Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL SGD 7 LBM 1

MODUL 7.3

ESTETIKA

ANGGOTA KELOMPOK :

1. Afra Sinta Liliyana 31101700007


2. Claudia Sekar Ayu M. 31101700022
3. Elsa Echa Wahadah 31101700027
4. Hanikh Munfarida 31101700039
5. Lulu Lailatal Churriyah 31101700045
6. Rusdian Mayasa Putra 31101700075
7. Sofiyah Handayani 31101700081
8. Tantri Salavia Reisli 31101700084
9. Waritsa Arbyta Putri 31101700087

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUTORIAL SGD 7 LBM 1

“ESTETIKA”

Telah Disetujui oleh :

Semarang, 9 November 2020

drg. Kabut Murlita Andriana

2
DAFTAR ISI

Cover..........................................................................................................................................1
Lembar Persetujuan....................................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................4
1.2 Skenario.......................................................................................................................5
1.3 Identifikasi Masalah....................................................................................................5
Bab II Tinjauan Pustaka.............................................................................................................7
2.1 Landasan Teori............................................................................................................7
2.1.1 Penyebab Diskolorisasi Gigi....................................................................................7
2.1.2 Indikasi Dan Kontraindikasi Perawatan Bleaching...............................................13
2.1.3 Bahan Yang Digunakan Dalam Perawatan Bleaching..........................................14
2.1.4 Teknik Dan Metode Yang Dilakukan Dalam Perawatan Bleaching.....................14
2.1.5 Prosedur Home Bleaching Dengan Karbamid Peroksida 10%..............................17
2.1.6 Mekanisme Dari Karbamid Peroksida 10% Dalam Memutihkan Gigi.................17
2.1.7 Efek Samping Penggunaan Karbamid Peroksida Sebagai Bahan Bleaching........18
2.1.8 Penatalaksanaan Terhadap Efek Samping Yang Dirasakan Oleh Pasien..............19
2.1.9 Instruksi Pasca Perawatan Bleaching....................................................................20
2.1.10 Waktu Aman Untuk Melakukan Rebleaching.......................................................21
2.2 Kerangka Konsep......................................................................................................22
Bab III Penutup........................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan warna gigi menjadi masalah karena membuat banyak orang merasa
tidak nyaman ketika berbicara atau tersenyum, karena mereka berkeyakinan bahwa
gigi putih mampu membuat orang merasa lebih cantik dan percaya diri. Tren dokter
gigi melakukan tindakan pemutihan gigi terus meningkat, seiring dengan
meningkatnya kebutuhan estetika masyarakat sebagai makluk sosial. Pada dasarnya,
masalah pewarnaan gigi ini diatasi dengan perawatan pemutihan gigi. Pemutihan gigi
adalah prosedur untuk mencemerlangkan gigi dan menghilangkan pewarnaan gigi.
Tindakan pemutihan gigi telah populer, karena sesuai kebutuhan estetika masyarakat
sekarang ini.
Bahan bleaching membantu menghilangkan pewarnaan yang bermula dari dalam
gigi (intrinsik) dan juga pewarnaan di permukaan gigi (ekstrinsik) yang hasilnya dapat
mengubah warna asli gigi. Produk whitening (pemutih) hanya untuk menghilangkan
pewarnaan di permukaan gigi saja, mengandung bahan yang bekerja menghilangkan
pewarnaan dengan aksi fisik dan kimia. Terdapat beberapa macam bahan pemutih gigi
yang telah digunakan seperti sodium hipoklorit, sodium perborat, hidrogen peroksida
dan karbamid peroksida. Karbamid peroksida adalah urea hydrogen CH2N2OH2O2
yang memiliki berat molekul 94,7 sebagai agen bleaching, antiseptik dan disinfektan
yang memiliki pH 5-6 mengandung gliserin, natriumstanat, asam fosfat dan aroma.

4
1.2 Skenario
Pasien wanita usia 25 tahun datang ke RSIGM Sultas Agung dengan keluhan tidak
percaya diri karena giginya berwarna coklat gelap. Dari anamnesis, diketahui bahwa
sejak kecil, pasien rutin dilakukan perawatan ke dokter gigi dan pemberian topikal
aplikasi Fluor.

Dari hasil pemeriksaan objektif tampak warna kecoklatan hampir pada seluruh
permukaan gigi, OHI sedang dan kondisi jaringan pendukung gigi baik.. Dokter gigi
merencanakan perawatan at home bleaching dengan Karbamid peroksida 10% dan
kemudian melakukan pencetakan gigi-geligi pasien.
Setelah evaluasi perawatan selama 2 minggu, pasien mengaku puas terhadap
perubahan warna yang terjadi, tetapi mengeluh gigi-geliginya menjadi lebih sensitif.
Dokter gigi melakukan penanganan terhadap efek samping yang dirasakan oleh
pasien.

1.3 Identifikasi Masalah


1. Apa penyebab gigi pasien menjadi berwarna coklat? Apakah berhubungan
dengan pemberian fluor?
2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi perawatan bleaching (ekstrakoronal dan
intrakoronal)?
3. Apa saja bahan yang digunakan dalam perawatan bleaching?

5
4. Apa saja teknik dan metode yang dilakukan dalam perawatan bleaching?
5. Bagaimana prosedur home bleaching dengan karbamid peroksida 10%?
6. Bagaimana mekanisme dari karbamid peroksida 10% dalam memutihkan gigi
(skema)?
7. Apa efek samping penggunaan karbamid peroksida sebagai bahan bleaching?
8. Bagaimana penatalaksanaan terhadap efek samping yang dirasakan oleh pasien?
9. Bagaimana instruksi pasca perawatan bleaching?
10. Berapa waktu atau jarak aman untuk melakukan rebleaching?

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Penyebab Diskolorisasi Gigi
Secara umum :
- Perubahan warna intrinsic
Perubahan warna intrinsik terjadi setelah perubahan komposisi struktural
atau ketebalan jaringan keras gigi. Warna normal gigi ditentukan oleh
warna biru, hijau dan merah muda dari enamel dan diperkuat oleh warna
kuning hingga coklat dentin di bawahnya. Sejumlah penyakit metabolik dan
faktor sistemik diketahui mempengaruhi perkembangan gigi dan
menyebabkan perubahan warna sebagai konsekuensinya. Faktor lokal
seperti cedera juga dikenali.
 Alkaptonuria : Kesalahan metabolisme bawaan ini menghasilkan
metabolisme tirosin dan fenilalanin yang tidak sempurna, yang memicu
pembentukan asam homogentisic. Ini mempengaruhi gigi permanen
dengan menyebabkan perubahan warna coklat
 Porfiria eritropoietik kongenital : Ini adalah kelainan metabolik yang
jarang, resesif, autosomal di mana ada kesalahan dalam metabolisme
porfirin yang menyebabkan penumpukan porfirin di sumsum tulang, sel
darah merah, urin, feses dan gigi. Perubahan warna merah kecokelatan
pada gigi terjadi dan gigi yang terkena menunjukkan fluorsensi merah
di bawah sinar ultra-violet.
 Hiperbilirubinemia kongenital : Hasil pemecahan hemolisis akan
menyebabkan perubahan warna kuning-hijau. Ikterus neonatal ringan
relatif sering terjadi, tetapi pada inkompatibilitas rhesus hemolisis
masif akan menyebabkan pengendapan pigmen empedu pada jaringan
keras gigi yang mengalami kalsifikasi, terutama pada garis neonatal.
 Amelogenesis imperfecta : Dalam kondisi herediter ini, pembentukan
email terganggu sehubungan dengan mineralisasi atau pembentukan
matriks dan diklasifikasikan sesuai dengan itu. Ada 14 subtipe yang

7
berbeda, 12 mayoritas diturunkan sebagai sifat dominan autosomal atau
sifat terkait x dengan berbagai tingkat ekspresi. Penampilannya
tergantung pada jenis amelogenesis imperfekta, bervariasi dari enamel
'tertutup salju' hipomatur yang relatif ringan hingga hipoplasia herediter
yang lebih parah dengan enamel tipis dan keras yang memiliki
tampilan kuning hingga kuning-coklat.
 Dentinogenesis imperfecta : Dentinogenesis imperfecta I (terkait
dengan osteogenesis imperfecta, kelainan jaringan ikat campuran dari
kolagen tipe I) dapat menunjukkan kerapuhan dan deformitas tulang
dengan sklera biru, sendi kendor, dan dentin opalescent. Warisan
mungkin dominan atau resesif, resesif menjadi lebih parah dan
seringkali fatal di awal kehidupan. Gigi opalescent lebih sering
ditemukan pada pola pewarisan dominan, gigi sulung memiliki
kemiripan yang kuat dengan gigi pada Dentinogenesis imperfekta tipe I
sedangkan penampilan gigi sekunder jauh lebih bervariasi. Enamel jauh
lebih tidak rentan terhadap fraktur, ruang pulpa jarang tersumbat oleh
dentin (ini dapat membantu membedakan secara radiografik antara tipe
I dan II). Kondisi utama yang terkait dengan dentin saja adalah
Dentinogenesis imperfecta II (dentin opalescent herediter). Kedua gigi
tersebut terpengaruh, gigi primer biasanya lebih parah. Gigi biasanya
berwarna kebiruan atau coklat, dan menunjukkan opalescence pada
transiluminasi. Ruang pulpa sering menjadi obliterasi dan dentin
mengalami keausan yang cepat, setelah enamel terkelupas, untuk
mengekspos sambungan amelo-dentinal. Setelah dentin terbuka, gigi
dengan cepat menunjukkan perubahan warna coklat, mungkin dengan
absorpsi kromogen ke dalam dentin berpori. Jenis ketiga dari
Dentinogenesis imperfecta (jenis III, dentin herediter herediter isolat
brendi) dijelaskan oleh Wiktop. Dalam kondisi ini, gigi mungkin secara
lahiriah mirip dengan jenis I dan II dari Dentinogenesis imperfecta;
namun, banyak eksposur pulpa terjadi pada gigi sulung. Secara
radiografik, gigi mungkin tampak seperti 'gigi cangkang' saat produksi
dentin berhenti setelah lapisan mantel terbentuk. Jenis Dentinogenesis
imperfekta ini dianggap terkait lebih dekat dengan tipe II.

8
 Pewarnaan tetrasiklin : Pemberian tetrasiklin sistemik selama
perkembangan dikaitkan dengan pengendapan tetrasiklin di dalam
tulang dan jaringan keras gigi. Tetrasiklin mampu melewati penghalang
plasenta dan harus dihindari dari 29 minggu dalam rahim sampai cukup
bulan untuk mencegah penggabungan ke dalam jaringan gigi. Karena
gigi permanen terus berkembang pada bayi dan anak kecil hingga usia
12 tahun, pemberian tetrasiklin harus dihindari pada anak di bawah usia
ini dan terbukti lebih banyak noda daripada email pada ibu menyusui
dan calon ibu. Waktu paling kritis untuk menghindari pemberian
tetrasiklin pada gigi sulung adalah 4 bulan in utero sampai 5 bulan post
partum, berkaitan dengan gigi seri dan gigi taring. Pada masa gigi
permanen, untuk gigi seri dan gigi taring, periode ini adalah dari 4
bulan pascapersalinan sampai sekitar 7 tahun.
 Fluorosis : Hubungan antara asupan fluorida dan pengaruhnya terhadap
email. Ini mungkin timbul secara endemik dari pasokan air yang terjadi
secara alami atau dari fluorida yang dikirim dalam obat kumur, tablet
atau pasta gigi sebagai suplemen. Tingkat keparahan terkait dengan
usia dan dosis, dengan gigi primer dan sekunder sama-sama
terpengaruh pada fluorosis endemik. Kemungkinan peningkatan
pengaruh fluorosis di ketinggian dengan pekerjaan mereka pada hewan
pengerat. Enamel sering terpengaruh dan dapat bervariasi dari area
bintik-bintik hingga bintik buram yang menyebar, sementara warna
email berkisar dari putih berkapur hingga penampilan coklat tua /
hitam. Perubahan warna coklat / hitam pasca erupsi dan mungkin
disebabkan oleh internalisasi noda ekstrinsik ke dalam email berpori.
Ciri-ciri ini sering digambarkan sebagai patognomonik fluorosis, tetapi
perawatan harus dilakukan untuk tidak membingungkan kondisi
dengan jenis hipomaturasi amelogenesis imperfecta. Fluorida hanya
menyebabkan fluorosis dengan konsentrasi lebih dari 1 ppm dalam air
minum dan tidak dapat dibedakan, secara klinis atau histologis, dari
jenis email hipoplastik atau hipomineralisasi lainnya.
 Hipoplasia enamel : Enamel hipoplasia adalah kondisi amelogenesis
defisiensi, akibat cedera pada sel formatif, ameloblas. Konsekuensi dari

9
hal ini adalah berkurangnya kuantitas pembentukan email dari
biasanya. Prevalensi bervariasi dari 3 sampai 15% orang dewasa muda
yang mengalami hypoplasia enamel di gigi permanen
 Penuaan : Gigi menjadi lebih gelap seiring bertambahnya usia
fisiologis
perubahan, ini mungkin sebagian disebabkan oleh peletakan sekunder
dentin, penggabungan noda ekstrinsik dan keausan bertahap email
memungkinkan pengaruh yang lebih besar pada warna yang
mendasarinya dentin. Keausan gigi dan gingiva resesi dapat secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi warna gigi.
- Perubahan warna ekstrinsik
Perubahan warna ekstrinsik terjadi di luar substansi gigi dan terletak di
permukaan gigi atau di pelikel yang didapat. Asal usul noda mungkin:
 Metalik : Pewarnaan ekstrinsik gigi mungkin berhubungan dengan
paparan pekerjaan terhadap garam logam dan sejumlah obat yang
mengandung garam logam. Ciri khas noda hitam pada gigi pada orang
yang menggunakan suplemen zat besi dan pekerja pengecoran besi
didokumentasikan dengan baik. Tembaga menyebabkan noda hijau
pada kumur yang mengandung garam tembaga49 dan pada pekerja
yang bersentuhan dengan logam dalam keadaan industri. sejumlah
logam lain memiliki warna terkait seperti pottasium permangenate
yang menghasilkan warna ungu sampai hitam bila digunakan dalam
obat kumur; garam perak nitrat yang digunakan dalam kedokteran gigi
menyebabkan warna abu-abu, dan stannous fluorida menyebabkan
perubahan warna cokelat keemasan
 Non-logam : Pewarnaan ekstrinsik non-logam menempel pada endapan
permukaan gigi seperti plak atau pelikel yang didapat. Agen etiologi
yang mungkin termasuk komponen makanan, minuman, tembakau,
obat kumur dan obat-obatan lainnya. Bakteri krokogenik telah
ditemukan pada anak-anak. Warna pewarnaan tertentu dikatakan terkait
dengan mulut tertentu, misalnya, hijau dan oranye pada anak-anak
dengan kebersihan mulut yang buruk dan noda hitam / coklat pada
anak-anak dengan kebersihan mulut yang baik dan pengalaman karies

10
yang rendah. Bukti konklusif untuk mekanisme bakteri kromogenik
belum muncul. Bukti paling meyakinkan untuk metode ekstrinsik
pewarnaan gigi berasal dari perbedaan jumlah pewarnaan yang
ditemukan pada perbandingan antara perokok dan bukan perokok. Efek
pewarnaan dari berkumur lama dengan obat kumur klorheksidin dan
senyawa amonium kuarterner yang digunakan dalam obat kumur
sangat menarik bagi profesi kedokteran gigi
- Perubahan warna internal
Perubahan warna internal adalah penggabungan noda ekstrinsik dalam
substansi gigi setelah perkembangan gigi. Ini terjadi pada cacat email dan di
permukaan berpori dentin yang terbuka. Rute di mana pigmen dapat
terinternalisasi adalah:
 Cacat perkembangan
 Cacat yang didapat
o Keausan gigi dan resesi gingiva :
Keausan gigi adalah hilangnya lapisan luar email dan dentin secara
progresif yang disebabkan oleh erosi, abrasi dan (atau) gesekan,
sedangkan resesi gingiva adalah suatu kondisi yang ditandai
dengan retraksi margin gingiva, yang memperlihatkan permukaan
akar gigi. Gingiva resesi biasanya dikaitkan dengan kehilangan
tulang alveolar patologis di situs itu [31]. Saat enamel menipis,
gigi menjadi lebih gelap. Warna dentin menjadi lebih jelas dan jika
enamel patah, gesekan sekunder dapat terjadi lebih cepat, dentin
akan terlihat dan warnanya berubah ke derajat yang lebih gelap di
area ini. Faktor lain itu dapat merubah warna gigi yaitu patah
tulang, kehilangan email atau retakan email, seperti noda
dimasukkan ke dalam tubuh gigi. Beberapa faktor yang
berkontribusi pada keausan gigi adalah penyebab yang secara
alami terjadi sebagai akibatnya penuaan. Contohnya dapat berupa
gesekan dan erosi yang juga merupakan rangsangan yang dapat
memulai pembentukan dentin tersier. Sebagai hasilnya, dentin
sekunder terbentuk dan disimpan secara alami umur. Peningkatan
ketebalan dentin ini secara bertahap akan menggelapkan gigi.

11
Karena itu, itulah penuaan Itu sendiri merupakan faktor yang akan
berpengaruh pada warna gigi.
Ketika gigi mengalami resesi gingiva, area serviks akan terbuka
Lapisan email di area ini tipis, sehingga dentin di bawah email
terlihat menembus enamel dan lebih memengaruhi warna gigi.
Gigi menjadi lebih gelap seperti gigi email menipis. Sementum
yang menutupi akar yang terbuka akan hilang seiring waktu.
Setelah itu dentin terpapar, inklusi kromogen dalam substansi gigi
meningkat.dapat mempengaruhi perubahan warna.
o Karies gigi

 Bahan restorative : disebabkan karena logam amalgam dan komposit.


Amalgam merupakan penyebab paling hebat karena elemen warna
gelap dapat mengubah warna dentin menjadi abu-abu gelap.5
Sedangkan pada restorasi komposit, kebocoran mikro tumpatan dapat
menyebabkan perubahan warna gigi. Tepi tumpatan yang terbuka
merupakan tempat masuknya bahan kimia yang mewarnai dentin

Menurut Walton
Perubahan warna dapat terjadi pada saat atau setelah terbentuknya email dan
dentin. Penyebab perubahan warna gigi dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu karena noda alami dan pewarnaan iatrogenic.
- Perdarahan intrapulpa disebabkan oleh trauma pada gigi dan akan
menyebabkan perdarahan dan lisis eritrosit. Produk disintegrasi darah
diduga sebagai ion sulfida, masuk ke dalam tubulus dentin sehingga
menyebabkan perubahan warna gigi.
- Metamorfosis kalsium, pembentukan dentin sekunder ireguler secara
ekstensif di dalam kamar pulpa atau pada dinding saluran akar
menyebabkan translusensi mahkota gigi berkurang atau warna gigi
berubah menjadi kekuningan atau kuning kecoklatan. Pada pasien yang
sudah tua, perubahan warna gigi terjadi secara fisiologi sebagai akibat
aposisi dentin secara berlebihan disamping karena penipisan dan
perubahan optik dalam email.

12
- Perubahan warna iatrogenik sebagai akibat prosedur perawatan gigi atau
dapat disebabkan oleh berbagai bahan kimia dan bahan yang dipakai di
bidang kedokteran gigi. Perubahan warna gigi akibat perawatan
endodontik dapat disebabkan oleh bahan obturasi, misalnya semen saluran
akar dari jenis seng oksida eugenol atau semen saluran akar dengan
komponen logam. Sisa-sisa jaringan pulpa yang tertinggal di dalam
mahkota, biasanya dalam tanduk pulpa, dapat mengakibatkan perubahan
warna secara perlahan. Kebanyakan obat-obatan dapat menyebabkan
perubahan warna gigi, misalnya obat intrakanal golongan fenol berkontak
langsung dengan dentin, dalam waktu yang lama memungkinkan obat
berpenetrasi ke dalam dentin sehingga akan menyebabkan perubahan
warna gigi.

Kelainan darah :
- Kondisi sistemik mengakibatkan lisis eritrosit secara luas. Produk
kerusakan darah dapat bergabung ke dalam dentin dan mewarnai gigi.
- Suhu tubuh yang tinggi saat pembentukan gigi menyebabkan perubahan
warna berbentuk pita pada email.
- Porfiria penyakit metabolisme menyebabkan gigi susu atau gigi permanen
berubah warna menjadi kemerahan atau kecoklatan.

2.1.2 Indikasi Dan Kontraindikasi Perawatan Bleaching


Indikasi ekstrakoronal (gigi vital):
- gigi yang mengalami perubahan warna karna tetrasiklin atau plak
- terjadi fluorosis ringan
- gigi dengan saluran akar yang telah menutup sempurna
- perubahan warna terkait umur
- perubahan warna email ringan
Kontraindikasi ekstrakoronal:
- ruang pulpa yang besar  sensitive
- saluran akar yang masih terbuka
- pengikisan email
- alergi peroksida

13
- kehilangan email yang parah
- karies
- gigi hipersensitif
- restorasi yang buruk

Indikasi intrakoronal (non vital):


- gigi yang telah dirawat endodontik
- gigi yang tidak bisa dilakukan perawatan bleaching ekstrakoronal
- perubahan warna dari kamar pulpa
- perubahan warna di dentin
Kontraindikasi :
- karies atau restorasi besar
- gigi dengan PSA yang tidak sempurna
- pembentukan email yang tidak sempurna
- perubahan warna email superfisial
- kehilangan dentin parah
- komposit berubah warna

2.1.3 Bahan Yang Digunakan Dalam Perawatan Bleaching


- Hydrogen peroksida : hydrogen dioksida yang berupa cairan bening dan
tidak berbau, lebih kental dari air. Memiliki sifat oksidator yang sangat
kuat dan digunakan sebagai baham pemutih dan desinfektan. Digunakan
dalam perawatan bleaching in office untuk gigi vital. Konsentrasi 30-35%.
Memiliki kelemahan yaitu bersifat tidak stabil dan membahayakn tubuh
apabila dosis dan konsentrasinya terlalu tinggi
- Karbamid peroksida : senyawa yang tidak berbau, tidak toksik, berbentuk
kristal putih dan merupakan kombinasi antara 7% urea dan 3% hydrogen
peroksida. Lebih disarankan untuk penggunaan home bleaching karena
bersifat lebih aman
- Pirozen : larutan hydrogen peroksida 25% dalam eter 75% bersifat
kaustik, mudah menguap dan menyebabkan bau yang merangsang
sehingga menimbulkan rasa mual
- Natrium perborat: bahan bleaching berbentuk bubuk, mengandung 95%
perborate dalam 99% oksigen bersifat lebih mudah dikontrol

14
- Sodium perborate : berwarna putih, tidak berbau dan dapat larut dalam air
digunakan untuk gigi non vital secara intrakoronal, bersifat antiseptic dan
desinfektan
- MCInes : asam klorida 36% , hydrogen peroksida 30% dan eter.
Digunakan untuk kasus fluorosis

2.1.4 Teknik Dan Metode Yang Dilakukan Dalam Perawatan Bleaching


Teknik :
- Intrakoronal
Hal yang perlu diperhatikan : kualitas saluran akar yang adekuat
o walking bleach : mengaplikasikan gel hydrogen perokside 35% atau
campuran sodium perborate dan diaplikasikan pada kamar pulpa
o termokatalitik : dengan bantuan cahaya dan panas. Cara meletakan
bahan hydrogen di kamar pulpa  dipanaskan dengan lampu 
oksigen bebas yang aktif. Kapas diletakan pada labial dan kamar
pulpa  kapas dibasahi  diberi pencahayaan 5-6 menit
o Teknik kombinasi : menggabungkan Teknik walking bleach dan
termokatalitik secara bergantian
- Ekstrakoronal
o mouth guard bleaching : at home dengan kasus ringan menggunakan
karbamid peroksida 10% dengan membuat cetakan pada gigi untuk
meletakan karbamid peroksida. Warna gigi akan berubah 2-3 minggu
pemakaian
o pumice asam : bukan merupakan Teknik oksidasi, tetapi Teknik
pembuangan selapis tipis email yang berubah warna untuk
mendapatkan asam hidroklorit 18%, bubuk pumice ditambah agar
berbentuk pasta padat yang akan diletakan pada email dengan
Gerakan memutar selama 5 detik

Metode :

15
- Indikasi in office leaching adalah generalized staining, pewarnaan

karena usia, merokok dan diet berwarna seperti teh dan kopi, fluorosis,

dan pewarnaan tetrasiklin.1,5 Pewarnaan tetrasiklin yang sangat parah

mungkin tidak cukup dengan bleaching saja tetapi kombinasi perawatan

seperti bleaching dan veneer, dapat dipertimbangkan. Fluorosis dengan

multiple spots berbagai warna mungkin memerlukan kombinasi

bleaching dan mikroabrasi menggunakan asam klorida dan bahan

abrasif. Sebagaimana disebutkan di atas, bleaching dapat dilakukan pada

banyak kasus tetapi beberapa kasus justru merupakan kontraindikasi.

Kontra indikasi in office bleaching adalah pasien dengan harapan yang

sangat tinggi, karies dan lesi periapikal, kehamilan, dentin sensitif, retak

dan dentin yang terbuka, mahkota atau restorasi yang besar pada daerah

senyum, dan pasien usia lanjut dengan resesi gingiva.

- Indikasi home bleaching, antara lain: pewarnaan gigi menyeluruh yang

ringan, diskolorasi akibat usia, pewarnaan tetrasiklin ringan, fluorosis

16
ringan, pewarnaan superfisial bawaan, dan pewarnaan akibat rokok

tembakau. Home bleaching tidak dapat dilakukan pada kondisi gigi

dengan email yang tidak mencukupi, gigi fraktur, gigi dengan tambalan

rusak, diskolorosi pada gigi pasien dewasa dengan kamar pulpa besar,

fluorosis parah, pasien hamil atau menyusui, gigi depan dengan

tambalan yang besar, pewarnaan tetrasiklin berat, gigi tidak teratur, gigi

sensitif terhadap panas, dingin dan manis, gigi dengan white spot yang

opak, dicurigai atau memiliki riwayat bulimia.

2.1.5 Prosedur Home Bleaching Dengan Karbamid Peroksida 10%


- Melakukan anamnesis, apakah sensitive atau tidak
- Pembersihan karang gigi dan stain
- Dilakukan penentuan warna gigi menggunakan shade guide dan
ditunjukan pada pasien, dilakukan pemotretan
- Pembuatan tray, lakukan pencetakan untuk menahan karbamid perokside
selama perawatan bleaching
- Coba tray dan jelaskan penggunaan kepada pasien, missal gigi selalu
dalam keadaan bersih
- Bahan pemutih diletakan di reservoir secukupnya
- Digigit perlahan hingga pas
- Jika ada kelebihan, dibuang dengan sikat gigi yang halus
- Dilakukan pada malam hari 6-8 jam karena aktivitas mulut dan aliran
saliva sedikit
- Setelah pemakaian tray, harus dibersihkan. Dan pasien tidak boleh
minum/makan
- Pemakaian 7-14 hari, jika ada rasa sensitive, penggunaan dapat
dihentikan. Pada hari 10 lakukan follow-up

2.1.6 Mekanisme Dari Karbamid Peroksida 10% Dalam Memutihkan Gigi

17
Reaksi Redoks

Karbamid Peroksida

Hidrogen Peroksida Urea

Radikal Bebas Membentuk


menstabilkan hydrogen
peroksida

HO2 O

Pembentukan HO2 harus


dibuat hydrogen preoksida
menjadi ph optimum 9,5-
10,8

Radikal bebas bereaksi


dengan ikatan tidak jenuh

Gangguan konjugasi electron


dan perubahan penyerapan
energy pada molekul organic
email

Gelombang cahaya Terbentuk molekul


penyebab diskolorisasi organic yang lebih kecil
mengalami perubahan dengan warna yang lebih
berat molekul menjadi terang
lebih rendah

2.1.7 Efek Samping Penggunaan Karbamid Peroksida Sebagai Bahan Bleaching

18
- Gigi sensitive : 2-3 jam setelah pemakaian, setelah 2 minggu pemakaian
karena memiliki kandungan aktif karbamid peroksida dan kandungan
tidak aktif yaitu gliserin yang melakukan penyerapan air yang dapat
menyebabkan dehidrasi pada struktur gigi sehingga dapat menyebabkan
sensitivitas tinggi dan pasien akan merasa ngilu. 55% pasien dengan
penggunaan karbamid peroksida 10% at home mengalami sensitivitas
yang rendah
- Jaringan lunak : rekasi inflamasi karena reaksi redoks selama proses
pemutihan, adanya radikal bebas  peradangan pada gusi
- Menurunkan mikrodentin, tetapi akan meningkat kembali setelah 14 hari
akibat remineralisasi saliva
- Restorasi : menurunkan kekuatan ikat bahan resin dengan email dan
dentin karena residu peroksida yang dapat menghambat polimerisasi
resin komposit
- Perubahan morfologi enamel yang lebih kasar, berpori dan adanya
bercak putih
- Hipersensitivitas jaringan pulpa : lama kontaknya bahan bleaching atau
ph rongga mulut pasien dan tray. Biasanya diatasi dengan aplikasi fluor
pada dentin agar cairan tubuli dentin tidak mengalir menggunakan
potassium nitrat

2.1.8 Penatalaksanaan Terhadap Efek Samping Yang Dirasakan Oleh Pasien


Prosedur penatalaksanaan gigi pasien sensitif :
- Gel natrium fluorida netral dalam tray bisa dipakai semalam atau gel yang
mengandung 3% sampai 5% kalium nitrat atau fluorida dan kalium nitrat
dalam tay sebelum atau sesudah pemutihan selama 10 - 30 menit.
Selanjutnya, frekuensi atau durasi aplikasi bisa berkurang dan pengobatan
juga bisa dihentikan, jika perlu.
- Gunakan produk pemutih dengan konsentrasi lebih rendah.
- Kurangi jumlah waktu keausan pemutihan
- Hindari pemutihan untuk waktu yang lama.
- Gunakan perawatan desensitisasi

19
- Pasien dengan riwayat sensitiv harus dirawat sebelum memulai perawatan
pemutihan: Desensitisasi pasta gigi dan gel fluoride dapat digunakan
untuk 2 - 3 minggu sebelum pengobatan atau selama pengobatan.
- Gel atau pasta gigi yang diresepkan untuk gigi sensitif.
- Menyikat dengan lembut dengan sikat berbulu lembut, menggunakan air
hangat.
- Ubah pola makan dengan menghindari makanan panas atau dingin selama
satu atau dua hari setelah pemutihan.
- Gunakan agen desensitisasi 10 sampai 30 menit sebelum dan sesudah
setiap pemutihan
- Gunakan produk pemutih dengan agen desensitisasi tambahan
- Dokter dapat meresepkan NSAID kepada pasien karena efek samping
berupa gigi sensitive tidak dapat diprediksi. Obat dipyorone : anti-nyeri,
tapi ada kandungan anti-inflamasi. Penggunaan dipyrone 500 mg secara
signifikan mengurangi rasa sakit setelah pemutihan gigi dibandingkan
parasetamol 500 mg. Dipyrone memiliki analgesik tindakan terhadap rasa
sakit yang pada gigi. Dengan penggunaan analgesia preemptive dengan
dipyrone, kami mengamati peningkatan kualitas prosedur pemutihan,
karena tingkat nyeri setelah prosedur berkurang atau bahkan berhenti
dalam beberapa kasus.

2.1.9 Instruksi Pasca Perawatan Bleaching


- Menjelaskan tata cara penggunaan tray yaitu sebelum pemutihan gigi
harus dalam keadaan bersih, bahan pemutih diletakkan di resevoir
secukupnya kemudian tray dimasukkan kedalam mulut dengan cara
digigit secara perlahan sampai pas, kelebihan bahan pemutih pada
ginggiva dibuang dengan menggunakan sikat gigi yang halus dan prosedur
ini dilakukan pada malam hari saat tidur selama 6-8jam karena pada
malam hari aktifitas mulut dan aliran ludah paling sedikit. Setiap selesai
pemakaian harus tray dibersihkan.
- Jika terjadi gangguan (misalnya, sensitivitas termal, rasa abnormal, atau
jaringan iritasi), pasien harus menghentikan prosedur terlebih dahulu dan
pergi ke dokter gigi.

20
- Instruksikan pasien untuk pemeriksaan berkala untuk menilai proses
pemutihan. Pasien yang menggunakan tray during the day dapat diperiksa
seminggu sekali selama 3 minggu. Sedangkan untuk pengguna overnight
harus dilihat seminggu sekali selama 6 minggu.
- Keberhasilan bleaching at home sebagian besar bergantung pada
kerjasama atau kekooperatifan dari pasien. Masalah dan resiko yang
sering timbul biasanya dikarenakan kemungkinan penggunaan agen
bleaching secara berlebihan. Hasil dengan teknik bleaching at home
cenderung tetap ada stabil selama 1 hingga 10 tahun.
- Hindari minuman berwarna seperti (teh, kopi, anggur, minuman ringan,
dll)
- Tidak merokok selama 24 jam. Dalam 24 jam pertamaakan menodai gigi.
- Hindari perawatan pasta gigi atau gel berwarna, obat kumur,
Chlorhexidine, atau home fluoride selama 24 jam setelah pemutihan.
- Setelah 2 minggu dalam mempertahankan hasil pemutihan, jika pasien
ingin minum minuman berwarna lebih baik menggunakan sedotan dan
setelah mengkonsumsi makanan berwarna, pasien dapat berkumur dengan
air
- Stabilitas warna dapat bertahan hingga 1-3 tahun tergantung pada
bagaimana kebiasaan pasien seperti makan, minum, dan merokok.

2.1.10 Waktu Aman Untuk Melakukan Rebleaching


Bleaching in office dilakukan sebanyak 2 atau 3 sesi sekitar 1 jam dengan
interval 7 hari di antara setiap sesi untuk mendapatkan efek pemutihan yang
memuaskan. Bleaching gigi in office memiliki insiden gigi sensitif yang tinggi
disebabkan karena konsentrasi tinggi peroksida. Insiden gigi sensitif
berhubungan dengan inflamasi pulpa , penundaan sekitar 1 minggu antara dua
sesi dianggap mengurangi proses inflamasi ini tanpa terjadi kerusakan
tambahan pada jaringan pulpa. Bleaching in office, penelitian melaporkan
relaps sebesar 41% selama 1 tahun. Untuk bleaching dengan tray ,Haywood
melaporkan relaps sebesar 26% setelah 18 bulan. Peneliti lainnya melaporkan
berbagai tingkat relaps bleaching selama beberapa waktu. Untuk mencegah
relaps bleaching, pasien akan lebih baik jika menggunakan sikat gigi elektrik

21
dengan pasta gigi pemutih dibandingkan sikat gigi manual. Bleaching dapat
dijaga melalui penggunaan pasta gigi pemutih dan pasta gigi bleaching dan
aplikasi bleaching setiap tahun yang menggunakan agen bleaching peroksida
pada tray custom fitted pasien.

2.2 Kerangka Konsep

Diskolorisasi Gigi

Penyebab

Ekstrinsik Internal
Intrinsik

Perawatan

Instruksi pasca At Home


bleaching

In Office

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tren dokter gigi melakukan tindakan pemutihan gigi terus meningkat, seiring dengan
meningkatnya kebutuhan estetika masyarakat sebagai makluk sosial. Pada dasarnya,
masalah pewarnaan gigi ini diatasi dengan perawatan pemutihan gigi. Pemutihan gigi
adalah prosedur untuk mencemerlangkan gigi dan menghilangkan pewarnaan gigi.
Tindakan pemutihan gigi telah populer, karena sesuai kebutuhan estetika masyarakat
sekarang ini. Pemutihan gigi memiliki dua teknik yaitu intrakoronal dan ekstrakoronal
serta memiliki dua metode yaitu at home dan in office yang memiliki indikasi dan
kontraindikasi penggunaan perawatannya. Bleaching gigi memiliki efek samping,
salah satunya yaitu membuat gigi menjadi lebih sensitive. Dokter gigi harus paham
penatalaksanaan pasca melakukan bleaching, penatalaksanaan efek samping dan
waktu aman pasien melakukan bleaching kembali.

23
DAFTAR PUSTAKA

- Jenssen L., Tran H.Q., 2011, Classification of severe tooth discolorations and treatment
options, Master thesis, University of Tromso
- Kapadia Y, Jain V. Tooth staining: A review of etiology and treatment modalities. Acta
Sci Dent Sci. 2018;2(6):67-70
- Lan, W.C. dkk. 2019. A clinical evaluation of tooth bleaching treatment using a dual-
barrel in-office whitening system Vol 1 No 3
- Majeed.A., Farooq.I., Grobler.S.R., Rossouw.R.J., 2015, Tooth-Bleaching: A Review
of the Efficacy and Adverse Effect of Various Tooth Whitening Product, Journal of the
College of Physicians and Surgeon Pakistan, 25(12): 891-896,
- Mona, Dian. 2016. Perawatan Internal Bleaching Pada Insisivus Sentral Kiri Atas Paska
Perawatan Endodontic Pada Pasien Dengan Riwayat Trauma. Jurnal B-Dent, Vol 3, No.
1
- Pini, N. I. P. (2015) ‘Enamel microabrasion: An overview of clinical and scientific
considerations’, World Journal of Clinical Cases, 3(1), p. 34. doi:
10.12998/wjcc.v3.i1.34.
- Rahmawati, caecillia. 2015. Apeksifikasi Menggunakan Mineral Apeksifikasi
Menggunakan Mineral Trioxide Aggregate Dan Bleaching Intrakoronal Pada Insisivus
Sentralis Kanan Maksila. MKGK. Juni 2015; 1(1): 54-62 e-ISSN: 2460-0059
- Ramos, C. M. et al. (2016) ‘Microabrasion Technique for Enamel with Fluorosis: A
Case Report Utilizing Two Distinct Pastes’, Brazilian Dental Science, 16(3). doi:
10.14295/bds.2013.v16i3.882.
- Ribas Koren, A. R. (2018) ‘Dental Bleaching a Case Report Presenting What Science
and Clinical Evidence Shows in Terms of Result, Safety, Comfort and Durability’,
Biomedical Journal of Scientific & Technical Research, 2(3), pp. 2581– 2586. doi:
10.26717/bjstr.2018.02.000748.
- Rodrigues, dkk. 2018. Association Between In-Office And At-Home Tooth Bleaching:
A Single Blind Randomized Clinical Trial. Vol 29 No 2
- Variani, Ratih. 2014. Pemutihan Gigi: “When It’s Needed And It’s Safely Or Not?”.
Jurnal Info Kesehatan, Vol. 12, Nomor 1

24

Anda mungkin juga menyukai