Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUTORIAL

SGD 5 LBM 2
MODUL 7.1
BIAR GIGI TIDAK KARIES

ANGGOTA KELOMPOK :

1. Anfasa Isnurhakim 31101700009


2. Claudia Sekar Ayu M. 31101700022
3. Hanikh Munfarida 31101700039
4. Hayyu Bondan Aurora 31101700041
5. Madania Firdausa 31101700047
6. Nabella Devyanna P. 31101700059
7. Nabila Salma Karunia P. 31101700060
8. Nurul Hidayah 31101700064
9. Sinta Zulfa Nuriya 31101700079
10. Untung Prasetyo 31101700085

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
2.1. Skenario.......................................................................................................................6
2.2. Mekanisme Demineralisasi dan Remineralisasi pada Gigi.........................................6
2.3 Faktor Keseimbangan Demineralisasi dan Remineralisasi.......................................11
2.4 Bahan Remineralisasi Agent.....................................................................................12
2.5 Syarat Bahan Remineralisasi Agent..........................................................................14
2.6 Kegunaan Bahan Remineralisasi...............................................................................15
2.7 Mekanisme Kerja Bahan Remineralisasi...................................................................15
2.8 Kelebihan dan Kelemahan Bahan Remineralisasi.....................................................16
BAB III.....................................................................................................................................19
KESIMPULAN........................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................19
3.2 Peta Konsep....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21

2
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUTORIAL
SGD 5 LBM 2

Telah Disetujui oleh :

Tutor Tanggal

drg. Eko Hadiyanto. M.DSc

3
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi secara fisiologis akan mengalami proses demineralisasi dan remineralisasi.
Demineralisasi yaitu hilangnya ion-ion mineral pada enamel gigi karena larut dalam
asam. Proses asam ini disebabkan oleh karies dan non-karies. Demineralisasi jaringan
disertai dengan kerusakan jaringan organik yaitu jaringan interprismata dapat
menyebabkan permukaan gigi larut sehingga terjadi perubahan pada struktur gigi, warna
dan permukaan gigi. Remineralisasi yaitu pengembalian ion-ion mineral gigi kedalam
struktur hidroksiapatit. Permukaan gigi dapat berada dalam keadaan dinamis jika proses
demineralisasi dan remineralisasi seimbang dalam rongga mulut.
Kandungan dari enamel, dentin dan sementum adalah kristal hidroksiapatit yang
terdiri dari (Ca10 (PO4)6(OH)2). Pada lingkungan netral, kondisi kristal tersebut
seimbang dengan lingkungan saliva yang tersaturasi dengan ion Ca2+ dan PO4 3 .
Hidroksiapatit reaktif terhadap ion hidrogen pada pH sama dengan atau di bawah 5,5
yang diketahui sebagai pH kritis untuk hidroksiapatit. Reaksi demineralisasi ini secara
kimiawi dapat digambarkan pada reaksi berikut (Ca10 (PO4)6(OH)2) + ion H+  10Ca2
+ 6H (PO4) 3 +2H2O. Dampak klinis dari demineralisasi antara lain terjadinya karies dan
erosi gigi.
Bahan remineralisasi sangat berguna untuk mencegah demineralisasi dan
mempercepat remineralisasi dalam mengembalikan mineral gigi yang telah hilang
sehingga tidak terjadi kerusakan lebih lanjut. Bahan remineralisasi yang dapat digunakan
antara lain fluoride, Casein Phospopeptide- Amorphous Calsium Phosphate (CPP-ACP),
sugar substitute, ozone, hydroxyapatite, glass ionomer, pit and fissure sealant dan
bioactive glass.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme remineralisasi dan demineralisasi pada gigi?
2. Apa saja faktor keseimbangan demineralisasi dan remineralisasi?
3. Apa saja bahan remineralisasi agent?
4. Apa saja syarat bahan remineralisasi agent yang ideal?
5. Apa kegunaaan dari bahan remineralisasi agent untuk mencegah karies?
6. Bagaimana mekanisme kerja dari bahan-bahan remineralisasi?
7. Apa saja keuntungan dan kelemahan dari bahan bahan remineralisasi?

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Skenario
Judul : Biar gigi tidak Karies
Skenario :
Karies merupakan rangkaian proses yang melibatkan remineralisasi dan demineralisasi.
Remineralisasi merupakan mekanisme tubuh untuk memperbaiki demineralisasi yang
terjadi pada permukaan gigi dengan cara mengembalikan mineral gigi pada kristal
hidroksiapatit (HAP) gigi.
Beragam bahan saat ini sudah mulai dipakai sebagai remineralization agent. Masing-
masing bahan tersebut memiliki mekanisme kerja yang berbeda untuk mengembalikan
mineral gigi yang hilang. Beragam jenis bahan tersebut terus dikembangkan hingga kini,
serta beberapa telah dipergunakan secara klinis.

2.2. Mekanisme Demineralisasi dan Remineralisasi pada Gigi


2.2.1 Demineralisasi
Demineralisasi adalah berkurangnya kadar garam-garam anorganik dan mineral pada
tulang atau email gigi secara bertahap. Demineralisasi terjadi karena adanya paparan
asam dari makanan atau minuman dalam waktu yang lama menyebabkan perubahan pH
rongga mulut sehingga permukaan gigi menjadi asam. Demineralisasi dapat terjadi
apabila email berada dalam suatu lingkungan pH di bawah 5,5.
Menurut penyebabnya, demineralisasi dibagi menjadi dua yaitu demineralisasi yang
melibatkan bakteri secara langsung dan demineralisasi yang melibatkan zat asam.
1. Demineralisasi yang melibatkan bakteri secara langsung mengacu pada proses
terjadinya karies.
 Ditemukan adanya keterlibatan bakteri didalam mulut yang dapat
menghasilkan asam yaitu bakteri plak seperti Streptokokus mutans.
Bakteri plak yang biasanya melekat pada pelikal enamel, kemudian bakteri
plak tersebut menghasilkan asam organic, asam yang dihasilkan antaranya
laktat, Asam susu,levan dan dektran. Asam yang dihasilkan oleh bakteri
plak tidak dapat langsung melarutkan bagian permukaan luar

6
enamel(surface enamel), dikarenakan permukaan luar enamel lebih tahan
terhadap serangan asam dibandingkan permukaan dalam enamel. Tetapi
dapat masuk kedalam permukaan dalam enamel melalui enamel rod
dengan proses difusi dan selanjutnya langsung menyebar ke dalam
permukaan dalam enamel (sub surface enamel) dan melarutkan enamel
dari dalam permukaan.
2. Demineralisasi yang melibatkan zat asam mengacu pada erosi gigi
Proses demineralisasi enamel pada erosi gigi dapat terjadi sebagai berikut:
 Adanya asam kuat (misalnya: asam klorid, asam sitrat, asam fosfat)
melekat pada permukaan gigi, sering air ludah berada pada pH istirahat
(6,8).
 Adanya asam-asam mengatasi kekuatan buffer HPO42- air ludah dan
buffer plak yang tipis yang dijumpai pada beberapa kasus, sebelum HCO3-
dapat disediakan oleh stimulasi saliva. Erosi gigi adalah kehilangan
enamel gigi karena serangan asam. Erosi gigi dapat disebabkan faktor luar
seperti makanan/minuman, obat-obatan yang mengandung asam dan juga
factor dalam seperti asam dari lambung.asam tersebut dapat menyebabkan
enamel gigi menjadi kurang keras pada waktu yang sinkat dan kehilangan
mineral. Jika asam tersebut sering menyerang dan saliva tidak dapat
mengembalikan kembali partikel dari enamel yang hilang maka kehilangan
permukaan gigi dimulai. Erosi terjadi karena demineralisasi pada
permukaan gigig dengan penguraian prisma enamel perifer. Erosi gigi
terjadi apabila derajat keasaman yang berkontak dengan gigi berada pada
pH<3. Pada stadium awal erosi gigi hanya terjadi pada permukaan
enamel , selanjutnya lapisan enamel larut lapis demi selapis.

HA reaktif terhadap ion hidrogen dengan pH ≤ 5.5 yang merupakan pH kritis untuk
HA. H+ bereaksi dengan kelompok fosfat dalam lingkungan saliva yang dekat dengan
permukaan kristal secara cepat. Proses itu dapat dideskripsikan sebagai konversi PO43-
menjadi HPO42- dengan tambahan H+ dan pada waktu yang sama H+ disangga
(mengalami buffering). HPO42- kemudian tidak dapat berkontribusi terhadap
keseimbangan HA normal sehingga kristal HA larut. Hal ini disebut dengan
demineralisasi.
Reaksi yang terjadi pada demineralisasi email adalah sebagai berikut:

7
Hidroksiapatit + Ion hidrogen  Ion gas bebas + Hidrogen fosfat + Air
Ca10(PO4)6(OH)2(s) + 8H+(aq)  10Ca2+(aq) + 6HPO42-(aq) + 2H2O(l)

Reaksi pelarutan tersebut berhenti apabila tidak ada asam yang dihasilkan
mikroorganisme plak, namun apabila terjadi lagi asam maka reaksi pelarutan tersebut
akan terus berlangsung.
Kehilangan unsur-unsur mineral pada gigi ini bersifat reversibel atau masih dapat
kembali seperti semula melalui proses remineralisasi yang artinya pemasukan kembali
mineral-mineral pada gigi yang hilang seperti ion kalsium, kalium, dan fluor.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah demineralisasi, antara lain :


a) Hygiene Oral
Menjaga kebersihan mulut amat penting untuk menjaga terjadinya penumpukan bahan
makanan, plak yang dapat menimbulkan derajat keasaman di dalam mulut. Keadaan
mulut yang bersih bias menghambat terbentuknya plak yang dapat menghasilkan di
dalam mulut. Penyikatan gigi setiap hari sehabis makan dan sebelum tidur dengan
menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan mulut dari penumpukan sisa makanan, plak dan kalkulus pada gigi.
b) Fluoridasi
Fluoridasi adalah pemberian fluor untuk kesehatanlu gigi. Fluoridasi dapat dilakukan
dengan beberapa cara diantaranya, adalah fluor sistemik dan topikal aplikasi fluor.
Fluor sistemik biasanya dilakukan dengan cara fluoridasi air minum, pemberian fluor
dalam bentuk tablet, penambahan fluor dalam garam dapur dan penambahan fluor ke

8
dalam susu. Fluoridasi dilakukan supaya hidroksiapatite dapat berikatan dengan ion
fluor sehingga hidroksiapatit menjadi fluorapatit. Secara kimiawi, ion fluor akan
menggantikan ion hidroksiapatit menjadi fluorapatit, reaksi ini stabil dan fluorapatit
terikat kuat. Fluorapatit mempunyai beberapa keuntungan antaranya:
 pH kritis fluorapatit adalah sebesar 1<4,5 berarti lebih tahan asam dan
 mampu menghambat demineralisasi lebih lanjut dibandinkan
 hidroksiapatit yang asli.
 Fluor mempunyai daya bakteriostatik sedemikian sehingga spesies
 seperti Streptokokus mutans terhambat untuk tumbuh.
 Fluor juga memodifikasi energy permukaan enamel sedemikian
 sehingga plak tidak dapat melekat erat pada enamel.
 Fluor juga berfungsi sebagai buffer pH plak pada permukaan gigi.

Pemberian fluor secara topical adalah dengan cara mengoles fluor pada permukaan
enamel gigi. Tujuan pemberian fluor dengan cara ini adalah untuk memberi
perlindungan pada permukaan gigi yang masih sehat sehingga terhindar dari
demineralisasi.

c) Diet
Diet yang baik dapat membantu dalam meningkatkan kesehatan gigi, dimana diet
kesehatan memberi perlindungan pada gigi semasa perkembangan gigi berlaku. Oleh
karena itu, setiap orang disarankan mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup
gizi selama masa pembentukan dan mineralisasi dari mahkota gigi. Diet yang
dianjurkan terutama untuk memperbaiki kesehatan lingkungan mulut:
- Mengusahakan diet karbohidrat serendah mungkin sesuai dengan kebutuhan
kalori.
- Dalam pemakaian karbohidrat sebaiknya dipilih dalam bantuk larutan atau
bentuk-bentuk yang dapat segera bersih dari rongga mulut sehingga
mengurangi pembentukan plak gigi dan adanya stimulasi aliran saliva
- Batasi jumlah makan dengan menekan keinginan untuk makan diantara jam-
jam makan.

2.2.2 Remineralisasi
Remineralisasi adalah proses kembalinya mineral-mineral penting pembentuk gigi,
contohnya kalsium dan fosfat, menjadi ikatan hidroksiapatit pada email gigi yang

9
merupakan proses penting yang memiliki pengaruh signifikan pada kekerasan gigi.
Proses remineralisasi dapat terjadi jika pH di netralkan dan terdapat ion Ca 2+ dan PO43-
dalam jumlah yang cukup. Pelarutan apatit dapat menjadi netral dengan buffering, dengan
kata lain Ca2+ dan PO43- pada saliva dapat mencegah proses pelarutan tersebut. Ini dapat
membangun kembali bagian-bagian kristal apatit yang larut.
Tingkat kematangan atau resistensi asam dapat ditingkatkan dengan kehadiran
flouride. Pada saat pH menurun, ion asam bereaksi dengan fosfat pada saliva dan plak
(atau kalkulus), sampai pH kritis disosiasi HA tercapai pada 5,5. Penurunan pH lebih
anjut menghasilkan interaksi progresif antara ion asam dengan fosfat pada HA
menghasilkan kelarutan permukaan kristal parsial atau penuh. Flouride yang tersimpan
dilepaskan pada proses ini dan bereaksi dengan Ca 2+ dan HPO42- membentuk FA (Flouro
Apatit). Jika pH turun sampai dibawah 4,5 yang merupakan pH kritis untuk kelarutan FA,
maka FA akan larut. Jika ion asam dinetralkan dan Ca2+ dan HPO42 dapat ditahan, maka
remineralisasi dapat terjadi.
Selama erupsi gigi terdapat proses mineralisasi berlanjut yang disebabkan adanya ion
kalsium dan fosfat dalam saliva. Pada mulanya apatit email terdiri atas ion karbonat dan
magnesium namun mereka sangat mudah larut bahkan pada keadaan asam yang lemah.
Remineralisasi email gigi terjadi ketika pH lokal yang asam akibat metabolism bakteri
plak kembali naik. Saliva mengandung kensentrasi tinggi ion kalsium dan fosfat yang
berfungsi sebagai bahan baku untuk proses remineralisasi. Asam yang diproduksi oleh
bakteri plak dinetralkan oleh saliva, sehingga pH meningkat dan mineral dapat kembali
dan terjadi remineralisasi. Remineralisasi hanya terjadi karena permeabilitas email pada
fluoride, kalsium, dan fosfat yang didapatkan dari saliva maupun sumber lainnya.Saliva
dan cairan plak memiliki banyak ion kalsium dan fosfat. Saliva mengandung statherin,
sebuhan proline yang kaya peptide yang menstabilisasi ion kalsium dan fosfat dan
mencegah deposisi berlebih ion ini pada gigi. Status dari saliva tersebut menyediakan
kesempatan konstan email meremineralisasi dan membantu memproteksi gigi saat ada
bahan kariogenik. Beberapa penelitian telah menunjukkan pentingnya ion kalsium dan
fosfat dalam proses remineralisasi. Bahan pencegah karies yang ideal harus melepaskan
kalsium dan fosfat dalam rongga mulut. Produsen bahan pencegah karies gigi sekarang
menggabungkan Casein phosphopeptide–amorphous calcium phosphate complexes
(CPP–ACP) dalam komposisi produk mereka untuk membantu remenineralisasi dan
mencegah karies. Casein phosphopeptide dapat memberikan armphous calcium
phosphate dan ACP mengikat dengan email gigi. CPP juga dapat menurunkan jumlah

10
streptococcus mutans karena memiliki kemampuan untuk berintegrasi dalam pelikel. CPP
– ACP merupakan produk olahan susu yang dapat membantu remineralisasi dan
mencegah terjadinya karies gigi. Casein phosphopeptide dapat menghantarkan kalsium
fosfat dan juga dapat membantu ACP sehingga dapat berikatan dengan email gigi. Selain
itu Casein phosphopeptide juga dapat mengurangi jumlah karena memiliki kemampan
untuk berintegrasi dengan pelikel. CPP merupakan peptide yang mengandung unsur -
unsur yang dapat mengikat kalsium

Syarat Remineralisasi
Bila pH berada di atas tingkat kritis untukpembentukan fase mineral masing-masing,
presipitasi tahap ini terjadi (remineralisasi). pH kritis hidroksiapatit sekitar 5,5,
sementara sekitar 4,5 untuk fluorhidroksiapatit. Remineralisasi secara alami akan terjadi
bila pH lebih tinggi dari 5,5.

11
2.3 Faktor Keseimbangan Demineralisasi dan Remineralisasi
1. Faktor gigi
Faktor yang dihubungkan dengan komposisi dan enamel yaitu bentuk kandungan
mineral yang terkandung dalam enamel seperti kandungan protein,calcium,phosfat, dan
fluor, semakin banyak suatu enamel mengandung mineral semakin kuat enamel tersebut
tahan terhadap serangan asam. Enamel tersusun dari bahan kimia yang sebagian besar
terdiri dari hiroxy apatite dan sebagian kecil flourapatite. Diantara kedua susunan
tersebut yang paling kuat tahan terhadap serangan asam adalah fluoroapatite.
Dikarenakan pH kritis untuk fluor apatite pH<4,5 sedangkan pH kritis untuk
Hidroxyapatite sebesar Ph 5-5,5.
2. Faktor agen
Bakteri plak yang ada dalam mulut yang mampu menghasilkan asam, contoh bakteri
plak adalah Streptokokus mutans. Streptokokus mutans mampu melakukan fermentasi
dengan karbohidrat sehingga dalam metabolismenya menghasilkan asam organic.
Semakin banyak bakteri plak di dalam mulut maka semakin banyak asan yang dapat
dihasilkan.
3. Faktor lingkungan
Faktor substrat yang banyak mengandung karbohidrat, sebagai bahan makanan bakteri
plak untuk memproduksi asam. Seperti yang diketahui, orang-orang yang banyak
mengkonsumsi makanan yang banyak karbohidrat terutama sukrosa cenderung
mengalami kerusakan pada giginya. Sebaliknya pada orang-orang yang mengkonsumsi
diet yang banyak mengandung protein dan lemak hanya sedikit mengalami

12
demineralisasi pada gigi. Diet yang dimakan dapat mempengaruhi pembentukan plak
karena membantu pembiakan dan kolonisasi bakteri yang ada pada permukaan enamel,
juga mempengaruhi metabolism bakteri dan plak dengan menyediakan bahan yang
diperlukan untuk produksi asam.
4. Waktu
Proses ini ditentukan oleh komposisi dan jumlah plak yang terdapat pada rongga mulut,
konsumsi gula (frekuensi dan waktu), paparan flouride, kualitas enamel dan respon
imun. Asam dapat menyebabkan hancurnya kristal enamel sehingga dapat
menyebabkan kerusakan pada permukaan enamel. Hal ini dapat terjadi dalam kurun
waktu bulan hingga tahun tergantung pada intensitas dan frekuensi suasana asam terjadi
2.4 Bahan Remineralisasi Agent

a. Fluoride
Mekanisme kerja fluoride pada remineralisasi efektif setelah gigi erupsi. Hal ini
dibuktikan bahwa konsentrasi F dalam plak dan saliva secara simultan menghambat
demineralisasi dan mempercepat remineralisasi, dengan meningkatkan pembentukan
fluoroapatite, yang lebih resisten terhadap asam dibanding hidroksiapatit. Selain itu
meningkatkan remineralisasi melalui ikatan ionik selama pembentukan pelikel plak,
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan metabolismenya. Fluoride dapat
bersifat bakteriostatik maupun bakterisida, tergantung pada konsentrasinya
b. Casein Phosphopeptides (CPP)
Casein phosphopeptides adalah peptida aktif yang banyak ditemukan pada fosfoserin,
yang terdapat dalam protein susu. CPP merupakan agen remineralisasi yang terbaru
digunakan dalam preventive dentistry. Agen ini dapat digunakan sebagai CPP-ACP
(casein phophopeptides with amorphous calcium phosphate) atau CPP-ACFP (casein
phophopeptides with amorphous calcium fluoride phosphate). CPP-ACP menunjukkan
penuruna demineralisasi dan peningkatan remineralisasi pada permukaan lesi karies
dini. Peran utama dari casein phosphopeptides adalah memodulasi bioavailability level
calcium phosphate dengan memelihara supersaturasi ion P dan Ca untuk meningkatkan
remineralisasi. ACP juga mengontrol presipitasi CPP dengan ion Ca dan P. Keuntungan
CPP-ACFP adalah available terhadap ion Ca, P dan F pada proses remineralisasi karies
enamel.
CPP juga terdeteksi memiliki efek antibakterial dan sebagai buffer terhadap plak dan
menghambt pertumbuhan serta perlekatan Streptococcus mutans dan Streptococcus

13
sorbinus. Bila dikombinasikan dengan fluoride, CPP-ACP mempunyai efek lebih
terhadap aktivitas karies. Penggunaan CPP-ACP bersamaan dengan fluoride pada pasta
gigi terbuksi dapat mengurangi demineralisasi disekitar orthodontic brackets dan
meremineralisasi white spots
c. Sugar Substitutes
Xylitol merupakangula pengganti yang banyak ditambahkan dalam permen karet.
Sebuah gula alkohol yang nonfermentable beraksi sebagai carrier atau reservoir utuk
calcium phosphates. Penambahan fluoride bersama xylitol disebutkan mempunyai efek
yang menguntungkan, dengan asumsi kadar F > 0.8 ppm. Xylitol restrains
remineralisasi bila konsentrasi fluoride rendah. Sorbitol merupakan gula pengganti yang
lain yang juga digunakan sebagai pemanis buatan Kemampuan xylitol dan sorbitol
dalam remineralisasi karies dini dikatakan hampir sebanding.
d. Ozone
Ozone merupakan senyawa kimia yang terdiri dari 3 atom oksigen (O3, triatomic
oxygen). Ozone therapy terbukti efektif pada aplikasi dental, termasuk pada
prosthodontics, endodontics, periodontics, surgical procedures, dan preventive
dentistry. Banyak digunakan pada sterilisasi kavitas, root canals, periodontal pockets,
and herpetic lesions. Ozone therapy juga menstimulasi remineralisasi karies dini dengan
periode perawatan 6 sampai 8 minggu.
e. Hydroxyapatite
Carbonate hydroxyapatite nanocrystals, memiliki ukuran, morfologi, komposisi kimia
dan crystallinity yang sebanding dengan dentin, sehingga disebutkan dapat
meremineralisasi enamel. Konsentrasi 10% nanohydroxyapatite optimal untuk
remineralizsasi karies enamel dini. Hydroxyapatite digunakan dalam pastagigi dan pit-
and-fissure sealants. Hydroxyapapite crystals secara efektif berpenetrasi ke dalam
tubulus dentin dan mengobturasi, sehingga dapat menutup tubulus yang terbuka
f. Glass Ionomers
Glass ionomer melepaskan fluor dari bahan restorasi disekitar 1 mm daerah margin.
Glass ionomer juga berinteraksi dengan bakteri untuk kemudian menghambat
pembentukan asam.. Resin-modified glass ionomers dilaporkan lebih resisten terhadap
degradasi permukaan dibandingkan conventional glass ionomer.
g. Pit-and-Fissure Sealants
Pit-and-fissure sealants merupakan material yang sering digunakan dalam preventive
dentistry, karena mempunyai mechanical barrier melawan bakteri yang berkembang

14
didaerah pits dan fissures. Bahan sealants bisa berbahan dasar resin maupun glass
ionomer. Namun bahan resin tidak melepas fluoride, sehingga bahan GI lebih efektif
terhadap pencegahan karies. Penambahan agen remineralisasi seperti fluorides dan
CCP-ACP dapat meningkatkan remineralisasi. Fluoride yang lepas melalui hydrolysis
difusi external dand internal. ACP yang terkandung dalam sealant mempunyai kapasitas
remineralisasi yang lebih besar dalam meremineralisasi permukaan lesi karies.
h. Bioactive Glass
Novamin merupakan bahan bioactive glass yang terbuat dari mineral sintetik yang
mengandung sodium, kalsium, fosfor, dan silica (sodium-kalsium-fosfo- silikat) dimana
semua mineral ini terdapat dalam tubuh manusia. Kandungan mineral sintetis sodium,
kalsium, fosfor, dan silika (sodium kalsium fosfosilikat) berkontak dengan saliva atau
air dan secara langsung akan melepaskan ion sodium, kalsium, fosfor kedalam saliva
yang berfungsi sebagai remineralisasi pada permukaan gigi.
2.5 Syarat Bahan Remineralisasi Agent
a. Bahan harus dapat melepas ion fosfat dan kalsium dalam rongga mulut /
berdifusi dalam ke permukaan supaya remineralisasi dapat bekerja
b. Mencegah pembentukan kalkulus
c. Dapat bekerja pada kondisi saliva sedikit dan lingkungan yang asam
d. Tidak memberikan kelebihan kalsium
e. Bekerja pada pH asam
f. Bekerja pada pasien xerostomic
g. Fluoride yang digunakan tidak melebihi dosis letal manusia yaitu lebih dari 10
mg/bb
2.6 Kegunaan Bahan Remineralisasi
a. Untuk membantu pembentukan email gigi dgn terbentuknya flourapatit. Akan
membuat gigi lbh resisten thp asam dan bakteri dalam rongga mulut.
b. Mempengaruhi metabolism bakteri
c. Menambah atau dapat merangsang remieralisasi shg mampu mencegah proses
karies
d. Menghambat proses aktifitas bakteri
e. Mengembalikan fungsi struktur
f. Menghambat tjdnya demineralisasi
2.7 Mekanisme Kerja Bahan Remineralisasi
1) Hydroxyapatite
Carbonate hydroxyapatite nanocrystals, memiliki ukuran, morfologi, komposisi kimia
dan crystallinity yang sebanding dengan dentin, sehingga disebutkan dapat
meremineralisasi enamel. Konsentrasi 10% nanohydroxyapatite optimal untuk
remineralizsasi karies enamel dini. Hydroxyapatite digunakan dalam pastagigi dan pit-
and-fissure sealants. Hydroxyapapite crystals secara efektif berpenetrasi ke dalam

15
tubulus dentin dan mengobturasi, sehingga dapat menutup tubulus yang terbuka.
2) Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP)
CPP-ACP memiliki kemampuan untuk menstabilkan dan mengikat ion kalsium dan ion
fosfat dalam larutan. Ion kalsium dan fosfat berbentuk struktur kristal dalam pH netral,
namun CPP-ACP menjaga ion kalsium dan fosfat dalam keadaan amorf (tidak
berbentuk). Dalam kondisi ini ion kalsium dan fosfat dapat masuk dalam enamel gigi
dengan cara berdifusi. Konsentrasi ion kalsium dan fosfat yang tinggi dalam plak gigi
dan saliva terbukti dapat membantu remineralisasi dan mengurangi resiko
demineralisasi pada enamel. CPP –ACP akan masuk ke dalam sub permukaan melalui
permukaan enamel yang porus. Saat mencapai lesi sub permukaan, CPP-ACP
melepaskan ion kalsium dan fosfat yang akan mengendap di dalam enamel rod. CPP
memiliki kemampuan mengikat yang tinggi dengan kristal apatit sehingga
meningkatkan proses terjadinya remineralisasi.
Mekanisme antikariogenik yang dihasilkan oleh CPP-ACP merupakan suatu proses
terlokalisasinya ion kalsium dan fosfat pada permukaan gigi, sehingga menjaga proses
buffer oleh saliva. Hal ini membantu mempertahankan keadaan netral pada enamel gigi,
dan akan menurunkan proses demineralisasi, serta meningkatkan remineralisasi
3) Fluoride
Mekanisme kerja fluoride pada remineralisasi efektif setelah gigi erupsi. Hal ini
dibuktikan bahwa konsentrasi F dalam plak dan saliva secara simultan menghambat
demineralisasi dan mempercepat remineralisasi, dengan meningkatkan pembentukan
fluoroapatite, yang lebih resisten terhadap asam dibanding hidroksiapatit. Selain itu
meningkatkan remineralisasi melalui ikatan ionik selama pembentukan pelikel plak,
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan metabolismenya. Fluoride dapat
bersifat bakteriostatik maupun bakterisida, tergantung pada konsentrasinya.
4) Bioactive glass
Tidak seperti bahan anti-karies lainnya, Ion – ion yang dilepaskan oleh bioaktif glass
akan membentuk hydroxycarbonate apatite (HCA) secara langsung tanpa melalui fase
terbentuknya amorphous calcium phosphate intermediate. Partikel – partikel ini akan
melekat pada permukaan gigi, melepaskan ion – ion dan melakukan proses
remineralisasi pada permukaan gigi segera setelah diaplikasikan.
2.8 Kelebihan dan Kelemahan Bahan Remineralisasi
a. GIC
Kelebihan :

16
- Dapat melepas fluor yang sangat berperan sebagai antikaries
- Bersifat biokompatibilitas terhadap jaringan (tidak menimbulkan reaksi
merugikan terhadap tubuh)
- Melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme perlekatannya adalah
secara kimia
Kelemahan:
- Kekuatannya lebih rendah dibandingkan bahan tambal lain sehingga tidak
disarankan untuk digunakan pada gigi yang menerima beban kunyah besar
seperti gigi molar
- Warna tambalannya lebih opaque
- Tambalan ini lebih mudah aus dibanding tambalan lain
b. CPP-ACP
Kelebihan :
- Tidak menimbulkan flourrosis dan dapat menghantarkan ion ke permukaan
email tanpa kristalisasi
- Dapat membantu menetralisir asam dari bakteri asidogenik dalam plak dan
sumber asam secara internal dan eksternal
- Mengurangi resiko demineralisasi email dan membantu proses remineralisasi
email
- Dapat memperbaiki keseimbangan mineral di dalam lingkungan mulut.
- Memberi perlindugan ekstra terhadap gigi.
- Membantu menetralisir asam dari bakteri asidogenik dalam plak dan sumber
asam internal dan eksternal lain.
- Dapat digunakan pada pasien dengan gigi yang abrasi (kerusakan pada bagian
servikal gigi), Xerostomia (mulut kering) , pasien dengan kondisi hipersensitif
dentin
- Sebagai pencegahan terhadap kerusakan gigi karena asam yang dihasilkan
bakteri.
Kelemahan :
- Kelarutannya rendah dalam suasana pH asam yg menyebabkan berkurangnya
kemampuan CCP ACP untuk menahan kalsiun dan fosfat dlm ligkungan asam
- Tidak disarankan pd pasien alergi protein susu karena kandungan casein yang
dapat menimbulkan reaksi alergi
c. Hidroksiapatit

17
Kelebihan :
- Mempunyai sifat dapat berikatan dengan tulang secara baik. Beberapa hasil
penelitian menyebutkan bahwa HA sintetik berpotensi untuk digunakan
sebagai pengganti graft tulang (allogarft dan xenofraft) dengan sifat
biokompatibilitas yang baik terhadap tulang dan gigi.
Kelemahan :
- Bersifat rapuh,
- Tidak bersifat osteoinduktif,
- Sifat mekanik rendah dan ketidakstabilan struktur pada saat bercampur dengan
cairan tubuh atau darah pasien
d. Fissure Sealant
Kelebihan :
- Bahan resin  mampu bertahan lebih lama dan kuat selain itu juga mampu
mengurangi perlekatan koloni S. mutans atau bakteri lain yang ada di dalam
rongga mulut melalui permukaan restorasi resin komposit yang halus. Resin
mampu bertahan lebih lama dan kuat karena memiliki kemampuan penetrasi
yang lebih bagus.
- Bahan ionomer kaca  memiliki kemampuan dalam melepaskan fluor dan
pengaplikasian yang mudah
Kelemahan :
- Adanya penyusutan selama polimerisasi sehingga menimbulkan kebocoran
tepi tumpatan yang membentuk kebocoran mikro
- Pada bahan ionomer kaca kelemahannya yaitu rendahnya daya tekan dan
kekuatan tarik yang dimiliki oleh bahan ini.

18
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Demineralisasi adalah berkurangnya kadar garam-garam anorganik dan mineral pada
tulang atau email gigi secara bertahap. Demineralisasi terjadi karena adanya paparan
asam dari makanan atau minuman dalam waktu yang lama menyebabkan perubahan pH
rongga mulut sehingga permukaan gigi menjadi asam. Demineralisasi dapat terjadi
apabila email berada dalam suatu lingkungan pH di bawah 5,5 sedangkan remineralisasi
adalah proses kembalinya mineral-mineral penting pembentuk gigi, contohnya kalsium
dan fosfat, menjadi ikatan hidroksiapatit pada email gigi yang merupakan proses penting
yang memiliki pengaruh signifikan pada kekerasan gigi.
Terdapat bahan-bahan yang mempunyai sifat mempercepat remineralisasi yaitu
seperti fluoride, Casein Phosphopeptides (CPP), sugar substitute, ozone, hydroxyapatite,
glass ionomer, pit and fissure sealant dan bioactive glass yang masing-masing dari bahan
ini memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

19
3.2 Peta Konsep

20
21
DAFTAR PUSTAKA

1. Arifa, M.K., dkk.2019. Recent Advances in Dental Hard Tissue Remineralization: A


Review of Literature
2. Busman. 2014. Hubungan aplikasi casien phosphopeptide amorphous calcium phosphate
(CPP-ACP) TERHADAP REMINERALISASI GIGI. Jurnal B-Dent, Vol 1, No. 1, Juni2
014 : 18 -23
3. Feherskov. 2008. Dental Caries the Disease and its clinical managnement. UK :
Blackwell Munkgaard
4. Goswami, M. dkk.2012. Latest developments in non-fluoridated remineralizing
technologies Vol 30 No 1
5. Heyman. 1995. Art and Science of Operative Dentistry. USA : Mosby
6. Jeanny Kathleen H. 2017. The Potential of Bioactive Glass (Novamin) and Casein
Peptide Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) on Enamel
Demineralization.Conservative Dentistry Journal Vol.7 No.2 Juli-Desember 2017 :111-
119
7. Kidd, Edwina. 1991. Dasar-dasar Penyakit Karies dan Penanggulannya. Jakarta : EGC
8. Lata S, Varghese NO, Varughese JM. Remineralization potential of fluoride and
amorphous calcium phosphate - casein phosphopeptide on enamel lesion: An in vitro
comparative evaluation. J Conserv Dent 2010; 13(1):42-6
9. Martha Mozartha. 2015. HIDROKSIAPATIT DAN APLIKASINYA DI BIDANG
KEDOKTERAN GIGI. Departemen Dental Material Program Studi Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Cakradonya Dent J; 7(2):807-868
10. Mittal, R., dkk.2017. Remineralizing Agents: A Comprehensive Review
11. Tyagi, S.P,dkk. 2018. An update on remineralizing agents Vol 3 No 3
12. Wiryani, dkk.2016. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 2 No 3 – Desember 2016
Pengaruh lama aplikasi bahan remineralisasi casein phosphopeptide-amorphous calcium
phosphate fluoride (CPP-ACPF) terhadap kekerasan email.
13. Yani Corvianindya Rahayu.2013. PERAN AGEN REMINERALISASI PADA LESI
KARIES DINI. Departement of Oral Biology Faculty of Dentistry University of Jember.
Stomatogantic (J. K. G Unej) Vol. 10 No. 1 2013: 25-30

22

Anda mungkin juga menyukai