Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Sampai saat ini karies merupakan masalah utama dalam rongga mulut anak.

Prevalensi karies gigi di negara-negara maju terus menurun sedangkan di negara-

negara berkembang termasuk Indonesia terdapat kecenderungan kenaikan prevalensi

penyakit tersebut. Data menunjukkan 80% dari penduduk Indonesia memiliki gigi

tusak karena berbagai sebab. Namun yang paling banyak ditemui adalah karies gigi

atau gigi berlubang dan periodontal.1

Masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan masalah yang rentan dihadapi oleh

kelompok anak usia Sekolah Dasar (SD). Struktur gigi susu dan gigi permanen pada

masa anak-anak rentan mengalami karies gigi. Salah satu faktor yang berhubungan

langsung dengan proses terjadinya karies adalah kebersihan gigi dan mulut. Dan salah

satu faktor yang menyebabkan rendahnya kebersihan gigi dan mulut anak sekolah

adalah perilaku menyikat gigi yang masih belum baik.2,3

Faktor dalam penyebab karies gigi adalah faktor yang berhubungan langsung

dengan proses terjadinya karies gigi, antara lain host, mikroorganisme, substrat, dan

waktu. Sedangkan faktor luar individu adalah status ekonomi, keluarga, pekerjaan,

fasilitas kesehatan gigi, dan pendidikan kesehatan gigi yang pernah diterima.2
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 dari Departemen Kesehatan

Republik Indonesia menunjukkan sebanyak 89% anak-anak di bawah usia 12 tahun

mengalami karies gigi. Data terbaru yang dirilis oleh Oral Health Media Centre pada

April 2012, memperlihatkan sebanyak 60-90% anak usia sekolah dan hampir semua

orang dewasa di seluruh dunia memiliki permasalahan pada gigi. Anak usia sekolah

adalah satu kelompok usia yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena

umumnya pada usia tersebut masih mempunyai perilaku atau kebiasaan diri yang

kurang menunjang terhadap kesehatan gigi.1,4

Gigi permanen yang pertama erupsi dalam rongga mulut pada usia 6 tahun yaitu

gigi geraham pertama permanen. Gigi ini merupakan gigi yang terbesar dan baru

erupsi setelah pertumbuhan dan perkembangan rahang sudah cukup memberi tempat

untuknya. Beberapa orang tua berpendapat bahwa gigi geraham ini masih mengalami

pergantian, sehingga mereka tidak begitu memperhatikannya. Setelah gigi tersebut

terkena karies dan dibawa ke dokter gigi, kemudian mendapat penjelasan tentang gigi

tersebut baru para orang tua mengetahui bahwa gigi tersebut tidak ada penggantinya.4

Pendidikan kesehatan gigi harus diperkenalkan sedini mungkin kepada anak agar

mereka dapat mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara baik dan

benar. Dalam hal ini, peran orang tua sangat berpengaruh dalam pemeliharaan

kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut anak. Sikap dan perilaku orang tua yang

merupakan orang terdekat dengan anak dalam pemeliharaan kesehatan memberikan

pengaruh yang sangat signifikan terhadap sikap dan perilaku anak. Seseorang yang

memiliki memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan

2
sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk

hidup sehat, termasuk terhadap kesehatan gigi anaknya.5

Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku

yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan

tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses

pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut

merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan

mulut anak yang dapat menyebabkan karies gigi.6

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Orang terhadap Tua Status Karies

Gigi Molar Pertama Permanen pada Anak Kelas I-VI SDN 5 Padangtangalau Balocci

Kabupaten Pangkep”.

1.2. Rumusan masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana status karies gigi molar pertama permanen anak berdasarkan tingkat

pendidikan orangtua?

2. Bagaimana status karies gigi molar pertama permanen anak berdasarkan

pengetahuan kesehatan gigi dan mulut orang tua?

3. Bagaimana hubungan tingkat pendidikan orang tua terhadap status karies gigi molar

pertama permanen anak?

4. Bagaimana hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut orang tua terhadap

status karies gigi molar pertama permanen anak?

3
1.3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui status karies gigi molar pertama permanen anak berdasarkan

tingkat pendidikan orangtua.

2. Untuk mengetahui status karies gigi molar pertama permanen anak berdasarkan

pengetahuan kesehatan gigi dan mulut orang tua.

3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua terhadap status karies

gigi molar pertama permanen anak.

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut orang tua

terhadap status karies gigi molar pertama permanen anak.

1.4. Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan status karies gigi

pada anak.

2. Semakin baik pengetahuan orang tua maka semakin baik status karies gigi anak.

3. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin baik status karies gigi

anak.

4. Terdapat hubungan antara pengetahuan orang tua dengan status karies gigi pada

anak.

4
1.5. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberi informasi kepada tenaga-tenaga kesehatan gigi dan mulut serta

kepada pemerintah dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut

di masa yang akan datang agar dapat mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut

pada anak sedini mungkin.

2. Memberi kesempatan kepada penulis dalam menggali kemampuan untuk dapat

mengetahui gambaran perilaku kesehatan gigi di masyarakat terutama pada orang

tua yang memiliki anak di bangku sekolah dasar.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gigi molar pertama permanen

Gigi molar pertama permanen merupakan gigi tetap yang pertama muncul dalam

rongga mulut/ erupsi, yang letaknya distal dari gigi molar kedua sulung. Gigi tersebut

mulai terkalsifikasi pada saat bayi dilahirkan. Gigi ini adalah gigi yang terbesar

diantara gigi geligi susu dan gigi ini baru erupsi setelah pertumbuhan dan

perkembangan rahang sudah cukup memberi tempat untuknya.7

Gigi molar pertama permanen marupakan gigi permanen yang erupsi pada usia 6-

7 tahun. Gigi ini adalah gigi yang ke-6 dari garis median baik pada rahang atas maupun

pada rahang bawah. Gigi molar pertama ini terdapat pada rahang atas dan rahang

bawah yang berfungsi untuk mengunyah, menumbuk, dan menggiling makanan karena

mempunyai permukaan kunyah yang lebar dengan banyak tonjolan-tonjolan dan

lekukan-lekukan.7

Beberapa orang tua berpendapat bahwa gigi geraham ini masih mengalami

pergantian, sehingga mereka tidak begitu memperhatikannya. Setelah gigi tersebut

terkena karies dan dibawa ke dokter gigi, kemudian mendapat penjelasan tentang gigi

tersebut baru para orang tua mengetahui bahwa gigi tersebut tidak ada penggantinya.4

6
2.2. Karies gigi

2.2.1 Defenisis karies gigi

Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan

sementum yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat

yang dapat diragikan. Penyakit ini ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada

jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.

Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke

jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Penyakit karies bersifat progresif

dan kumulatif, bila dibiarkan tanpa disertai perawatan dalam kurun waktu tertentu

kemungkinan akan bertambah parah. Walaupun demikian, mengingat mungkinnya

remineralisasi terjadi, pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan.4,8

Karies gigi merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman yang dapat

menggunakan hasil metabolisme sukrosa untuk melekatkan sel-selnya pada

permukaan email yang licin. Kuman-kuman tersebut akan berkolonisasi dan

membentuk agregat dalam plak gigi.9

2.2.2. Teori karies gigi

2.2.2.1. Teori kimia bakteriologis

1. Teori kimia-parasit (W.D. Miller)

Di dalam saliva dijumpai banyak sekali enzim-enzim seperti amilase dan

maltosedi samping enzim-enzim yang dikeluarkan mikroorganisme dan jamur-

jamur yang terdapat di dalam mulut. Enzim-enzim tersebut seperti amilase dapat

mengubah polisakarida menjadi glukosa dan maltose. Menghasilkan glukosa,

7
karena penguraian dari enzim-enzim yang dikeluarkan mikroorganisme terutama

golongan lactobacillus akan mengeluarkan asam susu dan asam laktat.10

(C6H12O6)  2 mol (C3H6O3)

(enzim-enzim gol.laktobasilus)

Email terdiri dari 93% berat organik, maka pH rendah dari asam susu (pH 5,5)

akan merusak bahan-bahan organik dari email sehingga terbentuk lubang kecil.

Predisposisi untuk terjadinya karies ini misalnya10 :

a. Keadaan gigi yang poros, lunak

b. Adanya fisur-fisur yang dalam seperti foramen caecum

c. Posisi-posisi gigi yang tidak teratur

d. Pada wanita-wanita hamil

e. Penderita-penderita penyakit diabetes, reumatik, dll

2. Teori proteolisis

Berbeda dengan Miller, Gottlieb yang dikutip oleh Tarigan mengatakan

bahwa bahan-bahan organik dari email merupakan bahan-bahan yang lebih dahulu

merusak gigi dibandingkan bahan-bahan anorganik. Bahan-bahan yang terdapat

pada email adalah10 :

a. Cuticula dentis

b. Substansia Interprismata

c. Lamella Email

Bahan-bahan ini dihancurkan oleh enzim protelisa, yang berasal dari

Streptococcus (mikroorganisme-mikroorganisme dalam mulut terutama gol.

8
Streptococcus). Baru setelah penghancuran unsur-unsur organis ini unsur-unsur

anorganis dirusak oleh asam susu.10

Streptococus mutans merupakan kuman kariogenik karena mampu segera

membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Bakteri ini dapat tumbuh

subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena

kemampuannya membuat polisakarida ekstrasel yang sangat lengket dari

karbohidrat makanan.8

Awazama (1960) yang dikutip dari Tarigan menentang teori tersebut di atas

serta menyatakan bahwa proses proteolitis terjadi setelah perusakan oleh unsur-

unsur asam (acidolisis).10

3. Teori proteolitis endogen( Bodecker, 1929 )

Pada penyelidikan dijumpai adanya fakta-fakta atau kasus yaitu10:

a. Persentase karies semakin meninggi pada orang-orang yang hamil dan orang-

orang yang menderita penyakit kronis

b. Gigi yang non vital ternyata lebih tahan terhadap karies daripada gigi yang

vital.

c. Adanya karies-karies approksimal di mana gigi tetangganya sama sekali tidak

terkena karies.

d. Gigi yang hipoplasia ternyata lebih mudah terkena karies daripada gigi yang

emailnya baik.

Bodecker mengatakan bahwa ada saluran atau arus limfe ke arah dentin dan

email. Bodecker juga mengatakan bahwa saluran itu adalah pembuluh

9
ultrakapiler, di mana aliran limfe ini mempunyai kemampuan untuk menetralkan

keasaman pada permukaan gigi sehingga timbulnya karies dapat dihalangi.10

4. Teori proteolisis – kelasi

Seperti halnya Gottlieb dan bodecker yang mendasarkan teori terjadinya karies

pada proteolisis, Schatz (1954) yang dikutip dari Tarigan juga melakukan

penelitian atas pemikiran proteolisis ini. Ia melihat bahwa proses kelasis sering

dijumpai pada tumbuhan-tumbuhan, yakni pada klorofil dengan inti Mg,

hemoglobin, Fe dan lain sebagainya. Pada proses terjadinya karies gigi, akan

terjadi 10:

1. Kerusakan bahan-bahan organik (terutama keratin, glikoprotein) oleh bakteri

proteolisis (pH= 7; jadi dalam keadaan basa).

2. Oleh unsur-unsur kelasi. Hidroksil apatit akan diuraikan sehingga akan

terbentuk calsium phosphate chelate.

Berdasarkan penelitiannya, Olesch (1961) yang dikutip dari Tarigan, menulis

bahwa teori proteolisis kelasi merupakan teori etiologi karies yang baru, yang

lebih terbukti dibanding dengan teori asidolisis dari Miller.10

5. Teori glikogen

Egiede (1958) yang dikutip dari Tarigan, mengemukakan hipotesisnya bahwa

glikogen dalam keadaan normal dijumpai bersama-sama dengan bahan-bahan

organik dari email seperti keratin. Bila dikonsumsi karbohidrat meningkat,

terutama pada wanita hamil atau bayi, glikogen pada jaringan gigi juga bertambah.

Glikogen merupakan bahan makanan mikroorganisme mulut sehingga oleh enzim

10
glikogenase akan diuraikan menjadi glukosa. Leh proses demineralisasi, glukosa

ini akan dipecah lagi menjadi asam susu sehingga proses terbentuknya karies

dengan asidolisis seperti dikemukakan Miller.10

2.2.2.2. Teori enzimologis

Enzim adalah jenis protein berupa katalisator yang dihasilkan oleh sel-sel hidup

seperti, sel-sel bakteri. Coenzim merupakan derivat vitamin. Cara kerja enzim ini dapat

berupa hidrolisis (mengurai) atau sintesis (membangun).10

1. Hidrolisis merupakan suatu proses pemecahan unsur dan akan dihasilkan enersi.

Penguraian unsur dilakukan pada rantai C-O.

2. Desmolase merupakan suatu proses penguraian unsur yang terjadi pada rantai C-

C.

1. Teori endogen-pulpogenesis fostase

Csernyel (1932) yang dikutip dari Tarigan, mengadakan penelitian pada

karies gigi dan tidak menemukan asam susu, tetapi justru asam fosfor. Menurut

Csernyel, karies gigi terjadi karena ada kerusakan pada pulpa maka keseimbangan

flour dan magnesium pada dentin terganggu. Dalam keadaan biasa atau normal,

perbandingan flour: magnesium adalah 1:6, sedangkan pada keadaan karies gigi

perbandingan ini menjadi 1:28. Gangguan penyerapan di dentin akan

mengakibatkan gangguan aliran limfe dari pulpa ke arah batas email-dentin.

Diawali kerusakan tubulus dentin, yang diikuti kerusakan lemela email.10

Jika cairan limfe terganggu keseimbangannya, akan terbentuk lebih banyak

asam fosfor, dentin rusak, lamela email dirusak, dan terjadi lubang pada email.

11
Dengan adanya lubang pada email, bakteri-bakteri yang masuk menyebabkan

terjadinya pembusukan yang ditambah oleh enzim fosfatase dari air ludah, akan

menyebabkan karies membesar.10

2. Teori fosfatase

Eggers- Lufa (1949) yang dikutip dari Tarigan, menyatakan bahwa ditemui

enzim fosfatase dan protease di dalam air ludah, email, dan dentin. Bila unsur

fosfat dalam makanan cukup banyak, akan terjadi keseimbangan pada darah, gigi,

dan air ludah. Sebaliknya, bila pada makanan unsur fosfor kurang, keseimbangan

fosfat pada darah dan air ludah akan terganggu, sehingga proses oksidasi juga

akan terganggu. Kemampuan air ludah untuk membersihkan gigi menurun. Hal

ini akan menyebabkan timbulnya karang gigi padapermukaan gigi yang

merupakan gudang dari asam fosfatase dan protease.10

Terjadinya karies ini dimulai oleh adanya peragian karena asam, sehingga

unsur organis fosfor dari email akan diresorbsi. Karies merupakan proses

biokimia, serta sintesis di mana unsur-unsur kompleks yang sukar diuraikan

diubah menjadi unsur kompleks yang mudah diuraikan.10

2.2.2.3. Teori elektrofisik

Teori ini dikemukakan oleh V. Bartheld (1959) yang dikutip dari Tarigan. Dari

percobaan dan pengamatan yang dilakukan terlihat bahwa10:

1. Pada percobaan in vitro, bahwa dapat disebut karies gigi pada gigi yang sehat.

2. Sering juga ditemukan bahwa ada karies yang meluas pada bagian dalam email,

sedangkan bagian luar dari karies ini masih utuh, belum ada kerusakan email.

12
Proses terjadinya karies ini diterangkan sebagai berikut:10

1. Van Bartheld yang dikutip dari Tarigan menyatakan bahwa pada lapisan email

yang normal akan dijumpai keseimbangan ion-ion H+ dan OH-. Bila ada plak

terkumpul pada permukaan gigi akan terjadi keadaan asam pada bagian ini, yang

mempunyai sifat positif. Menurut Donnan, keadaan positif pada daerah plak ini

akan menarik unsur OH- keluar dari unsur email; sedangkan H+ tetap tertinggal.

2. Keadaan asam ini terjadi akibat konsentrasi H+ bertambah di dalam email maka

pH yang rendah ini akan menguraikan unsur-unsur anorganis dari email lapisan

dalam sehingga akan terjadi karies sedangkan pada bagian luar emailnya masih

utuh. Van Bartheld juga mengatakan bahwa mikroorganisme berperan sekunder

pada proses terjadinya karies gigi. Berdasarkan hukum Donnan ini dapat

dijelaskan proses terjadinya karies.10

2.2.3. Klasifikasi karies gigi

Karies dapat diklasifikasikan berdasarkan daerah anatomis tempat karies itu

timbul. Dengan demikian lesi bisa dimulai pada pit dan fisur atau pada permukaan

halus. Lesi permukaan halus dimulai pada email atau sementum dan dentin akar yang

terbuka (karies akar), kemungkinan lain karies bisa timbul pada tepian restorasi. Ini

disebut karies rekuren atau karies sekunder.8

Karies rampan merupakan kerusakan yang terjadi sangat cepat pada beberapa gigi,

seringkali meliputi permukaan gigi yang biasanya bebas karies. Keadaan ini terutama

dapat dijumpai pada gigi sulung bayi yang selalu menghisap dot yang berisi gula atau

dicelupkan dahulu pada larutan gula. Karies rampan dapat juga dijumpai pada gigi

13
permanen remaja dan hal ini biasanya disebabkan oleh seringnya makan makanan

kariogenik dan minuman manis diantara waktu makannya. Juga dapat ditemui pada

mulut yang salivanya berkurang secara drastis (xerostomia). Penyebab xerostomia

akut biasanya karena radiasi pada kelenjar liur, dan pada penderita tumor ganas.8

Berbeda dengan karies rampan, karies terhenti menggambarkan suatu lesi karies

yang tidak berkembang yang dapat dijumpai jika lingkuungan oral telah berubah dari

yang tadinya memudahkan timbulnya karies ke keadaan yang cenderung untuk

menghentikan karies.8

2.2.3.1. Berdasarkan cara meluasnya karies gigi

1. Karies Berpenetrasi

Karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut.Perluasannya secara

penetrasi, yaitu merembes ke arah dalam.10

2. Karies Nonpenetrasi

Karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke arah samping

sehingga menyebabkan bentuk seperti periuk.10

2.2.3.2. Berdasarkan stadiun karies

1. Karies Superfisialis

Karies baru mengenai email saja, sedang dentin belum terkena.10

2. Karies Media

Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.10

3. Karies Profunda

14
Karies sudah mengani lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah

mengenai pulpa. Karies profunda ini dapat kita bagi lagi menjadi10 :

a. Karies Profunda stadium I. Karies telah melewati setengah dentin, biasanya

belum dijumpai radang pulpa.

b. Karies profunda stadium II. Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies

dengan pulpa. Biasanya di sini telah terjadi radang pulpa.

c. Karies profunda stadium III. Pulpa telah terbuka dan dijumpai bermacam-

macam radang pulpa.

2.2.3.3. Berdasarkan lokasi karies

G.V black yang dikutip dari Tarigan mengklasifikasikan kavitas atas 5 bagian dan

diberi tanda dengan nomor Romawi, dimana kavitas diklasifikasi berdasarkan

permukaan gigi yang terkena karies. Pembagian tersebut adalah10:

1. Klas I

Karies yang terdapat pada bagian oklusal (ceruk dan fisura) dari gigi premolar dan

molar ( gigi posterior ). Dapat juga pada gigi anterior di foramen caecum.

2. Klas II

Karies yang terdapat pada bagian aproksimal gigi-gigi molar atau premolar, yang

umumnya meluas sampai ke bagian oklusal.

3. Klas III

Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi depan, tetapi belum

mencapai sepertiga insisal.

4. Klasi IV

15
Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi-geligi depan dan sudah

mencapai sepertiga insisal gigi.

5. Klas V

Karies yang terdapat pada bagian sepertiga leher dari gigi-geligi depan maupun gigi

belakang pada permukaan labial, lingual, palatal, ataupun bukal dari gigi.

Ada juga Klas VI (Simon), yaitu 10:

a. Karies yang terdapat pada tepi insisal dan tonjol oklusal pada gigi belakang yang

disebabkan oleh abrasi, atrisi, atau erosi.

b. Atrisi adalah keadaan fisiologis pada pengunyahan.

c. Abrasi adalah keausan pada gigi yang terjadi selain dari pengunyahan normal.

Contohnya menggigit kuku, mengisap pipa.

d. Erosi adalah keausan gigi yang disebabkan oleh proses kimia.

2.2.3.4. Berdasarkan banyaknya permukaan gigi yang terkena

1. Karies Simpel

Karies yang dijumpai pada satu permukaan saja, misalnya labial, bukal, lingual,

mesial, distal, oklusal.10

2. Karies Kompleks

Karies yang sudah luas dan sudah mengenai lebih dari satu bidang permukaan gigi.

Misalnya, mesio-, distoinsisal, mesio- oklusal.10

2.2.3.5. Berdasarkan keparahan

Berdasarkan klasifikasi ini, karies dikelompokkan menjadi 10:

1. Karies Insipien: mengenai kurang dari setengah ketebalan email.

16
2. Karies Moderat: mengenai lebih dari setengah ketebalan email, tetapi tidak

mencapai pertemuan dentin-email.

3. Karies Lanjutan: mengenai pertemuan dentin-email dan kurang dari setengah jarak

pulpa.

4. Karies Parah: mengenai lebih dari setengah jarak ke pulpa.

2.2.3.6. Berdasarkan WHO

Klasifikasi ini didasarkan bentuk dan kedalaman lesi karies dan dibagi dalam 4

skala 10 :

1. D1: secara klinis dideteksi lesi email

2. D2: kavitas pada email

3. D3: kavitas mengenai dentin

4. D4: Lesi meluas ke pulpa

2.2.3.7. Berdasarkan radiografi

Karies dibagi menjadi10 :

1. E0, tidak terlihat lesi pada radiografi

2. E1, lesi pada setengah luar email

3. E2, lesi pada setengah dalam email

4. D1, lesi pada sepertiga luar dentin

5. D2, lesi pada sepertiga tengah dentin

6. D3, lesi pada sepertiga dalam dentin

17
2.2.3.8. Berdasarkan visual

Pada klasifikasi ini, karies dibagi menjadi10 :

1. 0 : Tidak ada atau perubahan kecil pada translusen email setelah pengeringan

beberapa saat.

2. 1 : Terlihat opasitas yang jelas pada permukaan basah tetapi mengabur pada

pengeringan.

3. 2 : Opasitas (putih atau kuning) tanpa pengeringan angin.

4. 3 : Terlihat perubahan warna email menjadi keabu-abuan.

5. 4 : Kavitas yang terlihat opak atau sewarna dentin yang terpapar sampai email.

2.2.3.9. Berdasarkan lokasi karies

Umumnya karies ditemukan pada tempat-tempat yang lemah dan pada daerah yang

sukar dibersihkan, yang sangat banyak mempunyai plak ataupun sisa makanan yang

tersangkut. Misalnya10 :

1. Fisur

2. Foramen

3. Permukaan aproksimal dari gigi

4. Sepertiga leher gigi

5. Bagian-bagian yang tertutup oleh karang gigi, cengkeram, ataupun protesa dan lain-

lain.

2.3. Etiologi karies gigi

Faktor dalam penyebab karies gigi adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan

langsung dengan proses terjadinya karies gigi, antara lain host, mikroorganisme,

18
substrat, dan waktu. Sedangkan faktor luar individu adalah status ekonomi, keluarga,

pekerjaan, fasilitas kesehatan gigi, dan pendidikan kesehatan gigi yang pernah

diterima.2

Keyes (1961) yang dikutip dari Achmad, mengemukakan teori tentang 3 faktor

utama penyebab karies, yaitu gigi dan saliva, mikroorganisme serta subtrat atau

makanan, maka pada umumnya disepakati bahwa ke-3 faktor utama tersebut harus ada

dan saling berinteraksi untuk dapat terjadi proses karies.11

Nowburn (1977) yang dikutip dari Achmad, mengatakan bahwa teori 3 faktor ini

ditambah dengan faktor waktu sehingga menjadi 4 faktor penyebab karies gigi.

Keempat faktor tersebut berinteraksi dan saling mempengaruhi sehingga terjadi karies

pada gigi. Sehingga timbul batasan yang menyatakan bahwa karies gigi adalah proses

patologis antara faktor-faktor yang ada didalam mulut disebut multifaktorial disease.11

Selain faktor-faktor yang ada didalam mulut yang langsung berhubungan dengan

karies, terdapat faktor-faktor yang tidak langsung yang disebut faktor resiko luar, yang

merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar

antara lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi,

lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi.11

2.3.1. Faktor dalam

2.3.1.1. Mikroorganisme

Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri produk-produknya, yang

terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara

kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan.8

19
Jika email yang bersih terpapar di rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan

organik yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terutama terdiri atas glikoprotein

yang diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah menyikat gigi. Sifatnya

sangat lengket dan mampu membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada

permukaan gigi.8

Asam terbentuk dari hasil fermentasi sakar diet oleh bakteri di dalam plak gigi.

Sumber utamanya adalah glukosa yang masuk dalam plak gigi, sedangkan kuantitatif,

sumber utama glukosa adalah sukrosa. Penyebab utama terbentuknya asam tadi adalah

S.Mutans serotipe c yang terdapat di dalam plak karena kuman ini memetabolisme

sukrosa menjadi asam lebih cepat dibandingkan kuman lain.8

2.3.1.2. Host dan gigi

Terbentuknya karies gigi diawali dengan terdapatnya plak yang mengandung

bakteri pada gigi. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan pelekatan plak

sangat memungkinkan diserang karies. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies

tersebut adalah8 :

a. Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar; pit bukal molar dan pit

palatal insisif.

b. Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak.

c. Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva.

d. Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya plak

pada pasien dengan resesi gingiva karena penyakit periodonsium.

e. Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengeper.

f. Permukaman gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan.

20
Dalam keadaan normal, gigi geligi selalu dibasahi oleh saliva. Peranan saliva

sangat besar, karena kerentanan gigi terhadap karies banyak bergantung kepada

lingkungannya. Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena

banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam

melakukan remineralisasi meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi

komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH nya. Karies

mungkin akan tidak terkendali jika aliran saliva berkurang atau menghilang.8

Air ludah ini dikeluarkan oleh kelenjar parotis, kelenjar sublingualis, dan kelenjar

submandibularis. Selama 24 jam air ludah yang dikeluarkan ketiga glandula adalah

1000-2500ml, dengan kelenjar submandibularis mengeluarkan 40% dan kelejar parotis

26%. Pengeluaran air ludah lebih sedikit pada malam hari. pH rata-rata air ludah

berkisar antara 2.25-8.5 (Andersen, 1922) dan 6.1-7.7 (Sauerwein, 1961). Secara

mekanis air ludah ini berfungsi untuk membasahi rongga mulut dan makanan yang

dikunyah.10

Sifat enzimatis air ludah ikut di dalam system pengunyahan untuk memecahkan

unsure-unsur makanan. Didalam air ludah ini dijumpai enzim-enzim seperti

belaamilase, fosfatase, oksidase, glikogenase, kolagenase, lipase, protease, urease, dan

lain sebagainya. Enzim ini berasal dari bakteri-bakteri, epithel serta granulosit dan

limfosit.10

Secara kimawi dengan adanya unsure Ca dan ion fosfat akan membantu

penggantian mineralisasi terhadap email atau menetralisasi keadaan asam dan basa

dari ludah. Enzim-enzim mucine, zidine dan lisosim yang terdapat dalam air ludah

21
mempunyai sifat bakteriostatis yang dapat membuat beberapa bakteri mulut menjadi

tidak berbahaya.10

2.3.1.3. Substrat

Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel

pada gigiuntuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email.

Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa

polisakarida ekstrasel.8

Penelitian menunjukkan bahwa makanan dan minuman yang bersifat fermentasi

karbohidrat lebih signifikan memproduksi asam, diikuti oleh demineralisasi email.

Tidak semua karbohidrat benar-benar kariogenik. Produksi polisakarida ekstraseluler

dari sukrosa lebih cepat dibandingkan dengan glukosa, fruktosa, dan laktosa. Sukrosa

merupakan gula yang paling kariogenik, walaupun gula lain juga berpotensi

kariogenik.10

2.3.1.4. Waktu

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama

berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri dari

saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam

hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian

sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini.8

22
2.3.2. Faktor luar

2.3.2.1. Perilaku kesehatan gigi dan mulut

Perilaku kesehatan gigi dan mulut berhubungan dengan gaya hidup anak dalam

menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Hal ini berkaitan dengan frekuensi menyikat

gigi, waktu menyikat gigi, cara menyikat gigi, kebiasaan membersihkan lidah,

penggunaan benang gigi, frekuensi mengkonsumsi makanan dan minuman manis, dan

kunjungan ke dokter gigi.12

2.3.2.2. Ras

Amat sulit menentukan pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi. Namun,

keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan presentase

karies yang semakin meningkat atau menurun. Misalnya, pada ras tertentu dengan

rahang sempit sehingga gigi-geligi pada rahang sering tumbuh tak teratur. Dengan

keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempersulit pembersihan gigi, dan ini akan

mempertinggi persentase karies pada ras tersebut.10

2.3.2.3. Jenis kelamin

Dari pengamatan yang dilakukan oleh Milhahn-Turkeheimpada gigi M1, didapat

hasil bahwa persentase karies gigi pada wanita lebih tinggi dibanding denga pria.

Dibanding dengan molar kanan, persentase karies molar kiri lebih tinggi karena faktor

penguyahan dan pembersihan dari masing-masing bagian gigi.10

23
2.3.2.4. Usia

Sepanjang hidup dikenal 3 fase umut dilihat dari gigi-geligi10 :

1. Periode gigi campuran, disini molar 1 paling sering terkena karies

2. Periode pubertas (remaja) antara 14-20 tahun. Pada masa pubertas terjadi hormonal

yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi

kurang terjaga. Hal ini yang menyebabkan persentase karies lebih tinggi

Usia antara 40-50 tahun. Pada usia ini sisa-sisa makanan sering lebih sulit

dibersihkan karena sudah terjadi retraksi atau menurunnya gusi dan pupil.10

2.3.2.5. Makanan

Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, makanan yang bersifat

membersihkan gigi yang dapat mengurangi kerusakan gigi seperti apel, jambu, air,

bengkuang, dan lain sebagainya. Sebaliknya makanan yang manis, lunak dan melekat

pada gigi amat merusak gigi seperti permen dan coklat, walaupun air ludah dan lidah

merupakan pembersih alamiah terhadap gigi tapi pelekatan permen sukar dibersihkann

oleh pembersih alamiah ini terlebih pada fisur atau celah antara gigi.3

Karies terjadi ketika proses demineralisasi serta adanya kehilangan mineral lebih

cepat dibandingkan proses remineralisasi. Hal ini dapat dicegah dengan menghindari

makanan manis dan menghilangkan plak.10

Remineralisasi gigi dapat terjadi pada pH lingkungan yang bersifat10 :

1. Sedikit jumlah bakteri kariogenik

2. Keberadaan fluoride

3. Gagalnya substansi penyebab metabolism bakteri

24
4. Peningkatan sekresi saliva

5. Kemampuan buffer yang tinggi

6. Keberadaan anorganik saliva

7. Pembersihan makanan yang tertahan

Penelitian menunjukkan bahwa pengurangan aktivitas karies dapat terjadi pada

penggunaan gula alcohol (seperti sorbitol, mannitol, dan xylitol) dengan kadar gula

yang rendah. Hal ini menyebabkan metabolisme menjadi lambat.10

Penelitian berikutnya menunjukkan bahwa makanan dan minuman yang bersifat

fermentasi kabrohidrat lebih signifikan memproduksi asam diikuti oleh demineralisasi

email. Tidak semua karbohidrat benar-benar kariogenik. Karbohidrat kompleks seperti

gandum relative leibh tidak berbahaya karena tidak secara sempurna dihancurkan

dalam rongga mulut, tetapi molekul karbohidrat yang rendah dengan mudah bersatu

dengan plak dan dimetabolisme secara cepat oleh bakteri. Produksi polisakarid

ekstraseluler dari sucrose lebih cepat dibandingkan dengan glukosa, fruktosa, dan

laktosa. Sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik, walaupun gula lain juga

berpotensi kariogenik.10

Lebih lanjut Streptokus mutans menggunakan sukrosa untuk memproduksi

polisakarida ekstraseluler glukan. Polimer glukan membantu Streptokokus mutans

melekat secara baik pada gigi dan menghambat difusi plak.10

Resiko karies yang tinggi umumnya dimiliki oleh anak-anak memasuki usia

sekolah, karena pada usia sekolah ini anak-anak biasanya suka jajan makanan dan

minuman sesuai keinginannya. Anak-anak pada usia ini rentan terhadap pertumbuhan

25
dan perkembangan karies gigi karena memiliki kebiasaan jajan makanan yang

kariogenik.13

2.3.2.6. Unsur kimia

Unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies gigi masih

dalam penelitian. Fluor ialah unsur kimia yang paling mempengaruhi persentase karies

gigi. Dibawah ini dicantumkan beberapa unsure kimia yang memengaruhi atau

memperlambat terjadinya karies gigi.10

Tabel 2.1 Pengaruh unsure kimia terhadap terjadinya karies gigi10

-Berillium Menghambat karies

-Fluor Menghambat karies

-Aurum Menghambat karies

-Cuprum Menghambat karies

-Magnesium Menghambat karies

-Strontium Menghambat karies

-Zinn Menghambat karies

+Cadmium Menunjang terjadinya karies

+Platina Menunjang terjadinya karies

+Selenium Menunjang terjadinya karies

Sumber: Tarigan R. Karies Gigi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2014

26
2.3.2.7. Vitamin

Vitamin berpengaruh pada proses terjadinya karies gigi, terutama pada periode

pembentukan gigi.10

Tabel 2.2 Vitamin dan pengaruhnya terhadap keruskan pada gigi dan gusi.10

Kekurangan Kebutuhan Pengaruhnya terhadap gigi/gusi

Vitamin Per hari

A 1-2 mg Merusak pembentukan email dan dentin

B1 1-2 mg Karies meninggi

B2 2 mg Kareis meninggi

B6 2 mg Tidak ada pengaruh

C 75-100 mg Degenerasi odontoblas, kerusakan

periodontium, stomatitis

D 0.001 Hipoplasia email dan dentim

400-600 IU

E 10 mg Tidak diketahui

K 1 mg Tidak diketahui

Sumber: Tarigan R. Karies Gigi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2014

2.4. Gambaran karies gigi

Secara makroskopik, gejala paling dini suatu karies email yang terlihat adalah

suatu bercak putih. Bercak putih ini akan jelas terlihat pada gigi cabutan yang kering

yang akan tampak sebagai suatu lesi kecil, opak dan merupakan daerah berwarna putih

yang terletak sedikit ke arh serviks dari titik kontak. Dibandingkan dengan email

27
sekitarnya yang masih sehat, warnanya tampak sangat berbeda. Pada tahap ini, deteksi

dengan sonde tidak dapat dilakukan karena email yang mengelilinginya masih keras

dan mengkilap. Kadang-kadang lesi akan tampak berwarna coklat disebabkan oleh

materi di sekelilingnya yang terserap kea lam pori-porinya.8

Penegakan diagnosis karies memerlukan pencahayaan yang baik disamping gigi

harus bersih dan kering. Kotoran dan karang gigi yang melekat harus dibersihkan

dahulu agar diagnosis bisa tepat. Sekali gigi sudah kering, maka tiap kuadran gigi harus

diolesi dengan gulungan kapas agar pembasahan oleh saliva dapat dicegah. Gigi harus

betul-betul kering dan pengeringnya biasanya dengan udara yang disemprotkan

perlahan-lahan.8

Diperlukan penglihatan tajam untuk menemukan tanda awal karies. Biasanya

pemeriksaan dilakukan dengan sonde yang tajam sampai terasa menyangkut.

Sebaiknya hal ini jangan dilakukan karena sonde tajam akan merusak lesi karies yang

masih baru mulai dan aka nada bakteri yang terbawa ke dalam lesi sehingga

menyebarkan kariesnya.8

2.5. Peranan orangtua

Peranan orang tua sangat besar dalam mengembangkan perilaku positif terhadap

kesehatan gigi dan mulut. Keterlibatan orang tua dalam mengembangkan pola perilaku

positif dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut diimplementasikan pada anaknya

dalam kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung. Orang tua

harus turut memperhatikan perilaku anak berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

dan pola makan anak dengan sedikit mengonsumsi makanan kariogenik untuk

memperbaiki kesehatan gigi dan mulut adalah.2

28
Peran orangtua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan pengertian,

mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat memelihara

kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu, orang tua juga mempunyai peran yang cukup

besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak.1

2.5.1. Tingkat pendidikan orangtua

Menurut Tirthankar yang dikutip dari Natamiharja, pendidikan adalah faktor kedua

terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang

yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap

yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup

sehat.5

Sabbah et al. yang dikutip dari Natamiharja, dalam penelitiannya tentang

prevalensi karies pada anak 1-5 tahun di Tabuk, Saudi Arabia menyatakan bahwa

tingkat pendidikan ibu merupakan faktor yang paling penting mempengaruhi status

kesehatan anaknya. Anak-anak dengan tingkat pendidikan orang tua yang rendah

memiliki risiko karies lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak orang tua yang

memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.5,14

2.5.2. Pengetahuan orangtua

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).

Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang

mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan

tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses

29
pendidikan. Orang tua dengan pendidikan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut

merupakan faktor predisposis perilaku tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut

anak.1,15

Orangtua dengan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang baik akan

menimbulkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan

mulut, dan akhirnya akan menyebabkan orangtua berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya itu juga kepada anaknya.15

2.5.3. Perilaku Orangtua

Perilaku orangtua terhadap kesehatan gigi anak seperti frekuensi menyikat gigi dan

pemberian makanan manis pada anak juga merupakan hal yang signifikan

hubungannya dengan status karies anak. Perilaku orang tua dalam menjaga kesehatan

gigi dan mulut anaknya menjadi hal yang sangat penting utamanya pada anak usia

sekolah karena umumnya pada anak usia sekolah mempunyai perilaku atau kebiasaan

diri yang kurang menunjang terhadap kesehatan giginya.4,5

2.6. Pencegahan keries gigi

Pencegahan karies gigi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dengan

memperpanjang kegunaan gigi di dalam muut. Pencegahan karies gigi dapat dibagi ata

2 bagian, yaitu10 :

2.6.1. Pra erupsi

Tindakan pra erupsi

Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur enamel dan dentin atau gigi

pada umumnya. Seperti kita ketahui yang mempengaruhi pembentukan dan

30
pertumbuhan gigi kecuali protein untuk pembentukan matriks gigi, juga terutama

vitamin dan zat mineral yang mempengaruhi atau menentukan kekuatan dan kekerasan

gigi. Vitamin atau mineral tersebut adalah :

1. Vitamin-vitami : terutama A, C, D

2. Mineral-mineral : terutama Ca, P, F, Mg

Oleh karena itu, ibu-ibu yang hamil sebelum terjadinya pengapuran pada gigi

bayinya dapat diberikan makanan yang mengandung unsur-unsur yang dapat

menguatkan enamel dan dentin. Pemberian Calcium diminum dalam bentuk tablet

pada ibu ada baiknya asal tidak terlalu banyak, karena kelebihan Calcium akan

menyebabkan kesukaran waktu melahirkan karena adanya pengapuran yang terlalu

cepat dari tengkorak kepala bayi tersebut. Air minum yang mengandung Flour juga

sangat penting diberikan pada ibu yang sedang hamil.

Beberapa ahli berpendapat bahwa mineralisasi gigi permanen dimulai tepat

sebelum anak lahir dan berakhir 5-6 tahun. Pada fetus 5 bulan, mineralisasi sudah

dimulai pada gigi susu dan gigi tetap. Hal ini berlangsung terus sampai ±5-6 tahun dan

erupsi selesai pada umur 12 tahun.

Pada ibu yang sedang mengandung terdapat penghalang terhadap serangan

penyakit ke bayi yang disebut plasenta. Oleh karena adanya plasenta ini sebagai

penghalang suatu penyakit, maka terhadap Flouridepun ia merupaakan penghalang

tapi tidak keseluruhan sehingga kadar flour dalam fetus lebih rendah darpada di dalam

tubuh si ibu dan ini sangat menguntungkan sehingga si anak tidak akan kelebihan flour.

Anak yang lahir di daerah yang kadar Flournya tinggi, kadar flour di dalam gigi susu

lebih rendah daripada gigi tetap. Kadar flour yang terlalu tinggi akan menyebabkan

31
gangguan pada tulang juga mineralisasi terganggu pada pembentukan gigi. Disamping

itu ibu yang hamil perlu diberikan diet makanan yang bergizi tinggi, daging, ikan,

sayur-sayuran, dan vitamin-vitamin.

2.6.2. Pasca Erupsi

Tindakan Pasca Erupsi

Pada dasarnya hampir sama dengan stadium Pra Erupsi, hanya ditambah

dengan :

1. Kebersihan mulut dan gigi yang harus diperhatikan supaya tetap sehat.

2. Pemeriksaan berkala 6 bulan sekali.

3. Makanan yang menguatkan gigi dan gusi.

4. Kesehatan badan.

Metode-metode yang banyak dan yang berhasil digunakan untuk mengurangi

aktivitas karies bisa dibuat secara sistematis berdasarkan gangguan terhadap kerja

bakteri dalam fermentasi karbohidrat. Dibagi atas 5 golongan kerja, yaitu :

1. Pengaturan Diet

Pada dasarnya semua karbohidrat dalam makanan merupakan substrat untuk

bakteri, yang melalui proses sintesa akan diubah menjadi asam dan polisakarida.

Karbohidrat dengan molekul rendah seperti sakrose ( gula bit, gula tebu, gula merah)

glukose, fruktose dan maltose, akan segera diubah menjadi zat-zat yang merusak

jaringan mulut.

Melalui proses yang berlangsung relatif lama, makanan yang mengandung zat pati

seperti roti, kentang, nasi dan sebagainya (tanpa gula) akan dipecah menjadi maltosa

kemudian akan diubah oleh bakteri-bakteri pada plak. Ditinjau dari kesehatan gigi

32
resiko kerusakan jaringan mulut telah sangat berkurang. Ludah juga mengandung

karbohidrat tetapi kandungan demikian rendahnya sehingga metabolisme bakteri yang

rendah. Resiko kerusakan jaringan mulut yang berkaitan dengan karbohidrat akan

sangat berkurang bila secara teratur permukaan gigi dibersihkan dari plak dan bakteri.

Makin sering makan karbohidrat yang mudah dipecah makin cepat terjadi proses

demineralisasi dari jaringan keras gigi. Dari sini daoat disimpulkan, bahwa ditinjau

dari kesehatan gigi, perlu diberikan penerangan : frekuensi dari komsumsi makanan

yang mengandung gula harus sangat dikurangi. Ditinjau dari segi kesehatan gigi maka

yang diartikan dengan mengurangi frekuensi makan adalah suatu reduksi dari makan-

makanan kecil yang dimakan antara jam-jam makan.

2. Kontrol Plak

Kontrol Plak merupakan tindakan-tindakan pencegahan menumpuknya dental plak

dan deposi-deposit lainnya pada permukaan gigi dan sekitarnya. Suatu program yang

berhasil mengurangi plak akan berpengaruh pada pengurangan keparahan penyakit

periodontal dan kerusakan gigi. Walaupun terbukti bahwa berkurangnya karies adalah

merupakan hasil pemeliharaan kebersihan mulut dengan menggunakan sikat gigi atau

balat-alat pembersih yang lain, tetapi bila dilakukan tanpa pasta gigi hal ini kurang

efektif. Hasil yang terbaik didapat bila gigi dibersihkan segera sesudah makan, dan

pasien di instruksikan, dimotivikasikan untuk tetap menjaga kebersihan mulutnya.

3. Penggunaan Flour

Metode yang paling efektif untuk mencegah timbul dan berkembangnya karies gigi

penggunaan flour merupakan. Penggunaan flour ini perlu didukung oleh sikap

perorangan yang positif terhadap kesehatan giginya.

33
Selain mempunyai pengaruh pada gigi sebelum erupsi (pra-erupsi), flour juga

mempengaruhi gigi sesudah erupsi (pasca-erupsi). Proses bersenyawanya flour dengan

gigi sebelum erupsi gigi berbeda dengan proses sesudah erupsi, karena sesudah erupsi

proses ini dipengaruhi oleh maturasi pasca-erupsi gigi terjadi pada tahun-yahun

pertama, dan dalam tahun-tahun berikutnya pengaruh ini masih ada namun sudah

berkurang kekuatannya. Flour juga menghambat kehidupan bakteri yang ada pada

plak.

34
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka teori

FAKTOR PENYEBAB
FAKTOR PENYEBAB KARIES:
KARIES:
FAKTOR LUAR
FAKTOR DALAM
 Host
 Mikroorganisme
 Substrat
 Waktu

KARIES

 Perilaku
Kesehatan Gigi
dan Mulut Anak
Keterangan : PERAN ORANG TUA:

 
Tingkat Pendidikan
: yang diteliti
 Pengetahuan
: yang tidak diteliti

 

35
3.2. Kerangka penelitian

Anak SD kelas I-VI Orangtua Anak SD kelas I-VI

Pemeriksaan Status
Pemberian Kuesioner
Karies

Karies Bebas Karies

36
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik.

4.2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 5 Padangtangalau Balocci Kabupaten

Pangkep.

4.3. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2014

4.4. Populasi penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua murid-murid SDN 5 Padangtangalau

Balocci Kabupaten Pangkep

4.5. Metode sampling

Metode sampling yang digunakan yaitu total sampling.

4.6. Sampel penelitian

37
Sampel penelitian ini yaitu semua murid-murid SDN 5 Padangtangalau Balocci

Kabupaten Pangkep.

4.7. Jumlah sampel penelitian

Jumlah populasi sampel yaitu 200 murid

4.8. Data

Jenis data : Data primer

Penyajian data : Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik

Pengolahan data : Data diolah dengan sistem SPSS

Analisis data : Analisis data dengan Uji Chi Square

4.9. Variabel penelitian

4.9.1. Variabel menurut fungsi

1. Variabel independen : tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua

2. Variabel dependen : Status karies gigi

4.9.2. Variabel menurut skala pengukurannya

1. Tingkat pendidikan : Kategorial, Nominal

2. Pengetahuan orang tua : Kategorial, Nominal

3. Status karies gigi : Kategotial, Nominal

38
4.10. Definisi operasional variabel

a. Karies gigi molar pertama permanen adalah penyakit infeksi yang merusak struktur

gigi yang apabila dilakukan pemeriksaan pada gigi molar pertama permanen terlihat

enamel berwarna coklat sampai kehitaman atau ujung sonde tersangkut atau terkait

dalam lekukan fisur.

b. Tingkat pendidikan orang tua adalah pendidikan terakhir yang telah ditamati oleh

orang tua, yang terbagi atas:

a) Perguruan tinggi

b) SMA

c) SMP

d) SD

e) Tidak sekolah

c. Pengetahuan orang tua adalah pemahaman orang tua tentang :

a. Penyebab gigi berlubang, yaitu plak karena malas sikat gigi, rongga mulut yang

kotor dan makanan dan minuman manis.

b. Tanda awal gigi berlubang, yaitu dimulai dengan timbulnya bercak bercak putih

pada permukaan gigi.

c. Frekuensi menyikat gigi, yaitu dua kali sehari.

d. Waktu menyikat gigi yang baik dalam satu hari, yaitu pagi setelah sarapan dan

malam sebelum tidur

e. Ukuran sikat gigi yang baik bagi anak, yaitu sikat gigi ukuran kecil dan bulunya

halus.

39
f. Kandungan zat pada pasta gigi yang baik untuk mencegah gigi berlubang, yaitu

fluoride

g. Jenis makanan yang paling berpotensi menyebabkan gigi berlubang, yaitu makanan

manis (mengandung banyak gula)

h. Jenis minuman yang paling berpotensi menyebabkan gigi berlubang, yaitu

minuman manis (mengandung banyak gula)

i. Tindakan yang sebaiknya dilakukan setelah mengonsumsi makanan/minuman

manis, yaitu membersihkan gigi atau memberikan air putih untuk berkumur.

j. Pemeliharaan kesehatan gigi anak, yaitu menyikat gigi, kontrol ke dokter gigi,

menghindari makanan dan minuman manis.

k. Kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen anak, yaitu

dapat menyebabkan gigi permanen tidak teratur.

l. Penyakit gigi dan mulut, yaitu karies/gigi berlubang dan peradangan gusi (gusi

berdarah, gusi bengkak).

4.11. Kriteria objektif

a. Tingkat pendidikan ibu dikatakan :

a) Rendah apabila pendidikan terakhirnya tidak sekolah atau SD

b) Menengah apabila pendidikan terakhirnya SMP

c) Tinggi apabila pendidikan terakhirnya SMA atau Perguruan Tinggi

b. Pengetahuan ibu dikatakan :

a) Rendah apabila orang tua mampu menjawab dengan benar 0-3 pertanyaan

b) Menengah apabila orang tua mampu menjawab dengan benar 4-8 pertanyaan

40
c) Tinggi apabila orang tua mampu menjawab dengan benar 9-12 pertanyaan

c. Gigi molar pertama permanen dinyatakan karies apabila pada pemeriksaan pada

gigi molar pertama permanen terlihat enamel berwarna coklat sampai kehitaman

atau ujung sonde tersangkut atau terkait dalam lekukan fisur.

4.12. Alat dan bahan penelitian

Alat yang digunakan yaitu:

a. Kaca mulut

b. Sonde

c. Nirbeken

d. Gelas Plastik

e. Alat tulis menulis

Bahan yang digunakan :

a. Alkohol

b. Air

c. Lembaran status gigi anak

d. Lembaran Kuesioner

4.13. Jalannya penelitian

1. Melakukan sosialisasi kepada pihak sekolah yang bersangkutan yaitu kepala

sekolah dan guru-guru tentang maksud dan tujuan mengadakan penelitian di

sekolah tersebut.

2. Mengambil data seluruh murid pada SDN 5 Padangtangalau Balocci.

41
3. Melakukan pemeriksaan gigi dan mulut pada murid dengan menggunakan sonde

dan miror.

4. Mendatangi rumah anak dan memberikan kuesioner kepada orang tuanya kemudian

dikumpulkan.

5. Setelah data dan kuesioner telah didapatkan, selanjutnya mengolah dan

menganalisis data yang didapatkan.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Natamiharja L, Margaret. Peran Orangtua Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan


Mulut Anak Kelas II SD Medan. Dentika Dental Journal; 2011; 16(2): 163

2. Rahmawati I, Hendrartini J, Priyanto A. Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak
Sekolah Dasar. Berita Kedokteran Masyarakat; 2011; 27(4): 180-1

3. Alhamda S. Status Kebersihan Gigi dan mulut dengan Status Karies gigi. Berita
Kedokteran Masyarakat; 2011; 27(2): 109

4. Silaban S, Gunawan PN, Wicaksono D. Prevalensi Karies Gigi Geraham Pertama


Permanen pada Anak Umur 8-10 Tahun Di SD Kelurahan Kawangkoan Bawah. Jurnal
e-Gigi; 2013; 1(2): 2

5. Natamiharja L, Dwi NS. Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan perilaku Ibu


terhadap Status Karies Gigi Balitanya. Dentika Dental Journal; 2010; 15(1): 37

6. Sariningrum E, Irdawati. Hubungan Tingkat Pendidikan, Sikap dan Pengetahuan


Orangtua tentang Kebersihan Gigi dan mulut pada Anak Balita 3-5 Tahun dengan
tingkat Kejadian Karies di Paud Jatipurno. Berita Ilmu Keperawatan; 2009; 2(3): 119

7. Itjingningsih. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC; 2012, hal. 27; 121; 127; 213-4

8. Kidd E, Sally J. Alih Bahasa: Sumawinata Narlan dan Faruk Safrida. Dasar-Dasar
Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: EGC; 2013, hal. 1-10; 18-20; 47-8

9. Roeslan BO. Imunologi Oral Kelainan di Dalam Rongga Mulut. Jakarta: FKUI; 2002,
hal. 139; 150

10. Tarigan R. Karies Gigi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2014, hal. 15-21; 24-31; 38-46; 75-79

11. Achmad H, Singgih MF, Yunus M, Malik A. Karies dan Perawatan Pulpa pada Anak
Secara Komprehensif. Makassar: Bimer; 2010, hal. 4-5

12. Sharda J, Mathur, Sharda AJ. Oral Health Behavior and its Relationship with Dental
Caries Status and Periodontal Status among 12-13 Year Old School Children in
Udaipur, India. OHDM; 2013; 12(4): 238

13. Worotitjan I, Mintjelungan CN, Gunawan P. Pengalaman Karies Gigi serta Pola
Makan dan Minum pada Anak Sekolah Dasar di desa Kiawan Kecamatan
Kawangkoan Utara. Jurnal e-Gigi; 2013; 1(1): 60

43
14. Octiara E, Tamba EA. Hubungan Ekonomi Keluarga dan Pendidikan Ibu dengan Early
Chilhood caries (ECC) Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Medan Denai. Dentika
Dental Journal; 2012; 17(1): 79

15. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010; 27; 90

44

Anda mungkin juga menyukai