Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH pH SALIVA TERHADAP KESEIMBANGAN KIMIA

DALAM MULUT DAN RISIKO KARIES GIGI

Laporan ini dibuat dengan tujuan memenuhi persyaratan nilai ujian praktik
Kimia

Guru Pembimbing:

Budi Prihatin, S. Pd., M. Pd.

Disusun oleh:

Syahratu Dian Pamungkas (33/XII-1)

TAHUN AJARAN 2023/2024

SMAN 1 BOJONEGORO
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Ujian Praktik
Kimia "Pengaruh pH Saliva Terhadap Keseimbangan Kimia Dalam Mulut Dan Risiko Karies
Gigi". Kemudian shalawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur'an dan sunnah untuk keselamatan umat
di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata pelajaran Kimia yang ditujukan untuk
memenuhi tugas akhir sebagai persyaratan kelulusan. Selanjutnya saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Budi Prihatin, S.Pd., selaku guru pembimbing mata
pelajaran Kimia dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan
selama penulisan makalah ini.

Akhimya saya menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam


penulisan makalah ini, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bojonegoro, 2 Februari 2024

Syahratu Dian Pamungkas

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 2

D. Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4

A. Pengaruh pH Saliva Mempengaruhi Keseimbangan Kimia Dalam Mulut Dan


Berkontribusi Terhadap Risiko Karies Gigi ........................................................................... 4

B. Dampak pH Saliva Terhadap Terjadinya Karies Gigi ..................................................... 5

C. Peran Praktik Kebersihan Mulut, Seperti Sikat Gigi Dan Obat Kumur, Dalam
Mempertahankan Ph Saliva Pada Tingkat Yang Optimal Untuk Kesehatan Gigi.................. 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 10

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 10

B. Saran ............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan


sejahtera dari badan, jiwa dan sosial sehingga memungkinkan setiap orang dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk mengoptimalkan
kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi, atau kegiatan lain untuk
menunjang tercapainya hidup sehat.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan lainnya. Kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan
tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh berfungsi untuk mengunyah,
berbicara dan mempertahankan bentuk muka.
Di dalam rongga mulut selalu ada cairan yang berkontak dengan gigi dan menjadi
pertahanan pertama terhadap karies gigi. Cairan itu disebut saliva. Saliva adalah cairan
kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan. kedalam kavitas oral. Saliva
dapat disebut juga ludah atau air liur. Fungsi saliva sebagai pelicin, pelindung, buffer,
pembersih, dan anti bakteri. Jika saliva tidak ada atau jumlahnya menurun drastis dan berhenti
melindungi gigi maka akan terjadi hal yang buruk antara lain berkurangnya aktivitas
pembersihan bakteri dan bekas makanan dari mulut yang menyebabkan terjadinya
karies (Angela, 2005).
Saliva adalah cairan kental yang terletak dibawah lidah, daerah otot pípi dan didaerah
dekat langit-langit. Saliva 95% terdiri dari air. Sisanya bermacam- macam ada zat kalsium
(zat kapur), fosfor, natrium, magnesium dan lain-lain Disamping itu juga terdapat mucin,
amylase, enzima enzima, bahkan golongan darah, lemak zat tepung dan vitamin (Machfoed,
2008). Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan
rongga mulut. Manusia mengeluarkan sekitar 700 ml air liur setiap harinya. Pengeluaran
saliva normal adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air ludah (Kapasitas asam) dan jumlah
saliva yang kurang menunjukkan resiko terjadinya karies yang tinggi. Meningkatnya pH
saliva (basa) menunjukkan resiko terjadinya karang gigi. Kurang lebih 80% bau mulut timbul

1
dari dalam rongga mulut. Saliva memegang peranan yang sangat besar dalam masalah bau
mulut, gigi berlubang dan penyakit rongga mulut/penyakit tubuh secara keseluruhan karena
saliva melindungi gigi dan selaput lunak di rongga mulut.
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yang dimulai dari permukaan
email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan tanda-tandanya adalah adanya demineralisasai (proses
pelarutan enamel gigi) yang kemudian diikuti oleh bahan organiknya (Tarigan, 2014).
Derajat Keasaman (pH) saliva merupakan salah satu faktor penting yang berperan
dalam karies gigi, kelainan periodontal, dan penyakit lain di rongga mulut. 4,5. Kadar derajat
keasaman (pH) saliva yang netral di dalam mulut berada di angka 7 dan bila nilai pH saliva
jatuh ≤ 5,5 berarti keadaannya sudah sangat kritis. Nilai pH saliva berbanding terbalik, di
mana makin rendah nilai pH makin banyak asam dalam larutan, sebaliknya makin
meningkatnya nilai pH berarti bertambahnya basa dalam larutan. Pada pH 7, tidak ada
keasaman atau kebasaan larutan, dan ini disebut netral. Pertumbuhan bakteri terjadi pada pH
saliva yang optimum berkisar 6,5-7,5 dan bila rongga mulut pH saliva nya rendah (4,5-5,5)
akan memudahkan pertumbuhan kuman asido genik seperti Streptococcus mutans dan
Lactobacillus (Nurlindah Hamrun, 2016).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pH saliva mempengaruhi keseimbangan kimia dalam mulut dan


berkontribusi terhadap risiko karies gigi?
2. Apakah ada pengaruh (pH) saliva terhadap terjadinya karies gigi?
3. Bagaimana peran praktik kebersihan mulut, seperti sikat gigi dan obat kumur, dalam
mempertahankan pH saliva pada tingkat yang optimal untuk kesehatan gigi?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui keseimbangan kimia dalam mulut terhadap risiko karies gigi


2. Mengetahui dampak pH saliva terhadap terjadinya karies gigi
3. Mengetahui peran praktik kebersihan mulut, seperti sikat gigi dan obat kumur, dalam
mempertahankan pH saliva pada tingkat yang optimal untuk kesehatan gigi

2
D. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti

Sebagai sarana informasi mengenai hubungan antara pH saliva, keseimbangan kimia


dalam mulut, dan risiko karies gigi, mengembangkan pengetahuan dalam bidang
kesehatan gigi.

b. Bagi masyarakat

Sebagai sarana informasi mengenai pentingnya menjaga pH saliva untuk pencegahan


karies gigi.

c. Bagi institusi

Sebagai sarana untuk pengembangan program pencegahan karies gigi yang lebih
efektif, baik di tingkat institusi kesehatan maupun lembaga pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh pH Saliva Mempengaruhi Keseimbangan Kimia Dalam Mulut Dan


Berkontribusi Terhadap Risiko Karies Gigi

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh aktivitas
jasad renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan. Salah satu penyebab karies adalah pH
saliva. pH saliva merupakan derajat keasaman suatu saliva yang digunakan untuk
menggambarkan tingkat keasaman yang dimiliki oleh saliva. Bakteri dalam plak akan
memfermentasikan karbohidrat dan menghasilkan asam sehingga meyebabkan pH plak akan
turun dalam waktu 1-3 menit sampai pH 4,5-5,0. Kemudian pH akan kembali normal pada
pH sekitar 7 dalam 30-60 menit dan jika penurunan pH ini terjadi secara terus menerus maka
akan menyebabkan demineralisasi pada permukaan gigi (Kidd dan Beehal,2013).

Derajat keasaman saliva dalam keadaan normal antara 5,6–7,0 dengan rata-rata pH 6,7.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain rata-rata
kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas buffer saliva (Soesilo,
2015).

Pengaruh pH saliva dalam membentuk keseimbangan kimia di dalam mulut menjadi


faktor krusial yang berkontribusi terhadap risiko karies gigi. pH saliva yang berubah dapat
memicu perubahan signifikan pada proses demineralisasi dan remineralisasi pada permukaan
gigi. Tingkat keasaman atau kebasaan pH saliva dapat memengaruhi dua proses kritis dalam
lingkungan oral: demineralisasi dan remineralisasi gigi. Pada kondisi asam, terutama ketika
pH saliva rendah, gigi rentan mengalami demineralisasi, yaitu pelepasan mineral-mineral
esensial seperti kalsium dan fosfat dari enamel gigi. Proses ini membuka pintu bagi
pertumbuhan bakteri penghasil asam di plak gigi, yang selanjutnya meningkatkan produksi
asam dan merusak struktur gigi. Bakteri ini, saat mengonsumsi karbohidrat, menghasilkan
asam yang dapat merusak enamel dan meningkatkan risiko karies.

Sebaliknya, pH saliva yang optimal mendukung proses remineralisasi, di mana mineral-


mineral yang hilang dapat didepositkan kembali pada gigi, memperkuat strukturnya. Oleh
karena itu, menjaga keseimbangan pH saliva pada tingkat yang sehat sangat penting untuk

4
mencegah risiko karies gigi. Faktor-faktor seperti pola makan, jenis makanan dan
minuman yang dikonsumsi, serta kebiasaan merokok dapat memengaruhi pH saliva.
Pemahaman mendalam tentang peran ini memungkinkan perancangan strategi pencegahan
yang lebih efektif, seperti edukasi kesehatan mulut, pengawasan pola makan, dan praktik
kebersihan mulut yang baik. Dengan demikian, pengelolaan pH saliva bukan hanya elemen
penting dalam pencegahan karies gigi, tetapi juga dalam mendukung kesehatan gigi
secara keseluruhan.

Selain itu dengan bertambahnya sekresi saliva akanmenyebabkan peningkatan


kapasitas buffer saliva sehinggadapat menetralkan pH plak yang asam, karenabertambahnya
ion bikarbonat (HCO3–) yang berperandalam kapasitas buffer saliva. Bertambahnya aliran
salivaakan meningkatkan kadar urea, amoniak (NH3), kalsium(Ca2+), fosfat (HPO42+),
natrium (Na+) yang merupakansumber alkalinitas saliva sehingga dapat menaikkan pHplak
yang turun akibat proses glikolisis karbohidrat.

Akibat pertambahan ion kalsium di dalam saliva, makaproses remineralisasi email akan
meningkat. Hal inidisebabkan sorbitol dapat membentuk senyawa kompleksdengan kalsium
yang terdapat di dalam saliva, dan senyawayang terbentuk ini lebih stabil daripada senyawa
komplekskalsium dengan sukrosa atau glukosa, sehingga prosesdifusi kalsium ke dalam plak
lebih cepat dalam bentuksenyawa kompleks daripada dalam bentuk ion kalsium.Proses difusi
senyawa kompleks kalsium dengan sorbitollebih cepat karena senyawa kompleks ini larut
dalam air.Stimulasi saliva oleh permen karet akan menambah jumlahdan konsentrasi ion-ion
Ca2+, PO43–, F–, dan OH– yangmerupakan komponen mineral gigi.

B. Dampak pH Saliva Terhadap Terjadinya Karies Gigi

Dampak pH saliva terhadap terjadinya karies gigi sangat signifikan, menjadi faktor
kunci dalam dinamika kesehatan oral. pH saliva yang rendah, mencirikan kondisi asam, dapat
menginduksi proses demineralisasi pada enamel gigi. Pada kondisi asam, mineral-mineral
esensial seperti kalsium dan fosfat dilepaskan dari gigi, mengakibatkan pelemahan struktur
gigi dan meningkatkan kerentanan terhadap serangan bakteri.

Ketika pH saliva berada pada tingkat yang optimal atau sedikit basa, proses
remineralisasi dapat terjadi. Pada tahap ini, mineral-mineral yang hilang dapat didepositkan
kembali pada enamel gigi, memperkuat dan melindungi gigi dari potensi kerusakan lebih

5
lanjut. Oleh karena itu, keseimbangan pH saliva menjadi kritis dalam menjaga integritas
struktural gigi.

Penting untuk diakui bahwa variasi pH saliva dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor,
termasuk pola makan, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, serta kebiasaan hidup.
Pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor ini memungkinkan pengembangan strategi
pencegahan yang lebih tepat, seperti edukasi kesehatan mulut dan perubahan gaya hidup.

Dalam praktik sehari-hari, upaya menjaga pH saliva pada tingkat yang optimal dapat
dilakukan melalui praktik kebersihan mulut yang baik, seperti sikat gigi secara teratur,
penggunaan obat kumur, dan kebiasaan makan yang sehat. Kesadaran akan dampak pH saliva
terhadap kesehatan gigi menjadi dasar penting dalam upaya pencegahan karies gigi,
mengilustrasikan hubungan yang erat antara keseimbangan kimia dalam mulut dan
keberhasilan dalam menjaga gigi tetap sehat.

Dampak pH saliva terhadap terjadinya karies gigi sangat mencolok dan kompleks.

Tingkat keasaman atau kebasaan pH saliva memainkan peran sentral dalam proses
demineralisasi dan remineralisasi gigi, dua proses yang menentukan integritas struktural gigi
dan risiko terjadinya karies. Berikut adalah beberapa dampak utama:

1. Demineralisasi Gigi:

pH saliva yang rendah, atau kondisi asam, menyebabkan demineralisasi gigi. Pada saat
ini, mineral-mineral penting seperti kalsium dan fosfat dilepaskan dari enamel gigi. Ini
melemahkan struktur gigi dan membuatnya lebih rentan terhadap pembentukan lubang atau
kerusakan.

2. Pertumbuhan Bakteri Penghasil Asam:

pH saliva yang rendah menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri


penghasil asam di dalam plak gigi. Bakteri ini, ketika mengonsumsi sisa makanan,
menghasilkan asam sebagai produk sampingan. Asam ini dapat merusak enamel gigi,
mengintensifkan proses demineralisasi, dan meningkatkan risiko terjadinya karies.

3. Risiko Karies Gigi yang Meningkat:

6
Kondisi asam yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko karies gigi secara
signifikan. Lubang atau kerusakan gigi yang disebabkan oleh demineralisasi memberikan
tempat yang ideal bagi bakteri untuk berkembang, menciptakan lingkungan yang mendukung
proses destruktif.

4. Remineralisasi yang Terhambat:

pH saliva yang rendah dapat menghambat proses remineralisasi, di mana mineral-


mineral yang hilang dari gigi didepositkan kembali. Ketidakseimbangan antara
demineralisasi dan remineralisasi yang berkepanjangan dapat mengurangi kemampuan alami
gigi untuk memperbaiki diri.

5. Integritas Struktural Gigi yang Terancam:

Keseimbangan kimia dalam mulut yang terganggu oleh pH saliva rendah dapat
mengancam integritas struktural gigi secara menyeluruh. Proses ini tidak hanya
mempengaruhi lapisan enamel, tetapi juga dapat melibatkan lapisan dentin dan meningkatkan
risiko kerusakan yang lebih serius.

6. Korelasi dengan Gaya Hidup dan Pola Makan:

Faktor-faktor seperti pola makan yang tinggi asam atau kebiasaan merokok dapat
memengaruhi pH saliva. Kesadaran akan dampak ini dapat memotivasi perubahan gaya hidup
yang mendukung keseimbangan pH dan mengurangi risiko karies.

Penting untuk diingat bahwa pengelolaan pH saliva yang optimal dapat dilakukan
melalui kebiasaan sehari-hari, termasuk praktik kebersihan mulut yang baik, mengonsumsi
makanan sehat, dan menghindari kebiasaan yang dapat merusak keseimbangan kimia dalam
mulut. Pemahaman mendalam terhadap dampak pH saliva membantu masyarakat dan praktisi
kesehatan gigi dalam merancang strategi pencegahan yang lebih efektif dan personal.

C. Peran Praktik Kebersihan Mulut, Seperti Sikat Gigi Dan Obat Kumur, Dalam
Mempertahankan Ph Saliva Pada Tingkat Yang Optimal Untuk Kesehatan Gigi

Praktik kebersihan mulut, terutama penggunaan sikat gigi dan obat kumur, memiliki
peran krusial dalam mempertahankan pH saliva pada tingkat optimal untuk kesehatan gigi.
Keseimbangan kimia ini mencakup interaksi antara berbagai senyawa dan elemen dalam
mulut, dan praktik kebersihan mulut dapat memengaruhi faktor-faktor tersebut:

7
1. Pencegahan Asam: Bakteri dalam mulut dapat menguraikan sisa makanan menjadi
asam, yang dapat merusak enamel gigi dan menurunkan pH saliva. Penggunaan sikat
gigi secara teratur membantu menghilangkan sisa makanan dan plak, mengurangi
produksi asam dan menjaga keseimbangan kimia di dalam mulut.

2. Penggunaan Obat Kumur yang Tepat: Beberapa obat kumur mengandung bahan-
bahan seperti fluoride atau zat antimikroba. Fluoride membantu dalam menguatkan
enamel gigi dan memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh asam. Sementara itu,
zat antimikroba dapat membantu mengendalikan populasi bakteri dalam mulut,
mengontrol produksi asam, dan memelihara keseimbangan kimia yang sehat.

3. Stimulasi Saliva: Sikat gigi juga dapat merangsang produksi saliva. Saliva adalah
cairan yang mengandung berbagai komponen kimia, termasuk ion bikarbonat yang
berfungsi sebagai penyangga alami untuk menetralkan asam. Dengan merangsang
produksi saliva, kita dapat memperbaiki keseimbangan kimia dalam mulut dan
menjaga pH saliva pada tingkat yang optimal.

4. Mencegah Plak dan Karang Gigi: Plak, yang terdiri dari bakteri dan senyawa lainnya,
dapat menyebabkan penurunan pH saliva. Sikat gigi berfungsi sebagai alat mekanis
utama untuk menghilangkan plak gigi dan sisa makanan dari permukaan gigi. Plak,
yang terdiri dari bakteri dan partikel makanan, dapat menjadi sumber produksi asam
oleh bakteri penghasil asam, yang pada gilirannya dapat menurunkan pH saliva.
Dengan membersihkan gigi secara teratur, sikat gigi membantu mengurangi
akumulasi plak dan mencegah terjadinya demineralisasi enamel gigi. Proses
demineralisasi, yang terjadi pada pH rendah, dapat menyebabkan lepasnya mineral
penting dari gigi, meningkatkan risiko terjadinya karies. Dengan mempertahankan
kebersihan gigi, praktik ini secara efektif mendukung keseimbangan pH saliva.

5. Reaksi Kimia dalam Proses Pembersihan: Penggunaan pasta gigi yang mengandung
bahan kimia tertentu, seperti fluoride, dapat meningkatkan efektivitas proses
pembersihan. Fluoride berinteraksi dengan enamel gigi dan membentuk senyawa
yang kuat, melibatkan keseimbangan kimia yang mendukung kekuatan dan
keberlanjutan gigi.

8
Melalui kombinasi sikat gigi dan obat kumur, praktik kebersihan mulut ini bukan
hanya membersihkan gigi, tetapi juga mendukung keseimbangan kimia dalam mulut.
Menjaga pH saliva pada tingkat yang optimal, yang biasanya sedikit basa, mendukung
kondisi yang menguntungkan untuk remineralisasi alami gigi. Proses ini membantu
memperkuat enamel dan melindungi gigi dari risiko karies dan kerusakan struktural lainnya.

Selain itu, edukasi mengenai teknik sikat gigi yang benar, pemilihan obat kumur yang
sesuai, dan kebiasaan kebersihan mulut yang teratur dapat memberikan pengetahuan kepada
individu tentang bagaimana merawat gigi dan menjaga kesehatan mulut secara menyeluruh.
Kesadaran akan peran praktik kebersihan mulut ini adalah kunci untuk mencegah risiko karies
gigi dan menciptakan kondisi oral yang optimal untuk kesehatan gigi jangka panjang.

Dengan demikian, praktik kebersihan mulut tidak hanya bersifat mekanis, tetapi juga
berkontribusi pada keseimbangan kimia dalam mulut. Dengan menjaga pH saliva dan faktor-
faktor kimia lainnya pada tingkat yang optimal, praktik kebersihan mulut membantu
melindungi gigi dari kerusakan dan mendukung kesehatan mulut secara menyeluruh

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

pH saliva memiliki peran krusial dalam membentuk keseimbangan kimia dalam mulut
dan menentukan risiko karies gigi. pH saliva yang optimal menjadi kunci untuk mencegah
demineralisasi enamel gigi dan mengurangi risiko karies melalui regulasi proses kimia yang
berlangsung di lingkungan oral.

Kondisi asam pada pH saliva rendah dapat meningkatkan risiko karies dengan
merangsang demineralisasi gigi dan mendukung pertumbuhan bakteri penghasil asam.
Sebaliknya, menjaga pH saliva pada tingkat yang sehat mendukung proses remineralisasi dan
menciptakan kondisi yang tidak mendukung pertumbuhan bakteri penyebab karies.

Praktik kebersihan mulut, seperti sikat gigi dan obat kumur, terbukti efektif dalam
mempertahankan pH saliva pada tingkat yang optimal. Sikat gigi membantu menghilangkan
plak dan makanan yang dapat merubah pH, sementara obat kumur dapat memberikan
perlindungan tambahan dengan bahan aktifnya.

Kesimpulannya, pemahaman mendalam terhadap pengaruh pH saliva memungkinkan


perancangan strategi pencegahan yang lebih efektif terhadap karies gigi. Edukasi masyarakat
tentang pentingnya menjaga keseimbangan kimia dalam mulut dan peran pH saliva dapat
membimbing praktik keseharian yang mendukung kesehatan gigi yang optimal. Dengan
demikian, upaya untuk memahami, mengelola, dan mempertahankan pH saliva pada tingkat
yang sehat dapat memberikan dampak positif dalam pencegahan karies gigi dan mendukung
kesehatan oral secara menyeluruh.

B. Saran

• Perlu dilakukan perluasan pendidikan kesehatan gigi, khususnya dalam konteks peran
pH saliva dan keseimbangan kimia mulut, melalui program-program di sekolah-sekolah
dan masyarakat. Pengembangan program pencegahan karies gigi yang menekankan
pada pengelolaan pH saliva juga sangat diperlukan. Dalam hal ini, diperlukan

10
kerjasama erat antara profesional kesehatan gigi, lembaga pendidikan, dan komunitas
untuk menyusun strategi pencegahan yang efektif.
• Pentingnya kebersihan mulut juga perlu ditekankan, termasuk edukasi mengenai teknik
sikat gigi yang benar dan pemilihan obat kumur yang sesuai. Sementara itu, penelitian
lanjutan mengenai interaksi antara pH saliva, pola makan, dan kebersihan mulut dapat
memberikan wawasan lebih mendalam untuk perancangan program pencegahan yang
lebih tepat sasaran.
• Integrasi teknologi dan aplikasi kesehatan gigi juga dapat menjadi sarana efektif dalam
memberikan informasi dan pengingat kepada masyarakat mengenai pentingnya
menjaga pH saliva pada tingkat yang sehat. Selain itu, perlu menggandeng lembaga
pendidikan dan pelatihan profesional kesehatan gigi untuk memastikan bahwa
pengetahuan terkini tentang pengaruh pH saliva disampaikan kepada para praktisi.
• Edukasi masyarakat tentang kebiasaan makan sehat juga menjadi kunci, karena pola
makan dapat memengaruhi pH saliva secara signifikan. Oleh karena itu, pengembangan
kampanye penyuluhan mengenai hubungan antara kebiasaan makan dan kesehatan gigi
perlu diperkuat. Melibatkan komunitas dalam setiap langkah pencegahan karies gigi
juga penting, dengan melibatkan mereka dalam kegiatan penyuluhan, lokakarya, dan
kampanye kesehatan yang dapat membentuk pemahaman kolektif tentang peran pH
saliva.
• Penting untuk mengembangkan bahan edukasi yang mudah diakses dan dimengerti oleh
masyarakat umum, seperti brosur, poster, dan video. Dengan mengimplementasikan
saran-saran ini, diharapkan dapat menciptakan lingkungan di mana masyarakat dapat
secara aktif terlibat dalam upaya pencegahan karies gigi dengan memahami dan
mengelola pengaruh pH saliva secara efektif.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Angela, A., (2005). Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Volume
38, Hlm 130 - 134.
2. Mechfoedz I. 2008. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-Anak dan Ibu Hamil.
Jakarta
3. Tarigan, R. (2004). Perawatan pulva gigi (endodontil). Jakarta: EGC
4. Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies penyakit danpenanggulangannya. Cetakan
2. Jakarta: EGC; 1992. h. 66–96
5. Kanzil LB, Santoso R. Efek peningkatan pH plak dan potensialremineralisasi dari
beberapa pemanis dalam permen karet sesudahmakan karbohidrat. Majalah Ilmiah
Kedokteran Gigi FKG Usakti1999; 2(Edisi khusus Forum Ilmiah VI): 47–50
6. Edgar WM, Geddes DAM. Chewing gum and dental health. BritishDental Journal
168; 1990. p. 173–7
7. Suwelo IS. Karies gigi pada anak dengan pelbagai faktor etiologi.Jakarta:
EGC; 1992. h. 23–7.

12

Anda mungkin juga menyukai