuan
perawatan yang signifikan terhadap maloklusi, tetapi perawatan ortodonti
membutuhkan waktu yang lama juga kesabaran, ketekunan, dan kerjasama yang
baik antara pasien dan operator.1 Perawatan ortodonti bertujuan memperbaiki
maloklusi dari segi estetika dan fungsi di regio orofacial, yaitu dengan
2
menggerakkan gigi atau dengan memodifikasi pertumbuhan rahang pasien.
Maloklusi adalah penyimpangan dari oklusi normal. Maloklusi merupakan
masalah gigi yang paling umum dikeluhkan seseorang, sehingga memiliki
3
keinginan untuk melakukan tindakan perawatan ortodonti. Angle membagi
klasifikasi menjadi tiga kelas berdasarkan hubungan oklusal molar pertama.
Maloklusi kelas I memiliki hubungan normal dengan gigi geraham, tetapi garis
oklusi salah karena gigi, rotasi, atau penyebab malposisi lainnya. Sedangkan pada
maloklusi kelas II, molar bawah diposisikan relatif terhadap molar atas, dan pada
maloklusi kelas III, molar bawah diposisikan relatif terhadap molar atas.4
Maloklusi kelas I tipe I paling banyak ditemui, kasus ini terjadi karena
kebiasaan buruk pada anak-anak dan kehilangan dini gigi sulung yang
menyebabkan malposisi gigi anterior permanen selama erupsi, sehingga gigi
anterior berjejal.5 Pada kasus gigi berjejal kategori mild (kekurangan ruang 2-3
mm), moderate (kekurangan ruang 4-6 mm), severe (kekurangan ruang 7-10 mm)
masih dapat dilakukan perawatan dengan piranti ortodonti lepasan tanpa
dilakukan pencabutan.4

1
Perawatan maloklusi dental kelas I tipe 1 dapat dirawat dengan piranti
ortodonti lepas. Piranti orotdonti lepas adalah alat yang pemakaiannya bisa dilepas
dan dipasang oleh pasien, alat ini mempunyai kemampuan perawatan yang lebih
sederhana dibandingkan dengan alat cekat. Alat ortodonti lepas bisa dipilih
sebagai alat untuk merawat gigi, apabila kelainan gigi pasien tidak terlalu
kompleks, hanya diakibatkan oleh letak gigi yang menyimpag pada lengkung
rahangnya sedangkan keadaan rahangnya masih normal dan usia pasien diatas 6
tahun yang dianggap sudah cukup mampu, memasang, melepas alat dalam mulut,
merawat, membersihkan alat yang dipakai.6
Perawatan ortodonti diperlukan untuk memperbaiki posisi gigi geligi
menjadi normal. Perawatan sedini mungkin dilakukan untuk mencegah maupun
memperbaki keadaan maloklusi pasien pada periode gigi bercampur dengan
menggunakan piranti ortodonti lepasan. Faktor multidisipliner dapat
mempengaruhi hasil pasca perawatan ortodonti, menuju perubahan yang tidak
diinginkan. Pada makalah ini akan dijabarkan berbagai perawatan yang dapat
digunakan untuk merawat maloklusi kelas I tipe 1 yaitu gigi dengan crowding
anterior.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan perawatan ortodonti dalam periode gigi campur pada pasien anak
dengan kasus maloklusi dental kelas I tipe 1 dengan menggunakan alat ortodonti
lepasan.

C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari laporan kasus ini adalah untuk memberi pengetahuan yang
lebih luas kepada mahasiswa program profesi Fakultas Kedokteran Gigi mengenai
perawatan yang benar untuk menangani maloklusi dental kelas I tipe 1 dengan
menggunakan alat ortodonti lepasan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Maloklusi
Penyimpangan dari oklusi normal disebut maloklusi. Maloklusi merupakan
masalah gigi yang paling umum dikeluhkan seseorang, sehingga memiliki
keinginan untuk melakukan tindakan perawatan ortodonti.7 Maloklusi
menyebabkan tampilan wajah buruk, gangguan pada sendi temporomandibular,
gangguan bicara, risiko karies, penyakit periodontal dan trauma. Maloklusi yang
terlihat pada tahap geligi campuran akan mengalami perubahan seiring dengan
adanya proses tumbuh kembang dan dapat menimbulkan derajat keparahan yang
tinggi pada tahap gigi permanen bila tidak dilakukan analisis sejak dini,
pencegahan dan perawatan yang tepat pada anak.8,9 Beberapa komponen yang
terlibat dalam perkembangan oklusi adalah ukuran maksila; ukuran mandibula,
baik ramus dan badan; faktor yang menentukan relasi antara kedua basis skeletal,
seperti kranial dan faktor lingkungan; bentuk lengkungan; ukuran dan morfologi
gigi; jumlah gigi yang erupsi; morfologi jaringan lunak dan kebiasaan pada bibir,
lidah dan otot sekitar mulut.7
Angle membagi klasifikasi menjadi tiga kelas berdasarkan hubungan
oklusal molar pertama. Maloklusi kelas I memiliki hubungan normal dengan gigi
geraham, tetapi garis oklusi salah karena gigi, rotasi, atau penyebab malposa
lainnya. Sedangkan pada maloklusi kelas II, molar bawah diposisikan relatif
terhadap molar atas, dan pada maloklusi kelas III, molar bawah diposisikan relatif
terhadap molar atas.4 Maloklusi kelas I merupakan kasus yang paling banyak
ditemui. Terjadi karena kebiasaan buruk pada anak-anak dan kehilangan dini gigi
sulung sehingga menyebabkan malposisi gigi anterior permanen selama erupsi,
sehingga gigi anterior menjadi crowding, dan kondisi ini diklasifikasikan ke
dalam kelas Maloklusi Angle kelas I tipe 1.5
Angle kelas I tipe 1 adalah posisi di mana titik puncak mesio-buccal molar
pertama rahang atas permanen terletak pada alur bukal dari molar pertama

3
mandibula permanen, tetapi gigi anterior crowding dan posisi gigi terletak lebih
ke labial atau ke lingual.6,10 Menurut Proffit, derajat keparahan gigi berjejal
dikategorikan secara berurutan dari yang pertama adalah kategori Ideal, yaitu
kekurangan ruangan sebesar 0-1 mm. Gigi berjejal ringan (mild crowded), yaitu
kekurangan ruangan sebesar 2-3 mm. Gigi berjejal sedang (moderate crowded),
yaitu kekurangan ruangan sebesar 4-6 mm. Gigi berjejal berat (severe crowded),
yaitu kekurangan ruangan sebesar 7-10 mm. Gigi berjejal ekstrim (extreme
crowded), yaitu kekurangan ruangan di atas 10 mm. Pada kasus gigi berjejal
kategori mild, moderate, severe masih dapat dilakukan perawatan dengan piranti
ortodonti lepasan tanpa dilakukan pencabutan. Pada kategori extreme, minimal
dilakukan pencabutan gigi untuk penambahan ruang.4
Penyebab maloklusi kelas I tipe 1 salah satunya adalah premature loss gigi
sulung. Penelitian mengenai maloklusi dan premature loss gigi sulung dilakukan
penelitian Saloom (2005) di Baghdad pada anak usia 3-6 tahun, menunjukkan
bahwa premature loss kaninus hanya menyebabkan maloklusi kelas I, sedangkan
premature loss molar pertama dan molar kedua tampak pada maloklusi kelas I,II
dan III.15 Selain itu penelitian De Souza (2008) di Jequie Brazil pada anak usia 7-
11 tahun, didapatkan maloklusi kelas I 22,9%, maloklusi kelas II divisi 1 7,2%,
maloklusi kelas II divisi 2 0,4% dan maloklusi kelas III 8,3%.10
Premature loss gigi sulung merupakan keadaan gigi sulung yang hilang atau
tanggal sebelum gigi penggantinya mendekati erupsi yang disebabkan karena
karies, trauma dan kondisi sistemik. Premature loss gigi sulung dapat
menyebabkan pengurangan lengkung rahang, pergerakan atau drifting dari gigi
geligi yang berada dekat daerah yang hilang, gangguan perkembangan dan erupsi
gigi permanen sehingga akan menimbulkan gigi berjejal, rotasi, impaksi bahkan
merubah hubungan anteroposterior gigi molar pertama permanen rahang atas
dengan rahang bawah dan terjadi penyimpangan dari oklusi normal bila tidak
dikoreksi.10
Tujuan dilakukan perawatan ortodonti adalah untuk memperbaiki susunan
gigi geligi dan hubungan rahang yang tidak normal sehingga dapat tercapai oklusi,
fungsi yang normal dan estetis wajah yang baik,11 serta untuk memperoleh

4
keharmonisan bentuk muka, relasi dan fungsi pengunyahan yang baik, serta
stabilitas hasil akhir.12 Perawatan maloklusi pada pasien dengan diagnosis dental
kelas 1 tipe 1 dapat dirawat dengan piranti ortodonti lepas. Piranti orotdonti lepas
adalah alat yang pemakaiannya bisa dilepas dan dipasang oleh pasien, alat ini
memiliki perawatan yang lebih sederhana dibandingkan dengan alat cekat. Alat
ortodonti lepas bisa dipilih sebagai alat untuk merawat gigi dengan kasus tidak
terlalu kompleks seperti kasus gigi berjejal anterior, dimana keadaan rahangnya
normal dan usia pasien 6 tahun yang dianggap sudah mampu, memasang, melepas
alat dalam mulut, merawat, membersihkan alat yang dipakai.6

B. Klasifikasi Maloklusi
Maloklusi dental terbagi dalam klasifikasi. Angle dengan modifikasi Dewey
membagi maloklusi menjadi tiga kelas, Kelas I (neutroklusi) dibagi menjadi lima
tipe. Tipe 1 yaitu keadaan gigi anterior berjejal. Tipe 2 yaitu keadaan gigi
insisivus rahang atas labioversi atau proklinasi.Tipe 3 yaitu keadaan gigitan

bersilang anterior. Tipe 4 yaitu keadaan gigitan bersilang posterior.
 Tipe 5 yaitu

keadaan molar mesioversi atau mesial drifting.9,13


Maloklusi kelas II (distoklusi) mempunyai hubungan lengkung gigi rahang
bawah yang lebih kedistal dari lengkung gigi rahang atas. Puncak bonjol
mesiobukal molar pertama permanen rahang atas berada lebih ke anterior dari
lekuk bukal (buccal groove) molar pertama permanen rahang bawah. Maloklusi
kelas II ini memiliki hubungan kaninus dengan inklinasi distal kaninus rahang
atas berada pada inklinasi mesial kaninus rahang bawah.9,13 Maloklusi kelas II
dibagi menjadi dua divisi, yaitu: Kelas II divisi 1 yang memiliki hubungan molar
disoklusi dengan gigi insisivus rahang atas labioversi. Terlihat konstruksi maksila
atau lengkung maksila berbentuk huruf V, gigitan yang dalam (deep bite) dan
bibir yang pendek. Kelas II divisi 2 yaitu dengan hubungan molar distoklusi
dengan inklinasi gigi insisivus sentral lebih ke lingual yang juga dapat melibatkan
gigi insisivus lateral. Lengkung gigi rahang atas biasanya berbentuk persegi dan
memiliki overbite yang berlebihan.13 Kelas II subdivisi merupakan kondisi ketika

5
ditemukan hubungan molar pertama rahang atas dengan rahang bawah kelas II
pada satu sisi dan kelas I pada sisi lain.13
Maloklusi kelas III (mesioklusi) merupakan hubungan lengkung gigi rahang
bawah yang lebih ke mesial dari lengkung gigi rahang atas. Hubungan molar
memperlihatkan bonjol mesiobukal molar pertama rahang atas berada lebih ke
posterior dari lekuk bukal (buccal groove) molar pertama rahang bawah.
Sedangkan kaninus rahang atas beroklusi dengan celah interdental antara premolar
kesatu dan kedua rahang bawah. Maloklusi kelas III dibagi menjadi tiga tipe. Tipe
1 yaitu hubungan anterior edge to edge. Tipe 2 yaitu keadaan gigi insisivus rahang
bawah berjejal dengan hubungan gigi anterior normal. Tipe 3 yaitu keadaan
gigitan bersilang anterior.9,13
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi maloklusi adalah Anomali pada
jumlah gigi, seperti supernumerary teeth dan kehilangan gigi (true partial
anodontia atau hipodonsia atau oligodonsia). Anomali pada ukuran gigi, seperti
mikrodonsia, makrodonsia, true generalized macrodontia (dimana semua ukuran
gigi lebih besar dari ukuran normal seperti pada kasus pituitary gigantism), dan
lain-lain.
Anomali pada bentuk gigi, seperti fusi, germinasi, concrescence, dilaserasi,
dens in dente, akar supernumerari. Labial frenulum yang abnormal, kehilangan
gigi premature dan keterlambatan erupsi pada gigi permanen.

C. Perawatan Ortodonti
Secara umum ilmu ortodonti dapat dibagi menjadi 3, yaitu Preventive
orthodonti; meliputi pemeliharaan gigi susu dengan restorasi pada lesi karies yang
dapat mengubah panjang lengkung rahang, mengamati erupsi gigi geligi,
mengenali dan menghilangkan oral habit yang dapat mengganggu perkembangan
normal gigi dan rahang, melakukan ekstraksi gigi susu dan gigi supernumerary
yang dapat menghalangi erupsi gigi tetap dan pemeliharaan ruang yang terbentuk
karena adanya premature loss gigi susu untuk membuat gigi tetapnya erupsi

dengan baik.
 Interceptive Orthodonti; Fase geligi pergantian (usia 6 - 12 tahun)

6
tujuannya untuk menghindari bertambah parahnya maloklusi. Interceptive
orthodonti dilakukan ketika situasi abnormal atau maloklusi telah terjadi.
Beberapa prosedur interceptive orthodonti dilakukan selama manifestasi awal
maloklusi untuk mengurangi keparahan maloklusi dan terkadang untuk
menghilangkan penyebabnya. Intercenteptive orthodonti didefinisi-kan sebagai
tahapan dari ilmu dan seni ortodonti yang digunakan untuk mengenali dan
menghilangkan kemungkinan malposisi dan ketidakteraturan pada perkembangan
dentofacial complex. Prosedurnya meliputi pencabutan gigi, pengkoreksian
terhadap anterior crossbite yang berkembang, kontrol terhadap oral habit yang
abnormal, pencabutan gigi supernumerary dan ankilosis dan penghilangan tulang
atau jaringan yang menghalangi gigi erupsi. Preventive orthodonti dilakukan
sebelum terlihat.14 Adanya maloklusi, sedangkan tujuan interceptive orthodonti
adalah menahan maloklusi yang telah berkembang atau sedang berkembang, dan
untuk mengembalikan oklusi normal.15 Corrective Orthodonti; Fase geligi
permanen bertujuan untuk memperbaiki maloklusi yang sudah terjadi. Corrective
orthodonti juga dilakukan setelah manifestasi maloklusi. Meliputi beberapa
prosedur teknikal untuk mengurangi atau memperbaiki maloklusi dan untuk
menghilangkan maloklusi yang mungkin terjadi. Prosedur bedah corrective
removable atau fixed mechanotherapy, alat fungsional atau orthopedi, atau dalam
beberapa kasus melakukan bedah orthognati.16
Alat Ortodonti terdiri dari 2 macam yaitu alat ortodonti lepasan dan alat

ortodonti cekat.
 Alat ortodonti lepas adalah alat yang pemakaiannya bisa dilepas

dan dipasang oleh pasien, alat ini mempunyai kemampuan perawatan yang lebih
sederhana dibandingkan dengan alat cekat. Kegagalan perawatan sering terjadi
karena pasien tidak disiplin memakai sesuai dengan aturan pemakaiannya.6 Alat
ortodonti lepas bisa dipilih sebagai alat untuk merawat gigi, apabila terdapat
lelainan gigi pasien tidak terlalu kompleks, hanya diakibatkan oleh letak gigi yang
menyimpag pada lengkung rahangnya sedangkan keadaan rahangnya masih
normal, umur pasien diatas 6 tahun dianggap sudah cukup mampu, memasang,
melepas alat dalam mulut, merawat, membersihkan alat yang dipakai dan adanya

7
keterbatasan biaya untuk pemilihan perawatan alat ortho cekat.6
Alat ortodonti lepasan dibagi dalam 2 macam tipe, tipe 1 adalah alat
ortodonti lepasan aktif, yaitu alat orhodonti yang digunakan untuk menggerakkan
gigi geligi dan tipe 2 adalah alat ortodonti lepasan pasif, yaitu alat ortodonti yang
digunakan untuk mem-pertahankan posisi gigi setelah perawatan selesai, atau
mempertahankan ruangan setelah pencabutan awal.6,7
Selanjutnya adalah alat ortodonti cekat. Alat ortodonti cekat ini adalah alat
yang dipasang secara cekat dengan pengeleman pada gigi pasien sehingga alat
tidak bisa dilepas oleh pasien sampai perawatan selesai. Alat ini mempunyai
kemampuan perawatan yang sangat tinggi, kemungkinan keberhasilan perawatan
sangat besar dengan detail hasil perawatan yang lebih baik. Komponen alat
ortodonti cekat terdiri dari bracket, band, archwire, elastics, o ring dan power
chain.6,7

D. Perawatan Ortodonti Maloklusi Kelas I dengan crowding anterior


Gigi dengan crowding anterior disebabkan karena premature loss dan
mengalami perpendekan lengkung rahang. Perawatan yang dilakukan sebisa
mungkin mempertahankan hubungan molar tetap berada pada kelas 1. Ada
beberapa cara dalam pencarian ruang dalam perawatan ortodonti yaitu: ekspansi,
proklinasi gigi-gigi anterior, distalisasi dan pencabutan. Terdapat dua alasan
melakukan pencabutan gigi yaitu untuk menyediakan ruang bagi penyusunan gigi-
gigi yang berjejal dan untuk memberikan kemungkinan gigi-gigi anterior
diretraksi sehingga protrusi dapat dikurangi ataupun kamuflase kasus skeletal klas
II atau klas III.6 Hubungan rahang kelas I cenderung untuk dilakukan penambahan
ruang lengkung rahang serta kemampuan pasien untuk kooperatif untuk
mendapatkan hasil perawatan yang kompleks.7
Gigi depan berjejal kategori mild (kekurangan ruang 2-3 mm), moderate
(kekurangan ruang 4-6 mm), severe (kekurangan ruang 7-10 mm), masih dapat
dilakukan ekspansi lengkung gigi. Pelebaran dengan alat ekspansi dapat dilakukan
secara ortodonti (pelebaran lengkung gigi) maupun ortopedi (pelebaran lengkung
basal). Pelebaran lengkung gigi sangat efektif dilakukan pada periode gigi

8
bercampur dengan menggunakan piranti ortodonti lepas, karena pada saat sutura
palatina belum menutup dan pertumbuhan pasien masih aktif sehingga selain
lengkung gigi (lengkung koronal) melebar, maka lengkung basal juga mengalami
pelebaran. Ekspansi dibantu dengan plat akrilik pada piranti ortodonti lepasan.
Pada periode gigi permanen hanya dapat dilakukan perubahan inklinasi gigi saja,
yaitu melebarkan lengkung gigi tanpa diikuti pelebaran lengkung basal. Jika
kekurangan ruang dalam kategori extreme (kekurangan ruang > 10mm), maka
pada perawatan diperlukan pencabutan gigi.4,17
Untuk memproklinasikan gigi-gigi anterior dapat menggunakan S-spring
pada piranti ortodonti lepasan. Pegas ini terbuat dari kawat 0,5 mm dan dipasang
pada permukaan palatal gigi yang berfungsi untuk mem-protraksi gigi.Untuk
distalisasi gigi digunakan finger spring pada piranti ortodonti lepasan. Finger
spring diindikasikan untuk pergerakan mesio-distal gigi, misalnya untuk menutup
diastema anterior, dan pergerakan mesio-distal. Finger spring diaktivasi dengan
membuka coil atau menggerakkan lengan aktifnya ke gigi yang digerakkan.
Aktivasi optimal untuk kawat 0,5 adalah 3 mm, sedangkan untuk kawat 0,6
aktivasinya 1,5 mm.17

9
BAB III
LAPORAN KASUS

Pasien bernama Rendy Aditya. Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk.


Berdasarkan anamnesis, diketahui bahwa keluhan utama pasien yaitu pasien
merasa gigi depan bawahnya berantakan. Pasien lahir normal tanpa bantuan alat
dan tidak pernah menderita penyakit seperti gangguan pernapasan, tonsilitis, atau
alergi. Tidak ada anggota keluarganya yang pernah dirawat ortodonti sebelumnya.
Hasil pemeriksaan ekstra oral tampak muka pasien dolikofasial atau sempit,
simetris, seimbang, dan tidak ada deviasi ke kanan pada mandibular atau dagu.
Profil pasien tampak konveks dengan maksila protrusi dan mandibular normal.
Tidak ada kelainan pada temporomandibular. Bibir atas tampak normal dengan
tonus yang normal dan bibir bawah pasien tampak normal dengan tonus yang
normal.
Hasil pemeriksaan intra oral diketahui kebersihan gigi dan mulut pasien
sedang. Frenulum labii atas sedang dan bawah rendah. Gingiva normal berwarna
merah muda. Bentuk dan aktivitas lidah normal dengan posisi postural normal
maupun posisi pada waktu bicara normal. Palatum pasien sedang. Pada radiografi
sefalometri terlihat tidak ada pembesaran fisiologis pada kelenjar adenoid. Tidak
ada kelainan pada tonsil, hubungan rahang ortognatik dan tidak ada bentuk dan
ukuran gigi yang abnormal. Umur dentalis pasien pada rahang atas 11 dan 21 serta
pada rahang bawah 42 dan 32. Odontogram gigi geligi pasien dapat dilihat pada
gambar 1.

10
M D D M M M D D D D
UE UE P UE UE UE UE P P UE UE UE UE P UE UE
UE UE P UE UE UE P P P P UE UE UE P UE UE
M M D M M M M D M M
Gambar 1. Odontogram (D: Gigi Sulung, P: Gigi Permanen Sehat, UE: Under
Eruption, O: Gigi Karies, M: Gigi Tidak Ada)

Berdasarkan pemeriksaan fungsional diperoleh interocclusal clearance


sebesar ± 2mm dan tidak ada occlusal interference. Berdasarkan analisis model
studi, didapatkan hubungan gigi (sagital, transversal, vertikal) dan oklusi,
diketahui bahwa hubungan molar kanan dan kiri pasien adalah kelas I. Insisivus
pasien memiliki angka overjet sebesar 2 mm. Sedangkan overbite pasien adalah
2mm. Midline rahang atas dan rahang bawah berhimpit. bentuk lengkung gigi
rahang atas dan bawah ovoid simetris. Inklinasi aksial gigi pasien dapat dilihat
pada tabel 1.

11
Tabel 1. Inklinasi aksial gigi
Ukuran gigi geligi (mm)
- 18 - - 28 -
- 17 - - 27 -
11,7
Normal 16 10 mm 26 Normal
mm
- 15 - - 25 -
- 14 - - 24 -
- 13 - - 23 -
- 12 - - 22 -
Distoversion 11 9 mm 9 mm 21 Mesioversion
Distoversion 41 5,2 mm 5,7mm 31 Mesioversion
Distoversion +
42 6mm 6mm 32 Mesioversion
mesiolinguotorsoversion
Distolabio torso version
- 43 - - 33
+ mesioversion
- 44 - - 34 -
- 45 - - 35 -
Normal 46 10 mm 11 mm 36 Normal
- 47 - - 37 -
- 48 - - 38 -

Pada hasil perhitungan analisis ruang (Tabel 2 dan gambar 2) pada pasien
dengan periode gigi campur, didapatkan ALD rahang atas -1,1mm dan ALD
rahang bawah -5,8mm. Jarak I-APg yaitu, 1mm, dan hasil total arch length
discrepancy gabungan sebesar -5,6mm. berdasarkan hasil tersebut, maka
disimpulkan bahwa pada kasus ini tidak perlu dilakukan pencabutan, karena
TALD gabungannya lebih kecil dari 10mm.

12
Tabel 2. Analis ruang periode gigi campur.

Rahang atas Kanan Kiri


Jarak 2-6 sesudah insisivus diperbaiki 22mm 22mm
Table Moyers 23,1mm 23,1mm
Arch Length Discrepancy Rahang atas -1,1mm -1,1mm
Rahang bawah Kanan Kiri
Jarak 2-6 sebelum insisivus diperbaiki 17mm 17mm
Jarak 2-6 sesudah insisivus diperbaiki 22,8mm 22,8mm
Arch Length Discrepancy Rahang Bawah -5,8mm -5,8mm
A.L.D Rahang atas -2,2mm
A.L.D Rahang bawah -11,6mm
Jarak I-APg 1mm
(4-(1 mm))x2 6mm
T.A.L.D Gabungan -5,6mm
Pencabutan Tidak perlu

Gambar 2. Fotokopi Model Studi

13
Analisis radiografi yang dilakukan adalah sefalometrik (Gambar 3a dan 3b)
untuk menganalisis skeletal dan dento-skeletal pasien, dan panoramik (Gambar 4)
untuk mendapatkan etiologi, diagnosis, serta prognosis pasien. Dari perhitungan
analisis sefalometrik (Tabel 3) diketahui skeletal pasien kelas 1.

Gambar 3a dan 3b. Radiografi dan Analisis sefalometri

Gambar 4. Radiografi Panoramik

14
A. Sefalometrik
Tabel 3. Analisis sefalometri
Analisis skeletal
Rerata Sd Penderita Cd = Rerata- KESIMPULAN
Penderita/Sd
1.Sudut SNA 82˚ 2 80˚ 1 Kedudukan maksila
terhadap basis kranii
retrusif ringan
2.Sudut SNB 80˚ 2 78˚ 1 Kedudukan mandibula
terhadap basis kranii
retrusif ringan
3.Sudut fasial 87˚ 3 87˚ 0 Kedudukan menton
terhadap profil normal
4.Sudut FM 26˚ 3 31˚ - Tipe fasial : dolicofasial
5.Jarak A- 4mm 1 -2 mm 2 Kedudukan maksila
NPg terhadap profil retrusif
ringan

Analisis Dento-Skeletal
1.Jarak I-Apg 4mm 2 2 mm 1 Kedudukan insisif bawah
retrusif ringan
2.Sudut I-Apg 25˚ 2 23˚ 1 Kedudukan insisif bawah
retroklinasi ringan
SNA-SNB= 80 - 78 = 2
(Skeletal kelas I)

B. Panoramik
Etiologi : kehilangan dini gigi 52, 74, 84
Diagnosis : skeletal kelas I dan maloklusi kelas I tipe 1
Prognosis : baik

Rencana perawatan pada pasien ini untuk rahang atasnya adalah ekspansi
bilateral dengan menggunakan expansion screw, retraksi gigi 11,21 dengan
menggunakan labial bow dan dilanjutkan dengan regulasi anterior.

15
Pada rahang bawah digunakan piranti ortodonti lepasan dengan
menggunakan expansion screw untuk ekspansi bilateral, dan labial bow untuk
regulasi anterior. Desain piranti ortodonti dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Desain piranti ortodonti lepasan

Pasien dilakukan pemotretan ekstraoral, intraoral dan cetakan rahang


sebelum dan setelah perawatan. Terlampir foto selama perawatan dan
perbandingan hasil sebelum dan setelah perawatan. (Gambar 6 dan 7)
Pasien diinstruksikan untuk menggunakan piranti lepasannya selama 24
jam pertama untuk beradaptasi, kemudian pada malem hari diinstruksikan
untuk membersihkan piranti lepasannya. Pemasangan piranti ortodonti lepasan
dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2017. Pada kunjungan berikutnya yaitu 29
Agustus 2017 dilakukan aktivasi ke-1, kemudian dilanjutkan hingga aktivasi
ke-19 pada 25 April 2018. Cetak evaluasi dilakukan pada tanggal 4 Mei 2018
setelah dilakukan dilakukan perawatan ortodonti selama 8 bulan pada pasien
ini. Pasien datang kembali pada tanggal 9 Mei 2018 untuk dilakukan step
model. Tahapan perawatan \ortodonti dapat dilihat pada tabel 4.

16
Sebelum Sesudah

Gambar 6. Foto perbandingan ekstra oral pasien sebelum dan setelah perawatan.

17
Gambar 7. Foto perbandingan intra oral pasien sebelum dan setelah perawatan

18
Tanggal Tindakan
15 Agustus 2017 Pemasangan piranti
29 Agustus 2017 Aktivasi 1 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : reparasi
06 September 2017 Aktivasi 2 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral
12 September 2017 Aktivasi 3 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral
27 September 2017 Aktivasi 4 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral
11 Oktober 2017 Aktivasi 5 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral
20 Oktober 2017 Aktivasi 6 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral
25 Oktober 2017 Aktivasi 7 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral
07 November 2017 Aktivasi 8 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral
29 November 2017 Aktivasi 9 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral
20 Desember 2017 Aktivasi 10 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral
31 Januari 2018 Aktivasi 11 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : re-ekspansi 5x
06 Februari 2018 Aktivasi 12 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral
27 Februari 2018 Aktivasi 13 :
RA : ekspansi bilateral ;RB : ekspansi bilateral
09 Maret 2018 Aktivasi 14 :
RA : ekspansi bilateral ;RB : ekspansi bilateral
16 Maret 2018 Aktivasi 15 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral
23 Maret 2018 Aktivasi 16 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral,
reposisi labial bow
04 April 2018 Aktivasi 17 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral
18 April 2018 Aktivasi 18 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral
25 April 2018 Aktivasi 19 :
RA : ekspansi bilateral ; RB : ekspansi bilateral
04 Mei 2018 Cetak evaluasi
09 Mei 2018 Step model

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Kasus maloklusi pada seorang pasien laki-laki berusia 7 tahun menjadi


pembahasan pada laporan kasus ini. Pasien datang ke RSGM Universitas Trisakti
mengeluhkan gigi geligi depan berantakan dan ingin merapikan giginya. Proses
untuk mendapatkan diagnosis dapat dimulai sejak pasien masuk ke ruang
pemeriksaan yaitu dengan melihat muka pasien dapat menerapkan tipe profil,
bentuk muka dan keadaan bibir pasein. Secara bertahap dilakukan pemeriksaan
dari identitas pasien yaitu umur, ras, jenis kelamin kemudian anamnesis, riwayat
kasus, pemeriksaan klinis ektstraoral dan intraoral, analisis fotografi, analisis studi
model, analisis ruang, hingga analisis radiograf selfalometrik dan panoramik.
Didapatkan bahwa diagnosis pasien adalah Maloklusi Angle kelas I tipe 1,
yaitu gigi berjejal pada daerah anterior atas dan bawah. Hubungan skeletal kelas I
diketahui melalui analisis radiografi sefalometri dengan diperoleh sudut ANB
sebesar 20. Diketahui bahwa pasien tidak memiliki kebiasaan buruk dan keluarga
pasien tidak memiliki riwayat perawatan ortodonti.
Pada analisis sefalometri didapatkan tipe fasial pasien adalah dolikofasial
dan kedudukan maksila dan madibula pasien terhadap basis kranii adalah retrusif
ringan.
Pada pasien relasi mesio-distal gigi molar pertama atas dan bawah regio
kanan dan kiri normal yaitu, cusp mesiobukal gigi molar pertama atas berada pada
bucalgroove gigi molar pertama bawah. Malposisi gigi 42 adalah yang paling
signifikan dibandingkan dengan gigi geligi lain dimana gigi tersebut mengalami
distoversion dan mesiolinguotorsoversion.
Gigi anterior berjejal disebabkan oleh premature lose gigi anteriror rahang
bawah yaitu pada gigi 52, 74, 84 sehingga mengakibatkan ruang pada lengkung
rahang tidak sebanding dengan ukuran total mesio-distal gigi geliginya.5
Analisis ruang pada periode mixed dentition bertujuan untuk mengetahui
ketersediaan ruang bagi gigi geligi pada lengkung dengan posisi yang benar.

20
Analisis ruang pada pasien dilakukan dengan menggunakan tabel Moyers dan
didapatkan ALD maksila -2,2mm dan ALD mandibula adalah -11,6 mm.
Selanjutnya pengukuran Total Arch Discrepancy (TALD) untuk menentukan
perlu atau tidaknya tindakan pencabutan untuk mendapatkan ruang yang cukup.
Pada pasien ini TALD gabungan sebesar -5,6 mm, maka tidak diperlukan
pencabutan.
Perawatan pada pasien ini termasuk dalam kategori perawatan interseptif
karena perawatan dilaksanakan setelah terjadinya maloklusi, dimana
perawatannya yaitu piranti ortodonti lepasan dengan ekspansi bilateral pada
rahang atas dan rahang bawah untuk mendapatkan ruang yang cukup agar gigi
geligi dapat erupsi dengan normal.10
Pada rahang atas dan bawah digunakan labial bow sebagai retensi dan untuk
meretraksi dan merapikan gigi yang berjejal. Secara berkala dilakukan kontrol
dengan mengaktivasi expansion screw rahang atas dan rahang bawah, dibantu
dengan tekanan dari plat akrilik pada piranti ortodonti lepasan. Selanjutnya
memantau perubahan posisi dan keadaan gigi geligi pada pasien. Apabila terdapat
gigi sulung persistensi, maka dilakukan ekstraki pada gigi tersebut agar tidak
menghalangi pertumbuhan gigi permanen pengganti dan menghindari terjadinya
gigi berjejal.
Berkaitan dengan kekooperatif pasien dalam menggunakan alat lepasan,
dibutuhkan peran orang tua pasien untuk ikut memantau perawatan maloklusi
pada anak seperti mengingatkan anak agar selalu memakai alat piranti lepasan
agar kemajuan yang diharapkan dapat tercapai. Rongga mulut memerlukan waktu
untuk beradaptasi dengan piranti ortodonti lepasan. Rasa sakit yang singkat ringan
dan tidak nyaman merupakan hal yang sering terjadi yang disebabkan perubahan
gigi oleh gaya yang berasal dari piranti ortodonti lepasan. Ketidaknyamanan ini
membuat pasien tidak memakai alat piranti lepasan sehingga dibutuhkan motivasi
untuk mengatasi masalah tersebut.
Pada kasus ini, pasien menjalankan perawatan ortodonti dengan piranti
lepasan selama kurang lebih 8 bulan dengan 19 kali aktivasi. Evaluasi hasil
perawatan intraoral terlihat pada gigi 42 mulai mendapati ruangan yang cukup

21
untuk kembali pada posisi normal, dan pada rahang atas dan bawah terlihat
terekspansi dengan baik, serta gigi 11,21 teretraksi dengan baik. Hasil perawatan
ekstraoral profil wajah pasien lebih tidak konveks dibandingkan sebelu perawatan.
Hasil perawatan belum maksimal maka dibutuhkan perawatan lanjutan seperti
ortodonti cekat mengingat alat piranti lepasan memiliki keterbatasan dalam
pelaksanaan perawatan dan juga dibutuhkan waktu yang lebih lama.

22
BAB V
HASIL PERAWATAN

Hasil akhir perawatan penatalaksanaan maloklusi kelas I tipe 1 adalah


bertambahnya ruangan pada rahang atas dan bawah pasien dengan bantuan
expanssion screw dan plat akrilik untuk mengikuti pertumbuhan rahang pasien
dan membantu menambahkan lengkung yang kurang pada rahang sehingga
memberikan ruangan bagi gigi yang berjejal untuk kembali pada posisi
normalnya. Regulasi anterior pada rahang atas dan bawah dengan komponen
labial bow menjaga dan mencegah posisi gigi menjadi proklinasi, terutama gigi 11
dan 21 pasien teretraksi dengan baik.
Hasil evaluasi pada perawatan maloklusi tipe I kelas 1 pada rahang atas dan
rahang bawah dikatakan berhasil, karena terdapat pertambahan ruangan pada
rahang sehingga dapat mengurangi crowding pada daerah anterior. Meskipun
sudah terdapat ruangan pada rahang pasien, masih dibutuhkan perawatan lebih
lanjut dan kemauan pasien untuk meneruskan perawatan sehingga didapat hasil
yang lebih baik. Kendala selama perawatan yang dipengaruhi oleh perilaku pasien
tidak ada, hanya dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk perawatan dengan
ortodonti lepasan.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. National Basic Health Research (RISKESDAS) Dental health. Jakarta: The


National Institute of Health Research and Development Ministry of Health
Republic of Indonesia; 2013. p. 111.

2. Bhalajhi SI. Ortodontics the art and science 3rd ed. New Delhi: Arya (MEDI)
Publishing House; 2004. H. 271, 384.
3. Anne-Marie B, Cunha-Cruz J, Bakko DW, Huang GJ, Hujoel PP. The effects
of ortodontic therapy on periodontal health: A systematic review of controlled
evidence. J Am Dent Assoc. 2008; 139: 413-422

4. Profitt WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary ortodontics. 5th ed. St.
Louis: Mosby Elsevier; 2013. p. 2-3,10-11,14,347-8,357.
5. Zenab Y. Perawatan maloklusi kelas I Angle Tipe 2, Makalah FKG
Universitas Padjadjaran. 2010. p. 7.

6. Profit WR, Fields HW. Contemporary Ortodontics. 2nd ed. Mosby Year

Book: St.Louis; 2007; 248-53. 


7. Laura Mitchell. An Introduction to Ortodontics. Ed 4. Oxford University


Press : United Kingdom. 2013.
8. Jones LM, Richer GO. W & H Ortodontic Notes. Cornwall. 6th ed. England:

Wright; 2000. 


9. Singh G. Textbook of Ortodontics. 2nd ed. New Delhi: Jaypee; 2007. p.43-5,
53, 163-7, 179-201.
10. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent.

9th ed. St Louis: Mosby; 2011. 
 p.150-3, 220, 518, 559-63.

11. De Souza RA, de Araujo Magnani MBB, Nouer DF, Romano FL, Passos

MR. Prevalence of malocclusion in a 
 brazilian schoolchildren population

24
and its relationship with early tooth loss. Braz J Oral Sci. 2008; 7(25): 1566-


 70.

12. Premkumar S. Prep Manual for Undergraduates Ortodontics. New Delhi:

Mosby; 2008. p.122, 124-6, 128, 137- 
 8, 151 


13. Marya CM. A textbook of public health dentistry. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers; 2011, p. 144.
14. Eley, B. M. dan Manson, J.D.. Riwayat Alami Penyakit Periodontal. Dalam
Buku Ajar Periodonti. Penerjemah: Anastasia, S. Kentjana, S (Editor). Ed.
Ke-2. Hipokrates. Jakarta. 1993.
15. Carranza, F.A. dan Newman, M.G. Clinical Features of Gingivitis. Dalam
Carranza’sClinical Periodontology. Newman, Takkei, Klokkevold, Carranza
(editor). Ed. ke-10. Saunders. Philadelphia. 2006.
16. Joss Vassali I, Grebenstein C, Topouzelis N, Sculean A, Katsaros C.
Ortodontic therapy and gingival recession: a systematic review. Orthod
Craniofac Res 2010.
17. Rostina T. Penuntun Kuliah Ortodonti I : Oklusi, Maloklusi, dan Etiologi
Maloklusi. Medan; Bagian Ortodonsia FKG USU, 1997: 17

25

Anda mungkin juga menyukai