Anda di halaman 1dari 72

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENERAPAN HYDROTHERAPY DENGAN AIR


GARAM HANGAT TERHADAP PERFUSI JARINGAN
PERIFER PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDONG AIR
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021

Oleh :
ANISA HAZARA
NIM: 1440118006

YAYASAN BAITUL HIKMAH KALIMOSODO PROVINSI LAMPUNG


AKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN PENERAPAN HYDROTHERAPY DENGAN AIR
GARAM HANGAT TERHADAP PERFUSI JARINGAN
PERIFER PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDONG AIR
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) pada
Akademi Keperawatan Baitul Hikmah Bandar Lampung

Oleh :
ANISA HAZARA
NIM: 1440118006

YAYASAN BAITUL HIKMAH KALIMOSODO PROVINSI LAMPUNG


AKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021
PERNYATAAN ORISINALITAS KTI

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Anisa Hazara
NIM : 1440118006
Judul : Gambaran Penerapan Hydrotherapy dengan Air Garam hangat terhadap
Perfusi jaringan Perifer pada pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung Tahun 2021.

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tulisan dalam karya tulis ilmiah ini
merupakan hasil pemikiran saya sendiri, bukan pengutipan tulisan dari karya
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau hasil pemikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil kutipan
pemikiran orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas tindakan tersebut.

Bandar Lampung, 31 Agustus 2021


Penulis

Anisa Hazara
NIM: 1440118006

i
MOTTO

“Gunakanlah waktumu selagi muda untuk menggapai kesuksesan di masa


depanmu dengan perjuangan”

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan pada seminar hasil
dengan:
Judul : Gambaran Penerapan Hydrotherapy dengan Air
Garam Hangat terhadap Perfusi jaringan Perifer
pada pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung Tahun
2021
Pada Tanggal/bulan/tahun : 31 Agustus 2021
Nama Mahasiswa : Anisa Hazara
NIM : 1440118006

Bandar Lampung, 31 Agustus 2021


Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Dimas Ning Pangesti,S.Kep.,Ns.,M.Kep Purwaningsih, S.Kep.,Ns


NPP : 957700.15 NPP : 957902.21

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan masukan

dewan penguji :

Judul : Gambaran Penerapan Hydrotherapy dengan Air


Garam hangat terhadap Perfusi jaringan Perifer
pada pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung Tahun
2021
Pada Tanggal/bulan/tahun : 31 Agustus 2021
Nama Mahasiswa : Anisa Hazara
NIM : 1440118006

Bandar Lampung, 31 Agustus 2021

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II Penguji

Dimas Ning Pangesti.,S.Kep.,Ns.M.Kep Purwaningsih.,S.Kep.,Ns Sarinah Sri Wulan,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NPP : 957700.15 NPP : 957902.21 NPP : 95850.29

Mengetahui
Akademi Keperawatan Baitul Hikmah Bandar Lampung
Direktur

Ns,.Sri Suharti,.S.Kep,.M.Kep
NPP: 957700.12
KATA PENGANTAR

iv
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan

petunjuk dan kemudahan dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah yang

berjudul “Gambaran Penerapan Hydrotheraphy dengan Air Garam Hangat

terhadap Perfusi Jaringan Perifer pada pasien Diabetes Melitus di wilayah Kerja

Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung tahun 2021. Penyelesaian karya tulis

ilmiah ini juga terkait dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. dr. M. Sirojuddin, Sp.OG, selaku ketua Yayasan Kalimosodo Baitul Hikmah

Provinsi Lampung.

2. Sri Suharti, S.Kep,.Ns.,M.Kep selaku Direktur Akademi Keperawatan Baitul

Hikmah Bandar Lampung.

3. Marliyana,S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Koordinator karya tulis ilmiah

4. Dimas Ning Pangesti,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I yang telah

membantu dan membimbing dalam menyelesaikan penulisan karya tulis

ilmiah.

5. Purwaningsih,S.Kep.,Ns selaku pembimbing II yang telah membimbing dalam

menyelesaikan penulisan karya tulis lmiah.

6. Sarinah Sri Wulan, S.Kep.,Ns Selaku penguji dalam ujian Karya Tulis Ilmiah

7. Kedua orang tua saya selalu memberi dukungan dan do’a setiap harinya.

8. Angkatan 23 selalu teman angkatan yang selalu memberikan semangat untuk

saya

Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan

masukan serta saran yang bersifat membangun guna penulisan yang akan datang.

Semoga Karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

v
Wassalamuaikum, Wr.Wb.

Bandar Lampung, 31 Agustus 2021


Penulis

Anisa Hazara
NIM: 1440118006

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM…………………………………......……………………….......

vi
PERNYATAAN ORISINALITAS KTI……………………………………........… i
LEMBAR MOTTO…………………………………………….....……………..….. ii
LEMBAR PERSETUJUAN……………......………………………………….…… iii
KATA PENGANTAR…………………........…………………………………..….. iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL…….………………………………………………………….….. ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………... x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………... xi
ABSTRAK…………………………………………………………………………… xii
ABSTRACT………………………………………………………………………..... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………... 4
C. Tujuan Karya Tulis Ilmiah..……………………………………………… 5
D. Manfaat Penulisan ………………………………………….................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Diabetes Melitus……………………………………………….. 7
B. Konsep Perfusi Jaringan Perifer………………...……………………… 14
C. Konsep Garam……………………………………………..................... 20
D. Konsep Hydrotherapy…………………………………………………… 25
E. Konsep Perawatan Kaki rendaman kaki garam hangat…………………. 27
F. Penelitian Terkait…………………..……………………………………. 30

BAB III METODE PENULISAN


A. Desain Karya Tulis Ilmiah……….......……………………………….. 31
B. Subyek Karya Tulis Ilmiah………..……………………………….…… 31
C. Definisi Operasional……….... ……………………………………….. 32
D. Lokasi dan Waktu pengumpulan data………………….……………… 32
E. Pengumpulan Data.……………………………………………….……. 33
F. Uji Keabsahan Data…………………………………………………… 37
G. Analisa Data …………………………………………………………… 37
H. Etika Penelitian………………………………………………………… 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Karya Tulis Ilmiah……………………………………………... 40
B. Pembahasan…………………………………………………………... 46

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………... 52
B. Saran…………………………………………………………………. 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Waktu Pengumpulan Data………………….……………………... 32

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar. 2.1 : Pathway Diabetes Melitus .................................................................... 10

ix
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar persetujuan responden/informed


2. Penjelasan untuk mengikuti persetujuan/consent
3. Standar Operasional Prosedur (SOP)
4. Format Observasi sebelum Penerapan
5. Format Observasi setelah Penerapan

x
Akademik Keperawatan Baitul Hikmah Bandar Lampung Tahun 2021

Anisa Hazara

Gambaran Penerapan Hydrotherapy dengan Air Garam hangat terhadap


Perfusi jaringan Perifer pada pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung Tahun 2021

ABSTRAK

Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan tingginya produksi dan fungsi
hormone insulin tidak berjalan dengan seharusnya. Penyakit ini mengakibatkan komplikasi
metabolic diantara kerusakan perfusi jaringan perifer. Upaya untuk mengatasi komplikasi diabetes
melitus selain penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi , salah satunya yaitu dengan
intervensi secara langsung berupa perawatan kaki dengan melalui pemberian rendaman kaki atau
biasa disebut Hydrotherapy, yaitu metode pengobatan atau terapi menggunakan air untuk
mengobati atau meringankan kondisi yang sakit dan merupakan metode terapi dengan pendekatan
“lowtech” yang mengandalkan pada respon tubuh terhadap air. Tujuan Karya Tulis Ilmiah ini
adalah Mengetahui hasil gambaran tentang penerapan hydrotherapy dengan Air Garam Hangat
terhadap Perfusi Jaringan Perifer pada pasien Diabetes Melitus di wilayah Kerja Puskesmas
Gedong Air Bandar Lampung. Metode yang digunakan adalah deskriptif menggunakan metode
studi kasus dengan penerapan dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan fisik, dokumentasi. Hasil Karya Tulis Ilmiah ini Responden 1 setelah dilakukan
penerapan hydrotherapy dengan air garam hangat didapatkan hasil meningkatnya tanda-tanda
peningkatan perfusi jaringan perifer yang baik yaitu tekanan darah dan nadi berkurang yaitu
Tekanan darah pasien 120/80 mmHg, Pernafasan 18x/menit, Kulit teraba hangat, Warna kulit
sianosis, Nadi 75x/menit, Suhu kulit 37,5 0C , Pengisian kapiler <1 detik, Nyeri pada telapak kaki
sudah terlokasi sehingga perfusi jaringan perifer meningkat selama 3x dalam 3 hari berturut-turut
sehingga sirkulasi perifer berkurang. Responden II setelah dilakukan observasi selama 3x dalam 3
hari berturut-turut didapatkan hasil Tekanan darah pasien berkurang yaitu Tekanan darah 120/80
mmHNadi 90x/menit, Pernafasan 20x/menit, Kulit teraba hangat, Warna kulit sianosis, Suhu kulit
37,50C, Pengisian kapiler < 1 detik, Nyeri pada telapak kaki sudah terlokasi. Peneliti selanjutnya
dapat melakukan penelitian dengan jumlah responden yang lebih banyak lagi, karena mengetahui
gambaran dengan cara survey responden dalam jumlah banyak.

Kata kunci :diabetes melitus, perfusi jaringan perifer, hydrotherapy, air garam
hangat.
Kepustakaan :28(2017-2020).

xi
Baitul Hikmah Nursing of Academy in Bandar Lampung Year 2021

Anisa Hazara

Overview of the Application of Hydrotherapy with Salt Water warm on


Peripheral Tissue Perfusion in Diabetes Mellitus Patients in the Work Area of
the Gedong Air Health Center Bandar Lampung in 2021.

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a disease characterized by high production and function of the hormone
insulin that does not work properly. This disease results in metabolic complications including
impaired peripheral tissue perfusion. Efforts to overcome the complications of diabetes mellitus in
addition to non-pharmacological management, one of which is by direct intervention in the form of
foot care through the provision of foot baths or commonly called Hydrotherapy, which is a method
of treatment or therapy using water to treat or relieve painful conditions and is a method of therapy
with a “low-tech” approach that relies on the body's response to water. The purpose of this
scientific paper is to find out the results of the description of the application of hydrotherapy with
warm salt water on peripheral tissue perfusion in patients with diabetes mellitus in the Gedong Air
Public Health Center, Bandar Lampung. The method used is descriptive using a case study method
with the application of data collection through interviews, observation and physical examination,
documentation. The results of this Scientific Paper Respondent 1 after the application of
hydrotherapy with warm salt water resulted in increased signs of good peripheral tissue perfusion,
namely reduced blood pressure and pulse, namely the patient's blood pressure was 120/80 mmHg,
Breathing 18x/minute, Skin felt warm , Cyanotic skin color, Pulse 75x/minute, Skin temperature
37,50C , Capillary refill <1 second, Pain in the soles of the feet has been located so that peripheral
tissue perfusion increases for 3 times in 3 consecutive days so that peripheral circulation is
reduced. Respondent II after being observed for 3 times in 3 consecutive days, the results showed
that the patient's blood pressure was reduced, namely blood pressure 120/80 mmH, pulse
90x/minute, breathing 20x/minute, skin felt warm, skin color cyanosis, skin temperature 37.50C,
filling capillaries < 1 second, pain in the soles of the feet has been located. Further researchers can
conduct research with a larger number of respondents, because they know the picture by surveying
a large number of respondents.

Keywords :diabetes melitus, Peripheral tissue perfusion, Hydrotherapy, Warm


salt water.
Literature :28 (2017-2020

xii
xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan tingginya

produksi dan fungsi hormone insulin tidak berjalan dengan seharusnya.

Seseorang dikatakan mengidap diabetes melitus apabila pernah di diagnosis

DM dari dokter atau mengalami gejala seperti mudah lapar, sering haus dan

buang air kecil, berat badannya turun drastic tanpa sebab apapun, serta kadar

gula darahnya di atas batas normal berdasarkan pemeriksaan (Syamsiah,

2019).

Konsep islam mengajarkan untuk tetap beriman dalam firman Allah SWT

didalam Al-quran surat Al-Anbiya 30:

‫ض َكانَتَا َر ْتقًا فَفَتَ ْق ٰنهُ َم ۗا﴿ َو َج َع ْلنَا‬ ِ ‫اَ َولَ ْم يَ َر الَّ ِذي َْن َكفَر ُْٓوا اَ َّن السَّمٰ ٰو‬
َ ْ‫ت َوااْل َر‬
۟
‫ِم َن ْال َم ۤا ِء ُك َّل َش ْي ٍء َح ۗ ٍّي﴾ اَفَاَل ي ُْؤ ِمنُ ْو ۟ َن‬
Artinya: “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan

bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara

keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air;

maka mengapa mereka tidak beriman?”.

‫ َو َج َع ْلنَا ِم َن ْال َم ۤا ِء ُك َّل َش ْي ٍء َح ٍّي‬:


Artinya : “Dan dari air kami jadikan sesuatu yang hidup”

1
2

Penyakit Diabetes melitus masih menjadi masalah kesehatan dunia dimana

International Diabetes Federation(IDF) pada tahun 2020 jumlah penderita

Diabetes Melitus sebanyak 463 juta orang dewasa di dunia yang menyandang

diabetes dengan prevalensi global mencapai 9,3%, namun kondisi yang

membahayakan adalah 50,1% penyandang diabetes tidak terdiagnosis. Hal ini

menjadikan status diabetes sebagai silent killer masih menghantui dunia.

Jumlah penderita diabetes diperkirakan sebanyak 75% pasien yang berusia 20-

64 tahun (IDF, 2020).

Prevalensi penduduk Indonesia yang di diagnosa Diabetes Melitus pada tahun

2020 sebanyak 6,2% atau 10,8 juta orang. Peningkatan kasus diabetes melitus

di Indonesia semakin meningkat sehingga menyebabkan Indonesia pada tahun

2021 menduduki peringkat kedua Negara dengan penderita diabetes terbanyak

setelah india yang sebanyak 8.426.000 jiwa dimana 90% juta pengidap

diabetes melitus adalah tipe 2 (Kementerian kesehatan RI, 2021).

Berdasarkan data Prevalensi penderita Diabetes Melitus dalam penelitian

Pangestu (2019) yang terlaporkan, Lampung pada tahun 2020 jumlah

penderita diabetes melitus yang terdiagnosis dokter sebesar 8,4% ribu orang

dimana Kota Bandar Lampung berada peringkat kelima dengan jumlah

penderita terbanyak yaitu 5,8% ribu orang. Sementara jumlah penderita di

Lampung yang tidak terdiagnosis tetapi selama sebulan terakhir mengalami

gejala-gejala diabetes melitus berjumlah 1,3 % ribu orang (Dinas Kesehatan

Provinsi Lampung, 2020).


3

Hasil rekapitulasi data di Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung tercatat

jumlah pasien yang di rawat inap pada bulan November 2020 sampai bulan

Januari 2021 sebanyak 60 pasien. Hal ini menjadikan kasus Diabetes Melitus

menjadi kasus peringkat ketiga terbanyak diantara kasus lainya di Puskesmas

Gedong Air Bandar Lampung (Eka, 2020).

Berdasarkan data pasien tersebut penyebab penyakit Diabetes Melitus yang

dialami pasien diakibatkan oleh adanya gangguan sirkulasi pada pasien yang

terjadi karena peningkatan gula darah sehingga menyebabkan peradangan yang

mengakibatkan penumpukan plak di pembuluh darah sehingga menyebabkan

komplikasi metabolik salah satunya adalah kerusakan perfusi jaringan perifer

yang menyebabkan infusiensi vaskular perifer dengan klaudikasi (nyeri)

intermiten di tungkai bawah dan ulkus pada kaki, Sumbatan dan trombosis di

pembuluh darah besar, dan arteri kecil dan arteriol, serta perubahan fungsi

neurologis dan infeksi, mengakibatkan gangrene, nekrosis atau kematian

jaringan ( LeMone &Burke, 2015 dalam Suryadi, 2019).

Upaya untuk mengatasi komplikasi diabetes melitus selain penatalaksanaan

Farmakologi dan Non Farmakologi , salah satunya yaitu dengan intervensi

secara langsung berupa perawatan kaki dengan melalui pemberian rendaman

kaki atau biasa disebut Hydrotherapy, yaitu metode pengobatan atau terapi

menggunakan air untuk mengobati atau meringankan kondisi yang sakit dan

merupakan metode terapi dengan pendekatan “lowtech” yang mengandalkan

pada respon tubuh terhadap air. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh
4

dari terapi air yaitu untuk melihat perfusi jaringan perifer yang baik tekanan

darah dan nadi berkurang sampai normal. Terapi rendaman air dapat

dikombinasikan dengan penggunaan air yang hangat serta garam yang

mempunyai kandungan kaya akan natrium yang dapat mengikat air pada

intrasel sehingga dapat mengurangi bengkak dan radang pada kaki dengan

kriteria responden diantaranya perempuan yang kooperatif yang berusia ≥40

tahun dan positif memiliki penyakit diabetes tipe II (Jati, 2017).

Berdasarkan penelitian Hikmah (2020), merendam kaki dalam air hangat

selama 5-10 menit akan melembutkan kaki berkerak dan kering sehingga lebih

mudah untuk menyingkirkan sel-sel mati. Pembersihan kulit sangat penting

karena kaki sering kontak dengan kotoran. Merendam kaki dengan air hangat

dapat dicampur dengan garam yang dapat memberikan manfaat baik untuk

kaki. Hasil Intervensi yang dilakukan selama 3 hari yaitu didapatkan hasil

kalus berkurang, tidak ada edema pada kaki, suhu ujung kaki teraba hangat,

CRT ≤ 3 detik. Kesimpulanya adalah perawatan kaki dengan air garam hangat

dapat membantu meningkatkan perfusi jaringan perifer pada pasien diabetes

melitus.Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan Penerapan

Hydrotherapy dengan Air Garam Hangat terhadap Perfusi Jaringan Perifer

pada pasien Diabetes Melitus di wilayah Kerja Puskesmas Gedong Air Bandar

Lampung tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran penerapan Hydrotheraphy dengan Air Garam


5

Hangat terhadap Perfusi Jaringan Perifer pada pasien Diabetes Melitus di

wilayah Kerja Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung tahun 2021.

C. Tujuan Karya Tulis Ilmiah

1. Tujuan Umum

Mengetahui hasil gambaran tentang penerapan Hydrotherapy dengan Air

Garam Hangat terhadap Perfusi Jaringan Perifer pada pasien Diabetes

Melitus di wilayah Kerja Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung tahun

2021 .

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui hasil perfusi jaringan perifer pada pasien Diabetes Melitus

sebelum diberikan Hydrotherapy Air Garam Hangat di wilayah kerja

Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung Tahun 2021.

b. Diketahui hasil perfusi jaringan perifer pada pasien Diabetes Melitus

setelah dilakukan Hydrotherapy dengan Air Garam Hangat di Wilayah

Kerja Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung Tahun 2021.

c. Diketahui hasil perbedaan perfusi jaringan perifer pada pasien 1 dan 2

setelah dilakukan Hydrotherapy Air Garam Hangat di Wilayah Kerja

Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung Tahun 2021.

D. Manfaat penelitian

Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Manfaat teoritis
6

Manfaat dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai pembangun ilmu

keperawatan dalam memberikan penerapan hydrotherapy dengan air

garam hangat pada 2 orang penderita diabetes melitus diwilayah kerja

Puskesmas Gedong Air tahun 2021.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai informasi atau acuan pengembangan ilmu pengetahuan dan

penelitian selanjutnya khususnya mengenai diabetes melitus.

b. Bagi Puskesmas

Sebagai salah satu acuan dalam meningkatkan Standar Operasional

Prosedur (SOP) mengenai Perfusi Jaringan Perifer pada penderita

diabetes melitus.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan informasi bagi institusi pendidikan untuk mengoptimalkan

progam standar praktek keperawatan dan menambah pengetahuan

mahasiswa/mahasiswi D3 tentang perawatan kaki dengan rendaman air

garam hangat sebagai peningkat perfusi jaringan perifer pada penyakit

diabetes .

d. Bagi Klien

Menambah pengetahuan dalam penanganan diabetes melitus dengan

perendaman air garam hangat untuk meningkatkan perfusi jaringan

perifer.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Diabetes Melitus

1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus berasal dari bahasa yunani yaitu pancuran air sedangkan

Melitus berasal dari bahasa latin yaitu manis dikenal di Indonesia dengan

istilah  penyakit kencing manis  adalah kelainan metabolik yang

disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya insulin atau ketidak

mampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin (insulinresistance), dengan

sitoma berupa hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein (Syamsiah, 2019).

Tandra (2017), diabetes adalah gangguan keseimbangan antara

transportasi gula kedalam sel, gula yang disimpan dihati dan gula yang

dikeluarkan dari hati. Akibatnya, kadar gula dalam darah meningkat.

Kelebihan ini keluar melalui urine. Oleh karena itu, urine menjadi banyak

dan mengandung gula. Penyebab keadaan ini karena pankreas tidak

mampu lagi memproduksi insulin, dan sel tidak memberi respons pada

kerja insulin sebagai kunci untuk membuka pintu sel sehingga gula tidak

dapat masuk kedalam sel.

7
8

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Syamsiyah (2019), klasifikasi diabetes melitus dibedakan menjadi 3

kategori yaitu sebagai berikut:

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Sebagian besar diabetes disebabkan oleh penurunan kerja organ tubuh

karena penuaan atau karena gaya hidup yang tidak sehat. Akan tetapi,

diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh terjadinya destruksi atau

kerusakan sel beta karena autoimun. Selain itu, ada juga beberapa

kasus diabetes tipe ini yang tidak diketahui penyebabnya. Pada

diabetes melitus tipe 1 ditandai dengan kebutuhan insulin untuk

mengendalikan glukosa kurang, penderita DM tipe 1 umumnya

bertubuh kurus, umumnya berusia muda.

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes tipe ini paling sering kita temukan, sekitar 90-95% dari

keseluruhan pasien diabetes merupakan pengidap diabetes tipe 2.

Berbeda dengan diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 umumnya dialami

orang dewasa. Pada diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan Insulin

dalam darah cukup, namun sel-sel tubuh tidak bereaksi dengan baik,

penderita DM tipe 2 umumnya bertubuh gemuk, umumnya berusia ≥40

tahun, jarang terjadi ketosis, sering terjadi resistensi insulin. Penyebab

dari diabetes tipe 2 adalah insulin tidak dapat direspons dengan baik

oleh sel-sel tubuh, tidak menerima glukosa yang dibawa insulin, ini

yang disebut resistensi insulin. Resistensi insulin ini yang akhirnya

menyebabkan kadar gula darah meningkat.


9

c. Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes melitus gestasional merupakan naiknya kadar gula darah

sementara waktu pada masa kehamilan, dan biasanya terdeteksi ketika

usia kehamilan sudah diatas 18 minggu. Kadar gula darahnya pun akan

kembali normal setelah melahirkan. Namun ibu hamil yang menderita

diabetes melitus gestasional memiliki risiko lebih besar terkena

diabetes di masa yang akan datang. Ibu hamil yang mengalami

diabetes melitus gestasional biasanya akan melahirkan bayi besar

dengan berat badan hingga 4 kg atau lebih, pre-eklamsi juga lebih

banyak dialami ibu hamil yang menderita diabetes. Dampak diabetes

gestasional seperti persalinan akan lebih sulit, risiko keguguran,

kematian ibu akibat persalinan, dan kematian bayi setelah lahir akan

lebih besar.

Sama dengan diabetes yang biasa, diabetes gestasional terjadi ketika

tubuh tidak memproduksi cukup insulin untuk mengontrol kadar

glukosa (gula) dalam darah pada masa kehamilan. Kondisi tersebut

dapat membahayakan ibu dan anak, namun dapat ditekan bila

ditangani dengan cepat dan tepat. Diabetes gestasional disebabkan oleh

terbentuknya hormon yang menimbulkan resistensi insulin yang

normal terjadi pada masa kehamilan. Keadaan ini akan meningkatkan

gula darah dan lemak dalam tubuh yang akan lebih banyak dipecah,

akibatnya ibu hamil akan cepat merasa lapar, jika pola makan

tidak terkontrol maka diabetes yang dialami akan semakin parah.


10

3. Pathway Diabetes Melitus


Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes Melitus Tipe II

Sel β pancreas Idiopatik, usia, genetic dll


hancur
Defisiensi Insulin

Ketabolisme
Hiperglikemia protein meningkat Liposis
meningkat
Pembatasan diit Penurunan

Fleksibilitas
darah merah
Intake tdk adekuat Resiko nutrisi
kurang
Pelepasan O2
Poliuria Deficit volume cairan

Hipoksia perifer
Perfusi jaringan perifer
tidak efektif

Nyeri

Gambar 2.1 Pathway Diabetes Melitus (Welni, 2020).

4. Faktor Penyebab Diabetes Melitus

Syamsiyah (2019), Faktor penyebab diabetes melitus yaitu:

a. Faktor keturunan

Seseorang yang memiliki keluarga terkena diabetes berisiko 2-6 kali

lipat terkena diabetes . Terdapat pendapat lain yang mengatakan jika

kedua orang tuanya menderita diabetes maka semua anaknya akan

menderita diabetes. Namun, jika hanya salah satu orang tua saja atau

kakek atau nenek yang merupakan penderita diabetes kemungkinan

50% dari anak-anaknya akan menderita diabetes.


11

b. Jenis Kelamin

Populasi penderita diabetes lebih banyak terjadi pada wanita,

penyebabnya bisa karena dampak dari diabetes yang dialami selama

kehamilan, usia harapan hidup wanita lebih tinggi, serta angka obesitas

dan hipertensi yang lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria.

c. Pola makan yang tidak tepat

Pola makan ditentukan dari 3J yaitu jumlah makanan, jenis makanan,

dan jam makan. Jumlah makanan yang berlebihan, terutama

karbohidrat dan lemak akan memicu naiknya glukosa darah. Jumlah

makanan dikatakan berlebihan apabila kita makan melebihi dari

kebutuhan kalori dalam sehari. Sesekali makan dalam jumlah melebihi

kebutuhan kalori masih diperbolehkan, namun jika setiap hari makan

berlebihan akan menyebabkan risiko terkena banyak penyakit.

d. Kebiasaan tidak sehat

Kebiasaan tidak sehat tentu berdampak pada hal yang buruk, baik

cepat maupun lambat, misalnya kebiasaan tidak sehat seperti merokok

dapat meningkatkan risiko terkena diabetes, mengonsumsi alcohol,

menggunakan remot tv untuk menyalakan tv, terlalu banyak tidur dsb.

e. Kegemukan

Kegemukan terjadi karena berlebihan dalam mengonsumsi

karbohidrat, lemak dan protein serta kurangnya aktivitas fisik. Akibat

kegemukan ini banyak lemak yang tertimbun dalam sel sehingga

insulin tidak mampu membawa glukosa masuk ke dalam sel-sel

tersebut. Semakin tinggi tingkat obesitas maka akan semakin berisiko


12

terkena diabetes, karena setiap kenaikan berat badan sebesar 1kg dapat

meningkatkan risiko diabetes sebesar 4,5%.

f. Penyakit degeneratif

Usia 40 tahun merupakan usia rentan terkena berbagai penyakit

degeneratif. Penyakit degeneratif adalah penyakit yang disebabkan

oleh penurunan kualitas jaringan organ tubuh, diabetes merupakan

salah satu penyakit degeneratif yang perlu di waspadai karena di usia

40 tahun produksi insulin mulai berkurang.

g. Penyakit mental

Orang yang mengalami stress umumnya akan sulit tidur, nafsu

makannya meningkat, depresi, lemas dan tekanan darahnya turun.

Pada saat nafsu makan meningkat akan menyebabkan kegemukan yang

akan mengakibatkan diabetes. Penyakit mental lainya seperti

skizofrenia juga memiliki prevelensi diabetes lebih tinggi

dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami penyakit mental.

5. Komplikasi diabetes melitus

Ghoffar (2017), beberapa komplikasi akut dari diabetes melitus yaitu:

1) Hipoglikemi dan hiperglikemia

2) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit

jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler)

3) Penyakit mikrovaskuler : mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,

Nefropati.
13

Tandra (2017), jika tidak cepat ditangani dalam jangka panjang penyakit

diabetes melitus bisa menimbulkan berbagai komplikasi, yaitu:

1) Kardiopati diabetic

2) Ganggren dan impotensi

3) Nefropati diabetic

4) Retinopati diabetic

6. Penatalaksanaan medis dan keperawatan

Andra & Yessie (2018), untuk penatalaksanaan pada penderita ulkus

diabetes melitus khususnya perawatan dalam jangka panjang antara lain:

a. Medis

1) Obat hipoglikemik Oral

2) Insulin

b. Keperawatan

1) Diit

2) Latihan

3) Pemantauan

4) Terapi insulin

5) Penyuluhan kesehatan

7. Cara pencegahannya

Maharani (2019), Komplikasi penyakit Diabetes Melitus dapat dicegah

atau dikurangi resiko dengan menjalankan gaya hidup sehat. Gaya hidup

sehat tersebut antara lain:


14

a. Konsumsi makanan dalam porsi yang lebih kecil pada semua waktu

dengan memperbanyak sayur dan buah tinggi serat.

b. Mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat dan minuman

yang manis.

c. Berhenti merokok.

d. Melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari sehingga tercipta berat

badan ideal. Aktifitas fisik yang paling baik adalah olahraga aerobic

(berjalan kaki, jogging, bersepeda, senam, berenang) yang dilakukan

dengan irama teratur sehingga pembakaran energi tubuh menjadi

teratur juga.

e. Aktif beribadah, sehingga tercipta suasana hati yang tenang dan ikhlas,

serta menumbuhkan pikiran yang positif dan optimis, juga mengurangi

beban pikiran (stress). Menjadikan keluarga sebagai pendukung dan

penyemangat hidup.

B. Konsep Perfusi Jaringan Perifer

1. Pengertian perfusi jaringan perifer

Perfusi perifer tidak efektif pada diabetes melitus merupakan penurunan

sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme

tubuh. Hal ini bisa terjadi karena peningkatan mobilisasi lemak yang

abnormal disertai dengan adanya endapan kolesterol pada dinding

pembuluh darah. Endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah

ini dapat menurunkan sirkulasi darah karena pembuluh darah semakin

menyempit (Astuti, 2020).


15

2. Penyebab Perfusi jaringan perifer tidak efektif

Astuti (2020), penyebab perfusi jaringan tidak efektif yaitu:

a. Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah kadar gula darah lebih. Hiperglikemia akan

menyebabkan penumpukan kadar glukosa darah pada sel dan jaringan

tertentu serta mentransport glukosa tanpa insulin dan menyebabkan

terjadinya glukolisasi pada semua protein dimana protein berfungsi

membantu metabolisme tubuh serta penyeimbang cairan dalam tubuh.

Apabila cairan dalam tubuh tidak seimbang, aliran darah pada perifer

terganggu bahkan terjadi penyumbatan yang menyebabkan terjadi

perfusi jaringan perifer tidak efektif.

b. Penurunan aliran arteri dan vena

Penurunan arteri ini disebabkan oleh metabolisme lemak yang

abnormal disertai dengan adanya endapan kolesterol pada dinding

pembuluh darah. Endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah

menyebabkan menurunnya sirkulasi darah karena pembuluh darah

semakin menyempit dan menyebabkan terhambatnya aliran darah.

c. Kurangnya informasi tentang faktor pemberat

Informasi tentang faktor pemberat merupakan hal yang penting

diketahui pada penderita, kurangnya informasi penderita mengenai

faktor pemberat yang dapat mengakibatkan terjadinya perfusi jaringan

perifer tidak efektif.

d. Kurangnya terpapar informasi tentang proses penyakit

Kurangnya pengetahuan penderita mengenai penyakit yang dideritanya


16

dapat mengakibatkan terjadinya masalah baru. Jadi penting bagi

penderita untuk diberikan edukasi mengenai penyakit yang di

deritanya.

e. Kurangnya aktivitas fisik

Latihan fisik dapat membantu mengatur berfungsinya metabolisme

normal dalam tubuh dan membakar kalori yang berlebihan di dalam

tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh dapat menyebabkan

peredaran tidak lancer karena lemak yang menumpuk di pembuluh

darah, hal ini dapat mengakibatkan perfusi jaringan perifer tidak

efektif.

3. Proses terjadinya diabetes melitus pada perfusi jaringan perifer tidak

efektif

Astuti (2020), proses terjadinya diabetes melitus pada perfusi jaringan

perifer tidak efektif sebagai berikut:

a. Penderita diabetes melitus biasanya terjadi masalah pada insulin yang

berhubungan dengan gangguan sekresi insulin. Berkurangnya

pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya

konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl. Peningkatan

mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak menyebabkan

terjadinya metabolisme lemak abnormal disertai dengan endapan

kolesterol pada dinding pembuluh darah.

b. Retensi insulin menyebabkan terjadi hiperglikemia, hiperglikemia

yang melebihi ambang ginjal normal (160-180 mg/100 ml) yang


17

mengakibatkan tubulus renalis tidak mampu untuk menyerap glukosa

maka terjadi glukosaria. Hal ini mengakibatkan osmotic diuretik yang

merupakan penyebab utama poliuri sehingga penderita menjadi cepat

lelah dan mengantuk, jika hal ini sering terjadi maka akan terjadi

hiperglikemia dalam waktu yang panjang yang menyebakan perubahan

pada syaraf perifer sehingga terjadi perfusi jaringan tidak efektif.

4. Tanda dan gejala perfusi jaringan tidak efektif

Adapun tanda gejala perfusi jaringan perifer tidak efektif (SDKI DPP

PPNI, 2017 dalam Astuti, 2020)

a. Tanda dan gejala mayor

1) Subjektif

Tidak tersedia

2) Objektif

a) Pengisian kapiler >3 detik

b) Nadi perifer menurun

c) Akral teraba dingin

d) Warna kulit pucat

e) Turgor kulit menurun

b. Tanda dan gejala minor

1) Subjektif

a) Parastesia

b) Nyeri ekstremitas

2) Objektif
18

a) Indeks ankle-brachial <0,90

b) Bruit fenoral

c) Edema.

5. Dampak perfusi jaringan perifer tidak efektif

Astuti (2020), Adapun dampak yang bisa terjadi pada penderita diabetes

melitus:

a. Ganggren kaki diabetic

Salah satu penyebab utama terjadinya ganggren adalah neuropati

perifer yang mengacu pada penyakit yang menyerang semua tipe saraf

termasuk saraf perifer, otonom, spinal. Penebalan membrane basalis

kapiler dan penutupan kapiler akan menyebabkan gangguan sensorik

dan motorik. Gangguan sensorik menyebabkan hilangnya sensasi nyeri

pada kaki, sedangkan gangguan motorik menyebabkan atrofi otot kaki.

b. Retinopati diabetic

Kelainan patologis mata yang disebut retinopati diabetic disebabkan

oleh perubahan pada pembuluh darah kecil di sekitar retina. Retina

merupakan bagian mata yang menerima bayangan dan mengirimkan

informasi tentang bayangan tersebut ke otak.

6. Peningkatan perfusi jaringan perifer

Aliyah (2020), peningkatan perfusi jaringan perifer yaitu sebagai berikut:

a. Peningkatan perfusi jaringan perifer yang baik adalah suatu keadaan

dimana sirkuasi darah pada daerah perifer secara intensif meningkat


19

sehingga dapat memperlancar metabolisme tubuh ditandai dengan

berkurangnya kesemutan pada kaki, rasa nyeri berkurang pada

ekskremitas kaki dan kaki terlihat lebih bersih tanpa adanya kalus.

b. Peningkatan perfusi jaringan perifer yang tidak baik adalah suatu

keadaan dimana proses sirkulasi meningkat namun terkendala oleh

adanya penumpukan plak pada ekremitas kaki sehingga menghambat

kelancaran aliran darah menuju perifer yang menyebabkan infusiensi

vaskular perifer dengan klaudikasi (nyeri) intermiten di tungkai bawah

dan ulkus pada kaki.

7. Tanda-tanda peningkatan perfusi jaringan perifer

Aliyah (2020), tanda-tanda peningkatan perfusi jaringan perifer yang baik

yaitu sebagai berikut:

a. Tekanan darah dan nadi berkurang sampai normal

b. Pernafasan 16-20x/menit

c. Kulit hangat,warna kulit tidak sianosis.

d. Nadi perifer teraba

Sedangkan, tanda-tanda peningkatan perfusi yang tidak baik yaitu

sebagai berikut:

a. Peningkatan perfusi jaringan yang tidak seimbang ditandai dengan

terhambatnya sirkulasi darah ke perifer

b. Suhu kulit diatas normal

c. Pengisian kapiler kaki >1 detik

d. Peningkatan nyeri yang tidak teralokasi


20

8. Pencegahan perfusi jaringan perifer

Astuti (2020), pencegahan perfusi jaringan perifer pada diabetes melitus

dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

a. Senam kaki

Senam kaki merupakan tindakan yang bisa dilakukan untuk

melancarkan sirkulasi darah terutama ke daerah kaki. Senam kaki

dapat membantu sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil,

mencegah kelainan bentuk kaki, serta meningkatkan produksi insulin

yang dipakai dalam transport glukosa ke sel sehingga membantu

menurunkan glukosa dalam darah.

b. Perawatan kaki

Selain itu saat aliran darah yang kurang lancar memperlambat

penyembuhan luka pada ekstremitas, untuk menghindari timbulnya

luka pada kaki perlu dilakukan perawatan kaki yang tepat dan

perubahan posisi yang sering dengan cara penderita menjaga kesehatan

kaki dengan mencegah penekanan di satu titik yang bisa menyebabkan

luka.

C. Konsep Garam

1. Pengertian Garam

Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk

kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar

Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti Magnesium

Chlorida, Magnesium Sulfat, Calsium Chlorida, dan lain-lain. Garam


21

mempunyai sifat / karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap

air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada

tingkat suhu 8010C ( Andriyani, 2020).

Garam Natrium klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya

dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) padatan

Kristal berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis, bila mengandung

MgCl2 menjadi berasa agak pahit dan higroskopis. Digunakan terutama

sebagai bumbu penting untuk makanan, sebagai bumbu penting untuk

makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH ( bahan untuk

pembuatan keramik, kaca, dan pupuk ), sebagai zat pengawet ( Mulyono,

2009 dalam Andriyani, 2020).

2. Sumber Garam

Andriyani (2020), Sumber garam yang didapat dialam berasal dari :

a. Air laut, air danau asin

Yang bersumber air laut terdapat di Mexico, Brazilia, RRC, Australia

dan Indonesia yang mencapai ± 40 %. Adapun yang bersumber dari

danau asin terdapat di Yordania (Laut Mati), Amerika Serikat (Great

Salt Lake) dan Australia yang mencapai produksi ± 20 % dari total

produk dunia.

b. Deposit dalam tanah, tambang garam

Terdapat di Amerika Serikat, Belanda, RRC, Thailand, yang

mencapai produksi ± 40 % total produk dunia.


22

c. Sumber air dalam tanah

Sangat kecil, karena sampai saat ini dinilai kurang ekonomis maka

jarang (sama sekali tidak) dijadikan pilihan usaha. Di Indonesia

terdapat sumber air garam di wilayah Purwodadi, Jawa Tengah

(Burhanuddin, 2001).

3. Fisiologi Garam

Andriyani (2020), Fisiologi garam meliputi:

a. Garam dari air laut dan air danau asin, proses yang digunakan :

1) Penguapan melalui teknologi matahari (solar evaporation).

2) Proses pemisahan NaCl dengan aliran listrik (elektrodialisa).

3) Garam Tambang, proses yang digunakan:

Langsung dilakukan pencucian terhadap hasil penambangan

(washing plants), kemudian dilakukan pengeringan dengan

centrifuge sampai mencapai kadar air 3–5% (untuk menghasilkan

garam bahan baku/garam kasar), dilanjutkan proses pengeringan

lanjutan (drying). hasil penambangan dilarutkan dalam air atau

dapat juga dicairkan pada saat masih dibawah permukaan tanah.

Kemudian larutan garam tersebut dijernihkan (sesedikit mungkin

mengandung kotoran dan senyawa kimia yang dikehendaki), dan

selanjutnya dikristalkan kembali dalam kolom kristalisasi

(crystallization column), hasil rekristalisasi dikeringkan

dikeringkan dan seterusnya seperti pada proses sebelumnya

sehingga dicapai kondisi lewat jenuh (misalnya garam dan gula)


23

pada kondisi tidak seimbang ini, molekul-molekul pada cairan

yang mengatur diri dan membentuk struktur matriks kristal.

Kondisi lewat jenuh atau lewat dingin pada produk makanan diatur

melalui proses formulasi atau kondisi lapangan.

b. Fisiologi garam terhadap perfusi jaringan perifer

Garam merupakan salah satu sumber sodium dan klorida dimana

kedua unsur tersebut diperlukan untuk metabolisme tubuh.

Berhubungan dengan perlemahan aliran darah pada penyakit

hipertensi, aneurisma, diabetes melitus dsb maka garam dapat

digunakan sebagai obat yang secara alami dapat meningkatkan perfusi

jaringan perifer sehinggga tekanan pada sirkulasi perifer dapat

berkurang.

4. Jenis Garam

Andriyani (2020), Jenis-jenis Garam adalah sebagai berikut:

a. Garam Industri

Garam dengan kadar NaCl yaitu 97 % dengan kandungan impurities

(sulfat, magnesium dan kalsium serta kotoran lainnya) yang sangat

kecil. Kebutuhan garam industri antara lain untuk industri

perminyakan, pembuatan soda dan chlor, penyamakan kulit dan

pharmaceutical salt.

b. Garam Konsumsi

Garam dengan kadar NaCl, yaitu 97 % atas dasar bahan kering

(dry basis), kandungan impuritis (sulfat, magnesium dan kalsium),


24

yaitu 2%, dan kotoran lainnya (lumpur, pasir), yaitu 1% serta kadar air

maksimal yaitu 7%. Kelompok kebutuhan garam konsumsi antara lain

untuk konsumsi rumah tangga, industri makanan, industri minyak

goreng, industri pengasinan dan pengawaten ikan.

c. Garam Pengawetan

Garam biasa ditambahkan pada proses pengolahan pangan tertentu.

Penambahan garam tersebut bertujuan untuk mendapatkan kondisi

tertentu yang memungkinkan enzim atau mikroorganisme yang

tahan garam (halotoleran) bereaksi menghasilkan produk makanan

dengan karakteristik tertentu. Kadar garam yang tinggi menyebabkan

mikroorganisme yang tidak tahan terhadap garam akan mati. Kondisi

selektif ini memungkinkan mikroorganisme yang tahan garam dapat

tumbuh. Pada kondisi tertentu penambahan garam berfungsi

mengawetkan karena kadar garam yang tinggi menghasilkan tekanan

osmotik yang tinggi dan aktivitas air rendah. Kondisi ekstrim ini

menyebabkan kebanyakan mikroorganisme tidak dapat hidup.

Pengolahan dengan garam biasanya merupakan kombinasi dengan

pengolahan yang lain seperti fermentasi dan enzimatis. Contoh

pengolahan pangan dengan garam adalah pengolahan acar (pickle),

pembuatan kecap ikan, pembuatan daging kering, dan pembuatan keju.

d. Garam Inggris

Garam Inggris, atau Epsom salt, adalah jenis garam yang terbentuk

dari senyawa mineral murni berupa magnesium dan sulfat. Alhasil,


25

berbeda dengan garam pada umumnya yang mengandung klorida,

garam inggris lebih memiliki manfaat dalam kesehatan dan kecantikan.

D. Konsep Hydrotherapy

1. Pengertian Hydrotherapy

Hidrotherapy adalah metode pengobatan menggunakan air yang

digunakan untuk meringankan kondisi yang sakit dan berbahaya dengan

terapi dengan pendekatan yang mengandalkan pada respon-respon tubuh

terhadap air (Damayanti, 2020).

Hydrotherapy adalah media terapi dengan perawatan menggunakan air

untuk tujuan kesehatan, misalnya menghilangkan nyeri atau untuk

menyembuhkan luka dan memperlancarkan sirkulasi darah serta

memberikan relaksasi pada otot (Ningrum, 2020).

2. Jenis – Jenis Hidroterapi

Damayanti (2020), menyatakan Macam – macam jenis hydroterapi)

sebagai berikut :

a. Rendaman air jenis terapi ini adalah dengan melakukan perendaman

bagian tubuh tertentu didalam bak atau kolam yang berisi air bersuhu

tertentu selama minimal 10 menit.

b. Pusaran air Terapi ini menggunakan berbagai alat jet yang dapat

menambah tekanan pada pompa. Alat ini dirancang khusus dengan

tekanan dan suhu yang dapat diatur sesuai kebutuhan.


26

c. Pancuran air Terapi ini menggunakan pancuran air dengan tekanan dan

suhu tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan.

d. Terapi air panas dan dingin Terapi ini menggunakan dua jenis air yang

temperaturnya berbeda, yakni panas dan dingin dan dilakukan secara

bergantian.

3. Indikasi dan Kontraindikasi Hydrotherapy

Wijaya (2020), menyatakan bahwa Indikasi dan kontraindikasi

hydrotehrapy sebagai berikut:

a. Indikasi hydrotherapy yaitu:

1) Kondisi strain dan sprain kronis

2) Low back Pain (LBP)

3) Arthritis Kronis, dsb.

b. Kontraindikasi hydrotherapy yaitu:

1) Gangguan sensibilitas kulit

2) Gangguan peredaran darah arteri, dsb.

4. Efek Fisiologis Hydrotherapy

Ningrum (2020), Efek Fisiologis Hydroterapy yaitu sebagai berikut :

a. Hydrotherapy biasanya digunakan pada penderita radang sendi untuk

membantu melatih persendian. Tekanan dari air yang melawan gaya

gravitasi memungkinkan penderita untuk melatih ototnya dengan

beban yang lebih kecil terhadap sendi. Hal ini sangat penting

mengingat latihan fisik diperlukan untuk membantu penderita


27

memulihkan jangkauan gerak sendi, memperkuat sendi, tendon,

ligamen dan otot.

b. Hydrotherapy juga digunakan untuk mengurangi nyeri pada beberapa

kasus. Air dapat dipanaskan atau didinginkan untuk meredakan nyeri

akut atau kondisi kronis seperti nyeri punggung, nyeri leher, nyeri

sendi, radang sendi, fibromyalgia atau kekakuan.

c. Hydrotherapy juga membantu memelihara mobilitas dari sendi pada

suatu penyakit yang membatasi keleluasaan dari gerak, seperti

muscular dystrophy. Hydrotherapy dalam fisioterapi dapat berfungsi

untuk mempercepat penyembuhkan luka. Perawatan dengan whirlpool

membantu dalam debridement (mengangkat jaringan yang mati dan

substansi lainnya). Walaupun hydrotherapy sangat bermanfaat untuk

menangani beberapa kondisi, terdapat beberapa kondisi dan situasi

dimana hydrotherapy tidak boleh dipergunakan, sebagai contoh Pada

penderita dengan luka terbuka sebaiknya tidak menggunakan kolam

renang tapi menggunakan whirlpool therapy untuk mencegah

timbulnya infeksi pada luka.

E. Konsep perawatan kaki rendaman air garam hangat

1. Pengertian perawatan kaki diabetic

Perawatan kaki diabetic merupakan salah satu cara mencegah komplikasi

diabetes. Diabetes melitus bisa menyebabkan berbagai komplikasi pada

penderitanya, baik akut maupun kronik. Komplikasi penyakit diabetes

antara lain, penyakit vaskuler perifer dan neuropati diabetik, yang dapat
28

menyebabkan luka pada kaki diabetic . Keadaan kaki diabetic kronis yang

tidak ditangani secara tepat dapat berkembang menjadi suatu tindakan

amputasi. Perawatan kaki diabetes merupakan terapi untuk pasien

diabetes melitus secara menyeluruh mulai dari senam kaki, pembersihan

(skin cleansing), dan foot massage (Cahyani, 2019).

2. Pembersihan kaki

Pembersihan kulit kaki sangatlah penting. Kulit kaki merupakan anggota

tubuh terbawah dan sering kontak dengan kotoran, sehingga pada tahap

pembersihan, selain untuk menghilangkan kotoran tetapi manfaat lainnya

adalah terapis dapat lebih nyaman dalam melaksanakan tindakan (Cahyani,

2019).

3. Alat dan bahan perawatan kaki rendaman air garam hangat

Widdya (2019), alat dan bahan yang digunakan dalam perawatan kaki

rendaman air garam hangat yaitu :

a. Air hangat

b. Baskom dari bahan plastik

c. Alat pengukur suhu air hangat (thermometer)

d. Garam inggris

e. Handuk

f. Sendok makan

4. Langkah kerja perawatan kaki rendaman air garam hangat


29

Widdya (2019), Langkah kerja perawatan kaki rendaman air garam hangat

sebagai berikut:

a. Mempersiapkan alat.

b. Mengecek suhu tubuh pasien.

c. Mempersiapkan garam inggris.

d. Merebus air 3000 ml.

e. Mempersiapkan pasien dengan posisi duduk secara baik dan aman.

f. Mempersiapkan baskom yang berisi air hangat menggunakan

thermometer dengan mengukur suhu air dengan kehangatan 36-370 C.

g. Meletakkan baskom yang berisi air hangat di kaki pasien.

h. Memberi petunjuk pada pasien cara merendam kaki dengan air garam

hangat dengan cara mengarahkan pasien melalui penjelasan dan

memperagakan secara langsung dengan langkah-langkah merendam

kaki dengan air garam hangat.

i. Mempersiapkan air hangat dengan suhu air 36-370C yang berisi

campuran garam 3 sendok makan kemudian dilarutkan dan merendam

kaki dari telapak kaki serta batas merendam kaki yaitu 10-15 cm diatas

mata kaki

j. Mempersilahkan pasien untuk merendam kakinya selama 15 menit.

k. Melakukan pengukuran suhu air setiap 5 menit, apabila suhu air turun

maka tambahkan air hangat dengan menggunakan thermometer sesuai

suhu 36-370 C.

l. Meminta pasien mengangkat kakinya setelah selesai melakukan rendam

kaki lalu mengeringkan kakinya dengan handuk.


30

m. Merapikan peralatan setelah tindakan.

n. Rendaman kaki dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan cara yang

sama.

F. Penelitian terkait

Ayuni (2020), yang berjudul perawatan kaki dengan rendam air garam hangat

untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer pada pasien diabetes melitus.

Tujuan penelitian ini mengalisa teknik perawatan kaki dengan rendam air

garam hangat untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer. Hasil evaluasi

penelitian ini menunjukkan bahwa kalus pada kaki pasien berkurang, warna

kalus kembali normal, kaku dan kesemutan hilang, nyeri saat terkena gesekan

hilang, tidak ada edema, ujung kaki terasa hangat, CRT <3 detik sehingga

rendaman air garam hangat pada kaki diabetes melitus sangat efektif untuk

meningkatan perfusi jaringan perifer

Suryadi (2020), yang berjudul perawatan kaki melalui rendam kaki dalam

meningkatkan integritas jaringan perifer pada asuhan keperawatan diabetes

melitus. Tujuan penelitian ini untuk menganalisi perawatan kaki melalui

pemberian rendam kaki dalam meningkatkan integritas jaringan perifer pada

asuhan keperawatan diabetes melitus. Hasil evaluasi penelitian ini bahwa nilai

probabilitas terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan rendam kaki

dengan integritas jaringan perifer pada pasien DM di RSUD Soehadi

Prijonegoro sehingga perawatan kaki melalui rendam kaki dapat membantu


31

meningkatkan integritas jaringan perifer pada asuhan keperawatan diabetes

melitus.
BAB III

METODE KARYA TULIS ILMIAH

A. Desain karya tulis ilmiah

Desain yang telah digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah deskriptif

menggunakan metode studi kasus dengan penerapan. Studi kasus adalah

rancangan penelitian yang mencangkup pengkajian satu unit penelitian secara

intensif misalnya pasien, keluarga, kelompok, komunitas, atau

institusi(Nursalam, 2017).

Metode pendekatan yang di gunakan yaitu penerapan hydrotherapy dengan air

garam hangat pada pasien diabetes melitus.

B. Subyek karya tulis ilmiah

Penerapan dalam karya tulis ilmiah adalah dua orang yang menderita diabetes

melitus di wilayah kerja Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung, dengan

kriteria inklusi:

1. Bersedia menjadi reponden

2. Perempuan

3. Kooperatif

4. Berusia 40 tahun keatas

5. Responden positif memiliki penyakit diabetes melitus tipe II

6. Tidak terdapat luka diabetes melitus

31
32

C. Definisi operasional

Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan tingginya

kadar gula darah di dalam urine akibat terganggunya metabolisme karena

produksi dan fungsi hormone insulin tidak berjalan dengan

seharusnya.Perawatan kaki dengan Hydrotherapy Air Garam Hangat dapat

membantu memperlancar aliran darah vena dan mengikat air pada sel

sehingga bengkak dan radang pada kaki diabetic dapat berkurang.

D. Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data Karya Tulis Ilmiah

1. Lokasi

Dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung

pada tanggal 22-24 Juni 2021

2. Waktu
Waktu pelaksanaan pengumpulan data karya tulis ilmiah sebagai berikut:

Tabel 3.1 waktu pengumpulan data


No Kegiatan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sep
1. Konsultasi  
judul
2. Pembuatan  
proposal
3. Perbaikan  
proposal
4. Ujian 
proposal
5. Penelitian 
6. Konsultasi 
Hasil
7. Perbaikan  
hasil
8. Ujian Hasil 
9. Perbaikan    
Hasil
33

E. Pengumpulan data

1. Metode pengumpulan data

a. Wawancara

Wawancara ini di lakukan untuk menggali keterangan yang lebih

dalam kepada pasien tentang data-data yang diperlukan dengan

masalah perfusi jaringan perifer. Wawancara di lakukan untuk

mengetahui tentang identitas, riwayat masuk rumah sakit, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

keluarga dsb.

b. Observasi dan Pemeriksaan fisik

Tekanan darah, Nadi, Pernafasan, warna kulit, kaji tanda-tanda

peningkatan atau penurunan perfusi jaringan perifer, kaji nyeri yang

tidak terlokasi ada atau tidak, temperature kulit.

c. Dokumentasi

Pengambilan data secara dokumentasi mengenai data berupa Riwayat

pengobatan, pemeriksaan fisik dan Riwayat penyakit sekarang.

2. Instrumen pengumpulan data

a. Surat izin penelitian

b. Format Informed Consent

c. Format pengkajian

d. Alat pemeriksaan Fisik (thermometer dan tensimeter)

e. Pena dan alat dokumentasi

f. Alat dan bahan pada hydrotherapy


34

1) Air hangat (36-370C)

2) Baskom dari bahan plastic

3) Alat pengukur suhu air hangat (thermometer)

4) Garam inggris

5) Handuk

6) Sendok makan

3. Proses pengumpulan data

a. Persiapan

1) Sebelum melakukan persiapan partisipan menggunakan masker,

dan mencuci tangan terlebih dahulu.

2) Mengurus surat perizinan antara institusi pendidikan dengan dinas

kesehatan untuk melakukan karya tulis ilmiah,

3) Memberikan surat perizinan di wilayah kerja Puskesmas Gedong

Air Bandar Lampung.

4) Menjelaskan tujuan dan waktu karya tulis ilmiah kepada kepala

Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung.

5) Meminta persetujuan kepada pihak puskesmas.

6) Menyiapkan responden sesuai dengan kriteria

7) Menjelaskan tujuan pemberian penerapan hydrotherapy dengan

air garam hangat.

8) Melakukan pengecekan suhu tubuh pasien terlebih dahulu

sebelum dilakukan pemberian penerapan hydrotherapy dengan air

garam hangat.
35

9) Setelah mengurus persiapan, partisipan mencuci tangan.

b. Pelaksanaan

1) Langkah kerja

a) Menjelaskan tujuan format informed consent

b) Memberikan format informed consent

c) Melakukan pengkajian tentang perfusi jaringan perifer sebelum

dilakukan Hydrotherapy Air Garam Hangat

d) Melakukan pemeriksaan fisik

e) Melakukan tindakan perendaman kaki dengan air garam

hangat:

(1) Mempersiapkan alat.

(2) Mengecek suhu tubuh pasien.

(3) Mempersiapkan garam inggris.

(4) Merebus air 3000 ml.

(5) Mempersiapkan pasien dengan posisi duduk secara baik

dan aman.

(6) Mempersiapkan baskom yang berisi air hangat

menggunakan thermometer dengan mengukur suhu air

dengan kehangatan 36-370 C.

(7) Meletakkan baskom yang berisi air hangat di kaki pasien.

(8) Memberi petunjuk pada pasien cara merendam kaki dengan

air garam hangat dengan cara mengarahkan pasien melalui


36

penjelasan dan memperagakan secara langsung dengan

langkah-langkah merendam kaki dengan air garam hangat.

(9) Mempersiapkan air hangat dengan suhu air 36-370C yang

berisi campuran garam 3 sendok makan kemudian

dilarutkan dan merendam kaki dari telapak kaki serta batas

merendam kaki yaitu 10-15 cm diatas mata kaki (Widdya,

2019).

(10) Mempersilahkan pasien untuk merendam kakinya selama

15 menit.

(11) Melakukan pengukuran suhu air setiap 5 menit, apabila

suhu air turun maka tambahkan air hangat dengan

menggunakan thermometer sesuai suhu 36-370 C.

(12) Meminta pasien mengangkat kakinya setelah selesai

melakukan rendam kaki lalu mengeringkan kakinya dengan

handuk.

(13) Merapikan peralatan setelah tindakan.

(14) Rendaman kaki dilakukan selama 3 hari berturut-turut

dengan cara yang sama.

c. Terminasi

1) Evaluasi

Hydrotherapy dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan cara

yang sama pada kedua responden , kemudian setelah dilakukan


37

hydrotherapy pada hari ke 3 setelah 10 menit dilakukan evaluasi

sebagai berikut:

(1) Apakah Pasien merasa nyaman?

(2) Apakah perfusi jaringan perifer pasien semakin membaik atau

memburuk dari hasil pengkajian?

(dengan melakukan pengkajian, pemeriksaan fisik pada perfusi

jaringan perifer setelah dilakukan penerapan Hydrotherapy

Air Garam Hangat).

F. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data pada karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan

memperpanjang waktu pengamatan/tindakan dan sumber informasi tambahan

menggunakan triangulasi dari 3 sumber data utama yaitu pasien, tim medis

dan keluarga pasien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

G. Analisa Data

Analisis data dalam karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta data tentang kondisi pasien yang mengalami kadar gula

darah yang tinggi yang dibandingkan dengan konsep teori dan dituangkan

dalam pembahasan. Urutan dalam analisis adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi. Hasil

ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk

transkip (catatan terstruktur).


38

2. Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi data

subyektif dan obyektif, serta telah dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dilakukan dengan tabel. Kerahasiaan dari pasien dijamin

dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.

4. Kesimpulan

Data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan

hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.

H. Etika Penulisan Karya Ilmiah

Nursalam (2017), Prinsip etika yang mendasari penyusunan karya tulis

ilmiah ini terdiri dari :

1. Informed consent (persetujuan menjadi pasien)

Subyek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan karya

tulis ilmiah yang dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh akan digunakan untuk

pengembangan ilmu.
39

2. Anonimty (tanpa nama)

Prinsip anonimty ini diberikan pada jaminan dalam penggunaan subyek

karya tulis ilmiah dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada

lembaran pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Selama pengumpulan data dan melakukan asuhan keperawatan. Subyek

mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB ini hasil penelitian beserta pembahasannya yang meliputi penjabaran umum

dan data khusus serta analisis mengenai penganalisaan peningkatan perfusi

jaringan perifer sebelum dan sesudah dilakukan tindakan keperawatan mandiri

penerapan hydrotherapy dengan air garam hangat terhadap perfusi jaringan perifer

pada penderita diabetes melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Gedong Air

Bandar Lampung.

A. Hasil Karya Tulis Ilmiah

1. Gambaran lokasi pengambilan data

Penulisan ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gedong Air Bandar

Lampung yang terletak di Jl. Sisingamangaraja, Gedong Air, Kec.

Tanjung karang Barat, Kota Bandar Lampung, Lampung 35118. Fasilitas

yang tersedia di Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung antara lain

ruang poli umum, poli gigi, ruang farmasi, ruang kesehatan lingkungan,

ruang loket, ruang imunisasi, ruang gizi, dan ruang laboratorium. Visi dan

misi Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung sebagai berikut:

a. Visi : Terwujudnya peningkatan kesehatan masyarakat Gedong Air

menuju Gedong Air yang unggul dan sejahtera

b. Misi :

1) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

dibidang kesehatan melalui pemberdayaan dalam penerapan

konsep

40
41

2) pembangunan berwawasan kesehatan dan berprilaku hidup bersih

dan sehat,

3) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau, adil

dan merata bagi seluruh masyarakat,

4) Menyediakan informasi kesehatan yang tepat dan cepat serta

manajemen kesehatan yang mantap.

Lokasi tempat pengambilan data studi kasus adalah di wilayah kerja

Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung yaitu tepatnya di Jl.

Sisingamangaraja No. 13 Tanjung karang Barat Bandar Lampung.

Gambaran Penerapan Hydrotheraphy dengan Air Garam Hangat

terhadap Perfusi Jaringan Perifer pada penderita Diabetes Melitus

dilakukan selama 3 hari dengan cara memberikan hydrotheraphy air

garam hangat dan menganalisa perkembangan perfusi jaringan perifer

dengan mendatangi rumah responden secara bergantian.

2. Gambaran responden studi kasus

Responden pada karya tulis ilmiah yaitu berjumlah dua orang responden,

responden 1 (Ny. T) dan responden 2 (Ny. R). Kedua responden sudah

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dan berikut ini identitas kedua

responden sebelum, sesudah dilakukan penerapan hydrotherapy dengan air

garam hangat.
42

a. Responden 1 (Ny. T)

Ny. T dengan usia 55 tahun. Berat badan 58 kg, tinggi badan 157 cm.

Status marital yang dimilikinya adalah menikah dan memiliki 3 orang

anak. Ny. T beragama islam. Pendidikan terakhir Ny. T adalah SMA.

Pekerjaan sehari-hari Ny. T adalah Wiraswasta. Ny. T mengatakan

sudah mempunyai penyakit diabetes melitus sejak ± 1,5 tahun yang

lalu. Ny. T mempunyai riwayat pernah masuk puskesmas. Ny. T

mengatakan sering kesemutan pada bagian eksremitas bawah terutama

pada telapak kaki. Ny. T mengatakan sejak mengalami diabetes

pernah minum obat herbal alami untuk mengatasi diabetesnya. Ny. T

mengatakan rutin melakukan cek kesehatan di puskesmas. Ny. T

mengatakan makan nasi yang sudah di diamkan selama 1 hari dan

menghindari makan nasi yang baru matang. Dalam keluarga Ny. T ada

yang memiliki penyakit diabetes melitus yaitu ibu Ny. T. Ny. T

mengatakan melakukan olahraga seminggu sekali.

b. Responden 2 (Ny. R)

Responden yang pertama berinisial Ny. R dengan usia 48 tahun, BB =

60 kg, TB 154 cm, status marital adalah menikah dan memiliki 1 orang

anak, Ny.R beragama islam, pendidikan terakhir Ny. R adalah Sekolah

Menengah Pertama (SMP), sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah

tangga, Ny R. mengatakan sudah mempunyai penyakit diabetes

melitus sejak ± 1,5 tahun yang lalu. Ny. R pernah mempunyai riwayat

masuk rumah sakit sejak 1 tahun yang lalu. Dalam keluarga Ny. R ada
43

yang memiliki penyakit diabetes melitus yaitu ayah Ny. R. Ny. R

mengatakan sering kesemutan pada bagian eksremitas bawah terutama

pada telapak kaki. Ny. R mengatakan selama mengalami diabetes tidak

rutin minum obat. Ny. R mengatakan tidak rutin melakukan cek gula

darah. Dalam keluarga Ny. R yang memiliki riwayat diabetes melitus

yaitu ayah Ny. R. Ny. R mengatakan jarang berolahraga.

3. Pemaparan Fokus Studi

Tabel 4.1
Hasil observasi perfusi jaringan perifer sebelum dan sesudah pemberian
hydrotherapy air garam hangat pada tanggal 22 s/d 24 Juni 2021

a. Responden 1
Responden Hari Tanda–tanda perfusi Tanda–tanda perfusi
jaringan perifer sebelum jaringan perifer sesudah
dilakukan penerapan dilakukan penerapan
hydrotherapy hydrotherapy
Hari ke-1 - Tekanan darah 100/90
mmHg
- Pernafasan 22x/menit
- Akral teraba Dingin
-Warna kulit sianosis
-Nadi perifer belum teraba
-Turgor kulit menurun
-Suhu kulit 39,20C
-pengisian kapiler kaki
>4detik

Hari ke-2 - Tekanan darah 110/80


Ny. T mmHg
- Pernafasan 26x/menit
- Kulit mulai teraba hangat
- Warna kulit masih
sianosis
- Suhu kulit menuju
normal 38,20C
- Nadi 82x/menit
- Pengisian kapiler kaki >2
detik
44

Hari ke-3 -Tekanan darah 120/80


mmHg
-Pernafasan 18x/menit
-Kulit teraba hangat
-Warna kulit sudah tidak
sianosis
-Nadi 75x/menit
-Suhu kulit 37,50C
-Pengisian kapiler <1 detik
-Nyeri pada telapak kaki
sudah terlokasi

Penerapan hydrotherapy dilakukan selama 3 hari, sebelum dilakukan

penerapan hydrotherapy air garam hangat pada perfusi jaringan perifer Ny.

T pada hari pertama tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang tidak baik

seperti tekanan darahnya 100/90mmHg,pernapasan 22x/menit, Suhu tinggi

39,20C, Nadi perifer belum teraba , Pengisian kapiler > 4 detik yang

termasuk dalam tanda-tanda perfusi jaringan yang tidak baik. setelah

diberikan hydrotherapy air garam hangat selama 15 menit pada hari kedua

perfusi jaringan perifer responden mulai membaik ditandai dalam kondisi

responden yang semakin membaik dengan bertambahnya tekanan darah

menuju normal yaitu Tekanan darah 110/80mmHg, Nadi 82x/menit,

Pernafasan 26x/menit, Kulit mulai teraba hangat, Warna kulit masih

sianosis, Suhu kulit 38,20C, Pengisian kapiler kaki < 2 detik. Pada hari

ketiga setelah dilakukan hydrotherapy air garam hangat secara rutin

selama 3 hari kondisi perfusi jarungan perifer responden semakin

membaik ditandai dengan Tekanan darah pasien 120/80 mmHg,

Pernafasan 18x/menit, Kulit teraba hangat, Warna kulit sudah tidak

sianosis, Nadi 75x/menit, Suhu kulit 37,50C, Pengisian kapiler <1 detik,

Nyeri pada telapak kaki sudah terlokasi.


45

b. Responden 2

Responden Hari Tanda-tanda perfusi Tanda-tanda perfusi


jaringan perifer Sebelum jaringan perifer Sesudah
dilakukan penerapan dilakukan penerapan
hydrotherapy hydrotherapy
Hari ke-1 - Tekanan darah 100/90
mmHg,
- Nadi 70x/menit
- Pernafasan 28x/menit
- Kulit teraba dingin
- Warna kulit sianosis
- Suhu kulit diatas normal
380C
- Pengisian kapiler kaki >4
detik
- Nyeri pada telapak kaki
belum terlokasi

Ny. R Hari ke-2 -Tekanan darah


120/40x/menit
- Nadi 82x/menit
- Pernafasan 22x/menit
-Kulit mulai teraba hangat
-Warna kulit masih sianosis
-Suhu kulit 37,60C
-Pengisian kapiler kaki < 2
detik

Hari ke-3 -Tekanan darah 120/80


mmHg
-Nadi 90x/menit
-Pernafasan 20x/menit
-Kulit teraba hangat
-Warna kulit tidak sianosis
-Suhu kulit 37,50C
-Pengisian kapiler < 1 detik
-Nyeri pada telapak kaki
sudah terlokasi

Sedangkan pada responden II Penerapan hydrotherapy ini dilakukan selama

3 hari , sebelum dilakukan penerapan hydrotherapy air garam hangat pada

perfusi jaringan perifer Ny. R pada hari pertama tanda-tanda perfusi jaringan
46

perifer yang tidak baik seperti Peningkatan perfusi jaringan yang tidak

seimbang ditandai dengan Suhu kulit diatas normal 380C, Akral teraba

dingin, Nyeri pada telapak kaki belum terlokasi, kemudian pada hari kedua

setelah diberikan hydrotherapy air garam hangat selama 15 menit kondisi

perfusi jaringan perifer mulai membaik ditandai dalam kondisi responden

yang semakin membaik dengan bertambahnya tekanan darah menuju normal

yaitu Tekanan darah 120/40x/menit, Nadi 82x/menit, Pernafasan 22x/menit,

Kulit mulai teraba hangat, Warna kulit masih sianosis, Suhu kulit 37,6 0C,

Pengisian kapiler kaki < 2 detik. Pada hari ketiga kondisi perfusi jaringan

perifer responden semakin membaik ditandai dengan berkurangnya kondisi

tidak baik pada perfusi jaringan perifer seperti membaiknya tekanan darah

120/80 mmHg, Nadi 90x/menit, Pernafasan 20x/menit, Kulit teraba hangat,

Warna kulit sudah tidak sianosis, Suhu kulit 37,5 0C, Pengisian kapiler < 1

detik, Nyeri pada telapak kaki sudah terlokasi.

B. Pembahasan

1. Berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukan penerapan hydrotherapy

air garam hangat pada penderita diabetes melitus tipe II, Hasil pemeriksaan

ditemukan tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang tidak baik pada 2

responden ( Ny. T dan Ny. R) ditemukan hasil seperti Tekanan darah dan

nadi responden dibawah normal, hasil pernafasan responden dibawah

normal, warna kulit responden sianosis, nadi perifer belum teraba,

pengisian kapiler > 1 detik, suhu tubuh responden >37,5 0C, Nyeri pada

telapak kaki belum terlokasi. Berdasarkan data responden tersebut


47

penyebab penyakit Diabetes Melitus yang dialami responden diakibatkan

oleh adanya gangguan sirkulasi pada responden yang terjadi karena

peningkatan gula darah sehingga menyebabkan peradangan yang

mengakibatkan penumpukan plak di pembuluh darah sehingga

menyebabkan komplikasi metabolik salah satunya adalah kerusakan

perfusi jaringan perifer yang menyebabkan infusiensi vaskular perifer

dengan klaudikasi (nyeri) intermiten di tungkai bawah dan ulkus pada

kaki, Sumbatan dan trombosis di pembuluh darah besar, dan arteri kecil

dan arteriol, serta perubahan fungsi neurologis dan infeksi,

mengakibatkan gangrene, nekrosis atau kematian jaringan ( LeMone

&Burke, 2015 dalam Suryadi, 2019).

2. Setelah dilakukan penerapan hydrotherapy dengan air garam hangat

selama 3 hari pada kedua responden (Ny. T dan Ny.R ) didapatkan hasil

dengan kategori baik melalui tanda-tanda peningkatan perfusi jaringan

perifer yang baik yaitu tekanan darah dan nadi berkurang yaitu Tekanan

darah dalam batas normal 120/80 mmHg, Pernafasan 18-20x/menit, Kulit

teraba hangat, Warna kulit sudah tidak sianosis, Nadi 75-100x/menit, Suhu

kulit dalam batas normal 37,50C , Pengisian kapiler <1 detik, Nyeri pada

telapak kaki sudah terlokasi sehingga perfusi jaringan perifer meningkat

selama 3 hari sehingga sirkulasi perifer berkurang.

Berkaitan dengan hal tersebut hasil penelitian penerapan sesuai dengan

Hydrotherapy memiliki keuntungan untuk melihat perfusi jaringan perifer

yang baik tekanan darah dan nadi berkurang sampai normal. Terapi
48

rendaman air dapat dikombinasikan dengan penggunaan air yang hangat

serta garam yang mempunyai kandungan kaya akan natrium yang dapat

mengikat air pada intrasel sehingga dapat mengurangi bengkak dan radang

pada kaki dengan kriteria responden diantaranya perempuan yang

kooperatif yang berusia ≥40 tahun dan positif memiliki penyakit diabetes

tipe II, sehingga konsep tersebut sesuai dengan teori (Jati,2017).

3. Perbedaan perfusi jaringan perifer pada responden 1 dan 2 yaitu pada

responden 1 pada hari ke-3 setelah dilakukan penerapan Tekanan darah

pasien 120/80 mmHg, Pernafasan 18x/menit, Kulit teraba hangat, Warna

kulit sudah sianosis, Nadi 75x/menit, Suhu kulit 37,5 0C, Pengisian kapiler

<1 detik, Nyeri pada telapak kaki sudah terlokasi. Hal ini dipengaruhi oleh

faktor hiperglikemia, penurunan aliran vena dan anteri, kurangnya terpapar

informasi tentang proses penyakit serta kurangnya aktivitas fisik.

Sedangkan pada responden 2 pada hari ke-3 setelah dilakukan penerapan

Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 90x/menit, Pernafasan 20x/menit,

Kulit teraba hangat, Warna kulit sudah tidak sianosis, Suhu kulit 37,5 0C,

Pengisian kapiler < 1 detik, Nyeri pada telapak kaki sudah terlokasi.

Berdasarkan hasil diatas penurunan kadar gula darah setelah dilakukan

penerapan hydrotherapy air garam hangat antara responden 1 dan

responden 2 terdapat perbedaan antara kedua responden, dimana Ny. T

mengalami penurunan sebesar 108 mg/dl sedangkan Ny R sebesar 231

mg/dl. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
49

a. Hiperglikemia

responden I (Ny. T) saat diberikan hydrotherapy air garam hangat

mengalami hiperglikemia namun Ny.T tidak rutin memeriksakan gula

darahnya sehingga kadar gula darahnya tidak terkontrol, cairan dalam

tubuh tidak seimbang dan aliran darah perifer terganggu. Sedangkan

pada responden II (Ny. R) mengalami hiperglikemia dan sering

melakukan pemeriksaan kesehatan di puskesmas secara rutin dengan

hasil pengecekan gula darah terakhir sebesar 202 mg/dl, sehingga aliran

darah perifer yang lebih bagus dibandingan Ny.T.

b. Penurunan aliran arteri dan vena

responden I (Ny. T) saat dilakukan hydrotherapy air garam hangat

mengalami penurunan arteri ditandai dengan jarang berolahraga dan

memiliki riwayat keturunan dari ayahnya namun setelah dilakukan

pemberian hydrotherapy air garam hangat keluhan penurunan arteri

berkurang. Sedangkan responden II (Ny. R) mengalami penurunan

arteri namun responden masih rutin melakukan aktivitas olahraga setiap

seminggu sekali dan memiliki riwayat keturunan dari ibunnya sehingga

penurunan arteri tidak begitu tinggi jika dibandingkan Ny.T.

c. Kurangnya informasi tentang faktor pemberat

responden I (Ny. T) saat dilakukan penerapan hydrotherapy air garam

hangat responden mengaku mengetahui informasi tentang faktor

pemberat terjadinya perfusi jaringan tidak efektif namun responden

enggan untuk memperbaiki pola hidupnya untuk mengurangi adanya


50

gangguan perfusi jaringan perifer terutama telapak kaki. Sedangkan

pada responden II (Ny. R) saat dilakukan pengajian mengaku

mengetahui informasi tentang faktor pemberat terjadinya perfusi

jaringan tidak efektif dan berusaha untuk memperbaiki pola hidupnya

agar penyakit diabetes melitus yang dialaminya berangsur sembuh.

d. Kurangnya terpapar informasi tentang proses penyakit

responden I (Ny. T) saat dilakukan observasi penerapan hydrotherapy

air garam hangat mengaku belum mengetahui tentang proses penyakit

penyakit yang dideritanya saat ini yaitu diabetes melitus sehingga

bersikap acuh untuk menjaga dirinya agar tidak merasakan gejala

perfusi jaringan perifer seperti rasa kesemutan yang dirasakannya pada

telapak kaki. Sedangkan pada responden II (Ny. R) saat dilakukan

observasi pengkajian mengaku mengetahui tentang proses penyakit

yang dialaminnya saat ini dan mencari tau tentang cara pencegahannya

sehingga keluhan penyakit yang dialaminya semakin berkurang dari

sebelumnya.

e. Kurangnya aktivitas fisik

responden I (Ny. T) saat dilakukan penerapan hydrotherapy air garam

hangat mengatakan bahwa dirinya tidak pernah melakukan latihan fisik

olahraga dan senam agar tubuhnya sehat. Sedangkan pada responden II

(Ny.R) mengatakan bahwa dirinya rutin melakukan latihan fisik seperti

senam dan berolahraga dengan jogging seminggu sekali. Latihan fisik

dapat membantu mengatur berfungsinya metabolisme normal dalam

tubuh dan membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori


51

yang tertimbun di dalam tubuh dapat menyebabkan peredaran tidak

lancar karena lemak yang menumpuk di pembuluh darah, hal ini dapat

mengakibatkan perfusi jaringan perifer tidak efektif.

Berdasarkan penelitian Hikmah (2020)

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau

hiperglikemia. Diabetes Melitus yang dialami pasien diakibatkan oleh

adanya gangguan sirkulasi pada pasien yang terjadi karena peningkatan

gula darah sehingga menyebabkan peradangan yang mengakibatkan

penumpukan plak di pembuluh darah sehingga menyebabkan

komplikasi metabolik salah satunya adalah kerusakan perfusi jaringan

perifer. Upaya untuk mengatasi komplikasi diabetes melitus selain

penatalaksanaan Farmakologi dan Non farmakologi, salah satunya yaitu

dengan intervensi secara langsung berupa perawatan kaki dengan

melalui pemberian rendaman kaki atau biasa disebut Hydrotherapy,

yaitu metode pengobatan atau terapi menggunakan air untuk mengobati

atau meringankan kondisi yang sakit.


52
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian penerapan hydrotherapy air garam hangat pada 2 responden

penderita penyakit diabetes melitus tipe II dirumah, yaitu:

1. Sebelum dilakukan penerapan hydrotherapy tanda-tanda perfusi jaringan

perifer pada Ny. T dan Ny.R seperti tekanan darah pasien belum normal,

peningkatan sirkulasi darah responden tidak seimbang, suhu tubuh berada

diatas normal, nadi perifer belum teraba sehingga kedua responden

termasuk dalam kriteria tanda-tanda perfusi jaringan perifer tidak baik. Hal

ini dipengaruhi oleh faktor penyebab peningkatan perfusi jaringan perifer

diantarannya hiperglikemia, penurunan alirah vena dan arteri, kurangnya

informasi tentang faktor pemberat, kurangnya terpapar informasi tentang

proses penyakit, kurangnya aktivitas fisik.

2. Sesudah dilakukan penerapan hydrotherapy selama 3 hari pada responden

Ny. T dan Ny. R didapatkan hasil dengan tanda-tanda perfusi jaringan

membaik seperti tekanan darah pasien sudah normal, penurunan suhu

tubuh pada hasil normal, pengisian kapiler kaki <1 detik , sirkulasi darah

seimbang, nadi dengan hasil normal, pernafasan dengan hasil normal,

warna kulit sianosis, kulit sudah teraba hangat.

52
53

3. Perbedaan perfusi jaringan perifer pada responden 1 dan 2 yaitu pada

responden 1 pada hari ke-3 setelah dilakukan penerapan Tekanan darah

pasien 120/80 mmHg, Pernafasan 18x/menit, Kulit teraba hangat, Warna

kulit sudah sianosis, Nadi 75x/menit, Suhu kulit 37,5 0C, Pengisian kapiler

<1 detik, Nyeri pada telapak kaki sudah terlokasi. Hal ini dipengaruhi oleh

faktor hiperglikemia, penurunan aliran vena dan anteri, kurangnya terpapar

informasi tentang proses penyakit serta kurangnya aktivitas fisik.

Sedangkan pada responden 2 pada hari ke-3 setelah dilakukan penerapan

Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 90x/menit, Pernafasan 20x/menit,

Kulit teraba hangat, Warna kulit sudah tidak sianosis, Suhu kulit 37,5 0C,

Pengisian kapiler < 1 detik, Nyeri pada telapak kaki sudah terlokasi. Hal

ini dipengaruhi oleh faktor pemberat hiperglikemia.

B. Saran

1. Bagi perawat

Perawat dapat menjadikan penerapan hydrotherapy air garam hangat

sebagai latihan mandiri pada responden diabetes mellitus tipe 2 yang bisa

dilakukan untuk meningkatnya sirkulasi darah perfusi jaringan perifer.

2. Bagi responden dan keluarga

Responden dan keluarga dapat menjadikan pemberian penerapan

hydrotherapy air garam hangat ini sebagai salah satu cara meningkatkan

sirkulasi darah perfusi jaringan perifer.


54

3. Bagi peneliti

Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan jumlah responden

yang lebih banyak lagi, karena mengetahui gambaran dengan cara survey

responden dalam jumlah banyak.

Anda mungkin juga menyukai