WIRADYANTI.M
PO 714261192.028
KELAS C.ALIH JENJANG
Berdasarkan hasil dari RISKESDAS Nasional ( Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
pada bidang Kesehatan gigi dan Mulut, Penduduk Indonesia hanya 2,8 % yang menyikat gigi
dengan benar yakni 2 kali sehari pada pagi hari dan malam hari,sedangkan prevalensi
penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut adalah sebanyak 57,6% , menurut data
dari RIKESDAS provinsi Sulawesi Selatan adalah merupakan provinsi yang banyak memiliki
masalah gigi dan mulut yang cukup tinggi sekitar 69%, jika dibandingkan lebih tinggi dari
prevalensi nasional yang hanya 57,6%. Adapun data prevalensi penduduk yang mempunyai
kesehatan gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir sebanyak 70,5 % ( Kemenkes RI,2018)
Sekarang ini masih banyak masyarakat yang belum sadar tentang pentingnya menjaga
Kesehatan gigi dan mulut sehingga agar dapat terlihat sehat dan terawat,Sebagian masyarakat
baru akan merasakan pentingnya mempunyai gigi yang sehat apabila sudah merasakan yang
namanya sakit gigi. Penyakit infeksi pada gigi dan gusi masih banyak dijumpai dimasyarakat
Indonesia saat ini,gigi dan gusi yang tidak sehat dapat menjadi sumber infeksi yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit pada bagian tubuh yang lain , gigi yang terinfeksi
disebabkan oleh gigi yang berlubang, tempat bersarangnya bakteri streptococus jika dibiarkan
tidak terawat akan berlanjut lebih parah, pulpa yang berisi pembuluh darah dan saraf akan
menjadi mati sehingga akan terjadi peradangan kronis,berbau busuk dan ini merupakan
sumber infeksi yang paling parah karena akan menjalar dibagian tubuh yang lain sehingga
menimbulkan berbagai penyakit, (Sariningsih,2014)
resiko yang biasa ditimbulkan jika terjadi infeksi pada penyakit lain diantaranya fokal
infeksi dari penyakit tonsilitis,faringitis dan lain sebagainya. Oleh karena itu tindakan
pencegahan sangat penting dilakukan agar tidak terjadi gangguan fungsi, aktivitas serta
penurunan produktivitas kerja yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya (Sriyono, 2009
cit lumbantoruan dan halawati,2016). Salah satu sumber infeksi yang biasa dilakukan nenek
moyang kita bahkan beberapa daerah masih melakukannya dan menganggap sebagai tradisi
turun temurun yakni menginang biasa dikenal dengan Menyirih yang artinya suatu kegiatan
mengunyah daun sirih ataupun tidak tanpa bahan tambahan lainnya. Ini dapat dihubungkan
dengan kebiasaan,pola pikir dan faktor lingkungannya (Sharan,et al.,2012 cit Riva Ismayanti ,
2019)
Makan sirih merupakan sesuatu yang melengkapi struktur kebudayaan dan sangat erat
dengan kebiasaan yang terjadi pada masyarakat daerah tertentu,International Agency for
Research on Cancer (IARC) mengatakan bahwa menginang/menyirih akan berdampak pada
kesehatan dan dapat menyebabkan kanker. Menyirih merupakan suatu tradisi masyarakat
tertentu dilengkapi dengan komposisi dasar yakni biji buah pinang , daun sirih, kapur,
gambir dan tembakau bahan ini sebagai pelengkap bahkan sebagian masyarakat
menambahkan papermint,kapulaga,cengkeh,pewangi dan parutan kelapa. Komposisi ini
dibungkus dengan Daun sirih kemudian di kunyah- kunyah (Ritonga,dkk 2017) Menurut
peneliti Ridzuan mengatakan bahwa campuran bahan – bahan menyirih terdiri dari daun sirih
(piper betle), Pinang (areca nut), gambir (Uncaria gambir), kapur( Calsium hydroxide) dan
tembakau (Tobacco). (Ritonga,dkk 2017)
Memakan sirih mempunyai nilai tersendiri di dalam kalangan masyarakat, ini dapat
memberikan makna bahwa kegiatan sirih menyirih jika selalu didapat didalam rumah maka
rumah ini akan selalu ramai dan memiliki banyak teman dan sering dikunjungi oleh para
tamu karena kegiatan sirih menyirih sering dilakukan pada saat kita berkumpul
bersama,didalam setiap kegiatan atau acara adat menyirih selalu menjadi suguhan utama
sebagai pembuka percakapan (Kamisorei Dan Devy,2018 cit Ismawati,dkk 2019). Beberapa
tempat sebahagian penduduk menggunakan sirih karena beberapa faktor seperti pekerjaan
dan pertimbangan ekonomi (Ritonga,dkk 2017)
Karena untuk melakukan hal tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal dan
harganya sangat terjangkau bagi kalangan masyarakat. Sejak tahun 2000 kebiasaan menyirih
ini telah dimulai didaerah Asia Selatan,Asia tenggara dan Pasifik Selatan, daun Sirih ini
mengandung unsur psikoaktif terbesar keempat setelah kafein, nikotin dan alkohol
( Tandiarrang , 2015). Menurut Peneliti yang dilakukan oleh Garish Parmer mengatakan
bahwa tingginya pengaruh menyirih pinang akan menderita pendarahan gusi, bau nafas,
kesulitan dalam membuka mulut dan menelan makanan yang padat, terasa terbakar pada
jaringan lunak dan luka bernanah pada rongga mulut ( Rotinga,dkk 2017)
Dalam kalangan masyarakat Indonesia sudah lama mengenal bahan penyirih. Para
dahulu kala orang tua kita sangat mempercai bahwa kegiatan menyirih dapat memperkuat
gigi, menyembuhkan luka kecil dimulut, mengobati gigi yang sakit dan dapat menghilangkan
bau mulut .Kepercayaan ini dapat memperkuat gigi karena merupakan pada sifat antibakteri
dari bahan yang digunakan untuk menyirih (Kamisorei & Devy,2018 cit Ismawati,dkk 2019).
Tanaman sirih ini tumbuh secara merambat yang cukup cantik dan dapat dijadikan tanaman
hias,tumbuh dengan mudah,dan biasanya tumbuhan ini melilit dengan tanaman lain dan tidak
menganggu tanaman yang ditumpanginya,karena tanaman sirih bukan tanaman
parasit,tanaman ini juga mempunyai banyak khasiat dapat mengobati berbagai macam
penyakit
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. Aisha Wall dkk di Pakistan mengatakan
bahwa kebiasaan menyirih saat ini merupakan adanya issu yang beredar yang perlu
mendapatkan perhatian lebih apalagi pada masyarakat didaerah terpencil dan sangat terpencil
karena kemiskinan dan kurangnya kesadaran diri merupakan faktor penyebab kebiasaan
menyirih, ini ditunjukkan karena menurut data ada 24 % lebih banyak dialami oleh wanita
sedang 16% yang dialami oleh pria ( Arini,2013)
Dilihat dari sisi Kedokteran gigi, kebiasaan mengunyah sirih dapat menyebabkan
penyakit periodontal. Dari (±73,50%) dan sebesar 4-5 % penduduk Indonesia mengalami
penyakit periodontal dan merupakan penyakit kedua terbanyak dialami dimasyarakat,jika
dibiarkan penyakit periodontal dapat menyebabkan gigi goyang dan lepas (Arini 2013).
Dilihat dari segi Secara umum, penyakit periodontal dibagi menjadi 2 kategori utama
yaitu penyakit dengan gingivitis dan periodontitis, yang paling sering ditemukan adalah
gingivitis, dimana Gingivitis merupakan suatu bentuk penyakit gusi yang menyebabkan gusi
meradang sedangkan yang dimaksud dengan periodontitis adalah Suatu infeksi gusi serius
yang dapat merusak gusi dan dapat menghancurkan tulang rahang, periodontitis umumnya
dapat terjadi tapi dapat dicegah dengan menjaga kebersihan mulutnya,jika kebersihan
mulutnya buruk dapat membuat gigi tanggal dan periodontitis juga merupakan faktor yang
sangat beresiko untuk penyakit jantung dan paru – paru (google).
Memakan sirih mempunyai efek terhadap gingiva, gigi, dan mukosa mulut, Adapun
efek yang paling sering ditimbulkan dari segi positifnya adalah dapat menghambat proses
pembentukan karies, sedangkan dari segi negatinya dari makan sirih terhadap gigi dan
gingiva adalah dapat menyebabkan timbulnya Stein (warna yang melengket pada permukaan
gigi karena adanya perlekatan warna makanan,minuman ataupun kandungan nikotin), selain
itu dapat pula menyebabkan penyakit periodontal pada mukosa mulut, sehingga timbul lesi-
lesi pada mukosa mulut,oral hygiene buruk dan pada mukosa lidah timbul atropi otot(kaku
pada lidah).
Beberapa efek buruk bagi pengguna sirih yang sangat merugikan karena didalam
penggunaannya adanya kapur didalam ramuan sirih yang menyebabkan suasana basa dalam
mulut,sehingga timbul adanya Kalkulus yang melekat erat pada gigi, juga adanya Silikat yang
terdapat dalam daun tembakau dan pada saat kita mengunyah dalam waktu terlalu lama dapat
mengikis element gigi sampai gingiva secara berangsur – angsur (Arini 2013)
Suku Toraja merupakan Suku yang berada dipegunungan dibagian Utara Sulawesi
selatan, dimana suku ini sangat unik dan sudah terkenal dengan kebiasaan menyirihnya,di
Toraja pemandangan dalam hal menyirih ini sudah tidak lazim lagi apalagi kaum ibu, di
Toraja menyirih dikenal dengan sebutan Ma’Pangan (dalam bahasa daerah setempat) bukan
hal yang asing lagi, Sebagian besar setiap hari kita dapat melihat ibu – ibu melakukan
kegiatan menyirih, dan sebagian kecil laki –laki terlihat melakukan sirih juga apalagi dalam
kegiatan acara adat Rambu Solo (Upacara Kematian Masyarakat Tana Toraja) dan Rambu
Tuka (Pesta pernikahan dan Ulang tahun)
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh budaya penyirih terdapat status kesehatan periodonta?
2. Bagaimana pengaruh lama menyirih dengan terjadinya kesehatan periodontal?
3. Bagaimana pengaruh frekuensi menyirih dengan Kesehatan Periodontal?
1.3 TUJUAN STUDY LITERATUR
Untuk mengetahui pengaruh budaya , lama dan frekusnsi menyirih sehingga dapat merusak
jaringan periodontal dari hasil penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan oleh peneliti.
1.4 MANFAAT
Penulisan ini diharapkan agar dapat memberikan masukan dan berguna bagi ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan gigi dan mulut yang ada kaitannya dengan jaringan
periodontal dan akibat buruk dari kebiasaan menyirih
1. Manfaat Bagi Penulis
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh budaya , lama dan
frekuensi menyirih terdapat status kesehatan Periodontal
2. Manfaat Bagi Instansi
Dapat menambah referensi bacaan di perpustakaan Poltekkes Kemenkes Makassar
Jurusan Keperawatan Gigi yang berhubungan dengan Pengaruh Budaya, , lama dan
frekuensi menyirih terhadap status kesehatan jaringan periodontal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Budaya atau kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan
akal manusia yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu budhaya, yang merupakan bentuk
jamak dari budhi berasal dari kata Budh (Budhi), sehingga Kebudayaan diartikan sebagai
hasil Pemikiran atau Akal Manusia,dan beberapa pendapat mengatakan bahwa kebudayaan
itu berasal dari sedangkan daya adalah Perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani,sehingga
kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil dari akal adan ikhtiar manusia (Supartono,
2001:Prasetya,1998 cit Sarina ,2019)
Didalam masyarakat kebudayaan dapat diartikan sebagai the general body of the Art
yang artinya seni dalam satra,musik,pahat dan rupa,pengetahuan filsafat atau bagian bagian
yang indah dari kehidupan manusia,jadi kesimpulan yang didapat kebudayaan adalah hasil
buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup,segala sesuatu yang diciptakan
manusia baik yang kongkrik maupun yang abstrak.
1. Kebudayaan Adalah Segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan oleh manusia itu
sendiri,misalnya
a. Benda – benda ciptaan manusia, misalnya Alat – alat perlengkapan hidup, ini
termasuk dalam Kebudayaan Material/Jasmaniah ,
b. Semua hal yang dapat dilihat dan diraba,misalnya Religi,bahasa dan ilmu
Pengetahuan ,ini termasuk dalam Kebudayaan non material /Rohaniah.
2. Bahwa Kebudayaan itu dapat diperoleh dari dengan cara belajar dan tidak diwariskan
secara secara generatif (biologis),
3. Bahwa Kebudayaan itu dari masyarakat,tanpa masyarakat ,bagi manusia sukar untuk
membentuk suatu kebudayaan sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin munusia
baik secara individual maupun masyarakat ,dapat mempertahankan kehidupannya,
4. Jadi Kebudayaan itu adalah Kebudayaan Manusia,dan hampir semua tindakan
manusia termasuk kebudayaan, dan tidak perlu dilakukan / dibiasakan dengan cara
belajar,misalnya tindakan atas dasar naluri dan gerak reflek (Supartono,
2001:Prasetya,1998 cit Sarina ,2019)
Oleh karena itu menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
dr. Anung Sugihantono, M.Kes, bahwa faktor budaya dan perilaku sangat erat kaitannya
dengan persoalan kesehatan,oleh karena budaya dan perilaku juga bisa menjadi faktor
pendukung dan menjadi menjadi hambatan (tantangan) bagi kesehatan (sehat
negeriku.kemkes.go.id),
Pinang dalam bahasa ilmiah disebut juga dengan Areca catechu, Pinang
merupakan suatu jenis tanaman Kelapa dari family Arecaeae yang ditemukan dan
tumbuh di daerah Pasifik, Asia, dan Afrika bagian timur,Tiongkok dan India. Pinang
juga dapat tumbuh 10-30 meter dan buahnya akan berwarna hijau ketika masih
muda, berubah menjadi kuning dan merah setelah matang/masak. Pinang (Areca
catechu), merupakan komponen utama dari sugi sirih (quid). Mengunyah biji pinang
merupakan aktivitas populer dari jaman dahulu,dan bahkan dalam kalangan
masyarakat suatu pedesaan masih sering melakukannya, Zat yang terkandung
didalam buah pinang ternyata mampu memberikan rangsangan pada sistem saraf
pusat dan jika di padukan dengan daun sirih akan menimbulkan efek euforia ringan,
selain itu biji pinang dapat berkhasiat dapat menghentikan pendarahan dan
mengencangkan gusi sama seperti khasiat daun sirih,pinang dapat gunakan sendiri
maupun bersama dengan bahan lain misalnya gambir,kapur dan bahan rempat
lainnya dan dibungkus didalam daun sirih sebagai campurannya
Pinang banyak sering ditanam dihalaman rumah baik sebagai tanaman herbal
maupun tanaman hias karena pinang merupakan tanaman yang sudah dikenal
didalam masyarakat secara luas.Jenis pinang adalah semua tanaman yang tergolong
dalam family palmae,Tanaman tumbuh baik diindonesia karena mempunyai iklim
tropis.
Kandungan pada Buah Pinang
Menurut penelitian para ahli”The Merck Index”, khasiat yang diberikan oleh
biji pinang tersebut berasal dari zat-zat yang terkandung dalam biji pinang sendiri.
Salah satunya adalah Arecoline yang merupakan sebuah ester metil-tetrahidrometil-
nikotinat yang berwujud minyak basa keras. Senyawa lain yang terkandung dalam
biji pinang adalah Arecaidine atau arecaine, Choline atau bilineurine, Guvacine,
Guvacoline dan Tannin dari kelompok ester glukosa yang mengandung beberapa
gugusan pirogalol. Sifat astringent dan hemostatik dari zat tannin inilah yang
berkhasiat untuk mengencangkan gusi dan menghentikan perdarahan (Anonim, 2011
cit syafrina ,2019). Dari sekitar 460 ragam tanaman pinang setidaknya terdapat 5
jenis yang paling banyak dipelihara yaitu:
a. Pinang Merah
b. Pinang Hutan
c. Pinang Irian
d. Pinang Biru
e. Pinang kelapa
Gambir berasal dari ektrak remasan daun dan ranting yang merupakan sejenis
getah yang dikeringkan biasa disebut juga dengan Uncaria Gambir,Gambir adalah
sejenis tanaman Tropis,tumbuh secara merambat dengan percabangan memanjang.
Daunnya berbentuk oval, memanjang, ujung meruncing, permukaannya licin( tidak
berbulu ), dengan tangkai daun pendek dan tingginya kurang lebih 1-3 cm. Bunganya
tersusun majmuk dengan mahkota berwarna merah muda atau hijau, kelopak
bunganya pendek, mahkota bunga berbentuk corong (seperti bungan kopi), benang
sari lima, dan buah berupa kapsula dengan dua ruang. Gambir ini mempunyai banyak
khasiat dan manfaat yang sangat banyak diantaranya sebagai sebagai bahan baku
obat-obatan, orang awam sering menyamakan gambir dengan buah pinang dan
digunakan sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna.
Kegunaan utama gambir adalah sebagai komponen dalam menyirih, sedang kegunaan
gambir dalam bidang kesehatan adalah sebagai campuran obat luka bakar dan obat
sakit kepala.
Kandungan dan Manfaat Pada Gambir
Menurut Kresnawaty dan Zainudin (2009) mengatakan bahwa metal ekstrak etanol
daun gambir memiliki aktifitas antioksidan dan antibakteri .Komponen utama katekin
dan komponen lainnya diantaranya asam kateku tanat, kuersetin, kuteku merah,
gambir fluoresen, lemak, dan lemak (Rahmawati, Bakhtiar, & Putra, 2012).
sedangkan Lucida, Bakhtiar, & Putri (2014) mengatakan bahwa aktivitas ekstrak
gambir sebagai antiseptic mulut karena mengandung katekin dalam gambir
(Rahmawati, Bakhtiar, & Putra, 2012 cit syafrina 2019)
Gambir merupakan pohon perdu yang dimanfaatkan getahnya sebagai obat. Gambir
dikenal sebagai pendamping dalam menyirih selain kapur sirih,gambir dapat
dibudidayakan namun bisa juga tumbuh dengan liar dihutan,berdasarkan
klasifikasinya gambir masih tergolong keluarga Rubiaceae atau kerajaan Plantae
Adapun Kandungan Manfaat Dan Khasiat Gambir Bagi Kesehatan antara lain :
a. Mengurangi pembentukan plak
b. Mangatasi penyakit lambung
c. Mengobati diare
d. Mengobati luka
e. Mencegah kanker kulit
f. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
g. Mencegah penyakit jantung
h. Mengurangi keluhan sakit kepala.
i. Obat kumur untuk menyembuhkan sariawan.
j. Antioksidan yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh. (nasution dan
Rachmawati,2019)
4. Kapur
Ciri ciri kapur berwarna putih seperti salep yang diperoleh dari berbagai sumber
seperti kerang laut,kerang air tawar,batu kapur dan batu karang yang berasal dari
karang laut.Diindonesia dikerang di hancurkan dengan menggunakan tangan
,cangkang yang keras dibakar dan hasil dari debu cangkang diolah menjadi bubuk
(kalsium dioksisa) setelah itu dicampurkan dengan air kadang dicampur sedikit
minyak kelapa sehingga konsistensinya seperti pasta dan memudahkan untuk
dioleskan pada daun sirih
Kapur yang telah dicampur dengan sirih dapat menghidrolisa arecoline menjadi
arecaidine yang dapat merangsang sistem saraf pusat, kemudian dipadukan dengan
minyak lada esensial (campuran fenol dan zat terpenlike) sehingga timbul rasa yang
bersifat euphoria ketika diserap dari mukosa bukal. Pasta kapur ketika kontak
langsung dapat menyebabkan percepatan pergantian sel. Didalam suatu daerah
tertentu penggunaan kapur ditambahkan langsung ke pinang, bukan dibungkus
didalam daun sirih, kemudian diletakkan pada tempat tertentu di dalam mulut
(biasanya pipi kanan atau kiri) sehingga cenderung terbentuk area ulserasi ganas
Jenis-jenis Kapur
a. Kapur Tohor atau Kapur Sirih
kapur ini biasa digunakan orang sebagai teman makan sirih (menyirih).
b. Kapur Karbonat
Kapur ini sangat baik dalam menjaga alkalinitas air terurama saat terjadi hujan
ataupun setelah penambahan air,
c.
Gambar penyirih
BUDAYA
MENYIRIH
FREKUENSI MENYIRIH
LAMA MENYIRIH
DAMPAK
KESEHATAN
PEPERIODONTAL
2.10 RINGKASAN KERANGKA PIKIR
Menyirih merupakan budaya yang diwarisan secara turun temurun dan merupakan
tradisi yang masih banyak dilakukan oleh semua lapisan masyarakat dipedesaan maupun
diperkotaan diberbagai kalangan usia berdasarkan sejarah lampau,karena kebiasaan menyirih
orang tua kita mempercayai dapat memperkuat gigi, menyembuhkan luka kecil dimulut,
mengobati gigi yang sakit dan dapat menghilangkan bau mulut, adapun komposisinya
berdasarkan kandungan utamanya adalah kombinasi campuran dari daun sirih (Piper Betle),
Buah pinang, gambir (Uncaria Gambir), dan kapur. Kebiasaan menginang berbahaya karena
campuran dari sirih yang bersifat merusak meski sebetulnya daun sirih sendiri baik untuk
kesehatan mulut karena bersifat antiseptik tidak sama halnya pemakaian kapur, karena kapur
yang digunakan bersifat bubuk sehingga dia menimbulkan panas dan bikin gusi menjadi
rusak. Kebiasaan menyirih tidak dilarang untuk dikomsumsi namun jika setelah menyirih
tidak langsung dibersihkan,jika tidak dibersihkan lama kelamaan kotoran akan mengumpul
sehingga terbentuk adanya karang gigi .kebiasaan menyirih dilakukan dalam waktu dan
frekuensi yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal.
.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Drg.Endang Sariningsih, 2014 .Gigi busuk dan Poket Periodontal sebagai Fokus
Infeksi.Buku Teks download iPusnas
2. Riva Ismawati, Arief Budi Wicaksono, Rina Rahayu,2019.Kebiasaan buruk pada
pengunyah sirih.Jurnal Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, FKIP,
UNTIDAR
3. Mestika Lumbantoruan1, Halawati1,2017. Pengaruh budaya makan sirih terhadap
status kesehatan Periodontal pada masyarakat Suku Karo Didesa Tiga Juhur
Kabupaten Deli Serdang.Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat. 2019; 4 (1): 7-16
4. Murni Aritonang1, Mindo Tua Siagian2, Frida Lina Tarigan2,2016. Pengaruh
budaya makan sirih terhadap status kesehatan periodontal pada masyarakat suku
Karo didesa Tiga Juhar Kabupaten Deli Serdang .Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol
4, No. 1 April – September 2019 ISSN 2599-1841
5. Jul asdar Putra Samura,2009. Pengaruh budaya makan sirih terhadap status
kesehatan periodontal pada masyarakat suku Karo didesa Biru –Biru Kabupaten
Deli Serdang.Tesis Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM
Universitas Sumatra Utara
6. Ni wayan Arini,2012.Hubungan Menyirih dengan Keadaan Jaringan Periodontal
pada orang yang menyirih di Banjar Sedana Merttha Kota Denpasar.Jurnal
Kesehatan gigi Vol.1 Nomor 2 (Agustus 2013)
7. Gabriella Wika Tandiarrang,2015. Pengaruh Lama dan Frekuensi menyirih dengan
terjadinya gingivitis pada masyarakat di Kabupaten Toraja Utara.Skripsi
Universitas Hasanuddin,Falkutas Kedokteran gigi
8. Jesikha Syafrina,2019. Gambaran Kebiasaan Menyirih Terhadap Terjadinya Karies
gigi pada masyarakat Lansia didesa Bintang Marsada Kecamatan Sidikalang
Kabuapaten Dairi.Skripsi Politeknik Kementrian Kesehatan RI Medan Jurusan
Keperawatan gigi
9. Sri Wahyuni Ritonga, Nurhamidah, Citra Lestari, 2017.Pengaruh Budaya Makan
sirih terhadap Penyakit Periodontal pada masyarakat Didesa Tanjung Medan
Kecamatan Bilah barat labuhan.Jurnal B-Dent, Vol 4, No.1, Juni 2017 : 45 - 51
ii. Nasution,suci rachmawati pengaruh masker gambir terhadap perwatan
kulit wajah berjerawat diakses 23 desember 2019
iii. Drg.Endang Sariningsih, gigi busuk dan Poket Priodontal sebagai
Fokus Infeksi tahun 2014