Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PEMERIKSAAN HIDUNG Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh SUKMA ILAHI P07120112077

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2012

KATA PENGANTAR Assslamualaikum wr wb Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah kebutuhan dasar manusia dengan judul PEMERIKSAAN FISIK HIDUNG. Adapun dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1 DR. Hj. Lucky Herawati, S.KM, M.Sc selaku direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 2 Ns. Harmilah, SPd,.M.Kep,Sp.MBselaku dosen kebutuhan dasar manusia tentang pengkajian fisik dan pembimbing dalam pembuatan makalah ini. 3 Teman Teman kelas B jurusan keperawatan, yang telah memberikan dukungan sehingga proses penyelesaian makalah yang direncanakan. 4 Terima kasih pula kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, maka diharapkan saran-saran yang membangun dari semua pihak yang membaca dan mempelajari makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan bagi dunia pendidikan. Assalamualikum Wr. Wb. ini berjalan sesuai

Yogyakarta,17 November 2012

Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...................................................................................................i KATA PENGANTAR...............................................................................................ii DAFTAR ISI...........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................................... B. Rumusan Masalah.................................................................................... D. Tujuan....................................................................................................... C. Ruang Lingkup.......................................................................................... E. Manfaat...................................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian................................................................................................. BAB III PEMBAHASAN A. Pemeriksaan Hidung................................................................................. DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Hidung adalah bagian dari kepala yang bisa dilakukan dengan pemeriksaan fisik. Hidung atau naso merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang(cavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung(septum nasi). Hidung terdiri dari bagian internal dan bagian eksternal. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah diatas maka penulis merumuskan masalah yaitu : 1. Bagaimana pemeriksaan hidung B. Tujuan 1. Mengetahui pemeriksaan hidung C. Ruang lingkup Pemeriksaan fisik hidung yang diambil dalam makalah ini termasuk ruang lingkup mata ajar Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia 1 khususnya gangguan indra penciuman yaitu hidung. Pemeriksaan hidung merupakan proses penkajian melalui teknik inspeksi dan palpasi pada klien. Pemeriksaan fisik hidung dilakukan pada klien yang mengalami penyakit pada hidung. D. Manfaat 1.Bagi Profesi Keperawatan Menambah wawasan bagi perawat untuk meningkatkan mutu proses pengkajian khusunya pemeriksaan hidung pada klien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Mulyadi (2002) mendefinisikan pemeriksaan Pemeriksaan Fisik adalah suatu teknik pengumpulan data. Dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Agoes (2004) mendefinisikan Pemeriksaan fisik adalah upaya untuk mencari
Tanda (sign) yaitu hasil pengamatan obyektif dokter atau tenaga kesehatan terhadap keluhan pasien.

Arens (2003) Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga kesehatan dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Boynton (2002) mendefinisikan Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Hidung atau naso merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang(cavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung(septum nasi). Hidung terdiri dari bagian internal bagian eksternal. Bagian eksternal tampak lebih kecil daripada bagian internal, yang terletak di atas atap mulut. Begian interior hidung berlubang dan terpisah oleh sebuah pembagi (septum) manjadi rongga kanan dan ronga kiri. Masing-masing rongga nasal terbagi mejadi tiga lorong sempit yang saling berhubungan (superior, menengah, dan meatus inferior) oleh tonjolan (konkae) dinding lateral dari bagian internal hidung. Nama teknikal dari permbukaan eksternal hidung ke dalam rongga nasal (nostril) adalah nares anterior.Nares posterior (koanae) adalah pembukaan dari area rongga nasal internal di atas meatus superior, disebut rongga sfenoetmoidal, ke dalam nasoparing. Hidung bekerja sebagai jalan masuk untuk untuk udara ke dan dari paruparu. Hidung menyaring udara dari kotoran dan menghangatkan, melembabkan, dan secara kimiawi memeriksa udara terhadap substansi yang dapat mengakibatkan iritasi lapisan mukosa traktus respirasi. Hidung adalah organ

penciuman, karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa nasal, dan hidung juga membantu dalam sersenggauan. Sinus parasanal adalah dasar rongga yang luas yang terisi oleh udara. Bagian ini dilapisi oleh mukosa dan silia yang menggerakkan sekresi melalui rongga nasal dan nasofaring.

BAB III PEMBAHASAN A. Pemeriksaan hidung 1. Alat Khusus a. Spekulum nasal b. Cahaya pemeriksaan c. Senter kecil d. Sarung tangan (kadang-kadang) 2. Tujuan Perawat menginspeksi hidung untuk menentukan simetrisitas struktur, adanya inflamasi atau infeksi, kelainan bentuk hidung serta menentukan ada atau tidaknya epistaksis (perdarahan pada hidung).

3. Tekhnik a. Inspeksi b. Palpasi 4. Prosedur a. Klien boleh duduk b. Duduk dihadapan pasien c. Gunakan satu tangan untuk menutup satu lubang hidung pasien, minta pasien menghembuskan udara dari lubang hidung yang tidak di tutup dan rasakan embusan udara tersebut. Normalnya udara dapat dihembuskan dengan mudah dan dapat dirasakan dengan jelas d. Kaji lubang hidung sebelahnya e. Tanyakan apakah klien pernah mengalami trauma atau pembedahan hidung. f. Tanyakan apakah klien mempunyai alergi atau pengeluaran nasal (karakter, bau, jumlah, dan lamanya berlangsung). g. Adakah riwayat perdarahan hidung (epistaksis)? Bila ada,tentukan frekuensi, banyaknya perdarahan, dan faktor predisposisi. h. Tanyakan bila klien sering mengalami infeksi, sakit kepala, atau setelah menggunakan obat tetes hidung.

i. Tanyakan apakah klien menggunakan obat-obatan nasal semprot atau nasal tetes (jumlah, frekuensi, dan lamanya). j. Tanyakan apakah klien biasa mendengkur atau mempunyai kesulitan dalam bernafas. k. Tentukan apakah klien mempunyai riwayat memamakai kokain atau inhalasi uap aerosol.

5. Pengkajian dan Hasil

Pengkajian Infeksi bentuk, hidung ukuran, setiap eksternal dan

Hasil Normal mengenai Hidung halus dan simetris dengan kulit. warna sama seperti pada wajah. atau

warna

Perhatikan inflamasi.

deformitas

Observasi pengeluaran dan pelebaran Nares berbentuk oval, simetris, dan nares. Bila ada pengeluaran, jelaskan tanpa pengeluaran atau pelebaran.

karakternya (berair, mukoid, puluren, bercampur gumpalan, atau bercampur darah), jumlah, warna dan apakah uniteral atau bilateral. Tindakan keperawatan: Bila ada cairan keluar, kenakan sarung tangan selama melaksanakan sisa prosedur pemeriksaan. Palpasi lembut batang jaringan lunak Struktur tetap dan stabil terhadap hidung terhadap nyeri, massa, dan palpasi, tanpa ada nyeri. penyimpangan dasar. Letakkan satu jari pada masing-masing sisi arkus nasal dan palpasilah dengan lembut,

gerakkan jari dari batang ke ujung hidung.

Beri sinar tembus dinding sinus-sinus bila ada nyeri. Lakukan pemeriksaan

Hindari penekanan pada mata. Udara, secara normal dapat ditemukan

dalam ruangan yang telah digelapkan. Nyalakan senter kecil pada aspek medial dari batang supra orbital tulang frontal untuk melihat sinus frontal.

pada sinus, yang digambarkan dengan adanya pendar remang kemerahan.

Perhatikan garis luar sinus, observasi variasi warna. Untuk menerangi sinus maksilaris, tempatkan senter kecil dibawah masing-masing batang orbital saat menginspeksi palatum keras melalui mulut yang terbuka. Septum yang menyimpang mungkin Edema atau pergantian warnapada hidung eksternal mungkin akibat dari trauma saat ini. Pengeluaran cairan puluren bilateral, dapat timbul pada kasus infeksi saluran pernafasan atas. Pengeluaran bercampur darah, epistaksis, terjadi akibat trauma. Mukosa yang pucat dengan pengeluaran yang jernih dapat menandakan adanya alergi. Pengeluaran mukoid menandakan terjadinya rinitis Sinus yang terinflamasi, membengkak, menandakan adanya infeksi atau alergi Polip, lesi, dan perdarahan puncak kerucut konka tindak normal. Ketiadaan pendaran saat pemberian sinar tembus menandakan bahwa sinus terisi sekresi atau tidak terbentuk. menghalangi pernafasan atau terganggu oleh adanya pemasukan selang sonde. Palatum memantulkan suatu pansdaran cahaya.

DAFTAR PUSTAKA

. Syaifudin. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Evelyn. 2004. Anatomi dan Fisiologi. Bandung : Erlangga Mualim. 2003. Pemeriksaan Fisik. Yogyakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Enggar. 2003. Pengertian Telinga.16 November 2012 www.psik-umj. ac.id Tantowi. 2010. Pengertian Pemeriksaan fisik. 17 November 2012 www.psik.unej.ac.id. Syifani. 2011. Pemeriksaan fisik Telinga. 15 November 2012 http://www.ners.unair.ac.id. Dadang. 2006. Pengenalan Pemeriksaan Fisik. Jurnal Kesehatan untuk Mahasiswa Keperawatan. Bali : Grafika Media. Mualif, Amar. 2005. Tekhnik Pemeriksaan Fisik. Jurnal Teknologi Kesehatan. Yogyakarta: Fakultas Keperawatan Universitas Gajah Mada. Romi, Zulian. 2007. Pengkajian Telinga pada Lansia di Ruang Dahlia Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai