Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

TENTANG:

“PERENCANAAN MANDIRI”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

1. AURA MEYLIANDANA
2. SINTHA MAYA PRATIDINA
3. LIDYA AZWARINI
4. NISRINA DHIYA ULHAQ
5. ANNISA NINDYA PUTRI
6. RAHMI JANNATI
7. NUFA SINTIYA ANDARI
8. ANNISA
9. RAMADIYA EKA PUTRI
10. RIZKY WANDHANI

DOSEN PEMBIMBING:

IBU SRI NURYATI, SKM, M.Si

PROGRAM STUDI: DIPLOMA 4 KEPERAWATAN GIGI


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERENCANAAN MANDIRI”.
Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Kesehatan Gigi dan
Mulut. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang
manajemen kesehatan gigi dan mulut. Serta pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana dan apa
sebenarnya perencanaan mandiri itu.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan
kesalahan dari makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penyusunan
makalah ini.

Banjarbaru, September 2018

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………………... 1

1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………...………………………………………. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………………………………………….… 1

1.3 TUJUAN MAKALAH………………………………………………………………………………………………………….. 2

1.4 MANFAAT MAKALAH………………………………………………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………………………………..3

2.1 PEKERJAAN KEPERAWATAN GIGI………………………………………………………………………………………3

2.2 Usaha Promotif dan Preventif  Pelayanan Mandiri Kesehatan Gigi dan Mulut……….6

2.3 Dana………………………………………………………………………………………………………………………………….6

2.4 Monitoring dan Evaluasi…………………………………………………………………………………………………….7

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………………………………………………….14

3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………………….…14

3.2 SARAN…………………………………………………………………………………………………………………………….…14

3.2 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………..15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar penyakit yang paling sering
dikeluhan masyarakat Indonesia.Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi
dan mulut masih buruk.Hal ini terlihat dari masih besarnya angka karies gigi dan penyakit mulut di
Indonesia yang cenderung meningkat

Hal yang sangat mempengaruhi masalah tersebut adalah faktor pendidikan dan ekonomi dari
masyarakat, yang berpengaruh pada pengetahuan,sikap dan perilaku pola hidup sehat masyarakat. Dari
segi ekonomi dapat dilihat dari pemukiman kumuh dan daerah pedalaman. Segi sosial dapat dilihat dari
kurangnya sosialisasi tentang kesehatan gigi dan mulut. Selain itu kurangnya tenaga medis yang
dibutuhkan.

Faktor eksternal lain yang mempengaruhinya adalah mengenai budaya dan adat dari
masyarakat, serta ketidaktahuan masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut. Dari segi budaya
misalnya kesehatan gigi dan mulut masih dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan yang melekat pada
diri masyarakat. Contohnya budaya pangur dan sirih. Dilihat dari ilmu pengetahuan, masih banyak dari
masyarakat yang belum mengetahui pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga mereka
juga tidak mengetahui dampak dan efek yang timbul apabila mereka tidak menjaga dan merawat
kebersihan gigi dan mulut. Selain itu, ada juga sekelompok masyarakat yang hanya mengetahui tapi
tidak paham sehingga mereka tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
 Apa saja kewenangan perawat gigi dalam melakukan pelayanan keperatan gigi dan mulut
 Apa upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut yang merupakan kewenangan perawat gigi
 Apa upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut
 Apa tindakan medik dasar pada kasus penyakit gigi dan mulut
 Apa saja kompetensi perawat gigi
 Apa ruang lingkup pekerjaan perawat gigi
 Apa usaha promotif dan preventif pelayanan mandiri gigi dan mulut
 Berapa dana yang diperlukan untuk membangun klinik mandiri dan pengelolaannya
 Apa kegiatan pelayanan kesehatan dan kegiatan manajemen
 Bagaimana rancangan denah klinik mandiri
 Bagaimana analisa eksternal dan internal praktek mandiri
 Apa saja peralatan kebutuhan dan bahan dokter gigi, peralatan dan bahan pendudukan
C. Tujuan Makalah

Memberikan penjelasan secara lengkap dan pengetahuan tentang merancang atau merencanakan

Praktek keperawatan gigi dan mulut

D. Manfaat Makalah

Para pembaca dapat menambah pengetahuan tentang merancang atau merencanakan praktek

Mandiri keperawatan gigi dan mulut.


BAB II

PEMBAHASAN

PEKERJAAN PERAWAT GIGI

Berdasarkan Permenkes No 58 tahun 2012, perawat gigi dapat menjalankan pekerjaan


keperawatan gigi secara mandiri dan/atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
Perawat gigi yang menjalankan pekerjaan keperawatan gigi secara
mandiri harus berpendidikan minimal D 3 Kesehatan Gigi atau D 4 Keperawatan
Gigi. Perawat Gigi memiliki kewenangan untuk melakukan pelayanan asuhan
keperawatan gigi dan mulut meliputi:

a. upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut;

b. upaya pencegahan penyakit gigi;

c. tindakan medik dasar pada kasus penyakit gigi terbatas; dan

d.pelayanan higiene kesehatan gigi.

Perawat Gigi yang melakukan pekerjaannya secara mandiri hanya memiliki kewenangan


melakukan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut serta upaya pencegahan penyakit gigi. Upaya
peningkatan kesehatan gigi dan mulut yang merupakan kewenangan perawat gigi meliputi:

a. penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat;

b. pelatihan kader; dan

c. penggunaan alat peraga gigi.

Upaya pencegahan penyakit gigi merupakan kewenangan perawat gigi meliputi:

a. pemeriksaan plak;

b. teknik sikat gigi yang baik;

c. pembersihan karang gigi;

d. pencegahan karies gigi dengan Fluor dengan teknik kumur-kumur dan pengolesan fluor pada gigi; dan

e. pengisian pit dan fissure gigi dengan bahan fissure sea/ant.

Tindakan medik dasar pada kasus penyakit gigi terbatas yang merupakan kewenangan perawat
gigi meliputi:

a. tindakan kegawatdaruratan pada kasus gigi dan mulut sesuai dengan standar pelayanan; dan

b. perawatan pasca tindakan yang hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan dari dokter gigi.
Pelayanan higiene kesehatan gigi yang merupakan kewenangan perawat gigi meliputi:
a. higiene petugas kesehatan gigi dan mulut;

b. sterilisasi alat-alat kesehatan gigi;

c. pemeliharaan alat-alat kesehatan gigi;

d. lingkungan kerja; dan

e. pencegahan infeksi silang.

Berdasarkan pelimpahan tindakan secara tertulis dari dokter gigi atau penugasan Pemerintah


sesuai kebutuhan, Perawat Gigi dapat melaksanakan tindakan medik terbatas dalam bidang kedokteran
gigi yang meliputi:

a. pencabutan gigi sulung dan gigi tetap satu akar dengan topikal atau infiltrasi anastesi; dan

b. penambalan gigi satu atau dua bidang dengan glass ionomer, bahan amalgam atau bahan lainnya.

Penugasan Pemerintah tersebut diberikan kepada Perawat Gigi yang bekerja di fasilitas


pelayanan kesehatan milik pemerintah. MENGUBAH KOMPETENSI Permenkes No 58 tahun
2012 merupakan perubahan dari ketentuan sebelumnya. Dengan diberlakukannya Permenkes No 58
tahun 2012, dinyatakan tidak belaku lagi ketentuan mengenai perawat gigi sebelumnya yaitu Keputusan
Menteri Kesehatan No. 378/Menkes/SK/ III/2007 tentang Standar profesi Perawat Gigi. Pada Kepmenkes
No. 378/Menkes/SK/ III/2007 yang sudah dinyatakan tidak berlaku, kompetensi perawat gigi terdiri atas:

1.Manajemen
2. Pengawasan Penularan Penyakit (Cross Infection Control)

3.Pemeliharaan dan Penggunaan Peralatan

4. Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit gigi dan mulut

5. Perlindungan Khusus

6. Tindakan Asuhan Keperawatan di Klinik:

7. Rujukan

8. Peneliti

9. Hukum dan perundang – undangan

10. Asisten dokter gigi 11. Asisten Dokter Gigi Spesialis

12. Sikap Pada Kepmenkes tersebut tindakan Asuhan Keperawatan di Klinik yang dapat dilakukan


perawat gigi meliputi:

– Pencabutan gigi sulung dengan topikal anaesthesi dan infiltrasi anaesthesi.

– Pencabutan gigi tetap akar tunggal dengan infiltrasi anaesthesi.

– Preparasi kavitas dan penumpatan (gigi sulung dan gigi tetap pada satu/ dua permukaan
menggunakan amalgam, silikat,dsb).
– Preparasi kavitas dengan excavator dan penumpatan dengan ART.

-Pertolongan pertama (first aid/relief pain) trepanasi gigi gangraen dengan periapikal absces Kemudian
pada Kepmenkes No. 378/ Menkes/SK/III/ 2007 terdapat bagian yang mengundang kontroversi
pro kontra yaitu mengenai kemampuan tambahan bagi Perawat Gigi yang akan bekerja dengan tugas
limpah yang meliputi:

1. Pencabutan Gigi: Mencabut gigi, drainase abscess dan perawatan infeksi dalam mulut.  Merawat
komplikasi pasca operasi seperti dry socket dan pendarahan.
Anastesi lokal yang tepat dan secara efektif dan aman (baik blok maupun
lokal). Pencabutan gigi-gigi tetap dan gigi- gigi sulung.

2. Konservasi Gigi: preparasi kavitas dan penumpatan gigi ( gigi sulung dan gigi tetap pada semua kelas
kavitas kecuali kelas IV menggunakan almagam, silikat, dsb) menggunakan high speed atau low speed.
Dengan diberlakukannya Permenkes No 58 tahun 2012 maka kompetensi maupun kemampuan
tambahan bagi perawat gigi pada Kepmenkes No 378/Menkes/SK/ III/2007 dinyatakan tidak berlaku lagi.

PERAWAT GIGI PADA KEDOKTERAN GIGI KELUARGA Pada Pedoman


penyelenggaraan Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan
Medik Dasar, Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2006), mengenai ruang lingkup pekerjaan perawat gigi meliputi:

a. Pelayanan darurat: mengurangi rasa sakit

b. Pelayanan pencegahan:

1. Topikal

2. Skaling supra gingiva

3. ART

4. Fissure sealant

5. Tumpatan 1 bidang untuk usia di bawah 15 tahun

6. Pendidikan kesehatan gigi dan konseling (kunjungan rumah)

7. Survei kesehatan gigi

c.Manajemen

1. Membuat POA (plan of Action) hasil survei/ mentabulasi data

2. Resepsionis

3. Pencatatan rekam medik

4. Laporan evaluasI

d.Dental assistant
e. Sterilisasi
Usaha Promotif dan Preventif  Pelayanan Mandiri Kesehatan Gigi dan Mulut
Pada hakekatnya meliputi dua aspek, yaitu:

Aspek peningkatan mutu.

Pengembangan pelayanan melalui peningkatan mutu pada dasarnya adalah melakukan


perbaikan terhadap pelaksanaan upaya pelayanan mandiri kesehatan gigi promotif dan preventif yang
meliputi unsur unsur kegiatan operasional (administratif dan teknis) antara lain perbaikan mutu:

- Tenaga
- alat dan bahan
- pembiayaan.

Aspek peningkatan cakupan.

Untuk memperluas cakupan pelayanan mandiri kesehatan gigi promotif dan preventif dapat
dilakukan dengan cara perbaikan terhadap hubungan lintas sektor dan lintas program terkait, sehingga
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di sekolah dapat dikembangkan di sekolah-sekolah (SD) lain, yang
dimulai di sekolah dasar kemudian dapat dikembangkan ke SMP yang berdekatan. Tidak tertutup
kemungkinan bahwa ditingkat yang lebih luas, pola pendayagunaan perawat gigi dan dokter gigi ini
dikembangkan sehingga terjadi replikasi pelayanan serupa di kabupaten, propinsi lain bahkan di seluruh
Indonesia.

Aspek peningkatan cakupan terdiri dari:

- Pembinaan, tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan mandiri secara optimal
dalam upaya pencapaian tujuan pelayanan. Pembianaan dilakukan dalam 3 kegiatan yaitu:
- Pembinaan administrasi,
- Pembinaan Teknis,
- Pembinaan Sosial.

Monitoring dan Evaluasi, diperlukan sebagai kegiatan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus
untuk melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Evaluasi dilakukan minimal pada setiap semester dengan melakukan analisis terhadap monitoring serta
penyimpangan yang terjadi.

Perawat Gigi yang ada di lapangan terdiri dari lulusan Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG) dan lulusan
Jurusan Kesehatan Gigi (JKG) Politeknik Kesehatan (Poltekkes) yang dulu bernama Akademi kesehatan
Gigi(AKG) yang belum bekerja

Dana
pembiayaan pelayanan mandiri kesehatan gigi promotif dan preventif dilakukan secara swadana yang
dikelola komite sekolah melalui dana sehat dari murid sekolah, bantuan dari sekolah atau bantuan yang
tidak mengikat. Besar kecilnya biaya pelayanan ditentukan oleh jumlah peserta didikdan jenis
pelayanan. Kelayakan biaya dipengaruhi oleh kualitas pelayanan, besarnya cakupan jumlah peserta didik
yang terlayani, efektifitas dan efisiensi penggunaan bahan dan obat habis pakai.
Bentuk pelayanan, secara legal, model pelayanan mandiri kesehatan gigi dan mulut promotif dan
preventif harus bernaung dibawah badan hukum yang sah, yaitu bernaung dibawah JKG (Jurusan
Kesehatan Gigi), bernaung dibawah dokter gigi yang memiliki ijin praktek, bernaung dibawah
yayasan/badan hukum lainnya yang bergerak dibidang kesehatan.

Jenis pelayanan, dibuat dalam bentuk paket I, II dan paket III.

Perencanaan,
Dilakukan sebelum kegiatan pelayanan kesehatan gigi diselenggarakan di sekolah. Perlu dilakukan
perencanaan yang matang agar dapat diantisipasi kesulitan-kesulitan teknis maupun administratif pada
waktu pelaksanaannya di lapangan, yaitu :

Melakukan Feasibility Study (Studi Kelayakan)

Penyusunan Proposal

Penawaran Proposal.

Persiapan:

Penandatanganan MoU

Penyiapan bahan dan alat,

Menyusun jadwal kegiatan pelayanan

Pelaksanaan:

Melakukan kegiatan yang sesuai dengan paket pelayanan yang disepakati,

Melakukan pencatatan dan pelaporan.

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring diperlukan sebagai kegiatan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus untuk
melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan. Evaluasi
dilakukan minimal pada setiap semester dengan melakukan analisis terhadap hasil monitoring serta
penyimpangan yang terjadi. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh pengelola pelayanan
mandiri kesehatan gigi promotif dan preventif.

Contoh pada Bagan berikut untuk menunjukan perbedaan antara kegiatan pelayanan kesehatan (health
services) dengan komponen kegiatan penunjang manajemen pelayanan (management support service).
Di bagian kiri adalah contoh komponen pelayanan kesehatan dasar untuk pelayanan kesehatan umum,
perawatan ibu, dan anak, upaya pengobatan dan sebagainya. Contoh tersebut dapat dikenbangkan
sesuai dengan kegiatan prorgam Puskesmas. Di bagian kanan adalah contoh komponen penunjang
manajemen. Semua program pelayanan kesehatan dasar di sebelah kiri mempunyai komponen
penunjang manajemen yang sama. Dengan mengembangkan komponen penunjang manajemen,
komponen pelayanan kesehatan dasar akan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, rasional dan
berkualitas.
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kegiatan Manajemen

Perencanaan

Manajemen personalia

Pelatihan staf, dukun, kader, guru

Supervisi, monitoring dan evaluasi

Manajemen keunagan

Manajemen logistic

Monitoring program
Pelayanan kesehatan umum : 
Kerja sama/koordinasi
Kunjungan rumah
Kerjasama dengan kelompok kelompok
Penyuluhan kesehatan masyarakat

Usaha kesehatan sekolah Pencatatan pelaporan

Uji kualitas air minum penduduk Kepemimpinan

a. Rencana Fisik Bangunan

1. Luas operating room minimal 4x4 m

2. Ergonomisitas tata ruang

3. Luas ruang tunggu, sesuai bentuk alur pasien

4. Pembangunan dikonsultasikan dengan arsitek

5. Fondasi, listrik, saluran air masuk dan keluar, saluran AC, dan saluran angin untuk dental
unit, interior (washable), SPAL, parker
Toilet Alat Alat Steril
Mushola

Wastafel Al
Dent m
al ari
Unit
Meja Perawat Gigi

Toilet
Ruang Tunggu

Meja

Meja

Ruang
Tunggu
Front office

Rencana praktik pribadi saya apabila lulus adalah mempunyai karakteristik:

1. Comfortable clinic

2. SDM yang baik, ramah dan bersahabat

3. Didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan standar

4. Memiliki sistem manajemen yang baik

b. Persiapan

Persiapan untuk mendirikan klinik antara lain:

1. Pembuatan SIP dan STR

2. Persiapan papan nama

3. Persiapan modal

4. Persiapan untuk desain bangunan dan desain ruangan

5. Persiapan alat dan bahan

6. Jumlah SDM yang dibutuhkan:

- 1 perawat gigi sebagai operator

- 1 petugas front office yang bertugas untuk pendaftaran pasien dan bagian keuangan

- 1 petugas kebersihan dan keamanan


c. Analisa Eksternal dan Internal Praktek Pribadi

No Indicator Peringkat Bobot Rating RxB


ANCAMAN

1 Citra pesaing 2 0.33 4 1.32


baik

2 Pelayanan 3 0.5 1 0.5


alternative

3 Kesadaran 1 0.17 5 0.85


penampilan
kurang

TOTAL 6 1 2.67

Indicator Peringkat Bobot Rating RxB


PELUANG

Lokasi adlah 3 0.5 3 1.5


pusat aktifitas
masyarakat

Angka kesakitan 2 0.33 4 1.32


tinggi

Pesaing sedikit 1 0.17 5 0.85

TOTAL 6 1 3.67

Indicator Peringkat Bobot Rating RxB


KELEMAHAN

Keterbatasan skil 1 0.06 4 0.24

Drg baru 2 0.12 4 0.48

Marketing belum 5 0.33 2 0.66


teruji

Manajement 4 0.26 1 0.26


belum teruji
Modal terbatas 3 0.19 2 0.38

TOTAL 15 1 2.02

Indicator Peringkat Bobot Rating RxB


KEKUATAN

Lebih nyaman 3 0.3 3 0.9

Tempat praktek 1 0.1 4 0.4


strategis, lokasi
mudah dijangkau

Pelayanan ramah 2 0.2 4 0.8


dan bersahabat

Parkir luas 4 0.4 1 0.4

TOTAL 10 1 2.5

b. Kebutuhan peralatan :
i. Sewa gedung

ii. Instalasi listrik

iii. Instalasi telepon

iv. Instalasi air

v. Kursi dan meja tunggu pasien

vi. Kursi dan meja front office

vii. Lampu ruangan

viii. Almari

ix. Emergency lamp

x. Computer

xi. Kompresor
Peralatan dan bahan perawat gigi :
1. Dental chair

2. Alat set diagnostic

3. Set exo

4. Set konservasi

5. Set perio scalling manual dan USS

6. Set ortho

7. Set cetak

8. Set emergency kit

a. Peralatan dan bahan pendukung :


1. Set laboratorium gigi sederhana

2. Alat sterilisasi

b. Rencana Pembiayaan Pembangunan Praktek Perawat Gigi

1. Biaya Alat Medis Rp 46.000.000,-

2. Biaya Alat Non Medis Rp 10.000.000,-

3. Biaya pengurusan STR Rp. 500.000,-

4. Biaya perijinan PDGI dan Dinas Kesehatan Rp. 250.000,-

5. Biaya sewa ruko 1 tahun Rp. 10.000.000,-

6. Biaya renovasi Rp. 10.000.000,-

7. Biaya gaji perawat per tahun Rp. 10.000.000,-

8. Alat dan Bahan Rp 15.780.500,-

9. Lain – Lain Rp 5.000.000,-

Total Rp 123.311.000,-
c. Pricing dan Marketing
Dalam menjalankan bisnis pelayanan kesehatan (praktek perseorangan).
Seorang perawt gigi mempunyai peran ganda. Peran pertama adalah sebagai
tenaga professional yang tuhas dan fungsinya adalah memberikan pelayanan
medis keperawatan gigi secara holistic kepada para pelanggan (pasien) sesuai
standar profesi yang berlaku. Peran kedua adalah sebagai investor atau
pemodal usaha yang tugas dan fungsinya mengupayakan roda bisnis
pelayanan dapat terus berjalan sesuai tatanan manajemen, baik manajemen
pelayanan, manajemen keuangan, manajemen logistic atau bentuk manajemen
lainnya.
Beberapa masalah yang kerap muncul dalam pembiayaan pelayanan
kesehatan di Indonesia antara lain adalah : 1) terjadi inflasi biaya kesehatan
yang tinggi karena meningkatnya demand pelayanan kesehatan dibanding
supply pelayanan kesehatan, kemajuan teknologi bidang kesehatan termasuk
keperawatan gigi serta makin tingginya tuntutan masyarakat terhadap mutu
pelayanan kesehatan; 2) tariff pelayanan kesehatan termasuk praktek
perseorangan yang tidak rasional yang disebabkan tidak seimbang dengan
peningkatan inflasi serta tidak didasarkan pada perhitungan riil atau bersifat
“cost-based”. Oleh karena itu bisnis praktek perseorangan harus dikelola
berdasarkan kaidah “Ekonomi” yang artinya :
1. Terdapat keseimbangan antara expenses atau cost (pengeluaran) dengan

revenue (pendapatan)

2. Pengelolaan cost diarahkan untuk tercapainya tingkat efisiensi

3. Revenue dihasilkan dari utilisasi (kunjungan) dengan tingkat harga

tertentu

4. Penanganan tarif dan kepuasan konsumen sangat penting

5. Perlu ada indicator biaya sebagai alat manajerial dalam melakukan kendali

biaya
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang perencanaan mandiri dapat disimpulkan bahwa:

Dengan adanya perencanaan mandiri yang tepat dan baik maka Perawat Gigi dapat lebih mudah
membuka praktik mandiri.

SARAN

Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang dapat membantu Perawat Gigi
yang ingin membuka praktik mandiri, yaitu:

Perawat Gigi harus mengetahui tugas dan wewenangnya. Perawat gigi juga perlu mempersiapkan
perencanaan dan dana yang matang. Selain itu, perawat gigi juga perlu melakukan sosialisasi tentang
kesehatan gigi dan mulut agar praktik mandirinya dapat berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

https://samuraithief.wordpress.com/2011/02/12/makalah-kesgilut-masyarakat-ikgmp-2a/

https://www.google.co.id/search?safe=strict&ei=Yp-
tW7CULsyv9QO27pdg&q=latar+belakang+manajemen+perencanaan+mandiri+perawatan+gigi&oq=latar
+belakang+manajemen+perencanaan+mandiri+perawatan+gigi&gs_l=psy-
ab.3...49930.58808.0.59333.12.11.1.0.0.0.238.1214.0j6j1.7.0....0...1c.1.64.psy-
ab..4.0.0....0.Euxunhegq4c

https://haeghie1815.wordpress.com/2013/06/19/praktek-mandiri-perawat-gigi/comment-page-1/

Permenkes 20/2016 Tentang Penyelengaaran praktik terapis Gigi ...

https://www.slideshare.net › mobile › per...

https://dokumen.tips/amp/documents/perencanaan-praktek-dokter-gigi.html

www.chairulms.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai