Anda di halaman 1dari 72

MODUL PRAKTIKUM KURATIF TERBATAS III

PEMBIMBING:

Drg.CUT RATNA KEUMALA,MKM

Di Susun Oleh

NOLA SAFIRA (P07125218025)

NUR NAILIS (P07125218026)

NURUL IZZAH (P07125218027)

PUTRI HUMAIRAH (P07125218028)

RAIS A,M (P07125218028)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN ACEH JURUSAN

KEPERAWATAN GIGI PRODI TERAPI

GIGI TAHUN 2020/2021


LEMBARAN PENGESAHAN

Modul praktikum Kuratif Terbatas III disusun dan telah melakukan bimbingan dan
akhirnya selesai dibuat dan telah mendapatkan persetujuan pembimbing dan ketua jurusan
keperawatan gigi Poltekkes Kemenkes Aceh.

Mengetahui, Pembimbing

Ketua Jurusan Keperawatan Gigi

Politeknik Kemenkes Aceh

Dr.T.Salfiyadi,SKM,MPd Drg. Cut Ratna Keumala,MKM

NIP : 197105181994031002 NIP : 146906122000032003


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Maha Esa karena atas limpahan-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan Modul Kuratif Terbatas III. Dalam Modul ini akan dibahas terkait ilmu kesehatan
gigi mencakup semua tentang mata kuliah kuratif terbatas III. Saya menyadari masi banyak
kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik
dan saran demi perbaikan daan kesempurnaan modul.

Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Kuratif Terbatas
III yang telah membantu proses penyelesaian modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat
bagi semua. Amin…
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................
LEMBARAN PENGESAHAN........................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................
A. ORAL DIAGNOSIS...........................................................................................
1. Macam-macam cara pemeriksaan gigi……………………………………..
2. Macam-macam jaringan lunak, penyangga serta pulpa gigi………………
3. Macam-macam kelainan gigi, lidah dan penyebabnya……………………
4. Poket periodontal, perikoronitis dan operkulitis…………………………..
B. EXODONTIA....................................................................................................
1. Macam-macam jenis anastesi, teknik anastesi, dan teknik pencabutan gigi permanen
dan desidui………………………………………………………
2. Posisi operator dan posisi pasien saat melakukan pencabutan gigi pada rahang atas
dan bawah………………………………………………………………
3. Macam-macam komplikasi pasca ekstraksi gigi…………………………...
4. Alat-alat kritis dan semi kritis yang digunakan saat pencabutan gigi serta
kegunaannya…………………………………………………………………
C. KONSERVASI...................................................................................................
1. Jenis-jenis pembagian karies menurut GV.Black dan Gj.Mount………….
2. Teknik preparsi kelas 1-5…………………………………………………...
3. Fissure sealant dan surface protection……………………………………..
4. Macam-macam bahan tambalan yang digunakan untuk penumpatan gigi serta
kegunaannya…………………………………………………………………
BAB III PENUTUP ......................................................................................................
A. KESIMPULAN..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia,
sehingga rongga mulut tidak dapat dipisahkan fungsinya dengan bagian tubuh lain.
Rongga mulut berfungsi sebagai pintu awal masuknya makanan ke dalam tubuh,
mastikasi, fonetik dan estetik yang memberikan bentuk harmonis pada wajah (Soebroto,
2009).
Makanan dicerna secara mekanik di rongga mulut dengan bantuan gigi dan
jaringan pendukungnya, lidah dan saliva, sehingga apabila rongga mulut terganggu maka
akan menghambat fungsi-fungsi tersebut (Bloom dan Fawchet, 2002).
Rongga mulut merupakan tempat yang rentan dan sering mengalami infeksi atau
peradangan di dalam tubuh karena merupakan pintu masuk utama agen yang
berbahaya seperti mikroorganisme dan agen karsinogenik. Hal tersebut menyebabkan
berbagai penyakit rongga mulut bersarang di dalamnya (Ramadhan, 2010).
Salah satu bagian utama dari rongga mulut adalah gigi. Gigi merupakan bagian
mulut yang berfungsi untuk menghancurkan makanan sebelum diteruskan untuk
dicerna di sistem pencernaan bagian dalam. Gigi memiliki struktur dan jaringan yang
keras, terdiri dari email, dentin dan pul\pa yang berisi syaraf. Perawatan penting
dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi, apabila gigi tidak dirawat dengan baik, maka
tidak menutup kemungkinan akan terjadinya karies dan penyakit periodontal (Soebroto,
2009).
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI tahun 2001 menyatakan
bahwa prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk di
Indonesia. Penyakit tersebut diantaranya karies, dan penyakit periodontal. Penyakit
periodontal merupakan penyakit yang menyerang bagian jaringan periodontal. Fungsi
dari jaringan periodontal adalah sebagai pendukung gigi, sehingga gigi dapat berfungsi
dengan baik.
Penyakit periodontal di Indonesia memiliki prevalensi yang cukup tinggi yaitu
96,58%, hanya 3,42% yang tidak membutuhkan perawatan periodontal dan perawatan
pembersihan karang gigi paling banyak dibutuhkan yaitu 85,18% (Tampubolon, 2005).
Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi, hingga
menjalar ke dentin (Soebroto, 2009).
B. Tujuan
Untuk mengetahui dan menguasai berbagai aspek ataupun hal yang mengenai
dengan kesehatan gigi baik dan mulut baik itu keluarga maupun dimasyarakat, dan
menerapkan pelayanan asuhan keperawatan kepada keluarga dan masyarakat secara
optimal dan menyeluruh dengan secara professional.

Tujuan umum yaitu untuk meningkatkan mutu, cakupan, efesiensi pelayanan kesehatan
gigi dan mulut dalam rangka tercapainya kemampuan pelihara diri dibidang kesehatan
gigi dan mulut, serta status kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
Tujuan khusus yaitu untuk meningkatkan pengetahuan atau edukasi sikap dan
kemampuan keluarga untuk berprilaku hidup sehat dibidang kesehatan gigi dan mulut
yang mencakup berbagai aspek, mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut, mampu
melaksanakan upaya untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut dan mampu
mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya, mampu meningkatkan kesadaran
diri sendiri terhadap kesehatan gigi individu maupun keluarga.
TEKNIK/CARA PEMERIKSAAN SUBYEKTIF DAN OBEKTIF

A. PEMERIKSAAN SUBJEKTIFF
Pemeriksaan subjektif adalah pemeriksaan berdasarkan atas keluhan penderita.
Untuk memperoleh suatu riwayat dalam bentuk wawancara, maka hendaklah pemeriksa
dan penderita mempunyai kesamaan bahasa. Bahasa yang digunakan adalah yang mudah
dan sederhana sehingga dapat dimengerti oleh penderita

B. PEMERIKSAAN OBYETIF
Pemeriksaan obyektif adalah pemeriksaan yang dilakukan operator pada obyek
dengan keadaan-keadaan sebagaimana adanya, tidak ada pengaruh perasaan. Tujuan
pemeriksaan obyektif adalah untuk mengidentifikasi kelainan yang ada pada gigi dan
mulut.
Pemeriksaan Obyektif terdiri dari :
1. Pemeriksaan Ekstra Oral
Pemeriksaan dari bagian tubuh penderita di luar mulut yaitu pada daerah muka,
kepala, leher.
2. Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan intra oral yaitu pemeriksaan dari bagian rongga mulut yang meliputi
mukosa dan gigi. Pemeriksaan intra oral dilakukan dengan cara memeriksa keadaan mulut
secara menyeluruh untuk melihat kelainan mukosa dari pipi, bibir, lidah, palatum, gusi
dan gigi.

Macam-Macam Cara Pemeriksaan Obyektif

1. Inspeksi adalah Uji klinis yang paling


sederhana adalah pemeriksaan
berdasarkan penglihatan. Pemeriksa
menggunakan mata, kaca mulut.
2. Probing / Sondasi untuk menentukan
kedalaman karies dibantu dengan inspeksi
dan menentukan reaksi pulpa

3. Termis adalah salah satu metode


pemeriksaan atau penentuan vitalitas gigi
dengan menggunakan suhu
4. Perkusi adalah metode yang digunkan untuk
mennetukan adanya radang pada jaringan
periodontal dengan cara mengetuk gigi
secara ringan menggunakan tangkai
instrument

5. Tekanan adalah metode yang


digunakan untuk menentukan adanya
radang pada jaringan periodontal
maupun adanya keretakan pada gigi
dengan cara memberi tekanan pada
gigi secara ringan menggunakan
tangkai instrument yang dibungkusi
isolator/ kain kasa terlebih dahulu

6. Tes Mobilitas adalah pemeriksaan dengan


cara menggoyangkan gigi
7. Membau adalah pemeriksaan
menggunakan indera penciuman

8. Palpasi pemeriksaan dengan cara


meraba
9. Tes Vitalitas adalah metode penentuan
vitalitas pulpa menggunakan vitalitester

10. Rontgen Foto adalah suatu


pemeriksaan dengan bantuan sinar X-Ray

11. Tes Anestetik Tes ini terbatas bagi pasien


yang sedang merasa sakit pada waktu
dites, bila tes yang biasanya digunakan
gagal untuk memungkinkan seseorang
mengidentitikas gigi.
KELAINAN JARINAGAN PENYANGGA GIG

1. PEMBESARAN GUSI ( GINGIVAL ENLARGEMENT )


Pengertian : Salah satu bentuk perubahan
patologis dari gingiva yang mengalami
Hyperplasia (bertambah besarnya jaringan karena
terjadi proliferasi atau bertambahnya sel) atau
Hypertropi (\pembesaran jaringan disebabkan
ukuran sel yang membesar).

Faktor- faktor penyebab :


1. Lokal :
a. Plak dan kalkulus

b. Malposisi gigi (crowded)

c. Sikat gigi dengan tehnik yang salah

d. Maloklusi

e. Bernafas melalui mulut

f. Retensi makanan

g. Faktor Sistemik

h. Faktor Hormonal

i. Faktor Immunologis

j. Faktor Nutrisi

k. Faktor Herediter/ genetik

l. Faktor Obat- obatan

Gejala Klinis :
Terlihat gusi membengkak dan mempunyai sifat karekteristik masing- masing berbeda menurut
:
a. Lokasi tumbuh
b. Bentuk permukaan
c. warna
d. Konsistensi
e. Keluhan pasien

2. Peradangan Gingiva (Gingivitis)


Pengertian : Peradangan pada gingiva yang
menunjukan adanya tanda-tanda penyakit/
kelainan pada gingiva

Pembagian :
a. lokal : mengenai satu gigi atau satu regio
b. general : mengenai seluruh gigi
c. marginal : mengenai tepi-tepi gigi
Penyebab : Gingivitis disebabkan oleh plak dan dipercepat adanya faktor iritasi lokal dan
sistemik
1) GINGIVITIS MARGINALIS
Pengertian : Gingivitis marginalis adalah
peradangan gingiva bagian marginal yang
merupakan stadium yanga paling awal dari
penyakit periodontal

Macam-macam gingivitis marginalis :


Berdasarkan lamanya penyakit
1) Gingivitis marginalis akut
Tanda-tanda klinis :
a) warna merah

b) mengkilat

c) bengkak

d) mudah berdarah

e) terdapat eksudat

f) sakit

2) Gingivitis marginalis kronis


Tanda-tanda klinis :
a) warna merah bisa berubah menjadi
kebiruan
b) bengkak
c) tidak mudah berdarah
d) biasanya tidak sakit
e) terdapat eksudat

3. PUBERTY GINGIVITIS
Tanda-tanda klinis :
a. terjadi pada masa pubertas
b. gingiva mengalami hiperplasi
c. gingiva mengalami pembengkakan yang
merata
d. berwarna merah kebiruan
e. oral hygiene buruk.
4. PREGNANCY GINGIVITIS
Tanda-tanda klinis :
a. terjadi pada wanita hamil
b. derajat keradangannya ringan sampai
hebat (hilang sendiri setelah
melahirkan)
c. oral hygiene buruk

5. SCORBUTIC GINGIVITIS
Tanda-tanda klinis :
a. terjadi karena defisiensi vitamin C
b. oral hygiene buruk
c. peradangan terjadi menyeluruh dari interdental papil sampai dengan attached gingiva
d. warna merah terang atau merah menyala
e. ada hiperplasi dan ulserasi

6. ANUG (ACUTE NECROTIZING ULCERATIVE


GINGIVITIS)
Nama lain; Vincent’s Gingivitis -
Trench Mouth Dapat dikatakan satu-
satunya gingivitis yang akut. Terjadinya
sangat mendadak dan cepat meluas. Biasanya
terjadi pada masa pergantian gigi di mana anak
mempunyai oral hygiene dan gizi buruk

Keadaan umum penderita :

a. suhu badan tinggi


b. lesu
c. tak ada nafsu makan karena gingiva sakit
d. sukar tidur
e. pembengkakan kelenjar limfe
f. penderita merasa sakit yang hebat secara tiba-tiba pada seluruh mulut
g. gingiva sangat mudah berdarah

2. (PERIODONTITIS)
Pengertian : peradangan dari jaringan penyangga gigi yang meliputi gingiva, serabut-
serabut periodontal, sementum dan tulang alveolar sebagai akibat lanjut dari gingivitis yang
tidak dirawat
Penyebab :
Iritasi lokal dan traumatik oklusi
Pembagian Periodontitis
a. Menurut waktu terjadinya
1) periodontitis akut

2) periodontitis kronis

b. Menurut perluasan periodontitis (melalui tempat terjadinya)


1) melalui karies

2) melalui marginal / leher gigi

c. Menurut tempat peradangan


1) Periodontitis Marginalis

2) Periodontitis Apikalis

a. Periodontitis Marginalis
Pengertian Peradangan dari jaringan
penyangga gigi yang mengenai gingiva sampai
dengan periodontal ligamen
Gejala-gejala :
1) bau tidak enak

2) rasa sakit di dalam tulang

3) Rasa gatal pada gingiva

4) Keinginan penderita untuk mengisap darah dari


interproximal space
Tanda-tanda klinis
1) Terjadi keradangan pada gusi seperti gingivitis

2) Adanya poket yang fisiologis (real pocket)

3) Adanya eksudat dari poket

4) Jika akut sakit

5) jika kronis tidak sakit

Rencana Perawatan

1) Pencegahan:

1) Peningkatan oral hygiene (kontrol plak)


2) Perbaikan gizi
3) Pengobatan
a) Pembersihan karang gigi
b) Pemberian obat : (1) antimikroba & analgetik
(2) antiseptik

b. Periodontitis Apikalis
Pengertian : Peradangan jaringan periodontal di sekitar apeks gigi sebagai kelanjutan
dari peradangan pulpa yang menyeluruh atau karena trauma
Sebab terjadinya :
1. Pulpitis akut totalis yang tidak diobati
2. Nekrose pulpa
Gejala-gejala :
a) sakit berdenyut-denyut
b) gigi terasa memanjang
c) sakit saat oklusi
d) sakit apabila terkena makanan panas
Tanda-tanda klinis :

1) perkusi dan tekanan sakit


2) palpasi pada mukosa daerah apeks kadang-kadang sakit
3) bisa terjadi pada gigi non vital atau vital

3. PERIKORONITIS

Perikoronitis adalah Peradangan gingiva


disekeliling mahkota gigi yg sedang tumbuh. Pd
gigi yg belum erupsi atau erupsi sebagian
Paling banyak terjadi pd M3 mandibula

Bisa akut, sub akut dan kronis

 Penyebabnya gangguan erupsi gigi molar 3 mandibula


 Gejalanya :
 Penderita demam
 Sakit pd daerah gigi yg sedang tumbuh
 Menelan
 Trismus dr ringan s/d berat
 Gusi disekeliling gigi yg sedang tumbuh warna merah
 Rasa sakit teradiasi pada telinga, tenggorokan
 dan dasar mulut.
 Bengkak

4. POKET OPERIODONTAL
Periodontal adalah pendalaman
sulkus gingiva atau gusi (normalnya 2-
3mm) yang secara patologis disebabkan
karena penyakit periodontal Kedalaman
poket merupakan jarak antara dasar
poket dan margin gingiva

Menurut Glickman marphologis periodontal poket dibagi :


1. Relative Poket/Pseudo Poket
Terjadi krn pembesaran gingiva tanpa disertai kerusakan jar.
dibawahnya & tanpa pergerakan epithelial attachment kejurusan apikal.
2. Absolut Poket.
Terjadi krn pergerakan epitel attechment disertai dg kerusakan supporting bone dan
peradangan
Berdasarkan kedalaman Sulkus Gingiva:
a. False poket : poket palsu
b. True poket : poket sebenarnya.
3. Berdasarkan jumlah permukaannya :
a. Simple poket : hanya 1 permukaan gigi
b. Compound poket : >2 permukaan gigi
c. Complex poket : letak & dasarnya tdk pd satu permukaan gigi dg bagian marginal

Penyebab nya periodontal poket :


 Faktor lokal : kalkulus, materia alba & food impaction dll.
 Faktor Sistemik :pengaruh makanan, pengaruh kalenjer endokrin,kelainan darah
 Faktor idiopatik (penyebab yg tdk diketahui).

Akibat Periodontal poket :


 Karies pada akar gigi
 Resesi gigiva
 Kerusakan tulang alveolar

Gejala periodontal poket

 Rasa sakit/rasa tekanan yg kadang2


 timbul Bau tdk enak pd tempat2 tertentu
 Rasa sakit yang dalam dr tulang(ostelitis)
 Gatal2 pd gusiSensitive terhdp panas dan dingin
 Rasa sakit pd gigi tanpa karies

5. ULKUS DICUBITUS

Ulkus Dekubitus merupakan salah


satu contoh trauma fisik yaitu iritasi pada
jaringan lunak rongga mulut disebabkan
karena iritasi kronis gigi. Gigi malposisi, gigi
supraposisi yang tidak mempunyai
antagonis, sisa akar gigi yang tajam, dan
perforasi radiks sulung juga dapat menyebabkan
Ulkus Dekubitus.

6. OPERKULITIS

Peradangan pd sebagian gingiva yg


masih menutupi gigi.

Operkulum : sebagian gingiva masih


menutupi gigi
Penyebab :
- Gangguan pd erupsi gigi
- Trauma gigi antagonis

 Rencana Perawatan :
- Irigasi dg Natrium Hipochlorit
- Kumur antiseptik (betadine, air garam
hangat
- Pemberian Antibiotik dan Analgetik
- Operkulektomipengambilan operkulum
- Pencabutan gigi apabila posisi miring dan kekurangan tempat

7. STOMATITIS APTOSA

Stomatitis aftosa rekuren (SAR)


adalah suatu peradangan yang terjadi pada
mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih
kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser
tunggal maupun lebih dari satu.3,6-8,16 SAR
dapat menyerang mukosa mulut yang tidak
berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan
ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak dan
mukosa orofaring.

Tiga jenis SAR adalah tipe minor, mayor, dan hepetiformis.

 SAR tipe minor adalah stomatitis atau


sariawan yang berukuran kurang dari
1 cm
 tipe mayor adalah stomatitis atau
sariawan yang besar dengan diameter
lebih dari 1 cm.

 SAR tipe hepetiformis adalah
sariawan yang berukuran kecil,
biasanya sekitar 2-3mm saja tetapi
berjumlah lebih dari lima terlokalisir
di suatu tempat atau menyebar
yang terjadi dalam satu waktu.

8. GRANULOMA

Granuloma adalah jaringan yang


terbentuk akibat adanya invasi bakteri
yang tembus dari gigi berlubang besar
hingga mencapai akar gigi. Awalnya, gigi
berlubang hanya di lapisan email. Ini tidak
menimbulkan keluhan sakit dan biasanya
akan diabaikan. Lalu lubang gigi akan
melebar hingga dentin dan berlanjut ke pulpa.
Pulpa adalah lapisan gigi yang paling dalam. Jika
lubang gigi melebar hingga pulpa maka akan
terasa sakit karena di dalam pulpa terdapat
serabut syaraf
9. KISTA

Kista gigi adalah terbentuknya


kantong berisi cairan di sekitar gigi dan
gusi. Kista gigi biasanya disebabkan oleh
infeksi pada akar gigi yang mati. Meski
tidak selalu berbahaya, kista gigi
terkadang bisa muncul disertai radang
dan infeksi pada gigi dan gusi. 

Penyebab Kista Gigi : Kista gigi terbentuk di ujung akar gigi, tetapi bisa juga muncul di gusi.
Kista gigi dapat menyebabkan pembengkakan pada gusi dan tidak dapat hilang dengan
sendirinya. Umumnya, hanya satu kista gigi yang terbentuk, tetapi ada beberapa kondisi ketika
kista gigi bisa muncul lebih dari satu.

Ada beberapa penyebab munculnya kista gigi, antara lain:

 Infeksi gigi yang tidak diobati,


 sehingga jaringan gigi membusuk dan mati
 Kelainan pada pertumbuhan gigi,
 misalnya posisi gigi tumbuh miring di dalam gusi
 Gigi tertinggal di dalam gusi atau impaksi gigi
 Faktor genetik, tetapi jarang sekali terjadi

ada dua jenis kista di rongga mulut, yaitu kista odontogenik dan kista non odontogenik.

1 Kista odontogenik dapat digambarkan sebagai kista yang berasal dari sisa organ
pembentuk gigi  Contoh dari kista jenis ini adalah kista periapikal, kista residual, dan
kista erupsi.
2 .Kista non odontogenik adalah kista rongga mulut yang bukan berasal dari organ
pembentuk gigi. Contohnya adalah kista nasopalatinal dan kista saliva.

10. DRY SOKET

Dry soket adalah suatu komplikasi


setelah ekstrasi gigi yang disertai rasa sakit
karena bekuan darah pada soket gigi
hilang/larut. Setelah pencabutan gigi
terbentuk bekuan darah di tempat
pencabutan, dimana bekuan ini terbentuk oleh
jaringan granulasi, dan akhirnya terjadi
pembentukan tulang secara perlahan-lahanBila
bekuan darah ini rusak maka pemulihan akan
terhambat dan menyebabkan sindroma klinis yg
disebut alveolar osteitis (dry socket).

Tanda Dan Gejala


 Hilangnya bekuan darah pada soket bekas pencabutan dan biasanya dipenuhi
oleh debris
 Dry socket muncul pada hari 1-3 setelah pencabutan gigi dengan durasi
biasanya hingga 5-10 hari
 Tanda-tanda soket kering,nyeri berdenyut
 Halitosis
 Kadang-kadang dapat terjadi pembengkakan dan limfadenopati.
 Demam dan trismus

Penyebabnya :

 Kerusakan bekuan darah ini dapat disebabkan


 Trauma pada saat ekstraksi
 Penggunaan kontrasepsi oral
 Tindakan ekstrasi yang kurang berhati-hati
 Kurangnya irigasi saat dokter gigi melakukan tindakan juga dapat menyebabkan dry
socket
 Gerakan menghisap dan menyedot seperti kumur-kumur dan merokok segera setelah
pencabutan dapat mengganggu dan merusak bekuan darah

11. NEOPLASMA

Neoplasma adalah pembengkakan


yang dibentuk oleh pertumbuhan abnormal
dari sel-sel. Tumor rongga mulut merupakan
tumor yang terdapat di daerah rongga
mulut, yang dibatasi oleh bibir atas dan bibir
bawah sampai perbatasan langit-langit keras
dan lunak bagian atas

a) Tumor Jinak (Benign Tumour)


Tumor ini dapat menyerang struktur yang berdekatan, yang tidak memiliki kemampuan
untuk menyebar luas ke jaringan lainnya.Pertumbuhannya lambat dan mendesak tulang.
Tumor berbatas jelas dan dapat digerakkan, sehingga bila pengangkatan dapat dilakukan
dengan mudah. Daerah yang terkena terlokalisir dan tidak ada efek terhadap jaringan
tubuh.
b) Tumor Ganas (Malignant Tumour)
Tumor ini dapat menyerang dan menghancurkan jaringan sekitarnya dan memiliki
kemampuan untuk menyebar luas. Tumbuh dengan cepat dan mudah menyebar ke
daerah lain.Berbatas tidak jelas, sehingga dapat menembus tulang. Daerah yang terkena
bisa meluas ke arah lain. Umumnya hal ini disebut juga kanker. Bila tidak segera
ditangani, kanker dapat menyebabkan kematian. Contohnya adalah Karsinoma Sel
Skuamosa.
Penyebab Tumor Rongga Mulut

Penyebab pasti dari tumor rongga mulut masih belum dapat diketahui sampai saat ini.
Meski demikian, terdapat faktor-faktor yang diduga dapat memicu terjadinya tumor ini.
Beberapa di antaranya adalah faktor genetik, kebiasaan buruk, trauma, dan makanan.

Gejala Tumor Rongga Mulut

Beberapa gejala yang dapat menunjukkan adanya tumor pada rongga mulut, yaitu:

 Terdapat peradangan, pembengkakan serta rasa nyeri pada bagian yang terkena.
 Terdapat benjolan pada jaringan lunak
 Terjadi perdarahan
 Rasa sakit saat mengunyah
 Bau nafas yang tidak sedap

12. EPULIS

Biasanya muncul pada ginggiva 


Konsistensi padat kenyal  Kadang-kadang
mudah berdarah  Penyebab : iritasi kronis,
hormonal

Epulis adalah tumor jinak yang tumbuh di atas gingival –jaringan lunak yang terdapat di
dalam rongga mulut. Epulis fissuratum merupakan salah satu jenis epulis yang biasanya banyak
dialami oleh mereka yang menggunakan gigi tiruan. Epulis adalah bentuk suatu tumor atau
benjolan yang tumbuh pada gusi (gingiva).
Penyebabnya : Secara umum epulis disebabkan karena faktor hormonal, terkena iritasi, dan
trauma fisik, yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan yang berlebihan.

Terdapat berbagai jenis epulis, yaitu epulis kongenital atau Congenital Granular Cell
Tumor (CGCT), epulis fibromatosa, epulis granulomatosa, epulis fissuratum, epulis gravidarum,
epulis angiomatosa, dan epulis gigantoselulare.

 Epulis Kongenital atau Congenital Granular Cell Tumor (CGCT).


Jenis epulis yang satu ini terbentuk sejak lahir. Penyebabnya masih belum diketahui
dengan jelas hingga saat ini. Namun, epulis kongenital diduga berasal dari sel-sel epitel
bakal benih gigi dan banyak ditemui pada area depan gusi rahang atas.
 Epulis Fibromatosa Ini adalah jenis epulis yang paling sering dijumpai di antara semua
jenis epulis lainnya. Epulis fibromatosa disebabkan karena iritasi atau luka pada gusi di
tempat sama yang terjadi secara berulang-ulang dalam waktu yang lama. Hal ini
kemudian menyebabkan pertumbuhan jaringan yang berlebihan
 Epulis Granulomatosa Biasa terjadi pada lubang bekas gigi dicabut atau bekas operasi
akibat kemasukan kotoran sisa makanan setelah selesai pencabutan.  Epulis terletak pada
gusi –tepatnya di antara gigi.
 Epulis Fissuratum Jenis yang satu ini merupakan suatu epulis yang terbentuk akibat
pemakaian gigi tiruan yang tidak baik. Luka yang timbul akibat iritasi atau gesekan
dengan gigi palsu yang terlalu keras dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan epulis
ini.
 Epulis Gravidarum Epulis ini merupakan pembesaran gusi yang berkembang selama
kehamilan. Sebanyak 0,2–5 persen ibu hamil mengalami epulis gravidarum.

KELAINAN JARINGAN PULPA GIGI

Pengertian Kelainan Jaringan Pulpa Peradangan Jaringan Pulpa Peradangan jaringan


Pulpa disebut Pulpitis adalah suatu peradangan (inflamasi) pulpa yang bisa sembuh kembali
atau terus berlanjut. Penyembuhan bisa terjadi pada peradangan ringan, sedangkan pada
peradangan parah pada umumnya akan meningkat menjadi nekrosis dan akhirnya dapat
menimbulkan abses.

1) Karies Superfisialis Diagnosa ; Iritasi Pulpa

Pengertian Suatu keadaan di mana lapisan email telah mengalami kerusakan sampai
batas Dentino Enamel Junction yang merupakan tempat terakhir dari ujung-ujung syaraf yang
sudah dapat dirangsang

Penyebab-penyebab :

1. Plak
2. Faktor mekanis, misal; cara menyikat gigi yang salah

Gejala-gejala :

1. Linu bila terkena rangsangan dingin, manis, asam dan bila terkena sikat gigi
2. Rasa linu hilang bila rangsangan dihilangkan

Rencana Perawatan Tumpatan, sesuai indikasi

2) Karies Media Diagnosa : HIPEREMI PULPA

Pengertian Suatu keadaan di mana kerusakan sudah sampai ke lapisan dentin,


merupakan keadaan lanjut dari iritasi pulpa

Penyebab

1. Plak
2. Trauma

Gejala-gejala

1. Terasa linu bila kena rangsang manis, asam, dingin, panas (kadang-kadang)
2. Bila rangsang dihilangkan, rasa linu tetap bertahan ½ - 1 menit
3. Kadang-kadang linu bila kemasukan makanan
4. Proses terjadinya (secara Histopatologis) Akibat masuknya toksin ke dalam kamar pulpa
melaui saluran dentin, maka pulpa memberikan reaksi berupa pelebaran pemb. Darah dlm
pulpa, shg siklus darah pd pulpa bertambah. Pada kasus hiperemi pulpa sering terjadi
dentin tertier (sklerotik)

Rencana Perawatan Tumpatan sesuai indikasi (pada kartu status ditulis pro-konservasi)

3) Karies profunda Diagnosa : PULPITIS

Pengertian adanya keradangan pada jaringan pulpa

Pembagian Pulpitis

(1) Menurut lamanya perjalanan penyakit pulpa

a. Pulpitis Akut
b. Pulpitis kronis

(2) Menurut luas kerusakan pulpa

a. Pulpitis Partialis
b. Pulpitis Totalis

4) Nekrosis Pulpa Pengertian : Nekrosis adalah kematian pulpa, dapat sebagian atau
seluruhnya. Nekrosis meskipun suatu akibat inflamasi, dapat juga terjadi setelah injuri
traumatik yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi.

Ada 2 jenis nekrosis :


a. KOAGULASI / PENGGUMPALAN Jaringan pulpa yang telah mengalami kematian berubah
menjadi masa seperti keju.
b. LIKUIFAKSI / PENCAIRAN Jaringannya berubah menjadi masa yang melunak, suatu
cairan.
Hasil lanjutan seperti indol, skatol menambah bau tidak enak yang sering keluar dari
saluran akar.
Penyebab :
a. Bakteri
b. Trauma
c. Iritasi kimiawi. Gejala : Tidak ada rasa sakit.

Pemeriksaan klinis :

a. Gigi berubah warna keabu-abuan atau kecoklat-coklatan


b. Tidak ditemukan karies ataupun tumpatan bila penyebabnya trauma
c. Tidak bereaksi terhadap tes dingin, tes pulpa listrik ataupun tes kavitas.

5) DEGENERASI PULPA
Degenerasi umumnya ditemukan pada gigi orang tua, tetapi dapat juga ditemukan pada
gigi orang muda yang disebabkan adanya iritasi ringan yang persisten, seperti pada
degenerasi kalsifik pulpa. Degenerasi tidak perlu berhubungan dengan infeksi atau karies,
meskipun suatu kavitas atau tumpatan mungkin dijumpai pada gigi yang terpengaruh.
Degenerasi kalsifik Pada degenerasi kalsifik, sebagian jaringan pulpa digantikan oleh bahan
mengapur, yaitu terbentuk batu pulpa atau dentikel. Kalsifikasi ini dapat terjadi baik
didalam ruang pulpa ataupun saluran akar, tapi umumnya dijumpai pada ruang pulpa.

3. MACAM – MACAM KELAINAN/ANOMALI GIGI DAN LIDAH


 ANOMALI/KELAINAN GIGI
Anomali gigi adalah suatu penyimpangan dari bentuk normal akibat gangguan
pada stadium pertumbuhan dan perkembangan gigi.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB :

1. Faktor herediter
2. Gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan gigi
3. Gangguan metabolisme
Macam-macam anomali gigi sebagai berikut :

A. ANOMALI BERDASARKAN JUMLAH


a. ANODONTIA (kekurangan gigi)
Anodontia adalah keadaan dimana benih gigi tidak ada. Anodontia dibagi 2 yaitu:
1. Anodontia Partialis ( Agenesis Soliter )
tidak terbentuk satu atau beberapa gigi

anodontia partialis

2. Anodontia Totalis ( Agenesis Absolut )


tidak adanya seluruh benih gigi Penyebabnya
adalah heriditer dan gangguan pada tahap
inisiasi dan proliferasi.
Anodontia partilis

b. SUPERNUMERARY TEETH (KELEBIHAN GIGI)


Supernumerary adalah Jumlah gigi yang berlebihan. Supernumerary terbagi 3,yaitu:
1. Mesioden adalah gigi yang terdapat di antara
gigi-gigi insisivus sentralis atas

Mesiodens

2. Distomolar adalah Gigi yang terdapat di distal


molar 3 atas atau molar 3 bawah

.
Distomolar
3. Paramolar : kelebihan gigi di mesio bukal
M2 & M3 atas dan bawah
Paramolar

B. ANOMALI GIGI BERDASARKAN BENTUK


a. ANOMALI BERDASARKAN BENTUK MAHKOTA
1. Germinated teeth/ Germinasi/ Gigi kembar
Geminated teeth adalah gigi kembar yang terjadi bila
2 gigi yang sama menjadi satu biasanya mempunyai
1 akar, 1 pulpa dan 2 mahkota.
Germinated teeth

2. Fussion teeth atau Kembar Dempet


Fussion teeth adanya 2 gigi menjadi satu dapat
terjadi hanya pada mahkota atau pada akar saja atau
terjadi pada kedua-duanya. Fussion teeth

3. Hutchinson teeth
Hutchinson teeth adalah adanya lekukan pada
bagian incisal gigi incisivus.

Hutchinson teeth
4. Mulberry teeth
Mulberry teeth adalah gigi yang terdapat banyak
tonjolan pada mahkota gigi molar.

Mulberry teeth

5. Tuberculum carabelli
Tuberculum carabelli adalah tonjolan yang
berlebihan pada mesiopalatinal gigi M1 atas.

Tuberculum carabelli
b. ANOMALI BERDASARKAN BENTUK AKAR
1. Dilaserasi
Dilaserasi adalah akar dan mahkota gigi yang sangat
bengkok / distorsi, sering membentuk sudut 45
derajat sampai lebih dari 90 derajat.
Dilaserasi

2. Concrescence
Concrescence adalah fusion atau tumbuh jadi satu
pada akar gigi melalui sementum saja, biasanya
menjadi satu setelah gigi erupsi dalam rongga
mulut.
Concrescence

3. Hipersementosis
Hipersementosis adalah Pembentukan jaringan
sementum yang berlebihan sekitar akar gigi
setelah gigi erupsi, dapat disebabkan oleh trauma,
Hipersementosis
gangguan metabolisme, atau infeksi periapikal.

4. Ankylosis
Ankylosis adalah gigi menjadi satu dengan tulang
5. Flexion
Flexion adalah akar gigi yang bengkok kurang dari
90 derajat atau mutar
Flexion

6. Dwarfed Root
Drawfed root adalah gigi-gigi atas sering memperlihatkan mahkota gigi dengan
ukuran nomal tetapi dengan akar yang pendek.

Drawfed root

C. ANOMALI BERDASARKAN UKURAN


a. Mikrodonsia adalah gigi dengan ukuran lebih kecil
dari ukuran normalnya gigi

Mikrodonsia
b. Makrodonsia adalah gigi dengan ukuran lebih besar
dari ukuran normalnya gigi.
Mikrodonsia dan Makrodonsia terjadi karena
gangguan tahap morfodiferensiasi.

Makrodonsia
D. ANOMALI BERDASARKAN STRUKTUR GIGI
a. Amelogenesis Imperfecta
Amelogenesis imperfect adalah anomali karena gangguan fungsi enamel organ sehingga
pembentukan enamel tidak sempurna.
Tanda-tandanya, antara lain:
 Warna dari putih kekuning dan coklat
 Email berlubang-lubang dan kasar Amelogenesis Imperfecta

Macam - macamnya :

 Hipoplasi email adalah gangguan pada ameloblas


saat pembentukan matriks email.
 Hipokalsifikasi adalah gangguan saat pematangan,
warnanya kurang bagus
Hipokaksifikasi
Penyebabnya:

 Obat misalnya tetrasiklin, flour


 Penyakit sistemik misalnya penyakit siphilis (gigi Hutchinson, gigi Mulberry)
 Infeksi lokal dari gigi susu

b. Dentinogenesis Imperfecta
Gangguan pembentukan dentin sehingga
pembentukan dentin tidak sempurna.
Dentinogenesis imperfecta
E. ANOMALI BERDASARKAN ERUPSI
a. Erupsi prematur yaitu gigi yang bererupsi sebelum
waktunya, terlihat pada bayi yang baru dilahirkan.

Erupsi prematur
b. Persistensi yaitu gigi susu yang terlambat tanggal atau
tidak tanggal pada waktunya sedangkan gigi tetap
sudah tumbuh .

Persistensi
 KELAINAN LIDAH
A. GLOSITIS
Peradangan pada lidah ditandai dengan deskuamasi
papila filiformis sehingga menghasilkan daerah
kemerahan yang mengkilat.
Penyebabnya adalah Defesiensi Fe ,vitamin
Glositis
B.Komplek, Crohn disease
Tanda-tandanya :
 Dorsum lidah tampak merah menyala
 Pasien merasakan sensasi terbakar, perih, sakit dan panas

B. GEOGRAFIC TONGUE (LIDAH GEOGRAFIK)


Gambaran pola seperti peta pada permukaan dorsum
lidah yang tidak diketahui penyebabnya,sering terjadi
pada wanita.
Tanda- tandanya :
 dorsum lidah terlihat bercak merah tidak teratur, Geografic Tongue

dikelilingi daerah memutih yang sedikit meninggi


 terlihat seperti peta , polanya berubah dari waktu kewaktu.
Therapi : tidak diperlukan kecuali meningkatkan kebersihan gigi dan mulut.
C. MEDIAN RHOMBOID GLOSITIS
Yaitu berupa persistensi tonjolan di median posterior
lidah akibat kegagalan fungsi tuberkulum impar pada
masa embrio.
Tanda-tanda : Median Rhomboid Glositis
Tonjolan berbentuk belah ketupat, pada permukaan
dorsum lidah di median posterior berwarna kemerahan karena tidak ada papila atau
berwarna keputihan bila terinfeksi Candida albicans
Therapi :
Membersihkan lidah dengan tongue scraper, bila ada infeksi Candida albicans diberikan
Nystatin tetes mulut secara topikal pada lidah sehari 3 kali.

D. LIDAH BERSELAPUT / HAIRY TONGUE


Yaitu permukaan dorsum lidah ditutupi oleh selaput atau pseudo membran karena
terjadinya infeksi.
Lidah terlihat ditutupi selaput putih, bila disebabkan
oleh (Candida albicans) lidah ditutupi selaput putih
Lidah Berselaput
kekuningan, penyakit lain yang menyebabkan terjadinya dehedrasi dan melemahkan
serta pada pasien yang sudah parah.
Tanda- tanda :
 pasien merasakan sensasi terbakar pada lidahnya
 merupakan tempat terjadinya food impaksi
Therapi : Membersihkan lidah dengan Tongue scraper

E. FISSURE TONGUE ( LIDAH BERFISUR)


Yaitu lidah tampak seperti retak- retak disebut
Plicated tongue.

Penyebab :
tidak diketahui , cenderung terjadi pada usia tua Fissure Tongue
Tanda – tanda :
dorsum lidah tampak retak- retak dengan kedalaman lebih dari 2 mm, tampak
bergaris- garis, berfisur, berparit secara transversal, horizontal atau oblik, tidak ada
keluhan tetapi dapat menyebabkan halitosis.
Therapi : anti jamur topikal
F. GLOSODINIA
 Glosodinia : pasien merasa panas / terbakar pada
lidah (Burning mouth sindrome )
 Glosopirosis: pasien merasa terbakar pada
Glosodinia
lidah,sering terjadi pada pasien diatas 1 tahun

Penyebab :
kandidosis, defisiensi Fe, anaemia permisiosa , Geografic tongue, Lichen planus,
Xerostomia, Diabetes Melitus, Hipertensi, reaksi allergi
Tandanya :
secara klinis lidah normal, sedikit kemerahan , lidah terasa terbakar, gatal
terutama tepi lateral atau ujung lidah.
Therapi : hilangkan etiologi

G. ANKILOGLOSIA
Lidah melekat pada dasar mulut secara
keseluruhan atau ujungnya saja. Penyebabnya
adalah fusi lidah dengan dasar mulut pada
pertumbuhan janin. Pasien tidak dapat mengangkat
dan menjulurkan lidah. Ankiloglosia

4. POKET PERIODONDAL, PERIKORONITIS DAN OPERKULITIS


A. POKET PERIODONTAL

Poket periodontal adalah kedalaman sulkus gusi secara patologis. Poket periodontal
dapat terjadi karena pergerakan tepi gusi kearah k dapat terjadi karena pergerakan tepi gusi
kearah koronal, migrasi junctional epithelium kearah ronal, migrasi junctional epithelium
kearah apikal, atau kombinasi keduanya.

Poket Periodontal

Menurut kondisi ini, poket dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:


1. Poket gusi/gingival Poket gusi/gingival pocket/pseud pocket/pseudopocket/false pocket
opocket/false pocket Poket ini terbentuk karena pembesaran gusi tanpa adanya
kerusakan jaringan periodontal di bawahnya bawahnya.

2. Poket periodontal/true pocket Poket ini terjadi disertai gingival Poket


kerusakan jaringan periodontal yang mendukungnya.
Pendalaman poket yang progresif akan menyebabkan destruksi jaringan
periodontal pendukung (misalnya tulang), terjadinya kegoyangan dan terlepasnya gigi.
Poket ini terbagi menjadi 2 :
 Poket Supraboni (suprakrestal/supra alveolar) Ditandai
dengan dasar poket terletak lebih koronal di banding
puncak tulang alveolar.

Poket Supraboni
 Poket Intraboni (infraboni, subkrestal, intraalveol)
Ditandai dengan dasar poket terletak lebih apikal
dibanding puncak tulang alveolar. Dinding poket
lateralterletak di antara permukaan antara permukaan
gigi dan tulang alveolar.
Poket Intraboni

Poket dapat melibatkan 1, 2 atau lebih dari 2 permukaan gigi, dan dapat memiliki
kedalaman yg berbeda-beda walaupun terletak pada satu yg berbeda-beda dan pada satu
gigi. Sehingga dapat dibedakan:

1. Poket sederhana/simple pocket, merupakan poket yang hanya melibatkan satu


permukaan gigi.
2. Poket kompon/compound poket, merupakan poket yang melibatkan dua atau lebih
permukaan gigi.
3. Poket kompleks/complex pocket/spiral, merupakan poket yang berasal dari satu sisi,
dan memiliki akhiran di tepi sisi yang lain.

Simple poket, coumpond pocket & complex pocket

Gambaran klinis :

1. Warna merah kebiru-biruan


2. Terjadinya pembesaran margin gusi
3. Terjadinya perdarahan gusi secara spontan dan adanya supurasi
4. Terdapat kegoyangan gigi
5. Terbentuknya diastema antar gigi
6. 6. Pasien mengeluhkan adanya rasa sakit terlokasir, terasa sakit tumpul di dalam
tulang, gatal atau ingin mengisap-ngisap daerah tersebut.

Tanda – tanda klinis poket periodontal :


1. Warna gusi merah tua seperti kebiruan
2. Gingival margin membengkak
3. Dinding poket mudah diangkat dari permukaan gigi
4. Papilla interdental menghilang
5. Gigi goyang, migrasi dan elongasi
6. Bila distusuk dengan sonde pada permukaan dalam dari poket akan terasa sakit dan
berdarah
7. Tekanan pada dinding poket akan menyebabkan keluarnnya eksudat dari marginnya
Penyebab periodontal poket ada 3 faktor, yaitu :
1. Faktor lokal ( kalkulus, material alba dan food impaction).
2. Faktor sistemik (pengaruh makanan, kelenjar endrokrin,kelainan darah)
3. Faktor idiopatik

Akibat periodontal poket :


1. Karies pada akar
2. Resesi gingiva
3. Kerusakan tulang alveolar

Gejala periodondal poket :


1. Rasa sakit kadang – kadang timbul
2. Bau tidak enak pada tempat tertentu
3. Rasa sakit yang dalam dari tulang (ostelitis)
4. Gatal pada gusi
5. Sensitive terhadap panas dan dingin
6. Rasa sakit pada gigi tanpa karies

Cara perawatan poket periodontal :


1. Secara conservative, yaitu :
a. Scalling (membersihkan karang gigi)
b. Curettage dan root planning (membersihkan jaringan nekrotik dari permukaan
dan menghaluskannya)

2. Secara radikal, yaitu :


a. Gingivaktomy
Yaitu pengambilan gingiva yang tidak sehat yang membentuk dinding poket
disertai scalling dan root planning.
b. Flap approach
Pada gingivaktomy semua jaringan yang mengalami kelainan dikeluarkan
seluruhnya.

B. PERIKORONITIS
Perikoronitis adalah peradangan pada gingiva disekelilingi mahkota gigi yang
baru tumbuh, yang sering terjadi pada gigi geraham bungsu bagian bawah.Gigi bungsu
merupakan gigi geraham ketiga yang letaknya paling belakang.

Perikoronitis

Gejala dan tanda perikoronitis :


Gejala perikoronitis berbeda-beda, tergantung apakah kondisi yang diderita oleh
pasien tergolong akut atau kronis.

1. Gejala perikoronitis akut

Pada perikoronitis akut, gejala umumnya berlangsung selama 3-4 hari dan
meliputi:

 Nyeri di sekitar gigi geraham bungsu, yang bahkan bisa mengganggu tidur

 Pembengkakan pada gusi


 Nyeri saat menelan
 Keluarnya nanah dari gusi

 Demam
 Pembengkakan kelenjar getah bening di bawah dagu
 Kesulitan membuka mulut (trismus)

2. Gejala perikoronitis kronis

Perikoronitis kronis umumnya berlangsung selama 1-2 hari, namun terus


berulang hingga beberapa bulan. Keluhan yang dirasakan oleh pengidap bisa berupa:

 Nyeri tumpul pada gigi

 Rasa tidak enak pada mulut

 Bau mulut yang tidak sedap


 Pembengkakan pada gusi

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya perikoronitis


meliputi:

 Kebersihan mulut yang kurang terjaga


 Stress  emosional dan kelelahan
 Kehamilan
 Menderita infeksi saluran pernapasan atas, seperti infeksi hidung, sinutisis, dan
infeksi tenggorokan

 Gigi geraham bungsu yang tidak keluar dengan sempurna


 Jaringan gusi yang berlebih

Perawatan perikoronitis

1. Visit 1
 Menenentukan keparahan
 Daerah tersebut dibersihkan dengan air hangat, kemudian membersihkan
eksudat
 Diolesi antiseptik (jika ada eksudat dibawah flap/operculum dibersihkan)
 Berikan antibiotic dan analgenik kemudian istirahat
2. Visit 2
 Jika ada drain masih ada dikeluarkan
 Eksudat dibawah flap dibersihkan
3. Visit 3
 Gigi dipertahankan ataupun dicabut jika gigi tersebut miring

Cara pencegahan perikoronitis

Beberapa cara dapat dilakukan untuk mencegah perikoronitis meliputi:

 Menjaga kebersihan mulut


Rajin menggosok gigi, membersihkan sisa-sisa makanan dari sela-sela gigi dengan
benang gigi (dental floss), serta menggunakan obat kumur akan mengurangi risiko
terjadinya penyakit ini.
 Rajin kontrol ke dokter gigi
Perawatan gigi yang rutin sangat dianjurkan. Dokter dapat mendeteksi apabila
terjadi masalah gigi dan mulut (termasuk perikoronitis), sehingga pengobatan dapat
dilakukan sedini mungkin.
C. OPERKULITIS
Operkulitis adalah peradangan pada sebagian gingiva yang masih menutupi gigi.
Operkulitis sering terjadi pada molar ketiga bawah.

Operkulitis
Faktor penyebab operkulitis

1. Kontaminasi bakteri
2. Gangguan pada erupsi gigi
3. Trauma gigi antagonis

Gambaran klinis operkulitis

1. Lesi yang merah dan bengkak


2. Adanya pus / lesi supuratif
3. Pembengkakan pada pipi
4. Limpadenitis
5. Demam, leukositosis, malaise

Rencana perawatan operkulitis

1. Irigasi dengan natrium hipochlorit


2. Kumur antiseptik (bethadine, air garam hangat)
3. Pemberian antibiotic dan analgetik
4. Operkulektomy (pengambilan operkulum)
5. Pencabutan gigi apabila gigi miring atau kekurangan tempat
6.
1. PENCABUTAN ( EXODONTIAL )
 MACAM-MACAM JENIS ANASTESI
 Anastesi lokal
Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu
bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa
menghilangkan kesadaran. Dan anastesi lokal ini terbagi lagi menjadi 3 macam, yaitu :

1. Anastesi topikal
Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai hanya ujung-
ujung serabut urat syaraf. Bahan yang digunakan berupa salf.
2. Anastesi infiltrasi
Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah, mudah
dikerjakan dan efektif. Daya penetrasinya pada anak cukup dalam karena komposisi
tulang dan jaringan belum begitu kompak.
3. Anastesi blok
Digunakan untuk pencabutan gigi molar tetap.

 Anastesi umum
Anastesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa sakit dengan disertai hilangnya
kesadaran.

 Teknik anastesi
 Anastesi topikal
Cara melakukan anastesi topikal adalah :
1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi
topikal.
2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ( gambar 1 ) ± 15
detik kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif.

3. Pasien bayi dapat menggunakan syring tanpa jarum untuk mengoleskan


topikal aplikasi ( gambar 2 )

Gambar 1 : Gunakan cotton bud untuk mengoleskan topikal anastesi pada area yang
akan disuntik. Bagian palatal (kiri) dan bukal (kanan).
Gambar 2 : Aplikasi topical anastesi dengan syringe tanpa jarum

4. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit, agar
obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal
adalah kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi
topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum.

 Anastesi infiltrasi
Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi :
1. Keringkan mukosa dan aplikasikan bahan topikal anastesi selama 2 menit
2. Bersihkan kelebihan bahan topikal anastesi
3. Tarik mukosa
4. Untuk mengalihkan perhatian anak, drg dapat menekan bibir dengan tekanan ringan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk sehingga mukosa yang akan disuntik terlihat.
5. Masukkan jarum, jika menyentuh tulang tarik jarum keluar sedikit
6. Aspirasi
7. Suntikan bahan anastetikum 0,5 – 1,0 cc secara perlahan (15-30 detik)

Infiltrasi bukal maksila / mandibula


Menggunakan tahap 1- 6 seperti diatas, anastetikum dideponir pada sulkus bukal ± 2
cc (Gambar 3a dan 3b) untuk pencabutan molar satu sulung. Sambil jarum ditarik deponir
kembali anastestikum 0,2 cc untuk memperoleh patirasa maksimum. Bukal infiltrasi 0,5 –
1,0 cc cukup untuk menganastesi jaringan lunak sekitar gigi yang akan dicabut.

Gambar 3 a. Injeksi bukal infiltrasi pada regio molar atas susu

Gambar 3 b. Bukal infiltrasi pada molar dua bawah sulung

Palatal anastesi

Injeksi langsung ke palatal pada sebagian anak dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak
nyaman, untuk meminimaliskannya gunakan topikal anastesi yang diaplikasikan
menggunakan cotton bud dan tekanan ringan pada lokasi yang akan disuntik sambil
memasukkan jarum suntik (Gambar 4). Namun cara ini tidak selalu berhasil. Cara lain
adalah menggunakan jarum suntik pendek, ukuran 30 gauge (12 mm). Jarum dimasukkan
melalui papila interdental dengan sudut 90° ke permukaan. Jarum didorong ke palatal ke
arah bukal papila sambil mendeponir anastetikum (Gambar 5), dilakukan pada sisi mesial
dan distal dari gigi yang akan dicabut.
Gambar 4: Menggunakan topical anastesi yang dioleskan ke cotton pellet dan ditekan,
Tekanan, akan membuat pasien merasa nyaman ketika disuntik. Gambar 5: Jarum didorong ke
arah palatum melalui bukal papila

 Anastesi Blok (Mandibular Anastesi)

Pencabutan molar tetap pada anak sama seperti orang dewasa nervus alveolaris inferior
harus diblok. Foramen mandibula pada anak terletak setingkat di bawah dataran oklusal
gigi sulung (Gambar 6), oleh karena itu injeksi dibuat lebih rendah dan lebih posterior
daripada pasien dewasa.

Gambar 6: A. Foramen mandibula pada orang dewasa, B pada anak, letaknya lebih ke bawah.

Teknik : Ibu jari berada diatas permukaan oklusal gigi molar, dengan ujung ibu jari berada
pada tepi obligua interna (Gambar 7). Syringe diletakkan pada dataran gigi molar sulung
pada sisi berlawanan dari gigi yang akan dianastesi. Ukuran rahang yang lebih kecil
mengurangi kedalaman jarum berpenetrasi pada anastesi blok (mandibular anastesi).
Gambar 7: Penyuntikan pada mandibula dibantu dengan ibu jari dan jari tengah sebagai
stabilisasi, ketika melakukan injeksi kearah nervus alveolaris inferior.

Kedalaman insersi (masuknya jarum) bervariasi ( ± 15 mm sesuai ukuran mandibula)


perubahan proporsi yang tergantung usia pasien (Gambar 8).

Gambar 8: Perkembangan

 Teknik pencabutan gigi permanen dan decidui


Teknik Pencabutan Gigi Rahang Atas 
1. Pencabutan Gigi Anterior
 Pisahkan ginggiva dan bagian servikal gigi dengan elevator bein lalu tempatkan
mulut tang dalam sulkus ginggiva.
 Gerakan gigi ke arah labial
 Kembali ke posisi semula dan gerakan gigi ke arah paletal.ulangi gerakan-
gerakan tersebut beberapa kali.
 Rotasi/putar gigi dalam sumbunya
 Ketika jaringan periodental sudah lepas seluruhnya,tarik gigi dan soketnya.

2. Pencabutan gigi premolar

 Dengan menggunakan elevator bein,pisahkan ginggiva dari bagian servikal gigi


tempatkan mulut tang dalam sulkus ginggiva.
 Gerakan gigi ke arah labial

 Kembali ke posisi semula dan gerakan gigi ke arah palatal.ulangi gerakan-


gerakan tersebut beberapa kali.

 ketika jaringan periodontal sudah lepas seluruhnya.tarik gigi dari soketnya.

3. Pencabutan Molar
 Pisahkan ginggiva dari bagian servikal gigi dengan elevator bein

 Gerakan gigi ke arah Bukal kembali ke posisi semula dan gerakan gigi ke arah
paletal

 gerakan gigi ke aralah paletal bukal dengan lebih banyak ke arah bukal.dengan
hati-hati putar sedikit

 keluarkan gigi dari soketnya setalh gigi terasa goyang.

Teknik pencabutan gigi rahang bawah


1. Pencabutan Gigi Anterior
 Pisahkan ginggiva dari bagian servikal gigi dengan elevator bein,lalu tempatkan
mulut tang pada sulkus ginggiva dalam arah labio-lingual 

 Gerakan gigi ke arah labial

 Kembali ke posisi semula dan gerakan gigi ke arah lingual.ulangi gerakan tersebut
beberapa kali

 ketika jaringan periodontal sudah lepas seluruhnya,tariik gigi dan soketnya.

2. Pencabutan Premolar 

 Pisahkan ginggiva dan bagian servikal gigi.tempatkan mulut tang pada sulkus
ginggiva dalam arah bukal lingual 

 Gerakan gigi ke arah lingual

 Kembali ke posisi semula dengan gerakan gigi ke arah bukal.ulangi gerakan


tersebut beberapa kali
 Putar gigi dalam arah horizontal

 Ketika jaringan periodontal sudah lepas tarik gigi dan soketnya.

3. Pencabutan Molar 
 Pisahkan ginggiva dari servikal gigi dengan elevator bein,tempatkan mulut tang
dalam arah bukal-lingual

 Gerakan gigi ke arah lingual

 Kembali ke posisi semula dan gerakan gigi ke arah bukal.ulangi gerakan-gerakan


tersebut beberapa kali

 jika jaringan peridental sudah terpisah,tarik gigi dan soketnya.

 Posisi operator dan posisi pasien saat melakukan pencabutan gigi pada rahang atas
dan bawah
1. Posisi pasien
Untuk memastikan visualisasi dan kenyamanan yang memadai selama berbagai
manipulasi yang diperlukan untuk ekstraksi gigi, kursi gigi (dental chair) harus selalu
diposisikan dengan benar. Untuk ekstraksi gigi rahang atas, mulut pasien harus
berada pada ketinggian yang sama dengan bahu dokter gigi dan sudut antara kursi
gigi dan bidang horizontal (lantai) harus sekitar 120°. Selain itu, permukaan oklusal
gigi rahang atas harus berada pada sudut 45° dibandingkan dengan horizontal saat
mulut terbuka. Selama ekstraksi pada gigi mandibula, kursi diposisikan lebih rendah,
sehingga sudut yang dihasilkan antara dental chair dan bidang horizontal sekitar
110°. Selain itu, permukaan oklusal gigi rahang bawah harus sejajar dengan bidang
horisontal ketika mulut pasien terbuka.
Posisi dokter gigi selama ekstraksi menggunakan tang ada di depan dan di sebelah
kanan pasien sedangkan untuk dokter gigi kidal harus berada di depan dan di
sebelah kiri pasien. Untuk ekstraksi gigi mandibular anterior dokter gigi harus
berada di depan pasien atau di belakang mereka dan di sebelah kanan mereka ;
dokter gigi kidal harus di depan mereka atau di belakang mereka dan ke kiri mereka

POSISI PASIEN PENCABUTAN GIGI RAHANG ATAS

 Kepala pasien setinggi bahu operator.


 RA tidak terlalu tengadah, oklusal plan RA membentuk 45o terhadap lantai.
 Wajah pasien menghadap ke kanan waktu pencabutan kiri, dan sebaliknya.

POSISI PASIEN PENCABUTAN GIGI RAHANG BAWAH

 Bahu pasien setinggi siku operator


 Oklusal plan RB sejajar dengan lantai
 Wajah pasien menghadap ke kanan waktu pencabutan kiri, dan sebaliknya.
POSISI OPERATOR
 Operator di depan kanan, saat pencabutan RA dan RB kiri.
 Operator di belakang kanan, saat pencabutan gigi RB kanan.

 Macam-macam komplikasi pasca ekstraksi gigi


Komplikasi pencabutan merupakan suatu kejadian yang dapat terjadi secara
tidak normal dan dapat meningkatkan ketidaknyamanan pasien. Ketidaknyamanan
pasca pencabutan gigi pada pasien seperti perdarahan, rasa sakit dan edema (Pedlar,
2001).
Komplikasi pencabutan digolongkan menjadi intraoperatif, segera setelah
operasi dan jauh sesudah operasi. Komplikasi intraoperatif antara lain : perdarahan,
fraktur, pergeseran, cidera jaringan lunak dan cidera saraf. Komplikasi pasca bedah
diantaranya perdarahan, rasa sakit, edema dan reaksi terhadap obat. Sedangkan
komplikasi jauh sesudah operasi antara lain dry socket (alveolitis) dan infeksi (Chandra,
2014).
Pencegahan tergantung pada pemeriksaan riwayat, pemeriksaan menyeluruh,
foto roentegen yang memadai dan operator yang menaati prinsip-prinsip pembedahan
selama pencabutan(Pedersen,1996).

 Alat-alat kritis dan semi kritis yan digunakan saat pencabutan gigi serta kegunaannya

TANG PENCABUTAN GIGI SUSU

Tang anak untuk mahkota gigi anterior RA decidui


• Ciri – ciri :

- Handle sampai dengan beaknya lurus

- Kedua paruh bila ditutup tidak bertemu

- Tang untuk gigi kiri dan kanan sama

- Bentuknya kecil

• Kegunaan :

- Untuk mencabut mahkota gigi anterior atas sulung

• Keterangan :

- Alat kritis

Tang anak untuk mahkota gigi posterior RA decidui

• Ciri – ciri :

- Handle sampai dengan beeknya bengkok/


membentuk sudut seperti bayonet
- Kedua beek tidak bertemu

• Kegunaan :

- Untuk mencabut gigi posterior atas sulung

• Keterangan :

- Alat kritis

Tang anak untuk mahkota gigi posterior RA decidui

• Ciri – ciri :

- Handle sampai dengan beeknya bengkok/


membentuk sudut seperti bayonet
- Kedua beek tidak bertemu

• Kegunaan :

- untuk mencabut gigi posterior atas sulung

• Keterangan :

- alat kritis

Tang anak untuk mahkota gigi anterior RB decicui

• Ciri – ciri :

- Handle sampai beeknya membentuk sudut 90°


- Kedua paruh bila ditutup tidak bertemu
- Tang untuk mahkota gigi kiri dan kanan sama
- Bentuknya kecil

• Kegunaan :

- Untuk mencabut mahkota gigi anterior


bawah sulung

• Keterangan :

- Alat kritis

Tang anak untuk mahkota gigi posterior RB decidui

• Ciri – ciri :

- Handle sampai beeknya membentuk sudut 90°


- Kedua paruhnya bila ditutup tidak bertemu
- Kedua paruhnya berlekuk-lekuk
- Tang anak untuk mahkota gigi posterior kiri
dan kanan sama
- Bentuknya kecil

• Kegunaan :

- Untuk mencabut mahkota gigi posterior bawah sulung

• Keterangan :

- Alat kritis

Tang anak untuk akar gigi bawah sulung

 Ciri – ciri :
- Antara handle sampai dengan beaknya 90°
- Dua paruh/beaknya bila ditutup akan bertemu
- Tang untuk akar gigi kiri dan kanan sama
- Bentuknya kecil
 Kegunaan :
- Untuk mencabut akar gigi bawah
 Keterangan :
- Alat kritis

TANG PENCABUTAN GIGI PERMANENT

Tang untuk mahkota gigi anterior RA permanent

 Ciri-ciri :
- Handle sampai beaknya lurus
- Kedua paruh /beeknya tidak bertemu
- Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
 Kegunaan :
- Untuk mencabut gigi depan atas permanent
 Keterangan :
- Alat kritis

Tang untuk mahkota gigi premolar RA permanen

 Ciri-ciri :
- Antara handle dengan beaknya seperti S
- Kedua paruh beak bila ditutup tidak bertemu
- Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
 Kegunaan :
- Untuk mencabut gigi premolar rahang atas permanen
 Keterangan :
- Alat kritis

Tang untuk mahkota gigi molar RA permanent

 Ciri-ciri :
- Handle sampai beaknya sampai seperti huruf S
- Kedua paruh beak tidak bertemu
- Bagian bucal berlekuk dan yang tidak berlekuk bagian
palatal
 Kegunaan :
- Untuk mencabut gigi molar rahang atas permanen
 Keterangan :
- Alat kritis
Tang akar gigi anterior RA permanent

 Ciri-ciri:
- Handle sampai beaknya lurus
- Kedua paruh bila ditutup bertemu
- Tang gigi anterior kiri dan kanan sama
 Kegunaan :
- Untuk mencabut gigi anterior atas permanent
 Keterangan :
- Alat kritis

Tang akar gigi posterior RA permanent

 Ciri-ciri:
- Handle sampai beaknya seperti bayonet
- Kedua paruh beak bertemu
- Tang gigi posterior kiri dan kanan sama
 Kegunaan :
- Untuk mencabut gigi posterior atas permanent
 Keterangan :
- Alat kritis

Tang molar tiga RA permanent

 Ciri-ciri :
- Handle sampai beaknya seperti bayonet
- Kedua paruh beak bila ditutup tidak bertemu
- Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
 Kegunaan :
- Untuk mencabut gigi molar tiga permanent
 Keterangan :
- Alat kritis

Tang posterior gigi premolar 1 dan premolar 2 RB permanent

 Ciri-ciri :
- Handle dan sampai dengan beaknya 45
- Kedua paruh beak bila ditutup tidak bertemu
- Kedua paruh beak tidak berlekuk
- Tang untuk akar gigi kiri dan kanan sama
 Kegunaan :
- Untuk mencabut mahkota gigi premolar bawah permanent
 Keterangan :
- Alat kritis

Tang mahkota gigi molar RB permanent

 Ciri-ciri :
- Handle dan sampai dengan beaknya 90
- Kedua paruh beak bila ditutup tidak bertemu
- Kedua paruh berlekuk
- Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
 Kegunaan :
- Untuk mencabut gigi molar bawah permanent
 Keterangan :
- Alat kritis
Tang akar gigi anterior RA permanent

 Ciri-ciri :
- Antara handle sampai dengan beaknya lurus
- Kedua paruh bila ditutup akan bertemu
 Kegunaan :
- Untuk mencabut akar gigi anterior rahang atas permanent
 Keterangan :
- Alat kritis

Tang akar gigi posterior RB permanent

 Ciri-ciri :
- Handle sampai dengan beaknya membentuk sudut 90
- Kedua paruh beak bila ditutup akan bertemu
- Tang untuk akar gigi rahang bawah permanent
 Kegunaan :
- Untuk mencabut akar gigi rahang bawah permanent
 Keterangan :
- Alat kritis

Bein bengkok
 Ciri-ciri :
- Alat dari bahan stainless steel yang bagian ujungnya tajam
dan rapih
- Bentuknya bengkok : mesial dan distal
 Kegunaan :
- Untuk melepaskan gigi dari jaringan periodontium
- Untuk mengambil akar gigi
 Keterangan :
- Alat kritis

Bein lurus

 Ciri-ciri :
- Alat terbuat dari stainless steel bagian ujungnya tajam dan
rapih
- Bentuknya lurus
 Kegunaan :
- Untuk melepaskan gigi dari jaringan periodontium
- Mengambil sisa akar
 Keterangan :
- Alat kritis

ALAT SUNTIK

Cito ject

 Ciri-ciri :
- Berbeda dengan spuit biasa harus menggunakan obat injeksi yang
khusus dengan jarum yang lebih kecil
- Cara memasukkan / menekan pada waktu mengeluarkan obat ada yang dari samping dan
dari belakang tanpa aspirasi
 Kegunaan :
- Sebagai alat suntik
 Keterangan :
- Alat kritis

Disposible

 Ciri-ciri :
- Kecualis jarumnya, seharusnya terbuat dari plastik, alat ini
dibuat dengan maksud untuk sekali pakai kemudian
dibuang
 Kegunaan :
- Sebagai alat suntik
 Keterangan :
- Alat kritis

KONSERVASI

1. Tehnik Preparasi kelas I-V


Preparasi Cavitet
Semua pekerjaan yang di lakukan untuk menghilangkan jaringan karies, dengan
maksud di buatkan suatu tumpatan supaya di dapatkan kembali, bentuk anantomi,
bentuk fisiologis dan fungsi gigi seperti semula.

Tujuan:

 Menghilangkan jaringan karies


 Membuat Kavita sedemikian rupa sehingga dapat diberi tumpatan
 Mencegah terjadinya karies sekunder

A. Preparasi kelas I
 Tahapan Preparasi Restorasi Resin Komposit
- Tahapan Isolasi
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan.
Gigi yang dibasahi saliva dan lidah akan menggangu
penglihatan. Gingiva yang berdarah adalah masalah
yang harus diatasi sebelum melakukan preparasi. Peparasi Kelas 1

Beberapa metode tepat digunakan untuk


mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas atau cotton roll, dan
isolator karet atau rubber dam
 Pembersihan Gigi
Apabila terdapat kotoran seperti debris, plak, atau karang gigi pada daerah kerja,
maka dibersihkan terlebih dahulu.
- Tahap preparasi
a. Membuat outline form pada oklusal gigi mengikuti bentuk pit dan fissure dengan
memperhatikan bentuk resistensi, retensi, konvenien, dan extention for prevention.
b. Preparasi menggunakan kontra angle high speed dengan bur bulat sedalam 2-3 mm.
c. Membentuk dinding tegak lurus dengan dasar kavitas menggunakan bur fissure
d. pada sudut internal dibulatkan dengan bur bulat
B. Preparasi kelas II

 Outline Form Oklusal ( Step oklusal)


Langkah ini adalah sama seperti di kelas I tetapi sewaktu
membuka preparasi ke mesial, hentikan kerja sekitar 0.8
mm dari marginal ridge yang menuju ke contact area.
Bagian ini dibuat agak lebih lebar pada Preparasi Kelas II

bagian fasiolingual dibanding kelas I karena pelebaran ini dibutuhkan untuk kontak


proksimal, kekuatan restorasi meningkat dengan memperdalam bagian oklusal
preparasi dan bukan bagian fasiolingual. 

 Outline Form Proksimal ( Step proksimal)


 Tujuan dari tahap ini adalah :
 semua karies, kerusakan dan bahan restorasi lama termasuk dalam preparasi
 margin  permukaan kavitas 90o dapat dibentuk
 membentuk pembukaan sebesar 0.5mm secara ideal dengan permukaan fasial,
lingual dan gingival bagian proksimal. (Roberson, 2002).

C. Preparasi kelas III

Karies klas III adalah karies yang terdapat pada


permukaan proksimal dari gigi depan dan belum
mengenai incical edge.
Preparasi Kelas III

Tahapan preparasi

 Preparasi dimulai di bagian palatal / lingual dengan round bur arah tegak lurus bidang
palatal/ lingual gigi.
 Dengan bur fisur kavitas dibentuk sesuai dengan outline.
 Dinding aksial terletak 0,5 mm dari email ke dentin dan variasinya tergantung pada
perluasan kariesnya. Pada daerah palatal/labial biasanya melibatkan bagian titik kontak
terhadap gigi sebelahnya, sehingga tepi labial terletak pada embrasure gigi. Perluasan
ke arah gingiva dipengaruhi perluasan kariesnya.
 Retensi diperoleh dengan membuat undercut berupa alur retensi pada axio gingival line
angle, axio incical line angle dengan menggunakan round bur kecil. Kedalaman alurnya
minimal. Semua line angle dihaluskan.
 Pada kelas III dianjurkan membuat bevel email selebar 0,2-0,5 mm sebagai tahap akhir
preparasi dengan menggunakan fisurre bur. Lebar bevel dibatasi untuk menghindari
kesulitan dalam menyelesaikan restorasi resin Tahapan preparasi karies klas III Hasil
akhir tahap preparasi karies Klas III

D. Preparasi kelas IV
 Preparasi kelas IV konvesional dilakukan dengan
menambahkan retensi berupa dovetail pada bagian
palatal gigi
 Perluasan preparasi kavita disesuaikan dengan
perluasan karies tanpa terlalu banyak mengambil Preparasi Kelas IV

jaringan gigi
 Bevel dilakukan pada cavosurface margin
 Pada kasus fraktur mahkota gigi yang kecil atau lesi karies yang kecil, preparasi
dilakukan hanya untuk menghilangkan lesi karies atau struktur gigi yang rusak dan
dilakukan bevel pada cavosurface margin

E. Preparasi kelas V
 Preparasi kelas V konvensional dilakukan jika terdapat
lesi karies pada permukaan gigi
 Penambahan retensi berupa groove dilakukan pada dinding servikal atau gingival floor
 Bevel dilakukan pada permukaan email gigi
Prepasi Kelas V

2. Fissure sealant

Fissure sealant adalah suatu Tindakan pencegahan karies pada gigi yang secara
anatomis mempunyai pit dan fisur yang dalam yang karenanya lebih gampang terserang
karies

 Bahan fissure sealant:


 Glass ionomer
 conditioner
 Fuji VII

Glass Ionomer Dentin Conditioner Fuji VII

 Tahap-tahap fissure sealant:


1. Gigi molar yang baru erupsi setelah dilakukan
penyikatan guna menghilangkan plak dan debris.

2. Pencampuran bahan fissure sealant hingga merata.

3. Pemberian kondisioner setelah gigi dibersihkan dan


dikeringkan
4. Aplikasi bahan pada pit dan fissure

5. Aplikasi bahan varnish segera setelah aplikasi bahan selesai

6. Gigi molar yang telah dilakukan fissure sealant

3. Surface protection
Surface protection merupakan Tindakan melapisi permukaan oklusal gigi
dengan menggunakan bahan tambal yang bersifat adesif seperti glass ionomer cement
(GIC) yang kaya flour sehingga memiliki sifat anti karies dan mempunyai kemampuan
mengalir (flowable) agar pada email terjadi pematangan dengan terbentuknya ikatan
fluoratite yang tahan asam.

 Tahap surface protection


 Bersihkan permukaan gigi yang akan diproteksi dengan pinset. Gunakan kapas kering
dan di selingi butiran kapas basah untuk mencuci. Lakukan sedikitnya 2 kali atau
hingga oklusal gigi cukup bersih dari debris/plak
 Isolasi gigi yang akan diaplikasikan dengan cotton-roll, permukaan oklusal
dikeringkan dengan cotton-pelet kering, kemudian dioleskan conditioner selama 20
detik, lalu cuci dengan cotton-pelet basah dan keringkan dengan cotton pellet kering
 Sendok powder dan satu tetes aduk liquid sesuai peraturan yang berlaku, oleskan
secara merata pada permukaan oklusal termasuk pit dan fissure dengan plastis
instrument, tekan dengan jari yang terlindungi sarung karet, trim dengan plastis
instrument dan lapisi dengan Vaseline/coco butter.

Tahap Surface Protection

4. Macam-macam bahan tambalan


a. Amalgam
Amalgam adalah bahan tambal berbahan dasar logam, di
mana komponen utamanya:
 Sebagai bahan restorasi gigi posterior
 Komposisi :
- Perak, timah, tembaga seng, emas, merkuri

Prosedur penumpatan; BahanTumpatan Amalgam


 Preparasi kavitas
 Pemberian base Semen Seng Fosfat
 Pengambilan amalgam yang sudah ditriturasi di amalgamator dengan menggunakan
pistol amalgam dan di masukkan ke dalam kavitas hingga terisi penuh
 Hasil restorasi:

a. GIC (Glass Ionomer Cement)


Glass Ionomer Cement merupakan bahan restorasi yang
memiliki sifat adhesif, sewarna dengan gigi dan memiliki
kemampuan pelepasan ion our yang dipengaruhi derajat
keasaman (pH)
Bahan Tumpatan GIC
 Komposisi
GIC terdiri dari
- Bubuk kaca dan larutan asam poliakrilat
 Prosedur Penumpatan
- Preparasi kavitas
- Pencampuran bubuk dan cairan GIC dengan proporsi
yang sesuai instruksi pabrik
- Penumpatan kavitas dengan warna GIC yang sesuai
warna gigi sekitarnya dengan menggunakan vita shade Vita Shade Guide

guide

 Pembentukan Kembali anatomi seperti gigi asli


- Pemberian varnish GIC pada permukaan restorasi
- Pemolesan permukaan restorasi GIC
 Hasil Restorasi

Tumpatan GIC

b. Resin komposit
Resin komposit adalah bahan tambal sewarna gigi, dengan bahan dasar polimer
dan ditambahkan dengan partikel anorganik sebagai
penguat. Bahan tambal ini umumnya mengalami reaksi pengerasan dengan bantuan
sinar

 Komposisi
Resin komposit terdiri dari:
Matriks resin, pengisi anorganik, coupling agent (silane), activator-inisiator, dan pigmen

 Prosedur penumpatan
- Preparasi kavitas
- Pemberian pelapik kalsium hidroksida di atas dentin
- Pemberian etsa pada seluruh kavitas dan dicuci sampai bersih
- Pengolesan bahan bonding dan penyinaran dengan light-curing aquipment
- Penumpatan kavitas dengan warna resin komposit yang sesuai warna gigi sekitarnya
dengan menggunakan vita shade guide
- Pembentukan Kembali anatomis seperti gigi asli
- Penyinaran permukaan restorasi dengan ligt-curing equipmen
c. Tambalan sementara
Tambalan ini dibutuhkan di antara perawatan gigi
yang tidak dapat diselesaikan dalam satu kali kunjungan.
Misalnya perawatan saluran akar, di mana lubang gigi
yang sedang dirawat tidak dapat dibiarkan terbuka,
namun belum dapat dibuatkan restorasi akhir. Oleh Tambalan Sementara

karena itu dibuatkan tambalan sementara, di antaranya


bahan semen zinc phosphat, atau zinc eugenol. Semen tersebut memiliki kelarutan yang
cukup tinggi dan kekuatannya tidak begitu tinggi sehingga memang hanya bersifat
sementara dan pembongkarannya pada saat kunjungan berikutnya tidak begitu sulit
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ada hubungan antara pennyakit gigi dan mulut dengan gejala awal penyakit yang
berbahaya pada manusia. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran,kemauan dan
kemampuan untuk mewujudkan hidup sehat, termasuk kesehatan gigi dan mulut bagi
setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/104779727/Jaringan-Periodontal-Poket-Periodontal-Gingival-
Enlargement

https://www.sehatq.com/penyakit/perikoronitis

https://www.scribd.com/document/292314956/Operkulitis

http://grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/EXODONTIA.pdf

http://docshare02.docshare.tips/files/27292/272923975.pdf

http://ocw.usu.ac.id/course/download/611-PEDODONSIA-
TERAPAN/pdi705_slide_anastesi_dan_pencabutan_gigi_anak.pdf

Anda mungkin juga menyukai