Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGKAJIAN PASIEN KEGAWATDARURATAN

MEDIK GIGI

Disusun Oleh :

HASNIATI R

NIM : PO714261192.007

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kepada Allah Subhana Wataa`Alaa. Shalawat serta salam semoga tercurah

kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Shallallahu Alaihi Wasalllam.

Alhamdulillah setelah melewati berbagai tahapan berupa pencarian bahan acuan dari

berbagai situs di internet dan beberapa buku diktat akhirnya makalah dengan judul “ Pengkajian

Pasien Kegawatdaruratan Medik Gigi ” telah selesai saya susun.

Saya sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran

dari pembaca sangat saya harapkan.

Makassar, 09 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep pengkajian Kegawatdaruratan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. Macam pengkajian Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

C. Tahap pengkajian Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB III

Penutup

A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prosedur perawatan gigi sering kali menyebabkan pasien mengalami stres psikis

terutama pada individu yang belum pernah mendapatakan perawatan gigi dan mulut atau

pasien yang pernah punya pengalaman tidak menyenangkan pada perawatan gigi

sebelumnya. Pada beberapa penelitian, dinyatakan bahwa tindakana perawatan gigi yang

sering menimbulkan kegawatdaruratan adalah perdarahan, rasa sakit akibat penyuntikan

dan penbutan gigi.

Beberapa kasus kegawatdaruratan terjadi pada pasien dewasa, namun ternyata

dapat pula terjadi pada anak – anak. Diketahui pada beberapa kasus sinkope adalah

termasuk kategori kasus ringan dan syok anafilaktik merupakan kasus yang cukup berat

oleh karena alergi obat. Dari beberapa penelitian selain sinkop dan syok anafilaktik,

kegawatdaruratan yang juga dapat terjadi dalam prosedur perwatan gigi diantara adalah

fracture dentoalvolar, cardiac, arrest, asma, tertelan benda asing, angina, kejang serta

epilepsy.

Kegawatdaruratan medis dalam prosedur rawat gigi merupakan keadaan yang

jarang terjadi , tetapi bisa saja terjadi pada setiap waktu atau pada saat yang tidak terduga,

keadaan yang terjadi secara tiba – tiba dan membutuhkan perawatan atau penanganan

segera mungkin untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah kecatatan atau rasa sakit

pada pasien. Oleh sebab itu, setiap tenaga medis seperti, dokter, dokter gigi, perawat,
perawat gigi, bidan dan semua tenaga kesehaatan yang bersentuhan langsung dengan

pasien hendak tahu dan paham tentang penanganan atau penatalaksanaan kasus

kegawatdaruratan yang baik dan tepat.

Berdasarkan latar belakang diatas, dalam makalah ini akan dibahas tentang

Pengkajian Kegawatdaruratan Medik Gigi. Dengan rumusan masalah sebagai berikut.

B. Rumusan Masalah

Konsep pengkajian kegawatdaruratan

- Macam pengkajian kegawatdaruratan ?

- Tahap pengkajian kegawatdaruratan ?

- Langkah – langkah pengkajian kegawatdaruratan ?

C. Tujuan

Pembaca dapat mengetahui tentang konsep kegawatdaruratan medik gigi, yaitu :

Macam dan tahapan pengkajian, serta langkah – langkah dalam pengkajian

kegawatdaruratan.
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP PENGKAJIAN PASIEN GAWAT DARURAT

Dalam penanganan pasien kegawatdaruratan, ada 5 macam pengkajian yang dilakukan

secara terfokus dan berkesinambungan guna menghasilkan data yang dibutuhkan untuk merawat

pasien sebaik mungkin diantaranya :

1. Pengkajian Umum

2. Riwayat Kesehatan

3. Pengkajian Subjektif

4. Pengkajian Objektif

5. Pemeriksaan Fisik

Dalam melakukan pengkajian dibutuhkan kemampuan kognitif, psikomotor,

interpersonal, etik dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan baik dan benar.

1. Pengkajian Umum

Pengkajian umum meliputi data subjektif dan objektif. Kegawatdaruratan medis yang

paling sering ditemukan di Klinik gawat darurat dental adalah pingsan, Hipoglikemia,

asma, syok anafilaksis, angina dan kejang (Epilepsi).1 Pasien Gawat Darurat disebut

pasien/orang yang berada dalam ancaman kematian dan kecacatan yang memerlukan

tindakan medis segera. 2 Dengan mengenali jenis – jenis kegawatdaruratan seorang

tenaga medis dapat melakukan pengkajian kegawatdaruratan dengan tepat dan cepat.

Pengkajian harus dilakukan secara terfokus dan berkesinambungan menghasilkan

data yang dibutuhkan untuk merawat pasien sebaik mungkin.1


 Pengkajian Umum dalam kondisi gawat darurat terbagi atas dua tahapan, yaitu :

- Pengkajian utama ( primer ) dilakukan untuk menangani masalah mengancam

nyawa yang harus segera dilakukan tindakan. Setiap pasien harus dilakukan

pemeriksaan dengan teliti untuk menegnali ancaman kesehatan yang sedang dialami.

Fokus pengkajian utama ini ialah airway, breathing, dan circulation (ABC). Perawat

perlu menentukan apakah kondisi yang dialami pasien mengancam nyawa dan perlu

tindakan segera atau tidak.1

Tabel 1. Komponen pengkajian primer

Komponen Pemeriksaan Tindakan

Airway ( Jalan napas ) - Periksa apakah jalan - Periksa dan atur

napas paten atau tidak jalan napas untuk

- Periksa vokalisasi memastikan

- Ada tidaknya aliran kepatenan.

udara - Identifikasi dan

- Periksa adanya suara keluarkan benda

napas abnormal; stridor, asing ( darah

snoring, gurgling muntahan,

ataupun benda

asing ) yang

menyebabkan

obstruksi jalan

napas baik parsial

maupun total.
- Pasang

orofaringeal

airway/nasofaring

eal airway untuk

mempertahankan

kepatenan jalan

napas.

- Pertahankan dan

lindungi tulang

servikal.

Breathing (Pernapasan) - Periksa ada tidaknya - Tutup luka jiak

pernapasan efektif/ didapatkan luka

dengan 3 M ( Melihat terbuka di dada

naik turunnya dinding - Berikan terapi

dada, mendengarkan untuk mengurangi

suara napas dan adanya edema

merasakan hembusan pulmonal dan lain

napas ) – lain.

- Warna kulit

- Identifikasi pola

pernapasan abnormal

- Periksa adanya

penggunaan otot bantu


pernapasan, devisiasi

trakea, gerakan dinding

dada yang asimetris.

- Periksa pola napas

pasien adanya

tochiprieal/ tersengal –

sengal/ pasien bisa

berbicara dalam satu

kalimat penuh atau

tidak, adanya

pernapasan cuping

hidung

Circulation ( Sirkulasi ) - Periksa denyut nadi, - Lakukan tindakan

kualitas dan karakternya cpri defibrasi

- Periksa adanya sesuai dengan

gangguan irama jantung/ indikasi

abnormalitas jantung - Lakukan tindakan

dengan tanpa EKG penanganan pada

- Periksa pengisian pasien yang

kapiler, warna kulit dan mengalami

suhu tubuh serta adanya distritmia

diaforesis - Bila ada

perdarahan
lakukan tindkan

penghentian

perdarahan

- Pasang jalur IV

- Ganti volume

darah/ cairan

kristaloid sotonik

atau darah

Pelayanan kegawatdaruratan di tempat kejadian dalam rentang kondisi prafasilitas

pelayanan kesehatan, kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja

sehingga diperlukan peran serta dan bantuan masyarakat serta tenaga kesehatan dengan

ambulans dari PSC 119 maupun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Jadi, adapun tindakan yang dapat dilakukan dalam penanganan kegawatdaruratan

prafasilitas pelayanan kesehatan antara lain dalam hal ini sebagai tenaga kesehatan :

a. Triase

Memilah kondisi Pasien agar mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan tingkat

kegawatdaruratannya. Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE (Airway,

Breathing, Circulation, Disability, Environment).

b. Stabilisasi/Resusitasi

Resusitasi diperuntukkan bagi pasien yang mengalami henti jantung ataupun yang

mengalami krisis tanda vital (jalan napas, pernapasan, sirkulasi, kejang).

c. Evakuasi Medik
Evakuasi medik merupakan upaya memindahkan pasien dari lokasi kejadian ke

Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien dengan menggunakan

ambulans transportasi atau ambulans Gawat Darurat disertai dengan upaya

menjaga resusitasi dan stabilisasi.2

Pengkajian primer atau Survei Primer (Resusitasi dan Stabilisasi) :

1). Tindakan resusitasi segera diberikan kepada Pasien dengan kategori merah setelah

mengevaluasi potensi jalan nafas (airway), status pernafasan (breathing) dan sirkulasi

ke jaringan (circulation) serta status mental Pasien yang diukur Alert Verbal Pain

Unresponsive (AVPU).

2). Batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi

secepatnya untuk Pasien yang membutuhkan pelayanan resusitasi adalah segera.

3). Melakukan monitoring dan retriase terhadap tindakan resusitasi yang diberikan.

Monitoring kondisi Pasien berupa pemasangan peralatan medis untuk mengetahui

status tanda vital, pemasangan kateter urine, dan penilaian ulang status mental pasien.

4). Apabila kondisi Pasien memerlukan tindakan definitif segera namun pada

Puskesmas/Klinik/tempat praktik mandiri Dokter dan Dokter Gigi tidak tersedia

tenaga yang berkompeten ataupun fasilitas yang memadai, maka harus dilakukan

rujukan segera sesuai prosedur tanpa melakukan survei sekunder.2

- Pengkajian sekunder bertujuan mengidentifikasi semua penyakit atau masalah yang

berkaitan dengan keluahan pasien. Setelah kondisi mengancam nyawa ditangani,

perlu dilakukan pengkajian sekunder. Pengkajian berdasarkan pada keluahan yang


sedang dialami pasien, riwayat kesehatan, ringkatan gangguan yang terjadi dan hasil

pemeriksaan.1

Tabel 2. Komponen pengkajian sekunder

No Komponen Pertimbangan

1. Observasi umum - Observasi penampilan pasien, perhatikan

postur dan posisi tubuh.

- Periksa apakah pasien menggunakan

pelindung atau tindakan pelindung diri.

- Tanyakan keluhan umum yang diderita pasien.

- Bagaimana tingkat kesadaran pasien ?

- Amati perilaku pasien apakah tampak tenang/

ketakuatan/ gelisah/kooperatif.

- Kaji apakah pasien mampu melakukan

tindakan sendiri atau tidak.

- Kaji komunikasi verbal pasien, apakah

bicaranya jelas/ bingung/ bergumam.

- Apakah terdapat terdapat bau seprti bau

keton / urine/ etanol/ obat kimiawi lain

- Apakah ada tanda tanda luka lama, luka baru

atau keduannya.

2. Kepala dan wajah - Periksa adanya luka/ perdarahan/ bentuk

asimetris.
- Periksa apakah ukuran dan bentuk pupil kanan

– kiri sama, apakah beraksi terhadap cahaya.

- Periksa status visual pasien.

- Palpasi kulit kepala yang mengalami luka

- Palpasi adanya benjolan pada tulang wajah,

apakah bentuknya simetris/asimetris.

- Periksa adanya pembengkakan, perdarahan

pada hidung.

- Periksa adanya luka/ laserasi/ perdarahan pada

telinga.

- Periksa status hidrasi/ warna mukosa/ adayan

perdarahan/ gigi yang hilang atau patah/

edema laring atau faring pada langit – langit

mulut.

- Periksa ekspresi wajah yang asmetris dan cara

bicara yang menggumam.

3. Leher - Periksa adanya pembengkokan pada leher,

adanya perdarahan/ luka.

- Periksa adanya emfisema subkutan/ devisia

trakea.

- Palpasi adanya luka/ jejas atau keluhan nyeri

pada tulang servikal.

4. Dada - Periksa adanya/ benjolan/ luka/ perdarahan


- Periksa naik – turunnya dinding dada, simetris

atau tidak.

- Periksa adanya penggunaan otot bantu

pernapasan.

- Palpasi adanya benjolan/ nyeri/ emfisema

subkutan pada sturktur dinding dada

- Auskultasi suara pernapasan kanan-kiri sama

atau tidak, adanya suara napas tambahan

- Auskultasi suara jantung normal atau tidak

5. Abdomen - Periksa adanya luka/ distensi/ memar/ benda

asing yang menancap/ jahitan operasi.

- Auskultasi bising usus dan gangguan aortik

abnormal.

- Palpasi dan bandingkan denyut di kedua sisi

abdomen.

- Palpasi adanya massa, rigiditas, pulpasi pada

abdomen.

- Lakukan perkusi untuk mengidentifikasi

adanya cairan/ udara.

- Palpasi hepar untuk menentukan ukuran dan

adanya benjolan.

- Tekan simfisis pubis dan iliaka pelvis, periksa

adanya ketidakstabilan/ nyeri.


6. Ekstremitas - Periksa dan palpasi adanya benjolan/ memar,

luka perdarahan dan edema.

- Perhatikan adanya bekas luka, nyeri/patah

tulang.

- Palpasi dan bandingkan denyut nadi di kedua

tangan.

- Catat perbedaan warna, suhu tubuh, cappillary

refili time (CRT ), pergerakan dan sensasi.

7. Punggung - Jika dicurigai terdapat luka pada punggung

pasien, maka balikkan pasien dengan cara log

roll.

- Periksa dan palpasi adanya benjolan/ memar/

nyeri/ luka.

- Lakukan pemeriksaan rectal touché (RT)

untuk mengidentifikasi darah/ pembengkakan

prostat/benjolan dan hilangnya reflex

sphincter internal.

Jadi dari pengkajian umum tersebut informasi data subjektif dan objektif saat kondisi

gawat darurat terjadi.

2. Riwayat Kesehatan

Memperoleh riwayat kesehatan yang sesuai dean relevan dengan kondisi pasien adalah

penting. Data riwayat kesehatan termasuk keluhan utama pasien, riwayat penyakit saat ini,
riwayat pengobatan, pengobatan yang sedang dijalani, riwayat keluarga dan social serta rivew

system. Akan tetapi, proses untuk mendapatkan riwayat kesehatan tidak dilakukan pada pasien

gawat darurat. Hal ini didasarkan, intensitas seberapa sering pasien mengalami masalah tersebut,

serta seberapa besar masalah tersebut mempengaruhi kehidupan pasien

Untuk mengetahui dan memudahkan mengingat komponen pendataan riwayat, maka digunakan

mnemonic SAMPLE yaitu sebagai berikut :

S = Signs and symtomps  tanda dan gejala

A = Allergies  alergi

M = Medication  Pengobatan

P = Pertinent medical history  riwayat kesehatan terkait

L = Last meal ( or medication or menstrual period )  terakhir makan/ pengobatan/

Menstruasi

E = Events surrounding this incident  kejadian yang menyertai

Dan terakhir, untuk data riwayat kesehatan yang harus didapatkan pada pasien

kegawatdaruratan dental adalah gaya hidup pasien, missal penggunaan minuman

beralkohol.1

3. Pengkajian Subjektif

Adapun data dubjektif yang dapat didapatkan, meliputi :

- Keluhan utama, pada umumnya berkaitan dengan rasa/ respon tubuh terhadap

sensasi sakit atau rasa nyeri.

- Alasan kunjungan ke rumah sakit

- Status kesehatan pasien saat ini

- Pegobatan yang sedang dijalani


- Riwayat alergi ( catat jenis dan tingkat keparahan reaksi alergi )

- Riwayat pengobatan ( termasuk resep obat, jamu,obat penenang ataupun obat yang

dibeli tanpa resep yang dikomsumsi oleh pasien

Namun perlu dilakukan pemeriksaan penunjang dan tes labolatorium, serta

pemeriksaan diagnostik lainnya untuk memperjelas hasil pengkajian. Sedangkan data

objektif yang dapat didapatkan ialah data yang dapat dilihat dan diukur.1

4. Pengkajian Objektif

Pengkajian objektif ialah sekumpulan data yang dapat dilihat dan diukur meliputi

- TTV

- BB

- Tb pasien

- Pemeriksaan fisik

- Hasil perekaman EKG

- Tes diagnostik

- Tanda – tanda vital termasuk suhu tubuh, HR, RR tekanan darah, BB dan TB serta

evaluasi nyeri. Hasil pengukuran nyeri merupakan hal yang unik karena meskipun

telah diperiksa dengan menggunakan skala objektif, maka respons pasienlah yang

tetap menjadi dasar pengukuran.1

5. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, yang dilakukan adalah :

- Inspeksi : Pmeriksaan dimulai dari status keseluruhan kondisi pasien. Perlu dikaji

apakah pasien sadar atau tidak, penampilan secara umum pasien rapi atau berantakan,
apakah napas pasien nampak tersengal- sengal, dapatkah pasien menuturkan kalimat

lengkap atau hanya beberapa patah kata, bagaimana warna kulit atau mukosa pasien,

apakah ada memar, perdarahan atau bengkak. Perhatikan pergerakan tubuh dan postur

yang menunjukkan adanya nyeri, gangguan neurologis, orthopedic dan status mental.

- Auskultasi : Teknik auskultasi digunakan untuk pemeriksaan paru – paru, jantung dan

suara peristaltic. Kemampuan menbedakan suara berbeda berdasarkan kemampuan

pendengaran, sensifitas stetoskop, tingkat kebisingan dan pengalaman praktisi yang

sedang bertugas. Periksa kualitas suara, intensitas dan durasi. Lakukan auskultasi

pada abdomen sebelum dilakukan palpasi atau perkusi. Bandingkan hasil auskultasi

dengan hasil pemeriksaan lainnya.

- Palpasi : Palpasi digunakan untuk memeriksa karakteristik permukaan seperti : tekstur

kulit, sensifitas, tongue dan suhu tubuh. Gunakan palpasi ringan untuk memeriksa

denyut nabi, deformitas, kekakuan otot, sedangkan palpasi dalam dapat digunakan

untuk mengindentifikasi adanya massa, nyeri, ukuran organ dan adanya kekakuan.

Lakukan palpasi ringan pada abdomen sbelum melakukan palpasi dalam.1

- Perkusi : Perkusi dilakukan untuk mengevaluasi organ atau kepadatan tulang dan

dapat digunakan untuk membedakan struktur padat, berongga atau adanya cairan.

Dua factor yang dapat mempengaruhi peningkatan suara ialah teknik pemeriksa dan

ketebalan permukaan tangan dengan jari telunjuk tangan lain. Perkusi dengan palu

juga digunakan untuk memeriksa reflex tendon dalam.1


KESIMPULAN

Dalam melakukan prosedur perawatan gigi dan mulu atau prosedur lain yang

menyangkut nyawa orang lain. maka sebelum tindakan atau dimoluainya prosedur tenaga medis

harus berupaya mendapatakan rekam jejak riwayat kesehatan pasien yang besangkutan. Untung

mencecah terjadinya kegawatdaruratan, tenaga medis hendaknya melakukan pengkajian untuk

mendapatkan informasi riwayat kesehatan pasien dengan menggunakan mnemonic SAMPLE

yaitu sebagai berikut :

S = Signs and symtomps  tanda dan gejala

A = Allergies  alergi

M = Medication  Pengobatan

P = Pertinent medical history  riwayat kesehatan terkait

L = Last meal ( or medication or menstrual period )  terakhir makan/ pengobatan/

Menstruasi

E = Events surrounding this incident  kejadian yang menyertai

Dan terakhir, untuk data riwayat kesehatan yang harus didapatkan pada pasien

kegawatdaruratan dental adalah gaya hidup pasien, missal penggunaan minuman beralkohol.1

Tempat praktek atau fasilitas layana kesehatan yang baik narus memiliki peralatan dan

pelengkapan emergensi yang lengkap serta anggota timnya harus mempunyai keterampilan yang

baik dalam menangani kasus emergensi.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh dokter gigi atau tenaga

dan tim medisnya untuk siap siaga terhadap keadaan gawat darurat pada fasilitas pelayanan

antara lain;
1). Meng-update teknik, dan obat-obat emergensi secara periodik.

2). Menyediakan perlengkapan emergensi yang lengkap.

3). Mengecek Inrtrumen secara periodik dan mengganti yang rusak.

4). Mengecek obat-obat, tabung oksigen, serta masa kadaluarsa obat.

Anda mungkin juga menyukai