PEMBIMBING:
Di Susun Oleh
Modul praktikum Kuratif Terbatas III disusun dan telah melakukan bimbingan dan
akhirnya selesai dibuat dan telah mendapatkan persetujuan pembimbing dan ketua jurusan
keperawatan gigi Poltekkes Kemenkes Aceh.
Mengetahui, Pembimbing
Puji syukur kehadirat Tuhan Maha Esa karena atas limpahan-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan Modul Kuratif Terbatas III. Dalam Modul ini akan dibahas terkait ilmu kesehatan
gigi mencakup semua tentang mata kuliah kuratif terbatas III. Saya menyadari masi banyak
kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik
dan saran demi perbaikan daan kesempurnaan modul.
Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Kuratif Terbatas
III yang telah membantu proses penyelesaian modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat
bagi semua. Amin…
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................
LEMBARAN PENGESAHAN........................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................
A. ORAL DIAGNOSIS...........................................................................................
1. Macam-macam cara pemeriksaan gigi……………………………………..
2. Macam-macam jaringan lunak, penyangga serta pulpa gigi………………
3. Macam-macam kelainan gigi, lidah dan penyebabnya……………………
4. Poket periodontal, perikoronitis dan operkulitis…………………………..
B. EXODONTIA....................................................................................................
1. Macam-macam jenis anastesi, teknik anastesi, dan teknik pencabutan gigi permanen
dan desidui………………………………………………………
2. Posisi operator dan posisi pasien saat melakukan pencabutan gigi pada rahang atas
dan bawah………………………………………………………………
3. Macam-macam komplikasi pasca ekstraksi gigi…………………………...
4. Alat-alat kritis dan semi kritis yang digunakan saat pencabutan gigi serta
kegunaannya…………………………………………………………………
C. KONSERVASI...................................................................................................
1. Jenis-jenis pembagian karies menurut GV.Black dan Gj.Mount………….
2. Teknik preparsi kelas 1-5…………………………………………………...
3. Fissure sealant dan surface protection……………………………………..
4. Macam-macam bahan tambalan yang digunakan untuk penumpatan gigi serta
kegunaannya…………………………………………………………………
BAB III PENUTUP ......................................................................................................
A. KESIMPULAN..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia,
sehingga rongga mulut tidak dapat dipisahkan fungsinya dengan bagian tubuh lain.
Rongga mulut berfungsi sebagai pintu awal masuknya makanan ke dalam tubuh,
mastikasi, fonetik dan estetik yang memberikan bentuk harmonis pada wajah (Soebroto,
2009).
Makanan dicerna secara mekanik di rongga mulut dengan bantuan gigi dan
jaringan pendukungnya, lidah dan saliva, sehingga apabila rongga mulut terganggu maka
akan menghambat fungsi-fungsi tersebut (Bloom dan Fawchet, 2002).
Rongga mulut merupakan tempat yang rentan dan sering mengalami infeksi atau
peradangan di dalam tubuh karena merupakan pintu masuk utama agen yang
berbahaya seperti mikroorganisme dan agen karsinogenik. Hal tersebut menyebabkan
berbagai penyakit rongga mulut bersarang di dalamnya (Ramadhan, 2010).
Salah satu bagian utama dari rongga mulut adalah gigi. Gigi merupakan bagian
mulut yang berfungsi untuk menghancurkan makanan sebelum diteruskan untuk
dicerna di sistem pencernaan bagian dalam. Gigi memiliki struktur dan jaringan yang
keras, terdiri dari email, dentin dan pul\pa yang berisi syaraf. Perawatan penting
dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi, apabila gigi tidak dirawat dengan baik, maka
tidak menutup kemungkinan akan terjadinya karies dan penyakit periodontal (Soebroto,
2009).
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI tahun 2001 menyatakan
bahwa prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk di
Indonesia. Penyakit tersebut diantaranya karies, dan penyakit periodontal. Penyakit
periodontal merupakan penyakit yang menyerang bagian jaringan periodontal. Fungsi
dari jaringan periodontal adalah sebagai pendukung gigi, sehingga gigi dapat berfungsi
dengan baik.
Penyakit periodontal di Indonesia memiliki prevalensi yang cukup tinggi yaitu
96,58%, hanya 3,42% yang tidak membutuhkan perawatan periodontal dan perawatan
pembersihan karang gigi paling banyak dibutuhkan yaitu 85,18% (Tampubolon, 2005).
Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi, hingga
menjalar ke dentin (Soebroto, 2009).
B. Tujuan
Untuk mengetahui dan menguasai berbagai aspek ataupun hal yang mengenai
dengan kesehatan gigi baik dan mulut baik itu keluarga maupun dimasyarakat, dan
menerapkan pelayanan asuhan keperawatan kepada keluarga dan masyarakat secara
optimal dan menyeluruh dengan secara professional.
Tujuan umum yaitu untuk meningkatkan mutu, cakupan, efesiensi pelayanan kesehatan
gigi dan mulut dalam rangka tercapainya kemampuan pelihara diri dibidang kesehatan
gigi dan mulut, serta status kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
Tujuan khusus yaitu untuk meningkatkan pengetahuan atau edukasi sikap dan
kemampuan keluarga untuk berprilaku hidup sehat dibidang kesehatan gigi dan mulut
yang mencakup berbagai aspek, mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut, mampu
melaksanakan upaya untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut dan mampu
mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya, mampu meningkatkan kesadaran
diri sendiri terhadap kesehatan gigi individu maupun keluarga.
TEKNIK/CARA PEMERIKSAAN SUBYEKTIF DAN OBEKTIF
A. PEMERIKSAAN SUBJEKTIFF
Pemeriksaan subjektif adalah pemeriksaan berdasarkan atas keluhan penderita.
Untuk memperoleh suatu riwayat dalam bentuk wawancara, maka hendaklah pemeriksa
dan penderita mempunyai kesamaan bahasa. Bahasa yang digunakan adalah yang mudah
dan sederhana sehingga dapat dimengerti oleh penderita
B. PEMERIKSAAN OBYETIF
Pemeriksaan obyektif adalah pemeriksaan yang dilakukan operator pada obyek
dengan keadaan-keadaan sebagaimana adanya, tidak ada pengaruh perasaan. Tujuan
pemeriksaan obyektif adalah untuk mengidentifikasi kelainan yang ada pada gigi dan
mulut.
Pemeriksaan Obyektif terdiri dari :
1. Pemeriksaan Ekstra Oral
Pemeriksaan dari bagian tubuh penderita di luar mulut yaitu pada daerah muka,
kepala, leher.
2. Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan intra oral yaitu pemeriksaan dari bagian rongga mulut yang meliputi
mukosa dan gigi. Pemeriksaan intra oral dilakukan dengan cara memeriksa keadaan mulut
secara menyeluruh untuk melihat kelainan mukosa dari pipi, bibir, lidah, palatum, gusi
dan gigi.
d. Maloklusi
f. Retensi makanan
g. Faktor Sistemik
h. Faktor Hormonal
i. Faktor Immunologis
j. Faktor Nutrisi
Gejala Klinis :
Terlihat gusi membengkak dan mempunyai sifat karekteristik masing- masing berbeda menurut
:
a. Lokasi tumbuh
b. Bentuk permukaan
c. warna
d. Konsistensi
e. Keluhan pasien
Pembagian :
a. lokal : mengenai satu gigi atau satu regio
b. general : mengenai seluruh gigi
c. marginal : mengenai tepi-tepi gigi
Penyebab : Gingivitis disebabkan oleh plak dan dipercepat adanya faktor iritasi lokal dan
sistemik
1) GINGIVITIS MARGINALIS
Pengertian : Gingivitis marginalis adalah
peradangan gingiva bagian marginal yang
merupakan stadium yanga paling awal dari
penyakit periodontal
b) mengkilat
c) bengkak
d) mudah berdarah
e) terdapat eksudat
f) sakit
3. PUBERTY GINGIVITIS
Tanda-tanda klinis :
a. terjadi pada masa pubertas
b. gingiva mengalami hiperplasi
c. gingiva mengalami pembengkakan yang
merata
d. berwarna merah kebiruan
e. oral hygiene buruk.
4. PREGNANCY GINGIVITIS
Tanda-tanda klinis :
a. terjadi pada wanita hamil
b. derajat keradangannya ringan sampai
hebat (hilang sendiri setelah
melahirkan)
c. oral hygiene buruk
5. SCORBUTIC GINGIVITIS
Tanda-tanda klinis :
a. terjadi karena defisiensi vitamin C
b. oral hygiene buruk
c. peradangan terjadi menyeluruh dari interdental papil sampai dengan attached gingiva
d. warna merah terang atau merah menyala
e. ada hiperplasi dan ulserasi
2. (PERIODONTITIS)
Pengertian : peradangan dari jaringan penyangga gigi yang meliputi gingiva, serabut-
serabut periodontal, sementum dan tulang alveolar sebagai akibat lanjut dari gingivitis yang
tidak dirawat
Penyebab :
Iritasi lokal dan traumatik oklusi
Pembagian Periodontitis
a. Menurut waktu terjadinya
1) periodontitis akut
2) periodontitis kronis
2) Periodontitis Apikalis
a. Periodontitis Marginalis
Pengertian Peradangan dari jaringan
penyangga gigi yang mengenai gingiva sampai
dengan periodontal ligamen
Gejala-gejala :
1) bau tidak enak
Rencana Perawatan
1) Pencegahan:
b. Periodontitis Apikalis
Pengertian : Peradangan jaringan periodontal di sekitar apeks gigi sebagai kelanjutan
dari peradangan pulpa yang menyeluruh atau karena trauma
Sebab terjadinya :
1. Pulpitis akut totalis yang tidak diobati
2. Nekrose pulpa
Gejala-gejala :
a) sakit berdenyut-denyut
b) gigi terasa memanjang
c) sakit saat oklusi
d) sakit apabila terkena makanan panas
Tanda-tanda klinis :
3. PERIKORONITIS
4. POKET OPERIODONTAL
Periodontal adalah pendalaman
sulkus gingiva atau gusi (normalnya 2-
3mm) yang secara patologis disebabkan
karena penyakit periodontal Kedalaman
poket merupakan jarak antara dasar
poket dan margin gingiva
5. ULKUS DICUBITUS
6. OPERKULITIS
Rencana Perawatan :
- Irigasi dg Natrium Hipochlorit
- Kumur antiseptik (betadine, air garam
hangat
- Pemberian Antibiotik dan Analgetik
- Operkulektomipengambilan operkulum
- Pencabutan gigi apabila posisi miring dan kekurangan tempat
7. STOMATITIS APTOSA
SAR tipe hepetiformis adalah
sariawan yang berukuran kecil,
biasanya sekitar 2-3mm saja tetapi
berjumlah lebih dari lima terlokalisir
di suatu tempat atau menyebar
yang terjadi dalam satu waktu.
8. GRANULOMA
Penyebab Kista Gigi : Kista gigi terbentuk di ujung akar gigi, tetapi bisa juga muncul di gusi.
Kista gigi dapat menyebabkan pembengkakan pada gusi dan tidak dapat hilang dengan
sendirinya. Umumnya, hanya satu kista gigi yang terbentuk, tetapi ada beberapa kondisi ketika
kista gigi bisa muncul lebih dari satu.
ada dua jenis kista di rongga mulut, yaitu kista odontogenik dan kista non odontogenik.
1 Kista odontogenik dapat digambarkan sebagai kista yang berasal dari sisa organ
pembentuk gigi Contoh dari kista jenis ini adalah kista periapikal, kista residual, dan
kista erupsi.
2 .Kista non odontogenik adalah kista rongga mulut yang bukan berasal dari organ
pembentuk gigi. Contohnya adalah kista nasopalatinal dan kista saliva.
Penyebabnya :
11. NEOPLASMA
Penyebab pasti dari tumor rongga mulut masih belum dapat diketahui sampai saat ini.
Meski demikian, terdapat faktor-faktor yang diduga dapat memicu terjadinya tumor ini.
Beberapa di antaranya adalah faktor genetik, kebiasaan buruk, trauma, dan makanan.
Beberapa gejala yang dapat menunjukkan adanya tumor pada rongga mulut, yaitu:
Terdapat peradangan, pembengkakan serta rasa nyeri pada bagian yang terkena.
Terdapat benjolan pada jaringan lunak
Terjadi perdarahan
Rasa sakit saat mengunyah
Bau nafas yang tidak sedap
12. EPULIS
Epulis adalah tumor jinak yang tumbuh di atas gingival –jaringan lunak yang terdapat di
dalam rongga mulut. Epulis fissuratum merupakan salah satu jenis epulis yang biasanya banyak
dialami oleh mereka yang menggunakan gigi tiruan. Epulis adalah bentuk suatu tumor atau
benjolan yang tumbuh pada gusi (gingiva).
Penyebabnya : Secara umum epulis disebabkan karena faktor hormonal, terkena iritasi, dan
trauma fisik, yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan yang berlebihan.
Terdapat berbagai jenis epulis, yaitu epulis kongenital atau Congenital Granular Cell
Tumor (CGCT), epulis fibromatosa, epulis granulomatosa, epulis fissuratum, epulis gravidarum,
epulis angiomatosa, dan epulis gigantoselulare.
Pengertian Suatu keadaan di mana lapisan email telah mengalami kerusakan sampai
batas Dentino Enamel Junction yang merupakan tempat terakhir dari ujung-ujung syaraf yang
sudah dapat dirangsang
Penyebab-penyebab :
1. Plak
2. Faktor mekanis, misal; cara menyikat gigi yang salah
Gejala-gejala :
1. Linu bila terkena rangsangan dingin, manis, asam dan bila terkena sikat gigi
2. Rasa linu hilang bila rangsangan dihilangkan
Penyebab
1. Plak
2. Trauma
Gejala-gejala
1. Terasa linu bila kena rangsang manis, asam, dingin, panas (kadang-kadang)
2. Bila rangsang dihilangkan, rasa linu tetap bertahan ½ - 1 menit
3. Kadang-kadang linu bila kemasukan makanan
4. Proses terjadinya (secara Histopatologis) Akibat masuknya toksin ke dalam kamar pulpa
melaui saluran dentin, maka pulpa memberikan reaksi berupa pelebaran pemb. Darah dlm
pulpa, shg siklus darah pd pulpa bertambah. Pada kasus hiperemi pulpa sering terjadi
dentin tertier (sklerotik)
Rencana Perawatan Tumpatan sesuai indikasi (pada kartu status ditulis pro-konservasi)
Pembagian Pulpitis
a. Pulpitis Akut
b. Pulpitis kronis
a. Pulpitis Partialis
b. Pulpitis Totalis
4) Nekrosis Pulpa Pengertian : Nekrosis adalah kematian pulpa, dapat sebagian atau
seluruhnya. Nekrosis meskipun suatu akibat inflamasi, dapat juga terjadi setelah injuri
traumatik yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi.
Pemeriksaan klinis :
5) DEGENERASI PULPA
Degenerasi umumnya ditemukan pada gigi orang tua, tetapi dapat juga ditemukan pada
gigi orang muda yang disebabkan adanya iritasi ringan yang persisten, seperti pada
degenerasi kalsifik pulpa. Degenerasi tidak perlu berhubungan dengan infeksi atau karies,
meskipun suatu kavitas atau tumpatan mungkin dijumpai pada gigi yang terpengaruh.
Degenerasi kalsifik Pada degenerasi kalsifik, sebagian jaringan pulpa digantikan oleh bahan
mengapur, yaitu terbentuk batu pulpa atau dentikel. Kalsifikasi ini dapat terjadi baik
didalam ruang pulpa ataupun saluran akar, tapi umumnya dijumpai pada ruang pulpa.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB :
1. Faktor herediter
2. Gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan gigi
3. Gangguan metabolisme
Macam-macam anomali gigi sebagai berikut :
anodontia partialis
Mesiodens
.
Distomolar
3. Paramolar : kelebihan gigi di mesio bukal
M2 & M3 atas dan bawah
Paramolar
3. Hutchinson teeth
Hutchinson teeth adalah adanya lekukan pada
bagian incisal gigi incisivus.
Hutchinson teeth
4. Mulberry teeth
Mulberry teeth adalah gigi yang terdapat banyak
tonjolan pada mahkota gigi molar.
Mulberry teeth
5. Tuberculum carabelli
Tuberculum carabelli adalah tonjolan yang
berlebihan pada mesiopalatinal gigi M1 atas.
Tuberculum carabelli
b. ANOMALI BERDASARKAN BENTUK AKAR
1. Dilaserasi
Dilaserasi adalah akar dan mahkota gigi yang sangat
bengkok / distorsi, sering membentuk sudut 45
derajat sampai lebih dari 90 derajat.
Dilaserasi
2. Concrescence
Concrescence adalah fusion atau tumbuh jadi satu
pada akar gigi melalui sementum saja, biasanya
menjadi satu setelah gigi erupsi dalam rongga
mulut.
Concrescence
3. Hipersementosis
Hipersementosis adalah Pembentukan jaringan
sementum yang berlebihan sekitar akar gigi
setelah gigi erupsi, dapat disebabkan oleh trauma,
Hipersementosis
gangguan metabolisme, atau infeksi periapikal.
4. Ankylosis
Ankylosis adalah gigi menjadi satu dengan tulang
5. Flexion
Flexion adalah akar gigi yang bengkok kurang dari
90 derajat atau mutar
Flexion
6. Dwarfed Root
Drawfed root adalah gigi-gigi atas sering memperlihatkan mahkota gigi dengan
ukuran nomal tetapi dengan akar yang pendek.
Drawfed root
Mikrodonsia
b. Makrodonsia adalah gigi dengan ukuran lebih besar
dari ukuran normalnya gigi.
Mikrodonsia dan Makrodonsia terjadi karena
gangguan tahap morfodiferensiasi.
Makrodonsia
D. ANOMALI BERDASARKAN STRUKTUR GIGI
a. Amelogenesis Imperfecta
Amelogenesis imperfect adalah anomali karena gangguan fungsi enamel organ sehingga
pembentukan enamel tidak sempurna.
Tanda-tandanya, antara lain:
Warna dari putih kekuning dan coklat
Email berlubang-lubang dan kasar Amelogenesis Imperfecta
Macam - macamnya :
b. Dentinogenesis Imperfecta
Gangguan pembentukan dentin sehingga
pembentukan dentin tidak sempurna.
Dentinogenesis imperfecta
E. ANOMALI BERDASARKAN ERUPSI
a. Erupsi prematur yaitu gigi yang bererupsi sebelum
waktunya, terlihat pada bayi yang baru dilahirkan.
Erupsi prematur
b. Persistensi yaitu gigi susu yang terlambat tanggal atau
tidak tanggal pada waktunya sedangkan gigi tetap
sudah tumbuh .
Persistensi
KELAINAN LIDAH
A. GLOSITIS
Peradangan pada lidah ditandai dengan deskuamasi
papila filiformis sehingga menghasilkan daerah
kemerahan yang mengkilat.
Penyebabnya adalah Defesiensi Fe ,vitamin
Glositis
B.Komplek, Crohn disease
Tanda-tandanya :
Dorsum lidah tampak merah menyala
Pasien merasakan sensasi terbakar, perih, sakit dan panas
Penyebab :
tidak diketahui , cenderung terjadi pada usia tua Fissure Tongue
Tanda – tanda :
dorsum lidah tampak retak- retak dengan kedalaman lebih dari 2 mm, tampak
bergaris- garis, berfisur, berparit secara transversal, horizontal atau oblik, tidak ada
keluhan tetapi dapat menyebabkan halitosis.
Therapi : anti jamur topikal
F. GLOSODINIA
Glosodinia : pasien merasa panas / terbakar pada
lidah (Burning mouth sindrome )
Glosopirosis: pasien merasa terbakar pada
Glosodinia
lidah,sering terjadi pada pasien diatas 1 tahun
Penyebab :
kandidosis, defisiensi Fe, anaemia permisiosa , Geografic tongue, Lichen planus,
Xerostomia, Diabetes Melitus, Hipertensi, reaksi allergi
Tandanya :
secara klinis lidah normal, sedikit kemerahan , lidah terasa terbakar, gatal
terutama tepi lateral atau ujung lidah.
Therapi : hilangkan etiologi
G. ANKILOGLOSIA
Lidah melekat pada dasar mulut secara
keseluruhan atau ujungnya saja. Penyebabnya
adalah fusi lidah dengan dasar mulut pada
pertumbuhan janin. Pasien tidak dapat mengangkat
dan menjulurkan lidah. Ankiloglosia
Poket periodontal adalah kedalaman sulkus gusi secara patologis. Poket periodontal
dapat terjadi karena pergerakan tepi gusi kearah k dapat terjadi karena pergerakan tepi gusi
kearah koronal, migrasi junctional epithelium kearah ronal, migrasi junctional epithelium
kearah apikal, atau kombinasi keduanya.
Poket Periodontal
Poket Supraboni
Poket Intraboni (infraboni, subkrestal, intraalveol)
Ditandai dengan dasar poket terletak lebih apikal
dibanding puncak tulang alveolar. Dinding poket
lateralterletak di antara permukaan antara permukaan
gigi dan tulang alveolar.
Poket Intraboni
Poket dapat melibatkan 1, 2 atau lebih dari 2 permukaan gigi, dan dapat memiliki
kedalaman yg berbeda-beda walaupun terletak pada satu yg berbeda-beda dan pada satu
gigi. Sehingga dapat dibedakan:
Gambaran klinis :
B. PERIKORONITIS
Perikoronitis adalah peradangan pada gingiva disekelilingi mahkota gigi yang
baru tumbuh, yang sering terjadi pada gigi geraham bungsu bagian bawah.Gigi bungsu
merupakan gigi geraham ketiga yang letaknya paling belakang.
Perikoronitis
Pada perikoronitis akut, gejala umumnya berlangsung selama 3-4 hari dan
meliputi:
Nyeri di sekitar gigi geraham bungsu, yang bahkan bisa mengganggu tidur
Demam
Pembengkakan kelenjar getah bening di bawah dagu
Kesulitan membuka mulut (trismus)
2. Gejala perikoronitis kronis
Perawatan perikoronitis
1. Visit 1
Menenentukan keparahan
Daerah tersebut dibersihkan dengan air hangat, kemudian membersihkan
eksudat
Diolesi antiseptik (jika ada eksudat dibawah flap/operculum dibersihkan)
Berikan antibiotic dan analgenik kemudian istirahat
2. Visit 2
Jika ada drain masih ada dikeluarkan
Eksudat dibawah flap dibersihkan
3. Visit 3
Gigi dipertahankan ataupun dicabut jika gigi tersebut miring
Operkulitis
Faktor penyebab operkulitis
1. Kontaminasi bakteri
2. Gangguan pada erupsi gigi
3. Trauma gigi antagonis
1. Anastesi topikal
Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai hanya ujung-
ujung serabut urat syaraf. Bahan yang digunakan berupa salf.
2. Anastesi infiltrasi
Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah, mudah
dikerjakan dan efektif. Daya penetrasinya pada anak cukup dalam karena komposisi
tulang dan jaringan belum begitu kompak.
3. Anastesi blok
Digunakan untuk pencabutan gigi molar tetap.
Anastesi umum
Anastesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa sakit dengan disertai hilangnya
kesadaran.
Teknik anastesi
Anastesi topikal
Cara melakukan anastesi topikal adalah :
1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi
topikal.
2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ( gambar 1 ) ± 15
detik kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif.
Gambar 1 : Gunakan cotton bud untuk mengoleskan topikal anastesi pada area yang
akan disuntik. Bagian palatal (kiri) dan bukal (kanan).
Gambar 2 : Aplikasi topical anastesi dengan syringe tanpa jarum
4. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit, agar
obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal
adalah kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi
topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum.
Anastesi infiltrasi
Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi :
1. Keringkan mukosa dan aplikasikan bahan topikal anastesi selama 2 menit
2. Bersihkan kelebihan bahan topikal anastesi
3. Tarik mukosa
4. Untuk mengalihkan perhatian anak, drg dapat menekan bibir dengan tekanan ringan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk sehingga mukosa yang akan disuntik terlihat.
5. Masukkan jarum, jika menyentuh tulang tarik jarum keluar sedikit
6. Aspirasi
7. Suntikan bahan anastetikum 0,5 – 1,0 cc secara perlahan (15-30 detik)
Palatal anastesi
Injeksi langsung ke palatal pada sebagian anak dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak
nyaman, untuk meminimaliskannya gunakan topikal anastesi yang diaplikasikan
menggunakan cotton bud dan tekanan ringan pada lokasi yang akan disuntik sambil
memasukkan jarum suntik (Gambar 4). Namun cara ini tidak selalu berhasil. Cara lain
adalah menggunakan jarum suntik pendek, ukuran 30 gauge (12 mm). Jarum dimasukkan
melalui papila interdental dengan sudut 90° ke permukaan. Jarum didorong ke palatal ke
arah bukal papila sambil mendeponir anastetikum (Gambar 5), dilakukan pada sisi mesial
dan distal dari gigi yang akan dicabut.
Gambar 4: Menggunakan topical anastesi yang dioleskan ke cotton pellet dan ditekan,
Tekanan, akan membuat pasien merasa nyaman ketika disuntik. Gambar 5: Jarum didorong ke
arah palatum melalui bukal papila
Pencabutan molar tetap pada anak sama seperti orang dewasa nervus alveolaris inferior
harus diblok. Foramen mandibula pada anak terletak setingkat di bawah dataran oklusal
gigi sulung (Gambar 6), oleh karena itu injeksi dibuat lebih rendah dan lebih posterior
daripada pasien dewasa.
Gambar 6: A. Foramen mandibula pada orang dewasa, B pada anak, letaknya lebih ke bawah.
Teknik : Ibu jari berada diatas permukaan oklusal gigi molar, dengan ujung ibu jari berada
pada tepi obligua interna (Gambar 7). Syringe diletakkan pada dataran gigi molar sulung
pada sisi berlawanan dari gigi yang akan dianastesi. Ukuran rahang yang lebih kecil
mengurangi kedalaman jarum berpenetrasi pada anastesi blok (mandibular anastesi).
Gambar 7: Penyuntikan pada mandibula dibantu dengan ibu jari dan jari tengah sebagai
stabilisasi, ketika melakukan injeksi kearah nervus alveolaris inferior.
Gambar 8: Perkembangan
3. Pencabutan Molar
Pisahkan ginggiva dari bagian servikal gigi dengan elevator bein
Gerakan gigi ke arah Bukal kembali ke posisi semula dan gerakan gigi ke arah
paletal
gerakan gigi ke aralah paletal bukal dengan lebih banyak ke arah bukal.dengan
hati-hati putar sedikit
Kembali ke posisi semula dan gerakan gigi ke arah lingual.ulangi gerakan tersebut
beberapa kali
2. Pencabutan Premolar
Pisahkan ginggiva dan bagian servikal gigi.tempatkan mulut tang pada sulkus
ginggiva dalam arah bukal lingual
3. Pencabutan Molar
Pisahkan ginggiva dari servikal gigi dengan elevator bein,tempatkan mulut tang
dalam arah bukal-lingual
Posisi operator dan posisi pasien saat melakukan pencabutan gigi pada rahang atas
dan bawah
1. Posisi pasien
Untuk memastikan visualisasi dan kenyamanan yang memadai selama berbagai
manipulasi yang diperlukan untuk ekstraksi gigi, kursi gigi (dental chair) harus selalu
diposisikan dengan benar. Untuk ekstraksi gigi rahang atas, mulut pasien harus
berada pada ketinggian yang sama dengan bahu dokter gigi dan sudut antara kursi
gigi dan bidang horizontal (lantai) harus sekitar 120°. Selain itu, permukaan oklusal
gigi rahang atas harus berada pada sudut 45° dibandingkan dengan horizontal saat
mulut terbuka. Selama ekstraksi pada gigi mandibula, kursi diposisikan lebih rendah,
sehingga sudut yang dihasilkan antara dental chair dan bidang horizontal sekitar
110°. Selain itu, permukaan oklusal gigi rahang bawah harus sejajar dengan bidang
horisontal ketika mulut pasien terbuka.
Posisi dokter gigi selama ekstraksi menggunakan tang ada di depan dan di sebelah
kanan pasien sedangkan untuk dokter gigi kidal harus berada di depan dan di
sebelah kiri pasien. Untuk ekstraksi gigi mandibular anterior dokter gigi harus
berada di depan pasien atau di belakang mereka dan di sebelah kanan mereka ;
dokter gigi kidal harus di depan mereka atau di belakang mereka dan ke kiri mereka
Alat-alat kritis dan semi kritis yan digunakan saat pencabutan gigi serta kegunaannya
- Bentuknya kecil
• Kegunaan :
• Keterangan :
- Alat kritis
• Ciri – ciri :
• Kegunaan :
• Keterangan :
- Alat kritis
• Ciri – ciri :
• Kegunaan :
• Keterangan :
- alat kritis
• Ciri – ciri :
• Kegunaan :
• Keterangan :
- Alat kritis
• Ciri – ciri :
• Kegunaan :
• Keterangan :
- Alat kritis
Ciri – ciri :
- Antara handle sampai dengan beaknya 90°
- Dua paruh/beaknya bila ditutup akan bertemu
- Tang untuk akar gigi kiri dan kanan sama
- Bentuknya kecil
Kegunaan :
- Untuk mencabut akar gigi bawah
Keterangan :
- Alat kritis
Ciri-ciri :
- Handle sampai beaknya lurus
- Kedua paruh /beeknya tidak bertemu
- Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
Kegunaan :
- Untuk mencabut gigi depan atas permanent
Keterangan :
- Alat kritis
Ciri-ciri :
- Antara handle dengan beaknya seperti S
- Kedua paruh beak bila ditutup tidak bertemu
- Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
Kegunaan :
- Untuk mencabut gigi premolar rahang atas permanen
Keterangan :
- Alat kritis
Ciri-ciri :
- Handle sampai beaknya sampai seperti huruf S
- Kedua paruh beak tidak bertemu
- Bagian bucal berlekuk dan yang tidak berlekuk bagian
palatal
Kegunaan :
- Untuk mencabut gigi molar rahang atas permanen
Keterangan :
- Alat kritis
Tang akar gigi anterior RA permanent
Ciri-ciri:
- Handle sampai beaknya lurus
- Kedua paruh bila ditutup bertemu
- Tang gigi anterior kiri dan kanan sama
Kegunaan :
- Untuk mencabut gigi anterior atas permanent
Keterangan :
- Alat kritis
Ciri-ciri:
- Handle sampai beaknya seperti bayonet
- Kedua paruh beak bertemu
- Tang gigi posterior kiri dan kanan sama
Kegunaan :
- Untuk mencabut gigi posterior atas permanent
Keterangan :
- Alat kritis
Ciri-ciri :
- Handle sampai beaknya seperti bayonet
- Kedua paruh beak bila ditutup tidak bertemu
- Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
Kegunaan :
- Untuk mencabut gigi molar tiga permanent
Keterangan :
- Alat kritis
Ciri-ciri :
- Handle dan sampai dengan beaknya 45
- Kedua paruh beak bila ditutup tidak bertemu
- Kedua paruh beak tidak berlekuk
- Tang untuk akar gigi kiri dan kanan sama
Kegunaan :
- Untuk mencabut mahkota gigi premolar bawah permanent
Keterangan :
- Alat kritis
Ciri-ciri :
- Handle dan sampai dengan beaknya 90
- Kedua paruh beak bila ditutup tidak bertemu
- Kedua paruh berlekuk
- Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
Kegunaan :
- Untuk mencabut gigi molar bawah permanent
Keterangan :
- Alat kritis
Tang akar gigi anterior RA permanent
Ciri-ciri :
- Antara handle sampai dengan beaknya lurus
- Kedua paruh bila ditutup akan bertemu
Kegunaan :
- Untuk mencabut akar gigi anterior rahang atas permanent
Keterangan :
- Alat kritis
Ciri-ciri :
- Handle sampai dengan beaknya membentuk sudut 90
- Kedua paruh beak bila ditutup akan bertemu
- Tang untuk akar gigi rahang bawah permanent
Kegunaan :
- Untuk mencabut akar gigi rahang bawah permanent
Keterangan :
- Alat kritis
Bein bengkok
Ciri-ciri :
- Alat dari bahan stainless steel yang bagian ujungnya tajam
dan rapih
- Bentuknya bengkok : mesial dan distal
Kegunaan :
- Untuk melepaskan gigi dari jaringan periodontium
- Untuk mengambil akar gigi
Keterangan :
- Alat kritis
Bein lurus
Ciri-ciri :
- Alat terbuat dari stainless steel bagian ujungnya tajam dan
rapih
- Bentuknya lurus
Kegunaan :
- Untuk melepaskan gigi dari jaringan periodontium
- Mengambil sisa akar
Keterangan :
- Alat kritis
ALAT SUNTIK
Cito ject
Ciri-ciri :
- Berbeda dengan spuit biasa harus menggunakan obat injeksi yang
khusus dengan jarum yang lebih kecil
- Cara memasukkan / menekan pada waktu mengeluarkan obat ada yang dari samping dan
dari belakang tanpa aspirasi
Kegunaan :
- Sebagai alat suntik
Keterangan :
- Alat kritis
Disposible
Ciri-ciri :
- Kecualis jarumnya, seharusnya terbuat dari plastik, alat ini
dibuat dengan maksud untuk sekali pakai kemudian
dibuang
Kegunaan :
- Sebagai alat suntik
Keterangan :
- Alat kritis
KONSERVASI
Tujuan:
A. Preparasi kelas I
Tahapan Preparasi Restorasi Resin Komposit
- Tahapan Isolasi
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan.
Gigi yang dibasahi saliva dan lidah akan menggangu
penglihatan. Gingiva yang berdarah adalah masalah
yang harus diatasi sebelum melakukan preparasi. Peparasi Kelas 1
Tahapan preparasi
Preparasi dimulai di bagian palatal / lingual dengan round bur arah tegak lurus bidang
palatal/ lingual gigi.
Dengan bur fisur kavitas dibentuk sesuai dengan outline.
Dinding aksial terletak 0,5 mm dari email ke dentin dan variasinya tergantung pada
perluasan kariesnya. Pada daerah palatal/labial biasanya melibatkan bagian titik kontak
terhadap gigi sebelahnya, sehingga tepi labial terletak pada embrasure gigi. Perluasan
ke arah gingiva dipengaruhi perluasan kariesnya.
Retensi diperoleh dengan membuat undercut berupa alur retensi pada axio gingival line
angle, axio incical line angle dengan menggunakan round bur kecil. Kedalaman alurnya
minimal. Semua line angle dihaluskan.
Pada kelas III dianjurkan membuat bevel email selebar 0,2-0,5 mm sebagai tahap akhir
preparasi dengan menggunakan fisurre bur. Lebar bevel dibatasi untuk menghindari
kesulitan dalam menyelesaikan restorasi resin Tahapan preparasi karies klas III Hasil
akhir tahap preparasi karies Klas III
D. Preparasi kelas IV
Preparasi kelas IV konvesional dilakukan dengan
menambahkan retensi berupa dovetail pada bagian
palatal gigi
Perluasan preparasi kavita disesuaikan dengan
perluasan karies tanpa terlalu banyak mengambil Preparasi Kelas IV
jaringan gigi
Bevel dilakukan pada cavosurface margin
Pada kasus fraktur mahkota gigi yang kecil atau lesi karies yang kecil, preparasi
dilakukan hanya untuk menghilangkan lesi karies atau struktur gigi yang rusak dan
dilakukan bevel pada cavosurface margin
E. Preparasi kelas V
Preparasi kelas V konvensional dilakukan jika terdapat
lesi karies pada permukaan gigi
Penambahan retensi berupa groove dilakukan pada dinding servikal atau gingival floor
Bevel dilakukan pada permukaan email gigi
Prepasi Kelas V
2. Fissure sealant
Fissure sealant adalah suatu Tindakan pencegahan karies pada gigi yang secara
anatomis mempunyai pit dan fisur yang dalam yang karenanya lebih gampang terserang
karies
3. Surface protection
Surface protection merupakan Tindakan melapisi permukaan oklusal gigi
dengan menggunakan bahan tambal yang bersifat adesif seperti glass ionomer cement
(GIC) yang kaya flour sehingga memiliki sifat anti karies dan mempunyai kemampuan
mengalir (flowable) agar pada email terjadi pematangan dengan terbentuknya ikatan
fluoratite yang tahan asam.
guide
Tumpatan GIC
b. Resin komposit
Resin komposit adalah bahan tambal sewarna gigi, dengan bahan dasar polimer
dan ditambahkan dengan partikel anorganik sebagai
penguat. Bahan tambal ini umumnya mengalami reaksi pengerasan dengan bantuan
sinar
Komposisi
Resin komposit terdiri dari:
Matriks resin, pengisi anorganik, coupling agent (silane), activator-inisiator, dan pigmen
Prosedur penumpatan
- Preparasi kavitas
- Pemberian pelapik kalsium hidroksida di atas dentin
- Pemberian etsa pada seluruh kavitas dan dicuci sampai bersih
- Pengolesan bahan bonding dan penyinaran dengan light-curing aquipment
- Penumpatan kavitas dengan warna resin komposit yang sesuai warna gigi sekitarnya
dengan menggunakan vita shade guide
- Pembentukan Kembali anatomis seperti gigi asli
- Penyinaran permukaan restorasi dengan ligt-curing equipmen
c. Tambalan sementara
Tambalan ini dibutuhkan di antara perawatan gigi
yang tidak dapat diselesaikan dalam satu kali kunjungan.
Misalnya perawatan saluran akar, di mana lubang gigi
yang sedang dirawat tidak dapat dibiarkan terbuka,
namun belum dapat dibuatkan restorasi akhir. Oleh Tambalan Sementara
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ada hubungan antara pennyakit gigi dan mulut dengan gejala awal penyakit yang
berbahaya pada manusia. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran,kemauan dan
kemampuan untuk mewujudkan hidup sehat, termasuk kesehatan gigi dan mulut bagi
setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/104779727/Jaringan-Periodontal-Poket-Periodontal-Gingival-
Enlargement
https://www.sehatq.com/penyakit/perikoronitis
https://www.scribd.com/document/292314956/Operkulitis
http://grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/EXODONTIA.pdf
http://docshare02.docshare.tips/files/27292/272923975.pdf
http://ocw.usu.ac.id/course/download/611-PEDODONSIA-
TERAPAN/pdi705_slide_anastesi_dan_pencabutan_gigi_anak.pdf