Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PENANGANAN KERACUNAN BAHAN NON-KOROSIF

DI SUSUN OLEH :

NAMA: FENI DESTIA NINGSIH

NIM: P0 0320117 014

Dosen Pengajar :
Fatimah Khoirini, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI KEPERAWATAN CURUP
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini, makalah ini merupakan
salah satu dari tugas mata pelajaran keperawatan gawat darurat. sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini berisi tentang penanganan keracunan bahan non-korosif yang sering
dijumpai dalam kehidupan kita. Dalam penyelesaian makalah ini yang berjudul “penanganan
keracunan bahan non-korosif”.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada sumber-sumber yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini Makalah ini kami harapkan dapat memberikan ilmu atau
pengetahuan tentang penanganan keracunan bahan non-korosif kami harapkan dapat memberi
manfaat bagi pembaca, rekan mahasiswa, serta Dosen. Kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk penyempurnaan makalah.

Curup, Agustus 2019

Penyusun

feni destia ningsih

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 2

C. Tujuan ...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi ................................................................................... 3

B. Etiologi .................................................................................. 3

C. Gejala Umum .......................................................................... 3

D. Penatalaksanaan Umum ........................................................... 4

BAB PENUTUP III

A. Kesimulan .............................................................................. 6
B. Saran........................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 8

LAMPIRAN

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada waktu ini , kita hidup dalam lingkungan yang dikelilingi oleh racun atau bahan-bahan
yang potensial menjadi racun. Dalam menghadapi keadaan ini, di Amerika Serikat terdapat
kurang lebih 500 badan atau lembaga yag tersebar diseluruh negeri dan dikenal sebagai “poison
control center” atau “pusat pengendali racun” (PPR).

Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung (inhalasi)
, suntikan dan absorbs melalui kulit , atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis
relative kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih
organ atau jaringan (Mc Graw-Hill Nursing Dictionary).

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian keracunan non-korosif ?
2. Apa etiologi dari keracunan non-korosif ?
3. Apa saja Gejala Umum keracunan non-korosif ?
4. Apa saja Penatalaksanaan Umum pada keracunan non-korosif?
3. Tujuan .
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian non korosif.
2. Untuk mengetahui etiologi dari keracunan non-korosif.
3. Untuk mengetahui apa saja gejala umum keracunan non-korosif.
4. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Umum dari keracunan non-korosif.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Keracunan non korosif yaitu keracunan yang disebabkan oleh zat non korosif
yang meliputi makanan (makanan basi, makanan kurang matang , makanan yang

3
terkontaminasi) , obat-obatan (asprin, narkotika, antihistamin), tanaman (jengkol, pohon
tuba, jamur, kentang, ubi-ubian).
B. Etiologi.
Penyebab terjadinya keracunan non korosif:
1. Makanan (makanan basi, makanan kurang matang, makanan yang terkontaminasi).
2. Obat-obatan (amfetamin, opioid, parasetamol dan lain-lain.
3. Racun alam (racun tanaman dan sengatan binatang berbisa).

C. Gejala Umum

1. Perubahan kesadaran
2. Kejang-kejang
3. Pupil melebar atau sangat mengecil
4. Gangguan pernafasan
5. Gangguan denyut jantung (berdebar-debar)
6. Keriingat dingin

D. Penatalaksanaan Umum.

1. Dapatkan control jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi. Pada keadaan tidak ada
kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien begantung pada keberhasilan
penatalaksanaan pernafasan dan system sirkulasi.
a) Kaji ventilasi adekuat dengan observasi usaha ventilasi melalui analisis gas
darah atau spirometri.
b) Kaji tanda vital kardiovaskuler dengan mengukur nadi, tekanan darah, tekanan
vena sentral dan suhu (interna dan perifer).
c) Siapkan untuk ventilasi mekanik jika terjadi depresi pernafasan. Tekananan
ekspirasi positif diberikann pada jalan nafas. masker kantong dapat membantu
menjaga alveoli tetap mengembang.
d) Berikan oksigen untuk depresi pernafasan, tidak sadar, sianosis dan syok.
e) Cegah aspirasi isi lambung dengan posisi kepala pasien diturunkan ,
menggunakan jalan nafas orofaring dan penghisap.
f) Stabilkan fungsi (kardiovaskuler) dan pantau EKG.

4
g) Masukan kateter urinarius tidak menetap untuk memantau fungsi ginjal.
h) Dapatkan spesimen darah untuk tes kosentrasi obat atau racun.
i) Pantau status neurologi (meliputi fungsi kognitif) : pantau tanda vital dan
status neurologic lanjut.
j) Lakukan pemeriksaan fisik cepat.
2. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan ,
gejala , usia , berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat. Hubungi pusat kontrol
racun diarea jika agens toksik tidak diketahui atau jika dibutuhkan mengidentifikasi
antidote untuk agens toksik yang diketahui.
3. Tangani syok yang tepat . Mungkinini berhubungan dengan kerja kardio depresan
dari obat yang ditelan , pengumpulan aliran vena di ekstremitas bawah atau
penurunan sirkulasi volume darah. sampai dengan meningkatnya permeabilitas
kapiler.
4. Hilangkan atau kurangi absorbs racun. Gunakan prosedur pengosongan lambung
sesuai ketentuan : hal berikut mungkin digunakan:
a) Sirup ipekak untuk merangsang muntah pada pasien sadar. (jangan
merangsang muntah setelah menelan zat penyebab atau petroleum distilata)
b) Bilas lambung (Gbr. 66-5 dan pedoman 66-7 untuk pasien) simpan aspirasi
lambung untuk penyaringan toksikologi.
c) Karbon diaktivasi diberiikan jika racub adalah salah satu yang dapat
diabsorbsi oleh karbon.
d) Katartik, bila tepat.
5. Berikan terapi spesifik. berikan antagonis kimia yang spesifik atau antagonis
fisiologik secepat mungkin untuk merubah atau menurunkan efek toksin.
6. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system saraf pusat
atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat

BAB III

PENUTUP

5
A. Kesimpulan
Keracunan non korosif yaitu keracunan yang disebabkan oleh zat non korosif
yang meliputi makanan (makanan basi, makanan kurang matang , makanan yang
terkontaminasi) , obat-obatan (asprin, narkotika, antihistamin), tanaman (jengkol, pohon
tuba, jamur, kentang, ubi-ubian).
B. Saran
1. Kepada orang tua yang mempunyai anak yang belum dewasa harus memperhatikan
penyimpanan bahan-bahan kimia jauh dari jangkauan anak dan diberi lebel sehingga
anak dapat membaca dan lebih berhati-hati.
2. Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan
penanganan racun berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan pertolongan
yang cepat dan benar.
3. Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda vital seperti
jalan nafas / pernafasan , sirkulasi dan penurunan kesadaran , sehingga penanganan
tindakan risusitasu , ABC (Airway, Breathing, Circulatoty) tidak terlambat dimulai.

6
7
8
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medil-Bedah. Jakarta. EGC

Dra.Sartono. 2002. Racun Dan Keracunan. Jakarta. Widya Medika

Anda mungkin juga menyukai