Anda di halaman 1dari 44

Imunologi mukosa mulut

Oleh ; Yendriwati, drg., MKes


Imunologi
Ilmu yang mempelajari mekanisme tubuh dalam
mengenali dan menolak substansi asing

Tubuh akan mempertahankan diri atau


mencegah infeksi masuk

Ada 2 mekanisme :
1. Imunitas alami (innate imune/non spesifik)
2. Imunitas adatif (spesifik)
Fungsi utama sistem imun rongga mulut adalah
untuk melindungi :
- Mukosa mulut
- Gingiva
- Gigi
- Rahang
Beberapa jaringan rongga mulut yang berfungsi
sebagai pertahanan :
1. Mukosa rongga mulut
2. Saliva dan kelenjar saliva
3. Cairan krevikular
Istilah
Sitokin  merupakan protein sistem imun yang mengatur
interaksi antar sel dan memacu reaktivitas imun baik
pada imun non spesifik maupun spesifik.
Mempengaruhi dan meningkatkan respon imun non
spesifik
Sitokin dapat juga disekresi oleh makrophag, fibroblas,
sel dendrit, sel mast dan limfosit intra epitel di rongga
mulut.
Mayor Histocompatibility Complex (MHC): sel B
mengenal epitop pada molekul utuh, sedang sel T
mengenal epitop pd fragmen antigen (peptida) yang
diikat oleh molekul pada permukaan APC
Respon Imun Spesifik  dimulai dengan aktivitas
makrofag atau Antigen Presenting Cell (APC) yg
memproses Ag sedemikian rupa  menimbulkan
interaksi dgn sel-sel sistem imun spesifik
• Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor (GM-CSF)
merupakan protein yang disekresikan oleh macrophages, T cells, mast cells,
endothelial cells and fibroblasts
GM-CSF adalah sitokin yang fungsinya sebagai faktor pertumbuhan sel
darah putih.
GM-CSF menstimulasi stem cells untuk menghasilkan granulocytes
(neutrophils, eosinophils, dan basophils) dan monocytes

• Transforming Growth Factor-beta (TGF-beta)


mengontrol proliferasi, cellular differentiation, dan fungsi lain pada sel.
Mempunyai peranan dalam immunity, cancer, heart disease, diabetes, and
Marfan syndrome.
TGF-beta bertindak sebagai faktor antiproliferative pada epithelial cells
normal dan pada tahap awal dari oncogenesis.
MHC class I
- Ada 2 kelas dari major histocompatibility complex (MHC) molecules, class
I and MHC kelas 2. MHC class I molecules ditemukan pada hampir semua
sel nukleat dari tubuh.
Diferensiasi stem sel membentuk sel-
sel sistem imun
Sistem imun pada manusia terdiri atas ; Non
Spesifik dan Spesifik.
1. Non Spesifik/ alami
- merupakan imunitas bawaan (innate immunity)
- respon imun terjadi walaupun tubuh
sebelumnya belum pernah terpapar antigen.
- memberikan respon langsung thd antigen.
- sistem ini tidak selektif semua antigen akan
diserang dan dihancurkan
- tdk memiliki kemampuan utk mengingat infeksi
yang terjadi sebelumnya.
- Contoh : lisozim, sitokin, interferon, laktoferin,
laktoperoksidase, musin, komplemen protein
antibody , sel NK (natural killer)
Contoh :
- bakteri (antigen)
- fagositosis (makrofag, netrofil, monosit)
- menuju antigen dg faktor leukotatik/kemotatik
(yg dilepas oleh bakteri atau sel sel imun).
- Bakteri (opsonisasi) yi dilapisi oleh imunoglobulin/komplemen
agar lebih mudah ditangkap oleh sel sel fagosit.
- Partikel bakteri masuk kedalam sel fagosit (endositosis)
- Bakteri dihancurkan secara oksidasi-reduksi atau oleh lisozim
yg dihasilkan oleh makrofag dan netrofil (gangguan
metabolisme bakteri).

Netrofil, makrofag menghasilkan:


- Lisozim (enzim proteolitik / mukolitik)
- lipase (pemecah lipid pada dinding bakteri TBC
- bakterisidal
2. Spesifik/adaptif
- respon yang di dapat bersifat selektif
- reaksi tdk sama terhadap semua jenis benda
asing
- dapat mengingat infeksi sebelumnya
- membentuk respon (antibody)
- membutuhkan waktu utk mengenal antigen
dalam merespon reaksi
- diaktifkan oleh kekebalan tubuh non spesifik
Contoh : limfoid submukosa (limfosit, makrofag),
limfoid gingiva (sel T, sel B), kel. Lymph ekstra
oral, , limfoid kel.saliva, sel-sel Langerhans.
Aktifasi sistem imun oleh sel dendritik
I. Respon imun oleh mukosa mulut.
Mukosa rongga mulut
Terdiri atas:
Lapisan Stratified squamous epithelium
didukung oleh lamina propria
merupakan barier mekanis untuk
mikroorganisme mulut.
Pelepasan terus-menerus dari epithel
squamous akan membatasi kolonisasi
mikroba di permukaan
Sel epitel oral
Epitel oral juga menghasilkan
membentuk
sebuah jaringan - Sitokintermasuk
interkomunikasi interleukin-1 beta,
dari sistem imun, interleukin-6,
yang sinyalnya - TNF alpha (tumor necrosis
selalu berubah factor alpha),
pada interaksi
yang dinamis. - GM-CSF (Granulocyte
macrophage colony
stimulating factor),
-TGF beta(transforming
growth factor beta) dan
reseptornya dan IL-8.
Bakteri dapat menjadi sebuah stimulus bagi produksi
sel epitel interleukin. Contohnya, IL-6.

Sebaliknya, sitokin eksogen seperti IL-8 meningkatkan


regulasi antigen MHC I dan II melalui sel epitel, yang
kemudian berfungsi sebagai antigen presenting sel.

Sitokin dapat juga disekresi oleh makrophag, fibroblas,


sel dendrit, sel mast dan limfosit intra epitel di rongga
mulut.
Sistem imunitas mukosa berbeda dengan
imunitas yang lain :
- Bersifat menekan imunitas
- Berhubungan langsung dengan
lingkungan luar (bakteri, jamur, virus dan
makanan)
- Antigen –antigen sedapat mungkin
dicegah untuk menempel pada mukosa
dengan pengikatan oleh IgA, barier fisik
dan kimiawi serta enzim-enzim mukosa
3 fungsi utama sistem imun mukosa :
1. Melindungi membran mukosa dari invasi dan
kolonisasi mikroba berbahaya.
2. Melindungi pengambilan (uptake) antigen –
antigen terdegradasi meliputi protein –
protein asing dari makanan, material dari
udara dan bakteri komensal.
3. Melindungi berkembangnya respon imun
terhadap antigen yang berpotensi merugikan
bila antigen tersebut mencapai tubuh.
II. Respon imun pada saliva dan
kelenjar saliva

• Aliran saliva memiliki efek mekanis


membersihkan mikroorganisme dari
mukosa dan permukaan gigi.

• Saliva juga memiliki agen antimikrobial


penting (lihat pada tabel 1).
Agen antimikrobial Aktivitas

SIgA Menghambat adherens bakteri aglutinin.


Menetralisasi virus. IgA merupakan antibodi
utama dalam saliva

Laktoferin Ikatan besi. Bakteriostatik

Lysozime Efektif menghambat Streptococcus mutans

Agglutinins Glikoprotein, mucin, fibronektin, 2-


mikroglobulin, histatin, prolin-kaya protein.

Sistem myeloperoxidase Bakterisid terhadap tiosinad-halida H2O2

Sistem saliva peroksidase Enzim tiosinat H2O2

Komplemen C3 mungkin diperoleh dari cairan sulkus gingiva

Leukosit Lebih dari 98% adalah neutrofil tetapi sampai


50% mungkin tidak bersifat fagositosis
• Isotipe imunoglobulin utama dari sistem sekretory imun
adalah secretory imunoglobulin A (SIgA), merupakan
antibodi terbesar dalam saliva

• Dua molekul imunoglobulin diikat oleh J-chain yang


disintesa oleh sel plasma melalui kelenjar saliva.

• Dimer IgA ini kemudian diikat oleh J-chain ke reseptor


untuk polimerisasi imunoglobulin (pIgR) didalam
membran sel dari epitel kelenjar saliva

• Molekul sIgA saliva, 98% diproduksi dalam kelenjar


saliva, hanya 2% yang berasal dari serum.
• SIgA terutama disintesis lokal didalam kelenjar saliva.
Imunoglobulin A ( Ig A)
- Dibentuk oleh 4 polipeptida
- 2 rantai berat (heavy chain)
- 2 rantai ringan (light chain)
- Terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida
- Merupakan imunoglobulin yg paling banyak
pada saliva.
- Terdapat ± 19 mg Ig A per 100 ml saliva
sedangkan Ig G hanya 1,4 mg/100 ml dan Ig M
kira kira 0,2 mg/ 100 ml.
Gambar 1.
Struktur
Imunoglobulin A
(IgA): dibangun
dari dua rantai
berat (H) dan dua
rantai ringan (L),
dijadikan satu
melalui jembatan
S-S (disulfida)

1 Mei 2010 21
Gambar 2.
Gambaran skematik
pembangunan
sekretori IgA
(SIgA): dua molekul
IgA, disatukan oleh
rantai J dan SC.
Rantai J dan SC
adalah disulfida
yang dihubungkan
bagian Fc dari
molekul IgA. Garis
bergelombang
menggambarkan SC.

1 Mei 2010 22
Sekretory Componen

• SC merupakan polipeptida yang di sintesis


dalam sel-sel epitel dari membran mukosa
• SC menstabilkan struktur polimer IgA dan
melindungi molekul dari serangan
proteolitik didalam sekresi. Rantai J dan SC
disulfida dikaitkan pada fragmen Fc dari
molekul IgA. Setelah dirangkaikan dengan
SC, IgA dilepas ke dalam cairan sekresi
sebagai SIgA.

23
Gambar 3. Transport SIgA di dalam kelenjar saliva. IgA dan
rantai-J disintesis di dalam limfosit-B, dikelompokkan menjadi
dimer dan dikeluarkan. Pengikatan pada komponen sekresi sel-
sel sekresi bersifat endositosis, transport intraseluler dan
penyerahan ke lumen untuk selanjutnya diangkut ke rongga
mulut.
24
Fungsi Biologis Secretory IgA

• S IgA dianggap sebagai pertahanan pertama


melawan patogen yang berkolonisasi di
permukaan
1. Menghambat Perlekatan Bakteri
Dianggap sbg mekanisme pertahanan paling penting.
Menghambat perlekatan dengan mencegah interaksi
nonspesifik dan interaksi stereokemikal,yi dgn:
 Ikatan S IgA ke adhesin mengurangi daerah
permukaan bermuatan negatif  membatasi
potensial ikatan ion.
 Mengurangi hidrofobisitas bakteri  membatasi
interaksi hidrofobik bakteri dengan reseptor pada
host
 Menghalangi ikatan adhesin ke
permukaan reseptor pada permukaan host.
 Melawan perlekatan fimbriae gonokokus
dan Enterobactericeae
 Merusak perlekatan bakteri dengan
mengaglutinasi bakteri  membantu
pembersihan dengan sekresi
2. Inaktivasi enzim dan toksin bakteri

 S IgA menetralkan toksin bakteri


dengan menghalangi ikatan toksin tsb
ke sel reseptor.

 S IgA juga menghambat variasi enzim


dengan menghalangi ikatan enzim tsb
ke substrat atau merusak
keseimbangan enzim-substrat.
3. Bekerjasama dengan mekanisme
pertahanan lainnya
• Interaksi bagian Fc IgA dengan
laktoperoksidase menstabilkan reaksi
enzimatis dan aktivitas antimikrobial
laktoperoksidase
• S IgA dapat meningkatkan efek bakteriostatis
laktoferin
4. Netralisasi Virus
 Kehadiran S IgA pada sisi kontak awal antara
virion dan sel host  menghambat
perlekatan virus
 Menghambat proses perkembangan virus : fusi,
internalisasi,dan perlekatan

5. Aktivasi komplemen
Kemampuan S IgA untuk mengaktivasi
komplemen masih merupakan kontroversi.
Karena S IgA kurang mampu mengaktivasi
komplemen dan komplemen dalam sekresi
terbatas  mungkin sistem imunologik di
perm.mukosa terbatas
6. Fungsi IgA sebagai Sel Mediasi

Reseptor bagian Fc IgA tampak pada beberapa


tipe sel: PMNs, monosit, makrofag,
eosinofil,dan limfosit.
Dgn mengatur pelepasan mediator inflamasi
 mempengaruhi perkembangan inflamasi
kronis yg disebabkan mikroba patogen.
7. Pelepasan Imun
 Membatasi penetrasi antigen ke epitelium
mukosa.
 Pengikatan antibodi S IgA dgn antigen 
pelepasan antigen.
 Imun kompleks SIgA yg dibentuk di lamina
propria berikatan dgn reseptor  ditransport
di sepanjang epithel
MEKANISME PERTAHANAN IMUN
DAN NON IMUN SALIVA
SALIVA
Pembersihan secara mekanik
Kerja otot lidah, pipi dan bibir 
mempertahankan kebersihan sisi-sisi mulut
dibantu oleh saliva dgn penambahan lubrikasi
pada pergerakan selama berbicara, mengisap
dan menelan yg memungkinkan tertelannya
bakteri, lekosit, jaringan dan sisa2 makanan ke
dalam perut
LISOZIM ATAU MURAMIDASE
Lisozim merupakan suatu protein kation
yang kecil, berada pada sebagian besar
cairan-cairan tubuh diantaranya pada
saliva.
Lisozim saliva mewakili enzim untuk
pertahanan imun saliva non-spesifik
Pencernaan lisozim pada dinding sel diisolasi dari suatu sel
bakteri Gram positif

Dinding sel bakteri ( tdd


peptidoglikan) yang masih utuh

Lisozim memecah struktur dinding sel


bakteri dengan memecah ikatan antara N-
asetil glukosamin dan N-asetil muramik
dinding sel bakteri dinding sel ruptur →
tekanan osmosis > di luar sel

Cairan intra sel keluar → dinding


sel mengecil/keriput → bakteri lisis
Enzim yang menunjukkan aktivitas bakteriosid
dengan memecah ikatan antara N-asetil
glukosamin dan N-asetil muramik dinding sel
bakteri

NAM dihubungkan
pada NAG oleh
ß(14) ikatan
glikosidik
Peroksidase
Enzim yg labil terhadap panas ditemukan dalam
saliva yang dgn adanya ion thiosianat dan hidrogen
peroksida mematikan Laktobasilus asidofilus
dengan menghambat pengambilan lisin dan
menginaktifkan beberapa streptokokus dengan
menghambat enzim glikolisis
Laktoferin
Protein yg stabil terhadap panas yang ditemukan
dalam saliva dan air susu
Mempunyai efek bakteriostatik pada spektrum
jasad renik yang luas dan akan memberikan efek
dengan cara mengosongkan lingkungan zat besi
pada konsentrasi yang akan menggagalkan
pertumbuhan bakteri
III. Sistem imun pada sulkus gingiva(CSG)
- Berasal dari serum darah yg terdapat dalam
sulkus gingiva dalam keadaan sehat maupun
meradang
- Komponen darah humoral dan selular 
melindungi permukaan gigi dan epitel dalam
rongga mulut melalui aliran cairan menembus
perlekatan dari gingiva
Pembentukan CSG
- Komponen selular & humoral dari darah dapat
melewati epitel perlekatan yang terletak pd celah
gingiva dalam bentuk CSG
- CSG mengalir secara terus menerus melalui epitel dan
masuk ke sulkus gingiva dengan aliran yg sangat
lambat, 0,24-1,56 μl/menit pd daerah yg tidak
mengalami inflamasi.
- Aliran akan  pada gingivitis dan periodontitis
- Cairan mengalir dari kapiler menuju ke
jaringan sub epitel, terus ke epitel
perlekatan.
- Dari sini cairan disekresikan dalam bentuk
CSG bercampur dengan saliva di dalam
rongga mulut
- Kegunaan volume CSG  membantu dalam
mendiagnosis status periodontal
- Aliran CSG akan bertambah besar pd gingivitis
karena adanya pertambahan permeabilitas
pembuluh vaskuler.
- Hal ini telah dibuktikan  dengan memberikan
rangsangan yang dapat menimbulkan
peradangan marginal gingiva didapatkan
adanya pertambahanan cairan disekitar gigi
tsb.
Pencegahan terhadap karies

Hancock dkk  CSG mempunyai aksi mekanis


dan pertahanan terhadap bakteri dan benda
asing lainnya
Carranza  mendukung teori tsb dgn
mengatakan bhw CSG berfungsi untuk
membersihkan sulkus dari materi-materi
patogen
Grant dkk  bila bakteri atau benda asing
tertentu masuk ke sulkus ggv segera akan
lenyap dari sulkus krn keluar oleh aliran CSG
McGehee berpendapat  pada gingiva yg sehat
CSG bersifat alkali sehingga dapat mencegah
terjadinya karies gigi pada permukaan enamel
& sementum yg halus.

Sifat ini disebabkan oleh daerah mikrosirkulasi


setempat bersifat alkali.  menunjang
netralisasi asam yang dapat ditemukan dalam
proses karies di area gingival margin

Anda mungkin juga menyukai