Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

WIRADYANTI.M
PO 714261192.028
KELAS C.ALIH JENJANG

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ..............................................................................................
1.2. Rumusan masalah ..............................................................................................
1.3. Tujuan Study Literatur ..............................................................................................
1.4. Manfaat ............................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kebudayaan .............................................................................................
2..2 Aspek budaya yang mempengaruhi Status kesehatan Dan Prilaku Kesehatan .........
2.3 Budaya Penyirih .............................................................................................
2.4 Komposisi Campuran Menyirih .................................................................................
2.5 Jaringan Periodontal .............................................................................................
2.6 Penyebab terjadinya Penyakit Periodontal .........................................................
2.7 Dampak negatif mengkomsumsi Daun sirih .........................................................
2.8 Pengaruh Budaya Makan sirih Terhadap Jaringan Periodontal ................................
2.9 Kerangka Pikir .................................................................................................................
2.10Ringkasan Kerangka Pikir ................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .........................................................................................................
3.2 Metode Pengumpulan Data ..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berdasarkan hasil dari RISKESDAS Nasional ( Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
pada bidang Kesehatan gigi dan Mulut, Penduduk Indonesia hanya 2,8 % yang menyikat gigi
dengan benar yakni 2 kali sehari pada pagi hari dan malam hari,sedangkan prevalensi
penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut adalah sebanyak 57,6% , menurut data
dari RIKESDAS provinsi Sulawesi Selatan adalah merupakan provinsi yang banyak memiliki
masalah gigi dan mulut yang cukup tinggi sekitar 69%, jika dibandingkan lebih tinggi dari
prevalensi nasional yang hanya 57,6%. Adapun data prevalensi penduduk yang mempunyai
kesehatan gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir sebanyak 70,5 % ( Kemenkes RI,2018)

Sekarang ini masih banyak masyarakat yang belum sadar tentang pentingnya menjaga
Kesehatan gigi dan mulut sehingga agar dapat terlihat sehat dan terawat,Sebagian masyarakat
baru akan merasakan pentingnya mempunyai gigi yang sehat apabila sudah merasakan yang
namanya sakit gigi. Penyakit infeksi pada gigi dan gusi masih banyak dijumpai dimasyarakat
Indonesia saat ini,gigi dan gusi yang tidak sehat dapat menjadi sumber infeksi yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit pada bagian tubuh yang lain , gigi yang terinfeksi
disebabkan oleh gigi yang berlubang, tempat bersarangnya bakteri streptococus jika dibiarkan
tidak terawat akan berlanjut lebih parah, pulpa yang berisi pembuluh darah dan saraf akan
menjadi mati sehingga akan terjadi peradangan kronis,berbau busuk dan ini merupakan
sumber infeksi yang paling parah karena akan menjalar dibagian tubuh yang lain sehingga
menimbulkan berbagai penyakit, (Sariningsih,2014)

resiko yang biasa ditimbulkan jika terjadi infeksi pada penyakit lain diantaranya fokal
infeksi dari penyakit tonsilitis,faringitis dan lain sebagainya. Oleh karena itu tindakan
pencegahan sangat penting dilakukan agar tidak terjadi gangguan fungsi, aktivitas serta
penurunan produktivitas kerja yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya (Sriyono, 2009
cit lumbantoruan dan halawati,2016). Salah satu sumber infeksi yang biasa dilakukan nenek
moyang kita bahkan beberapa daerah masih melakukannya dan menganggap sebagai tradisi
turun temurun yakni menginang biasa dikenal dengan Menyirih yang artinya suatu kegiatan
mengunyah daun sirih ataupun tidak tanpa bahan tambahan lainnya. Ini dapat dihubungkan
dengan kebiasaan,pola pikir dan faktor lingkungannya (Sharan,et al.,2012 cit Riva Ismayanti ,
2019)
Makan sirih merupakan sesuatu yang melengkapi struktur kebudayaan dan sangat erat
dengan kebiasaan yang terjadi pada masyarakat daerah tertentu,International Agency for
Research on Cancer (IARC) mengatakan bahwa menginang/menyirih akan berdampak pada
kesehatan dan dapat menyebabkan kanker. Menyirih merupakan suatu tradisi masyarakat
tertentu dilengkapi dengan komposisi dasar yakni biji buah pinang , daun sirih, kapur,
gambir dan tembakau bahan ini sebagai pelengkap bahkan sebagian masyarakat
menambahkan papermint,kapulaga,cengkeh,pewangi dan parutan kelapa. Komposisi ini
dibungkus dengan Daun sirih kemudian di kunyah- kunyah (Ritonga,dkk 2017) Menurut
peneliti Ridzuan mengatakan bahwa campuran bahan – bahan menyirih terdiri dari daun sirih
(piper betle), Pinang (areca nut), gambir (Uncaria gambir), kapur( Calsium hydroxide) dan
tembakau (Tobacco). (Ritonga,dkk 2017)

Di negara Indonesia,menyirih diwariskan secara turun temurun dan merupakan tradisi


yang masih banyak dilakukan oleh semua lapisan masyarakat dipedesaan maupun
diperkotaan diberbagai kalangan usia berdasarkan sejarah lampau, hanya saja tradisi ini sudah
perlahan lahan mulai ditinggalkan oleh generasi muda dan masih masih banyak dilakukan
oleh beberapa orang tua kita. Tradisi menyirih ini bahkan digunakan sebagai bahan untuk
menjamu para tamu – tamu yang baru berkunjung didaerah tertentu dan merupakan sebagai
wujud persahabatan, bahan ini akan disuguhkan kepada tamu – tamu pada acara bersifat
kekeluargaan atau acara keadatan –adatan, selain daripada itu menginang / menyirih dapat
juga digunakan untuk membuka percakapan untuk setiap pertemuan, menyirih ini sebagai
bentuk penghargaan dan dapat mempererat tali persaudaraan.

Memakan sirih mempunyai nilai tersendiri di dalam kalangan masyarakat, ini dapat
memberikan makna bahwa kegiatan sirih menyirih jika selalu didapat didalam rumah maka
rumah ini akan selalu ramai dan memiliki banyak teman dan sering dikunjungi oleh para
tamu karena kegiatan sirih menyirih sering dilakukan pada saat kita berkumpul
bersama,didalam setiap kegiatan atau acara adat menyirih selalu menjadi suguhan utama
sebagai pembuka percakapan (Kamisorei Dan Devy,2018 cit Ismawati,dkk 2019). Beberapa
tempat sebahagian penduduk menggunakan sirih karena beberapa faktor seperti pekerjaan
dan pertimbangan ekonomi (Ritonga,dkk 2017)

Karena untuk melakukan hal tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal dan
harganya sangat terjangkau bagi kalangan masyarakat. Sejak tahun 2000 kebiasaan menyirih
ini telah dimulai didaerah Asia Selatan,Asia tenggara dan Pasifik Selatan, daun Sirih ini
mengandung unsur psikoaktif terbesar keempat setelah kafein, nikotin dan alkohol
( Tandiarrang , 2015). Menurut Peneliti yang dilakukan oleh Garish Parmer mengatakan
bahwa tingginya pengaruh menyirih pinang akan menderita pendarahan gusi, bau nafas,
kesulitan dalam membuka mulut dan menelan makanan yang padat, terasa terbakar pada
jaringan lunak dan luka bernanah pada rongga mulut ( Rotinga,dkk 2017)

Dalam kalangan masyarakat Indonesia sudah lama mengenal bahan penyirih. Para
dahulu kala orang tua kita sangat mempercai bahwa kegiatan menyirih dapat memperkuat
gigi, menyembuhkan luka kecil dimulut, mengobati gigi yang sakit dan dapat menghilangkan
bau mulut .Kepercayaan ini dapat memperkuat gigi karena merupakan pada sifat antibakteri
dari bahan yang digunakan untuk menyirih (Kamisorei & Devy,2018 cit Ismawati,dkk 2019).
Tanaman sirih ini tumbuh secara merambat yang cukup cantik dan dapat dijadikan tanaman
hias,tumbuh dengan mudah,dan biasanya tumbuhan ini melilit dengan tanaman lain dan tidak
menganggu tanaman yang ditumpanginya,karena tanaman sirih bukan tanaman
parasit,tanaman ini juga mempunyai banyak khasiat dapat mengobati berbagai macam
penyakit

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. Aisha Wall dkk di Pakistan mengatakan
bahwa kebiasaan menyirih saat ini merupakan adanya issu yang beredar yang perlu
mendapatkan perhatian lebih apalagi pada masyarakat didaerah terpencil dan sangat terpencil
karena kemiskinan dan kurangnya kesadaran diri merupakan faktor penyebab kebiasaan
menyirih, ini ditunjukkan karena menurut data ada 24 % lebih banyak dialami oleh wanita
sedang 16% yang dialami oleh pria ( Arini,2013)

Dilihat dari sisi Kedokteran gigi, kebiasaan mengunyah sirih dapat menyebabkan
penyakit periodontal. Dari (±73,50%) dan sebesar 4-5 % penduduk Indonesia mengalami
penyakit periodontal dan merupakan penyakit kedua terbanyak dialami dimasyarakat,jika
dibiarkan penyakit periodontal dapat menyebabkan gigi goyang dan lepas (Arini 2013).
Dilihat dari segi Secara umum, penyakit periodontal dibagi menjadi 2 kategori utama
yaitu penyakit dengan gingivitis dan periodontitis, yang paling sering ditemukan adalah
gingivitis, dimana Gingivitis merupakan suatu bentuk penyakit gusi yang menyebabkan gusi
meradang sedangkan yang dimaksud dengan periodontitis adalah Suatu infeksi gusi serius
yang dapat merusak gusi dan dapat menghancurkan tulang rahang, periodontitis umumnya
dapat terjadi tapi dapat dicegah dengan menjaga kebersihan mulutnya,jika kebersihan
mulutnya buruk dapat membuat gigi tanggal dan periodontitis juga merupakan faktor yang
sangat beresiko untuk penyakit jantung dan paru – paru (google).
Memakan sirih mempunyai efek terhadap gingiva, gigi, dan mukosa mulut, Adapun
efek yang paling sering ditimbulkan dari segi positifnya adalah dapat menghambat proses
pembentukan karies, sedangkan dari segi negatinya dari makan sirih terhadap gigi dan
gingiva adalah dapat menyebabkan timbulnya Stein (warna yang melengket pada permukaan
gigi karena adanya perlekatan warna makanan,minuman ataupun kandungan nikotin), selain
itu dapat pula menyebabkan penyakit periodontal pada mukosa mulut, sehingga timbul lesi-
lesi pada mukosa mulut,oral hygiene buruk dan pada mukosa lidah timbul atropi otot(kaku
pada lidah).
Beberapa efek buruk bagi pengguna sirih yang sangat merugikan karena didalam
penggunaannya adanya kapur didalam ramuan sirih yang menyebabkan suasana basa dalam
mulut,sehingga timbul adanya Kalkulus yang melekat erat pada gigi, juga adanya Silikat yang
terdapat dalam daun tembakau dan pada saat kita mengunyah dalam waktu terlalu lama dapat
mengikis element gigi sampai gingiva secara berangsur – angsur (Arini 2013)
Suku Toraja merupakan Suku yang berada dipegunungan dibagian Utara Sulawesi
selatan, dimana suku ini sangat unik dan sudah terkenal dengan kebiasaan menyirihnya,di
Toraja pemandangan dalam hal menyirih ini sudah tidak lazim lagi apalagi kaum ibu, di
Toraja menyirih dikenal dengan sebutan Ma’Pangan (dalam bahasa daerah setempat) bukan
hal yang asing lagi, Sebagian besar setiap hari kita dapat melihat ibu – ibu melakukan
kegiatan menyirih, dan sebagian kecil laki –laki terlihat melakukan sirih juga apalagi dalam
kegiatan acara adat Rambu Solo (Upacara Kematian Masyarakat Tana Toraja) dan Rambu
Tuka (Pesta pernikahan dan Ulang tahun)
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh budaya penyirih terdapat status kesehatan periodonta?
2. Bagaimana pengaruh lama menyirih dengan terjadinya kesehatan periodontal?
3. Bagaimana pengaruh frekuensi menyirih dengan Kesehatan Periodontal?
1.3 TUJUAN STUDY LITERATUR
Untuk mengetahui pengaruh budaya , lama dan frekusnsi menyirih sehingga dapat merusak
jaringan periodontal dari hasil penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan oleh peneliti.
1.4 MANFAAT
Penulisan ini diharapkan agar dapat memberikan masukan dan berguna bagi ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan gigi dan mulut yang ada kaitannya dengan jaringan
periodontal dan akibat buruk dari kebiasaan menyirih
1. Manfaat Bagi Penulis
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh budaya , lama dan
frekuensi menyirih terdapat status kesehatan Periodontal
2. Manfaat Bagi Instansi
Dapat menambah referensi bacaan di perpustakaan Poltekkes Kemenkes Makassar
Jurusan Keperawatan Gigi yang berhubungan dengan Pengaruh Budaya, , lama dan
frekuensi menyirih terhadap status kesehatan jaringan periodontal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN KEBUDAYAAN

Budaya atau kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan
akal manusia yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu budhaya, yang merupakan bentuk
jamak dari budhi berasal dari kata Budh (Budhi), sehingga Kebudayaan diartikan sebagai
hasil Pemikiran atau Akal Manusia,dan beberapa pendapat mengatakan bahwa kebudayaan
itu berasal dari sedangkan daya adalah Perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani,sehingga
kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil dari akal adan ikhtiar manusia (Supartono,
2001:Prasetya,1998 cit Sarina ,2019)

Didalam masyarakat kebudayaan dapat diartikan sebagai the general body of the Art
yang artinya seni dalam satra,musik,pahat dan rupa,pengetahuan filsafat atau bagian bagian
yang indah dari kehidupan manusia,jadi kesimpulan yang didapat kebudayaan adalah hasil
buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup,segala sesuatu yang diciptakan
manusia baik yang kongkrik maupun yang abstrak.

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,tindakan dan hasil karya manusia


yang telah tersusun dalam kehidupan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara
belajar. Berikut rincian sebagai berikut :

1. Kebudayaan Adalah Segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan oleh manusia itu
sendiri,misalnya
a. Benda – benda ciptaan manusia, misalnya Alat – alat perlengkapan hidup, ini
termasuk dalam Kebudayaan Material/Jasmaniah ,
b. Semua hal yang dapat dilihat dan diraba,misalnya Religi,bahasa dan ilmu
Pengetahuan ,ini termasuk dalam Kebudayaan non material /Rohaniah.
2. Bahwa Kebudayaan itu dapat diperoleh dari dengan cara belajar dan tidak diwariskan
secara secara generatif (biologis),
3. Bahwa Kebudayaan itu dari masyarakat,tanpa masyarakat ,bagi manusia sukar untuk
membentuk suatu kebudayaan sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin munusia
baik secara individual maupun masyarakat ,dapat mempertahankan kehidupannya,
4. Jadi Kebudayaan itu adalah Kebudayaan Manusia,dan hampir semua tindakan
manusia termasuk kebudayaan, dan tidak perlu dilakukan / dibiasakan dengan cara
belajar,misalnya tindakan atas dasar naluri dan gerak reflek (Supartono,
2001:Prasetya,1998 cit Sarina ,2019)

Dari penjelasan diatas tentang Kebudayaan kita dapat membedakan perbedaan


budaya dan kebudayaan secara singkat,bahwa budaya itu merupakan akal budi (cipta
bathin) suatu masyarakat, sedangkan Kebudayaan merupakan hasil kegiatan dan
penciptaan budaya masyarakat tersebut.

2.2 ASPEK BUDAYA YANG MEMPENGARUHI STATUS KESEHATAN DAN


PRILAKU KESEHATAN
Menurut G.M Foster (1973),Aspek budaya dapat mempengaruhi Kesehatan Antara
lain:
1. Pengaruh tradisi
Beberapa tradisi masyarakat yang dapat berpengaruhi negatif terhadap kesehatan
masyarakat ,sebagai contoh yang sering terjadi disekeliling kita diantaranya :
a. budaya patriarki di Indonesia biasa disebut dengan dominasi laki-laki di
dalam keluarga, ini sangat mempengaruhi angka kematian ibu, karena
Seringkali terjadi keterlambatan dalam pengambilan keputusan sehingga
terlambat mendapat penanganan dan terlambat dibawa kepusat kesehatan

b. Contoh lainnya dalam suatu daerah yang mempengaruhi pola perilaku


masyarakat yang berdampak pada kesehatan yakni kebiasaan dalam
mengunyah makanan didalam mulut dengan tujuan untuk melumatkan
kemudian diberikan kepada bayi. Hal ini dapat membawa risiko besar bagi
bayi yang diasuhnya, karena mengingat di dalam mulut orang dewasa banyak
berkembang kuman dan sangat berbahaya jika kuman tersebut sampai masuk
ke dalam tubuh bayi.

Oleh karena itu menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
dr. Anung Sugihantono, M.Kes, bahwa faktor budaya dan perilaku sangat erat kaitannya
dengan persoalan kesehatan,oleh karena budaya dan perilaku juga bisa menjadi faktor
pendukung dan menjadi menjadi hambatan (tantangan) bagi kesehatan (sehat
negeriku.kemkes.go.id),

3. Pengaruh sikap fatalistis


Sifat Fatalistis juga dapat mempengaruhi kesehatan,sebagian orang
beranggapan bahwa anak adalah titipan tuhan ,sakit dan mati adalah takdir Tuhan,
oleh karena itu sebagian masyarakat kurang berusaha untuk mencari pertolongan
jika anaknya sakit,
4. Pengaruh sikap ethnocentris
Sikap ethnocentris merupakan sikap yang memandang kebudayaannya
sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain contoh
pemakaian koteka yang dilakukan oleh masyarakat papua pedalaman, jika dilihat
dari masyarakat yang bukan dari Papua memakai koteka adalah hal yang
memalukan,tapi dari segi masyarakat Papua menggunakan koteka adalah
kewajaran bahkan suatu kebanggaan tersendiri,
5. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Contohnya : Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu,
sangat menolak makan daun singkong,walaupun meraka tau kalau daun singkong
mengandung banyak gizi dan vitamin tinggi,setelah diselidiki mereka
beranggapan bahwa makanan daun singkong itu pantas buat makan kambing
saja,oleh karena itu mereka menolak makan daun singkong karena statusnya,
mereka tidak mau disamakan dengan kambing,
6. Pengaruh norma
Upaya dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami
hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter(laki-laki)
yang memberi pelayanan dengan ibu hamil sebagai pengguna pelayanan,
7. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap terhadap prilaku
kesehatan,nilai tersebut ada yang menunjang ada juga yang merugikan
kesehatan,contoh hal yang merugikan kesehatan adalah penilaian terhadap beras
putih dan beras merah.walaupun masyarakat mengetahui bahwa beras merah
mempunyai banyak vitamin dan banyak mengandung vitamin B1 jika
dibandingkan dengan beras putih ,masyarakat lebih suka memakan beras putih
karena mereka menilai beras putih lebih enak dan lebih bersih (Supartono,
2001:Prasetya,1998 cit Sarina ,2019).
2.3 BUDAYA PENYIRIH
Penyirih merupakan suatu bentuk kebiasaan - kebiasaan yang dilakukan secara turun
temurun yang dilakukan dimasyarakat. Menyirih merupakan suatu proses mencampur
campuran dari bahan-bahan yang terpilih kemudian dibungkus didalam daun sirih kemudian
dikunyah dan dimasukkan kedalam mulut, Proses mengunyah sirih ini di akhiri dengan
menggosokkan segumpalan tembakau pada gigi untuk meratakan hasil menguyah sirih
dengan cara diselipkan didalam pipi sebelah kiri dan kanan untuk dihisap hisap. Kebiasaan
menggosok inilah yang diyakini sebagai pengganti gosok gigi karena fungsi menyusur
sebagai pembersih gigi dan mengunyah sirih dapat memperkuat gigi (Mulyono, dkk,. 2008 cit
Gipayanti A,dkk 2019) menyirIh dilakukan dengan cara yang berbeda dilakukan dari negara
yang satu ke negara yang lain dan satu daerah kedaerah yang lain dalam suatu negara,
Komposisi terbesar relatif konsisten, yang terdiri dari biji buah pinang (areca catechu), Daun
sirih (piper betle leaves), Kapur (kalsium hidroksid) dan Gambir (uncaria gambir) secara
bersama-sama (Samad, 2013 cit Nguru, 2019).
Salah satu Efek menyirih terhadap gigi dari segi positifnya yaitu menghambat Proses
pembentukan karies, sedangkan dari efek negatif dari menyirih adalah terhadap gigi dan
gingiva dapat menyebabkan timbulnya stein ( warna yang menempel pada permukaan gigi ),
selain itu menyirih dapat menyebabkan penyakit periodontal dan timbulnya lesi - lesi pada
mukosa mulut, buruknya oral hygine, dan dapat menyebabkan atropi (kaku )pada mukosa
lidah (Dondy, 2009 cit Syafrina 2019).
2.4 KOMPOSISI CAMPURAN MENYIRIH
Berdasarkan kandungan utamanya, campuran dalam menyirih adalah kombinasi campuran
dari daun sirih (Piper Betle), Buah pinang, gambir (Uncaria Gambir), dan kapur,dibeberapa
daerah juga menambahkan tembakau dalam menyirih.( Samad dan Natamiharja L., 2013 cit
Arniati 2014).
Komposisinya antara lain :
1. Daun Sirih (Piper Betle)

Gambar Daun sirih


Nama lain dari Sirih biasa disebut dengan Piper betle Linn merupakan tanaman yang
mudah ditemukan di sekitar lingkungan kita, Panjang sirih sesuai umurnya, ditanam
diatas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropis, dan
memerlukan air yang cukup agar tumbuh dengan subur.( Arniati,2014)
Adapun ciri - ciri dari daun sirih antara lain:
a. Tumbuh dengan cara merambat mencapai tinggi 15 meter,
b. Batang sirih berwarna coklat kehijauan,
c. Berbentuk bulat,
d. Beruas dan
e. Merupakan tempat kluarnya akar.
f. Daun sirih mempunyai bentuk seperti jantung,
g. Cabang daun sirih bersifat tunggal atau satu-satu dan
h. Tumbuh berselang-seling,
i. Bertangkai dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas.
j. Panjang daun sirih 5-8 cm dengan lebarnya 2-5 cm.( Syafrina,2019)
Sekarang ini masih banyak Masyarakat sering menggunakan daun sirih untuk
obat karena terdapat minyak antibakteri adalah katekin dan tannin yang merupakan
senyawa dari polifenol. Dan adanya banteri Dari streptococcus mutans untuk
mencegah terjadinya karies gigi . beberapa peneliti melaporkan bahwa pengunyah
sirih dapat memberikan pengaruh yang menyenangkan pada penggunyahnya seperti
efek euphoria (perasaan nyaman atau gembira) karena adanya efek stimulasi pada
lidah dan juga dapat menghilangkan rasa lapar. Pada mulanya dahulu kala efek dari
menyirih tidak lain adalah untuk penyedap mulut. tetapi kebiasaan ini terus berlanjut
sehingga penyirih mempunyai kesenangan tersendiri dan terasa nikmat sehingga sulit
untuk dilepaskan. Fungsi lain dari menyirih adalah menyangkut tentang pergaulan dan
tata nilai pada kemasyarakatan. Hal ini tercermin pada kebiasaan menyirih, dan
merupakan bagian hidangan penghormatan untuk para tamu ,pengobatan
tradisional,adat istiadat serta kepercayaan dan agama(nguru,2019)
Sirih merupakan tanaman yang banyak terdapat di Indonesia yang banyak
tumbuh dan merambat pada pohon lain. Sirih selain dikenal didalam acara adat juga
digunakan dalam pengobatan Herbal, Sirih (Piper betle Linn) yang dikenal dalam
masyarakat sebagai pengobatan tradisional, antara lain untuk sariawan, mimisan, bau
badan, batuk, gusi bengkak, dan radang tenggorokan
2. Buah Pinang
Gambar Buah Pinang

Pinang dalam bahasa ilmiah disebut juga dengan Areca catechu, Pinang
merupakan suatu jenis tanaman Kelapa dari family Arecaeae yang ditemukan dan
tumbuh di daerah Pasifik, Asia, dan Afrika bagian timur,Tiongkok dan India. Pinang
juga dapat tumbuh 10-30 meter dan buahnya akan berwarna hijau ketika masih
muda, berubah menjadi kuning dan merah setelah matang/masak. Pinang (Areca
catechu), merupakan komponen utama dari sugi sirih (quid). Mengunyah biji pinang
merupakan aktivitas populer dari jaman dahulu,dan bahkan dalam kalangan
masyarakat suatu pedesaan masih sering melakukannya, Zat yang terkandung
didalam buah pinang ternyata mampu memberikan rangsangan pada sistem saraf
pusat dan jika di padukan dengan daun sirih akan menimbulkan efek euforia ringan,
selain itu biji pinang dapat berkhasiat dapat menghentikan pendarahan dan
mengencangkan gusi sama seperti khasiat daun sirih,pinang dapat gunakan sendiri
maupun bersama dengan bahan lain misalnya gambir,kapur dan bahan rempat
lainnya dan dibungkus didalam daun sirih sebagai campurannya
Pinang banyak sering ditanam dihalaman rumah baik sebagai tanaman herbal
maupun tanaman hias karena pinang merupakan tanaman yang sudah dikenal
didalam masyarakat secara luas.Jenis pinang adalah semua tanaman yang tergolong
dalam family palmae,Tanaman tumbuh baik diindonesia karena mempunyai iklim
tropis.
Kandungan pada Buah Pinang
Menurut penelitian para ahli”The Merck Index”, khasiat yang diberikan oleh
biji pinang tersebut berasal dari zat-zat yang terkandung dalam biji pinang sendiri.
Salah satunya adalah Arecoline yang merupakan sebuah ester metil-tetrahidrometil-
nikotinat yang berwujud minyak basa keras. Senyawa lain yang terkandung dalam
biji pinang adalah Arecaidine atau arecaine, Choline atau bilineurine, Guvacine,
Guvacoline dan Tannin dari kelompok ester glukosa yang mengandung beberapa
gugusan pirogalol. Sifat astringent dan hemostatik dari zat tannin inilah yang
berkhasiat untuk mengencangkan gusi dan menghentikan perdarahan (Anonim, 2011
cit syafrina ,2019). Dari sekitar 460 ragam tanaman pinang setidaknya terdapat 5
jenis yang paling banyak dipelihara yaitu:
a. Pinang Merah

b. Pinang Hutan

c. Pinang Irian

d. Pinang Biru

e. Pinang kelapa

3. Gambir (Uncaria Gambir)


Gambar buah Gambir

Gambir berasal dari ektrak remasan daun dan ranting yang merupakan sejenis
getah yang dikeringkan biasa disebut juga dengan Uncaria Gambir,Gambir adalah
sejenis tanaman Tropis,tumbuh secara merambat dengan percabangan memanjang.
Daunnya berbentuk oval, memanjang, ujung meruncing, permukaannya licin( tidak
berbulu ), dengan tangkai daun pendek dan tingginya kurang lebih 1-3 cm. Bunganya
tersusun majmuk dengan mahkota berwarna merah muda atau hijau, kelopak
bunganya pendek, mahkota bunga berbentuk corong (seperti bungan kopi), benang
sari lima, dan buah berupa kapsula dengan dua ruang. Gambir ini mempunyai banyak
khasiat dan manfaat yang sangat banyak diantaranya sebagai sebagai bahan baku
obat-obatan, orang awam sering menyamakan gambir dengan buah pinang dan
digunakan sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna.
Kegunaan utama gambir adalah sebagai komponen dalam menyirih, sedang kegunaan
gambir dalam bidang kesehatan adalah sebagai campuran obat luka bakar dan obat
sakit kepala.
Kandungan dan Manfaat Pada Gambir
Menurut Kresnawaty dan Zainudin (2009) mengatakan bahwa metal ekstrak etanol
daun gambir memiliki aktifitas antioksidan dan antibakteri .Komponen utama katekin
dan komponen lainnya diantaranya asam kateku tanat, kuersetin, kuteku merah,
gambir fluoresen, lemak, dan lemak (Rahmawati, Bakhtiar, & Putra, 2012).
sedangkan Lucida, Bakhtiar, & Putri (2014) mengatakan bahwa aktivitas ekstrak
gambir sebagai antiseptic mulut karena mengandung katekin dalam gambir
(Rahmawati, Bakhtiar, & Putra, 2012 cit syafrina 2019)
Gambir merupakan pohon perdu yang dimanfaatkan getahnya sebagai obat. Gambir
dikenal sebagai pendamping dalam menyirih selain kapur sirih,gambir dapat
dibudidayakan namun bisa juga tumbuh dengan liar dihutan,berdasarkan
klasifikasinya gambir masih tergolong keluarga Rubiaceae atau kerajaan Plantae
Adapun Kandungan Manfaat Dan Khasiat Gambir Bagi Kesehatan antara lain :
a. Mengurangi pembentukan plak
b. Mangatasi penyakit lambung
c. Mengobati diare
d. Mengobati luka
e. Mencegah kanker kulit
f. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
g. Mencegah penyakit jantung
h. Mengurangi keluhan sakit kepala.
i. Obat kumur untuk menyembuhkan sariawan.
j. Antioksidan yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh. (nasution dan
Rachmawati,2019)
4. Kapur
Ciri ciri kapur berwarna putih seperti salep yang diperoleh dari berbagai sumber
seperti kerang laut,kerang air tawar,batu kapur dan batu karang yang berasal dari
karang laut.Diindonesia dikerang di hancurkan dengan menggunakan tangan
,cangkang yang keras dibakar dan hasil dari debu cangkang diolah menjadi bubuk
(kalsium dioksisa) setelah itu dicampurkan dengan air kadang dicampur sedikit
minyak kelapa sehingga konsistensinya seperti pasta dan memudahkan untuk
dioleskan pada daun sirih
Kapur yang telah dicampur dengan sirih dapat menghidrolisa arecoline menjadi
arecaidine yang dapat merangsang sistem saraf pusat, kemudian dipadukan dengan
minyak lada esensial (campuran fenol dan zat terpenlike) sehingga timbul rasa yang
bersifat euphoria ketika diserap dari mukosa bukal. Pasta kapur ketika kontak
langsung dapat menyebabkan percepatan pergantian sel. Didalam suatu daerah
tertentu penggunaan kapur ditambahkan langsung ke pinang, bukan dibungkus
didalam daun sirih, kemudian diletakkan pada tempat tertentu di dalam mulut
(biasanya pipi kanan atau kiri) sehingga cenderung terbentuk area ulserasi ganas
Jenis-jenis Kapur
a. Kapur Tohor atau Kapur Sirih
kapur ini biasa digunakan orang sebagai teman makan sirih (menyirih).
b. Kapur Karbonat
Kapur ini sangat baik dalam menjaga alkalinitas air terurama saat terjadi hujan
ataupun setelah penambahan air,

c.

Kapur tembok atau kapur hidroksida


Penggunan Kapur hidroksida pada kegiatan usaha perikanan juga untuk
meningkatkan pH air maupun tanah. Jenis kapur ini sangat efektif digunakan
pada saat persiapan lahan, terutama pada saat tanah tidak mampu kering secara
maksimal. Selain menaikan pH, kapur ini juga sangat baik menaikan redoks
tanah dan lebih sering dipakai oleh petani,

Kandungan pada Kapur


Kapur mengandung kalsium (Ca) bisa dalam bentuk CaO atau CaCO3.
Mungkin juga kapur sirih juga mengandung bahan lainnya yang bisa dimanfaatkan
sebagai penyerap atau adsorben seperti karbon aktif. Kalau dalam air bisa menjadi
Ca(OH)2 atau kalsium hidroksida. (Syafrina 2019).
Sebenarnya kapur yang dikomsumsi dalam menyirih mempunyai manfaat
dalam kesehatan periodontal,tapi yang digunakan menginang berbentuk serbuk kapur
yang dapat merusak jaringan periodonsium,sehingga membentuk kalkulus yang akan
menyebabkan peradangan jaringan periodontal dan kegoyangan gigi
2.5 JARINGAN PERIODONTAL
Didalam rongga mulut terdapat suatu jaringan yang biasa disebut periodonsium,yang
tersusun atas gingiva,periodontal ligamen,sementum yang merupakan jaringan penyangga
bagi gigi geligi.Penyakit periodontium ini pada umumnya merupakan penyakit berkembang
lambat namun secara pasti dapat menyebabkan tanggalnya gigi geligi penderita tanpa
menimbulkan rasa sakit. Adanya proses degenerasi (Kemunduran) dan Atrophie (penyusutan)
dari jaringan ini akan selalu terjadi sesuai dengan bertambahnya umur sesorang
((Sariningsih,2014)
sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang
merupakan jaringan periodontal, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga tidak
terlepas dari soketnya.
Gejala awal penyakit periodontium ditanda dengan gejala:
1. Gusi mudah berdarah saat menyikat gigi,
2. Kadang- kadang gusi terasa gatal,
3. Mulut berbau tidak sedap,
4. Kadang kadang pada gigi tertentu terasa sakit pada waktu mengunyah.
Bila keadaan ini tidak ditanggulangi sedini mungkin,maka poket periodontal akan bertambah
dalam,begitu sulitnya membersihkan sisa – sisa makanan yang masuk kedalam poket ini

Gambar penyakit periodontium


Jaringan Periodontal adalah penyakit pada jaringan penyangga gigi yang mengelilingi akar
gigi dan melekat erat pada tulang alveolar
Jaringan Periodontal mempunyai 4 komponen diantaranya :
1. Gingiva
Adalah bagian dari mukosa di dalam rongga mulut yang mengelilingi gigi dan
menutupi lingir (ridge) alveolar
2. tulang Alveolar
Adalah bagian tulang Rahang yang menyangga/menopang gigi geligi sehingga
membentuk prosessus alveolaris.
3. ligamen periodontal
adalah suatu ikatan dan biasanya menghubungkan dua buah tulang yaitu akar gigi dan
tulang alveolar
4. cementum
Adalah suatu lapisan tipis dari jaringan ikat terkalsifikasi yang menutupi dentin di
area akar gigi.
2.6 PENYEBAB TERJADINYA PENYAKIT PERIODONTAL
Dibagi menjadi 2 faktor yaitu faktor lokal (ekstrinsik) dan faktor sistemik (intrinsik), dimana
penyebab faktor lokal berada pada lingkungan disekeliling gigi sedangkan penyebab faktor
sitemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum
1. faktor lokal itu berasal dari
a. Plak bakteri
Bila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya merupakan tempat
hasil pertumbuhan mikroba yang melekat erat pada permukaan gigi,karena
bakteri yang terkandung di dalam plak yang berada didaerah disulkus gingiva
akan mudah merusak jaringan,karena hampir semua penyakit periodontal ada
hubungannya dengan plak bakteri,dan telah terbukti dia bersifat toksik,
b. Kalkulus
Kalkulus berasal dari plak, yang secara ilmiah terbentuk pada permukaan gigi
karena adanya suatu massa yang mengalami pengapuran, kalkulus ini merupakan
penyebab terjadinya suatu gingivitis karena adanya peradangan dari sisa makanan
yang menumpuk secara berlebihan dan lebih banyak terjadi pada orang
dewasa,kalkulus ini bukan penyebeb utama terjadinya periodontal. Faktor
penyebab timbulnya gingivitis adalah plak bakteri yang tidak bermineral, melekat
pada permukaan kalkulus, mempengaruhi gingiva secara tidak langsung.
c. Impaksi makanan
Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan) adalah
merupakan keadaan awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit
periodontal terutama pada Gigi yang berjejal atau miring karena tempat ini
merupakan tempat menumpuknya sisa makanan dan juga tempat terbentuknya
plak,dibandingkan dengan gigi dengan oklusi yang baik.
d. Pernafasan mulut
Kebiasaan bernafas melalui mulut,ini merupakan kebiasaan buruk,misalnya
seringnya didapat pada anak dengan secara permanen atau sementara kebiasaan
membuka mulutnya karena adanya kelainan saluran pernafasan pada bibir
maupun rahangnya atau karena kebiasaan membuka mulut terlalu lama misalnya
karena gigi depan protusi sehingga mengalami kesulitan menutup bibirnya, ini
menyebabkan terjadinya viskositas (kekentalan) pada saliva yang bertambah pada
permukaan gingiva maupun permukaan gigi, sehingga aliran salivanya berkurang,
dan populasi bakteri bertambah banyak, sehingga lidah dan palatum menjadi
kering dan akhirnya memudahkan terjadinya penyakit periodontal.
e. Sifat fisik makanan
Makanan yang kita makan sehari hari sangat penting untuk diketahui sifat -
sifatnya,seperti halnya makanan lunak dan makanan keras,makanan lunak seperti
bubur atau campuran semiliquid membutuhkan sedikit pengunyahan sehingga
debris lebih muda melekat disekitar gigi dan dapat berfungsi sebagai sarang
bakteri sehingga mudah terbentuknya karang gigi. Sebaliknya jika makanan kita
bersifat keras dan kaku dapat juga menjadi massa yang sangat lengket bila
bercampur dengan ludah.
Makanan yang demikian tidak dikunyah secara biasa tetapi dikulum di dalam
mulut sampai lunak bercampur dengan ludah atau makanan cair, penumpukan
seperti ini akan memudahkan terjadinya penyakit.Makanan paling baik yang kita
makan yaitu mempunyai tekstur self cleansing dan berserat misalnya sayuran.
mentah yang segar,buah buahan dan ikan yang sifatnya tidak lengket pada
permukaan gigi karena makanan ini dapat membersihkan gigi dan jaringan mulut
secara efektif.
f. Iatrogenik Dentistry
Iatrogenik Dentistry terjadi karena pekerjaan dokter gigi yang kurang hati hati
pada waktu melakukan perawatan gigi dan jaringan sekitarnya sehingga
menyebabkan iritasi dan kerusakan jaringan sekitar gigi. Oleh karena itu dokter
gigi saat melakukan perawatan harus lebih memperhatikan hal hal sebagai
berikut:
a) Waktu melakukan penambalan pada permukaan proksimal
(penggunaan matriks) atau servikal, harus dihindarkan tepi tambalan
yang menggantung (kelas II amalgam), tidak baik adaptasinya atau
kontak yang salah, karena hal ini menyebabkan mudahnya terjadi
penyakit periodontal.
b) Sewaktu melakukan pencabutan, dimulai dari saat penyuntikan,
penggunaan bein sampai tang pencabutan dapat menimbulkan rusaknya
gingiva karena tidak hati –hati
c) Penyingkiran karang gigi (manual atau ultra skeler) juga harus berhati
– hati,karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan gingiva.
2.7 DAMPAK NEGATIF MENGKOMSUMSI DAUN SIRIH

Gambar penyirih

Menyirih memiliki efek mematikan pada jaringan periodonsium, menurut beberapa


penelitian tentang status kesehatan periodontal dari menginang dengan atau tanpa tembakau
menemukan bahwa dengan mengunyah sirih pinang dapat meningkatkan kerusakan jaringan
pada periodontal, karena dapat meningkatan kejadian resesi gingiva, gusi mudah berdarah,
lesi oral,bau mulut (halitosis) , kesulitan dalam membuka mulut, kesulitan menelan makanan
padat, dan mulut terasa terbakar pada jaringan lunak dibandingkan dengan kelompok dengan
kelompok yang sering kontrol,melakukan penambahan pada tembakau dengan pinang
menjadi sinergi negatif pada jaringan periodontal.
Pada pengguna penyirih yang lama akan meninggalkan noda pada gigi berwarna
coklat karena Menyirih akan menghasilkan sisa atau residu berupa ludah berwarna coklat
kemerahan dan ampas dari bahan menyirih. Alasan yang dapat menunjukkan bahwa mengapa
menyirih itu dapat membahayakan jaringan periodontal ini dapat dijelaskan bahwa bahan
sirih yang dipakai dapat memberikan efek karsinogenik dan pada waktu menyirih ini juga
bercampur dengan garam kalsium, Namun perlu diketahui bahwa deposit kalsium ini
merupakan faktor yang dapat memicu terjadinya hipersalivasi. Peningkatan deposit kalsium
ini kemudian dapat memicu kerusakan jaringan gingival dan membran periodontal akibat dari
kebiasaan menyirih.
Hasil temuan yang menunjukkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan menyirih
pernah mengalami periodontitis yang parah sedangkan masyarakat yang tidak memiliki
kebiasaan menyirih sering beranggapan bahwa menghentikan kebiasaan menyirih ini dapat
bermanfaat untuk menjaga kesehatan mulut (Tandiarrang ,2015)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Riva Ismawati,dkk 2019 bahwa para penyirih
memiliki kebiasaan buruk terkait dengan menjaga kebersihan dan kesehatan diantarany a :
1. Kurang memperhatikan kebersihan gigi dan mulut
Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa responden tidak membersihkan
mulut setelah menginang.sayangnya para penyirih kebiasaan menggosok gigi telah
tergantikan dengan kebiasaan menyirih. Responden hanya berkumur sebelum makan
dan menggosok gigi pada saat mandi,adapun cara penyirih mengakhiri kegiatannya
dengan menyusur dimana penyirih hanya menggosok-gosokkan gumpalan tembakau
pada gigi. Menyusur mempunyai fungsi untuk meratakan hasil menyirih dan
membersihkan gigi ,menurut Iptika (2014) menyatakan bahwa kesehatan gigi akan
tetap terjaga jika kebersihan gigi selalu diperhatikan dengan menggosok gigi,
2. Membuang residu menyirih sembarang tempat
Dalam menyirih akan menghasilkan sisa atau residu berupa ludah berwarna coklat
kemerahan dari ampas dari bahan menyirih, menurut hasil penelitian menunjukkan
bahwa para penyunyah sirih memiliki kebiasaan membuang ludah dan menempatkan
ampas di sembarangan,sehingga orang merasa risih /jijik jika kebiasaan meludah sirih
sembarangan,selain itu kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang tidak baik karena
dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit menular melalui air liur(Lubis et al.,
2010) dan menjadi sarana penularan berbagai macam penyakit. Sebenarnya, ludah
tersebut dapat ditampung dalam wadah yang disebut tempolong sebelum ludah
dibuang setelah tempolong penuh
Jika kebiasaan buruk dibiarkan maka dapat mengiritasi kandungan bahan menyirih
secara terus menerus, usia penyirih dapat mendorong terjadinya kerusakan jaringan
periodontal (Fatlolona, Pandelaki, & Mintjelungan, 2012; Siagian, 2012; Samora, 2009).
Lebih lanjut Rooney (1995) menjelaskan bahwa jika pengunyah sirih yang tidak rutin
membersihkan gigi, maka dalam jangka waktu panjang gigi mereka akan menghitam. Gigi
berwarna coklat kehitaman Frekuensi kegiatan menyirih yang dilakukan menjadikan penyirih
tidak menjaga kebersihan mulut dengan baik (Kamisorei & Devy, 2018).
2.8 PENGARUH BUDAYA MAKAN SIRIH TERHADAP JARINGAN
PERIODONTAL
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mestika Lumbantoruan, Halawati Tahun
2017 disuku karo mengatakan bahwa pengaruh dan nilai budaya makan sirih tidak ada
pengaruhnya dengan status kesehatan periodontal hanya saja ada pengaruh
komposisi,frekuensi dan lama menyirih terhadap status kesehatan periodontal,dan yang lebih
dominan adalah lamanya menggunakan sirih,akan berpengaruh pada status jaringan
periodontal.
2.9 KERANGKA PIKIR

BUDAYA
MENYIRIH
FREKUENSI MENYIRIH
LAMA MENYIRIH

DAMPAK

KESEHATAN
PEPERIODONTAL
2.10 RINGKASAN KERANGKA PIKIR

Menyirih merupakan budaya yang diwarisan secara turun temurun dan merupakan
tradisi yang masih banyak dilakukan oleh semua lapisan masyarakat dipedesaan maupun
diperkotaan diberbagai kalangan usia berdasarkan sejarah lampau,karena kebiasaan menyirih
orang tua kita mempercayai dapat memperkuat gigi, menyembuhkan luka kecil dimulut,
mengobati gigi yang sakit dan dapat menghilangkan bau mulut, adapun komposisinya
berdasarkan kandungan utamanya adalah kombinasi campuran dari daun sirih (Piper Betle),
Buah pinang, gambir (Uncaria Gambir), dan kapur. Kebiasaan menginang berbahaya karena
campuran dari sirih yang bersifat merusak meski sebetulnya daun sirih sendiri baik untuk
kesehatan mulut karena bersifat antiseptik tidak sama halnya pemakaian kapur, karena kapur
yang digunakan bersifat bubuk sehingga dia menimbulkan panas dan bikin gusi menjadi
rusak. Kebiasaan menyirih tidak dilarang untuk dikomsumsi namun jika setelah menyirih
tidak langsung dibersihkan,jika tidak dibersihkan lama kelamaan kotoran akan mengumpul
sehingga terbentuk adanya karang gigi .kebiasaan menyirih dilakukan dalam waktu dan
frekuensi yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal.
.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah study literatur. Dimana studi literatur ini
merupakan salah satu tehnik untuk mencari referensi teori yang relevan dengan
kasus terhadap permasalahan yang ditemukan.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang diangkat pada penelitian ini berasal dari text book, jurnal, artikel
ilmiah dan juga literature yang berhubungan dengan penelitian yang di lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Drg.Endang Sariningsih, 2014 .Gigi busuk dan Poket Periodontal sebagai Fokus
Infeksi.Buku Teks download iPusnas
2. Riva Ismawati, Arief Budi Wicaksono, Rina Rahayu,2019.Kebiasaan buruk pada
pengunyah sirih.Jurnal Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, FKIP,
UNTIDAR
3. Mestika Lumbantoruan1, Halawati1,2017. Pengaruh budaya makan sirih terhadap
status kesehatan Periodontal pada masyarakat Suku Karo Didesa Tiga Juhur
Kabupaten Deli Serdang.Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat. 2019; 4 (1): 7-16
4. Murni Aritonang1, Mindo Tua Siagian2, Frida Lina Tarigan2,2016. Pengaruh
budaya makan sirih terhadap status kesehatan periodontal pada masyarakat suku
Karo didesa Tiga Juhar Kabupaten Deli Serdang .Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol
4, No. 1 April – September 2019 ISSN 2599-1841
5. Jul asdar Putra Samura,2009. Pengaruh budaya makan sirih terhadap status
kesehatan periodontal pada masyarakat suku Karo didesa Biru –Biru Kabupaten
Deli Serdang.Tesis Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM
Universitas Sumatra Utara
6. Ni wayan Arini,2012.Hubungan Menyirih dengan Keadaan Jaringan Periodontal
pada orang yang menyirih di Banjar Sedana Merttha Kota Denpasar.Jurnal
Kesehatan gigi Vol.1 Nomor 2 (Agustus 2013)
7. Gabriella Wika Tandiarrang,2015. Pengaruh Lama dan Frekuensi menyirih dengan
terjadinya gingivitis pada masyarakat di Kabupaten Toraja Utara.Skripsi
Universitas Hasanuddin,Falkutas Kedokteran gigi
8. Jesikha Syafrina,2019. Gambaran Kebiasaan Menyirih Terhadap Terjadinya Karies
gigi pada masyarakat Lansia didesa Bintang Marsada Kecamatan Sidikalang
Kabuapaten Dairi.Skripsi Politeknik Kementrian Kesehatan RI Medan Jurusan
Keperawatan gigi
9. Sri Wahyuni Ritonga, Nurhamidah, Citra Lestari, 2017.Pengaruh Budaya Makan
sirih terhadap Penyakit Periodontal pada masyarakat Didesa Tanjung Medan
Kecamatan Bilah barat labuhan.Jurnal B-Dent, Vol 4, No.1, Juni 2017 : 45 - 51
ii. Nasution,suci rachmawati pengaruh masker gambir terhadap perwatan
kulit wajah berjerawat diakses 23 desember 2019
iii. Drg.Endang Sariningsih, gigi busuk dan Poket Priodontal sebagai
Fokus Infeksi tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai